Anda di halaman 1dari 58

BST- CBD- Mini CEX

P2A0 Partus Maturus Spontan + IUGR + KPSW

Pembimbing:
Dr. Erik D. Saiman, Sp. OG

Oleh:
Ferina Yuliarta – 1915021

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
SMF OBSTETRI- GINEKOLOGI RUMAH SAKIT IMMANUEL
Identitas Pasien
• Nama : Ny. T
• Umur : 27 tahun
• Pendidikan : SMP
• Pekerjaan : IRT
• Agama : Islam
• Nama suami : Tn. A
• Pekerjaan : Swasta
• Riwayat pernikahan : 1x, selama 7 tahun
• Alamat : Jln. Kopo Sayati Lama
• DPJP : dr. Sp.OG
• Tanggal Masuk : 28 Juli 2019
• Tanggal Periksa : 29 Juli 2019
Anamnesis
Keluhan Utama: Keluar cairan dari jalan lahir sejak 2 hari.
Seorang perempuan, usia 27 tahun, G2P1A0 mengaku hamil
35-36 minggu, datang ke IGD hari Minggu, 28 Juli 2019 jam
14.45 WIB dengan keluhan keluar cairan sejak 2 hari yang lalu.
Pasien mengaku cairan tersebut keluar setiap 5 menit, dan
harus mengganti pembalut kurang lebih 3-4x sehari. Pasien
sudah berobat ke dokter Sp. OG dan diberitahu bahwa
kehamilannya masih aman. Keluhan pasien tidak disertai
dengan mulas maupun keluarnya flek dari jalan lahir. Pertama
kali pasien merasakan gerakan janin pada usia 4 bulan.
Pergerakan janin masih dirasakan aktif dan stabil oleh pasien.
Pasien menyangkal adanya hipertensi sebelum kehamilan,
benturan atau trauma pada perut sebelumnya, tidak ada
kejang, penurunan kesadaran, batuk, sesak, dan keluhan
BAB maupun BAK.
Tidak ada demam, sakit kepala, batuk, pilek, mual dan
muntah.
• Riwayat Penyakit Dahulu : hipertensi (-), DM (-), Asma (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga : hipertensi (-), DM (-), hipertensi
dalam kehamilan (-), Asma (-)
• Riwayat Pengobatan : (-)
• Riwayat menstruasi
– HPHT : 22 Oktober 2018
– Siklus : teratur, 28 hari
– Durasi 6 hari
– Nyeri mens (+)
– Menarche : 14 tahun
• Tafsiran lahir : 29 Juli 2019
• Riwayat operasi : (-)
• Riwayat menikah : 1x, lamanya 7 tahun
• Riwayat KB : suntik 3x/bulan, 1x/bulan pil
• Riwayat kebiasaan : tidak merokok, mengonsumsi alkohol,
obat-obatan
• Riwayat ANC : 1x/bulan  ke bidan
Riwayat Obstetrikus

Perkawin Kehamil Lama Jenis JK BBL Umur Keadaan


an an ke- kehamilan Persalinan (gram) sekarang sekarang
/ PBL
(cm)
1 1 9 bulan Spontan Laki-laki 3500 / 6 tahun Hidup
lupa
2 Hamil ini
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TB/BB/sblm hamil : 155 cm / 71 kg / 59 kg
Tanda vital :
– Tensi : 117/82mmHg
– Suhu : 36,3 °C
– Nadi : 115x/mnt
– Respirasi : 20x/mnt
Status Generalis :
• Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
• Leher : KGB tidak teraba membesar
Tiroid simetris, tidak ada pembesaran
Trakea letak sentral, JVP 5+2 cmH20
• Thorax : Bentuk dan pergerakan simetris
• Pulmo :
• Inspeksi : Pergerakan simetris, kulit tidak ada
kelainan
• Palpasi : Pergerakan simetris, Taktil fremitus
kanan=kiri, Nyeri tekan (-)
• Perkusi : Sonor kanan=kiri
• Auskultasi : VBS kanan=kiri, Rhonki -/-, Wheezing -/-
• Cor :
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus cordis di linea midclavicularis sinistra
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur –

• Abdomen :
• Inspeksi : bentuk cembung gravida
• Auskultasi : BU (+) normal
• Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-)
• Perkusi : Timpani

• Ekstremitas : oedem ekstremitas bawah -/-, akral hangat, CRT


<2”, refleks fisiologis +/+
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar:
– TFU : 27 cm
– LP : 80 cm
– His : 3-4x10’/30-35’’
– DJJ : 12-12-12 144x/ menit
– Letak Janin : Memanjang
– TBBJ : 2170 gram

Leopold I : bokong, lunak , kurang melenting, kurang bundar


Leopold II : teraba tahanan terbesar daerah kanan
Leopold III : kepala, keras, melenting, bundar
Leopold IV : konvergen
Pemeriksaan dalam 

- V/v : Tidak ada kelainan


- Portio : tebal, lunak
- Pembukaan : 1 cm
- Ketuban : (-), jernih
- His :+
- Presentasi : kepala
Usulan Pemeriksaan
• Hematologi rutin paket A
• Cek BT, CT
• USG
• NST
• Rawat inap
Pemeriksaan Penunjang (28/07/2019)
Hb : 12,8 g/dL (L)
Ht : 37 %
Leukosit : 10.600 mm3 (H)
Eritrosit : 3,9 Juta/mm3
Trombosit : 242.000/mm3
BT/CT : 1.00/7.00
MCV : 94 fl
MCH : 33 pg/dl
MCHC : 35 g/dl
GDS : 80 mg/dl
NST
Diagnosis Masuk
• G2P1A0 gravida 35-36 minggu + KPSW
• Janin intrauterine, tunggal, hidup, letak kepala
Tindakan
• Lapor dr. Sp. OG via telfon
• Masuk ruang rawat inap
• Ceftriaxone 2 gr IV (skin test)
• Kalmetason 2 amp IV
• Infus D 5% (1500 cc / 24 jam)
28 Juli 2019 (pkl 18.20)
• S = sedikit gelisah, ada keluar cairan dari jalan lahir sejak 2 hari
SMRS.
• O = KU baik, compos mentis.
TD : 110/70mmHg
N : 81x/menit
R : 21x/ menit
S : 36,5
DJJ : 144x/menit
VT : V/v : tak, pembukaan 1 cm, portio: tebal, lunak
His : 3-4x10’/30-35’’
• A = G2P1A0 gravida 35-36 minggu + KPSW
Janin intrauterine, tunggal, hidup, letak kepala
• P = Inj. Ceftriaxone 2 gr IV stat, inj. Kalmetason 2 amp IV stat,
terpasang infus D 5% (1500 cc / 24 jam)
• Observasi KU, DJJ, TTV
• Besok rencana USG
28 Juli 2019 (pkl 20.00)
• S : Gelisah, mules
• O : KU baik compos mentis.
TD : 110/70mmHg
N : 81x/menit
R : 21x/ menit
S : 36,5
DJJ : 142x/menit
VT : V/v : tak, pembukaan 1 cm, portio: tebal, lunak
• A : G2P1A0 gravida 35-36 minggu + KPSW
Janin intrauterine, tunggal, hidup, letak kepala
• P : Inj. Ceftriaxone 2 gr IV stat, inj. Kalmetason 2 amp IV
stat, terpasang infus D 5% (1500 cc / 24 jam)
• Observasi KU, DJJ, TTV
• Besok rencana USG
29 Juli 2019
Partus : Spontan
Lahir bayi pukul : 05.50 WIB
BBL : 2290 gram
PB : 48 cm
APGAR 1 menit :9
APGAR 5 menit : 10
Jenis Kelamin : Laki-laki
Proses persalinan
Kala I : 28-07-19 (17:05) Kala III : 29-07-19 (5:50)
Masalah : KPD Pemberian oksitosin 10 unit
Atonia uteri (-)
Kala II : 29-07-19 (5:40)
Episiotomi(-), gawat janin(-
), distosia bahu (-)
BB bayi: 2290 gram
PB bayi : 48 cm
29 Juli 2019 (pkl 06.20)
• S : mules post partum
• O : KU: baik, compos mentis.
TD : 120/80mmHg
N : 84x/menit
R : 20x/ menit
S : 36,5
Perdarahan post partum +/- 100cc
• A: P2A0 partus maturus spontan + IUGR + KPSW
• P : Cefixime 200mg 3x1 tab peroral, Lactamor 3x1 tab peroral,
terpasang infus D5% (20 gtt), Observasi TTV dan his 2 jam PP,
perdarahan, Rencana USG
29 Juli 2019 (pkl 13.00)
• S : mules post partum
• O : KU: baik, compos mentis.
TD : 120/80mmHg
N : 84x/menit
R : 20x/ menit
S : 36,5
TFU : 2 jari bawah pusat
Perdarahan post partum +/- 100cc
• A : P2A0 partus maturus spontan + IUGR + KPSW
• P : Cefixime 200mg 3x1 tab peroral, Lactamor 3x1 tab peroral,
terpasang infus D5% (20 gtt), Observasi TTV dan perdarahan
29 Juli 2019 (pkl 20.00)
• S: mules post partum, skala nyeri 1/10
• O : KU: baik, compos mentis.
TD : 120/70mmHg
N : 84x/menit
R : 20x/ menit
S : 36,5
TFU : 2 jari bawah pusat
Perdarahan post partum +/- 100cc
• A : P2A0 partus maturus spontan + IUGR + KPSW
• P : Cefixime 200mg 3x1 tab peroral, Lactamor 3x1 tab peroral,
terpasang infus D5% (20 gtt), Observasi TTV, perdarahan.
Rencana pulang besok.
30 Juli 2019 (13.00)
• S: mules post partum, skala nyeri 1/10
• O : KU: baik, compos mentis.
TD : 120/80mmHg
N : 84x/menit
R : 20x/ menit
S : 36,5
TFU : 2 jari bawah pusat
Perdarahan post partum +/- 100cc
• A : P2A0 partus maturus spontan + IUGR + KPSW
• P : Cefixime 200mg 3x1 tab peroral, Lactamor 3x1 tab peroral,
Observasi TTV.
Pulang siang ini, berkas-berkas sedang diurus.
Penatalaksanaan Selanjutnya
• Rawat inap
• Observasi TTV, his
• Medika mentosa
– Lactamor 3x1 tab per oral
– Cefixime 2x1 tab per oral
– Terpasang infus D 5% (1500cc/24 jam)
Diagnosis Akhir
• P2A0 partus maturus spontan + IUGR + KPSW
• Janin intrauterine, tunggal, hidup, letak kepala
Prognosis
• Quo Ad Vitam : ad bonam
• Quo Ad Functionam: ad bonam
• Quo Ad Sanationam: dubia ad bonam
Pendahuluan
• Gerakan utama persalinan (cardinal movements)
adalah :
1. Engagement
2. Desensus
3. Fleksi
4. Rotasi internal
5. Ekstensi
6. Rotasi eksternal
7. Ekspulsi
Engagement
• Mekanisme ketika diameter biparietal- diameter transversal terbesar pada
presentasi oksiput- melewati apertura pelvis superior disebut engagement.
• Kepala berukuran normal biasanya tidak mengalami engage dengan sutura
sagitalis yang mengarah ke anteroposterior. Namun kepala janin biasanya
memasuki apertura pelvis superior baik secara transversal atau oblik.
• Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi
pada bulan terakhir kehamilan.
• Pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Desensus
• Pada nulipara, engagement dapat berlangsung sebelum awitan persalinan, dan
proses desensus selanjutnya dapat tidak terjadi hingga awitan kala dua.
• Pada perempuan multipara, desensus biasanya dimulai dengan proses
engagement.
• Desensus ditimbulkan oleh satu atau beberapa dari empat kekuatan:
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
3. Tekanan ke bawah otot-otot abdomen maternal
4. Ekstensi dan pelurusan tubuh janin
Fleksi
• Pada gerakan fleksi kepala, dagu mengalami kontak lebih dekat
dengan dada janin, dan diameter suboksipitobregmatikum yang
lebih pendek menggantikan diameter oksipitofrontalis yang lebih
panjang.
Rotasi Internal
• Gerakan ini terdiri dari perputaran kepala sedemikian rupa
sehingga oksiput secara bertahap bergerak ke arah simfisis pubis
di bagian anterior dari posisi awal atau yang lebih jarang, ke arah
posterior menuju lengkung sakrum.
Ekstensi
• Setelah rotasi internal, kepala yang berada pada posisi fleksi maksimal mencapai vulva
dan mengalami ekstensi.
• Ketika kepala menekan dasar pelvis, terdapat dua kekuatan.
– Kekuatan pertama : mendesaknya kebawah.
– Kekuatan kedua : disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
• Resultannya ialah kekuatan ke arah depan atas.
• Kepala lahir dengan urutan oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu melewati tepi
anterior perineum.
Rotasi Eksternal
• Setelah kepala lahir, dilakukan putaran restitusi (putaran balasan = putaran paksi
luar)
• Restitusi kepala ke posisi oblik diikuti dengan penyelesaian rotasi eksternal ke
posisi transversal.
• Gerakan ini sesuai dengan rotasi tubuh janin, sehingga salah satu bahu terletak
anterior (belakang simfisis pubis) dan bahu lainnya terletak di posterior.
Ekspulsi
• Hampir segera setelah rotasi eksternal, bahu anterior terlihat di
bawah simfisis pubis, dan perineum segera terdistensi oleh bahu
posterior.
• Setelah pelahiran bahu, bagian tubuh lainnya lahir dengan cepat.
Ketuban Pecah Dini
Definisi
• Robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan (sebelum
onset persalinan berlangsung).
• Dibedakan menjadi :
– PPROM (Preterm Premature Rupture of Membranes)
ketuban pecah pada saat usia kehamilan < 37 minggu.
– PROM (Premature Rupture of Membranes )  ketuban
pecah pada saat usia kehamilan ≥ 37 minggu
Faktor Risiko
• Sosial ekonomi rendah • Infeksi yang menjalar dari
• Merokok selama kehamilan vagina
• Pernah mengalami kelahiran • Polihidroamnion
prematur sebelumnya +/- • Inkompetensi serviks
tanpa KPSW • Solutio plasenta
• Mengalami pendarahan pada
vagina
• Distensi rahim
DIAGNOSIS

ANAMNESIS PEM. FISIK PEM. PENUNJANG

USIA KEHAMILAN pH: KERTAS


>20 MINGGU? TTV LAKMUS/NITRAZIN

MIKROSKOPIS:
KELUAR CAIRAN SPEKULUM: LANUGO & VERNIKS
DARI VAGINA? KELUAR CAIRAN KASEOSA
DARI OUE
TANDA INFEKSI? USG
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan

A. Ada infeksi : terminasi


B. Tidak ada infeksi
I. Konservatif
II. Aktif
Konservatif
• Syarat:
- Belum inpartu
- Usia kehamilan 26-34 minggu
• Pengelolaan:
- Tidak boleh PD Tidak boleh di PD, karena akan menambah bahaya
infeksi.
- Rawat inap 2 hari
- Antibiotik profilaksis
Sefadroksil 4x500 mg atau eritromisin 4x500 mg selama 3-5
hari
- Pematangan paru (24-34 minggu)
betametason 12 mg 1dd (2 hari) atau
deksametason IM 5 mg q6h (1 hari).
Konservatif (lanjutan)

• Dapat diberi injeksi tokolitik (bricasma, salbutamol, alupent),


bila tidak ada tanda infeksi secara klinis atau laboratorium.
• USG: janin sejahtera, jumlah ketuban cukup.
• Pulang dengan pesan :
- Coitus (-)
- Irigasi vagina (-)
- Tanda infeksi / gerakan janin berkurang  segera ke RS
- Kontrol 1x/ minggu sampai usia kehamilan 37 minggu
Aktif

• Syarat:
– UK > 34 minggu / UK 20-26 minggu
– UK 26-34 minggu, terdapat His, gawat janin, atau infeksi.
• Pengelolaan:
- His (-): oxytocin drip.
- His (+): nilai kemajuan sejak 6 jam masuk RS. Bila kurang 
oxytocin drip augmentasi.
• Fase aktif : persalinan normal
Komplikasi
Terhadap ibu Terhadap bayi

• Infeksi • Lahir prematur


• Gangguan psikososial • Infeksi
• Akibat intrapartum • Acute Respiratory
• Perdarahan Distress Syndrome
postpartum • Gawat janin
IUGR
(Intra Uterine Growth Restriction)
Definisi
• Menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang
terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai
berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia
kehamilannya.
• IUGR (intrauterine growth restriction) adalah gangguan pertumbuhan
pada janin dan bayi baru lahir yang meliputi semua parameter (lingkar
kepala, berat badan, panjang badan), yang beratnya dibawah 10
persentil untuk usia gestasionalnya. Bayi-bayi antara persentil 10 dan
90 diklasifikasikan sebagai kelompok dengan berat sesuai usia
gestasional.
• Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:
- Berat badan lahir di bawah presentil ke-10
- Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi
tiga faktor, yaitu:
Maternal Janin
- Tekanan darah tinggi - Janin kembar
- Penyakit ginjal kronik - Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus,
- Diabetes Melitus protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela
- Penyakit jantung dan pernapasan dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi
yang sering menyebabkan PJT).
- Malnutrisi dan anemia
- Kelainan kongenital
- Infeksi
- Kelainan kromosom (Kelainan kromosom
- Pecandu alkohol dan obat tertentu
seperti trisomi atau triploidi dan kelainan
- Perokok jantung bawaan yang berat sering
berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan
Uterus dan Plasenta dengan PJT simetris serta polihidramnion
- Penurunan aliran darah di uterus dan (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan
plasenta sindroma Turner juga berkaitan dengan
PJT) .
- Plasenta abruption, plasenta praevia,
infark plasenta (kematian sel pada - Pajanan teratogen (zat yang berbahaya
plasenta), korioangioma. bagi pertumbuhan janin). Berbagai
macam zat yang bersifat teratogen seperti
- Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
obat anti kejang, rokok, narkotik, dan
- Twin-to-twin transfusion syndrome alkohol dapat menyebabkan PJT
Insidensi  Di negara berkembang angka PJT kejadian berkisar
antara 2%-8% pada bayi dismature, pada bayi mature 5% dan
pada postmature 15%.

Manifestasi Klinis  Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT


biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat
umumnya tampak rapuh dan layu dibanding pada bayi normal
yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari
berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat
janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup
untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan,
atau karena infeksi
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami
keadaan berikut :
• Penurunan level oksigenasi
• Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi
adaptasi bayi segera setelah lahir)
• Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di
dalam kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas
• Hipoglikemi (kadar gula rendah)
• Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin
• Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul


sangat dini sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan
penyakit ibu. Sementara, PJT yang muncul terlambat (>32 minggu)
biasanya berhubungan dengan problem lain.
Diagnosis
DIAGNOSIS
1. Faktor Ibu
2. Tinggi Fundus Uteri
3. USG Fetomaternal
4. Doppler Velocimetry
5. Pemeriksaan Laboratorium
– Pemeriksaan gula darah, bila ada indikasi diabetes mellitus.
– Screening penyakit infeksi, waspada infeksi TORCH, Syphilis.
– Pengukuran kadar enzim transaminase, waspada Hepatitis B
dan C.
Komplikasi
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada
janin dan ibu : b. Tidak langsung
1. Janin • Pada simetris PJT keterlambatan
• Antenatal : gagal nafas dan kematian perkembangan dimulai dari lambat
janin dari sejak kelahiran, sedangkan
• Intranatal : hipoksia dan asidosis asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir
• Setelah lahir : di mana terdapat kegagalan
a. Langsung: neurologi dan intelektualitas. Tapi
- Hipoglikemi prognosis terburuk ialah PJT yang
disebabkan oleh infeksi kongenital
- Aspirasi mekonium
dan kelainan kromosom.
- Asfiksia
- DIC
2. Ibu
- Hipotermi
- Perdarahan pada paru • Preeklampsi
- Polisitemia • Penyakit jantung
- Hiperviskositas sindrom • Malnutrisi
- Gangguan gastrointestinal
Penatalaksanaan
• Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang
mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil.
• Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang
kecil tetapi sehat.
• Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin
pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
• Tatalaksana kehamilan dengan PJT ditujukan karena tidak ada terapi yang paling
efektif sejauh ini, yaitu untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam
kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus
dilakukan adalah :
- Pada PJT pada saat dekat waktu melahirkan, yang harus dilakukan adalah
segera dilahirkan.
- Pada PJT jauh sebelum waktu melahirkan, kelainan organ harus dicari
pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis
(pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan
darah janin dianjurkan.
• Tatalaksana umum
- Tirah baring dengan posisi miring ke kiri
- Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari
- Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol
- Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam
beberapa kasus IUGR
- Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat
pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-
4minggu

• Tatalaksana khusus
- pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan  terapi
suportif.
- Penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat  nutrisi harus
diperbaiki.
- Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol,
maka semuanya harus dihentikan
• Proses melahirkan
- pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.
- Pengawasan ketat selama melahirkan untuk mencegah komplikasi
setelah melahirkan.
- Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta
perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan.

PENCEGAHAN
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin
untuk setiap ibu hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah
seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan / resep dokter
kandungan.
4. Olah raga teratur
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi
keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba
6. Periksakan kehamilan secara rutin

PROGNOSIS
 Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati atau
jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa
kanak-kanak.
 Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat,
meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling
sering.
 Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan
kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko
munculnya PJT.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai