Anda di halaman 1dari 47

STUNTING

Oleh:
Bustanil Fadli
Nida Ulhaq
Sharah Annisa
Fadly Harizulhakim

Pembimbing :
dr. T. M. Thaib, M.Kes, Sp.A(K)

Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Keluarga FK UNSYIAH


2019
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai
dengan banyaknya kasus gizi kurang pada anak balita, usia masuk
sekolah baik pada laki-laki dan perempuan.

Indonesia
menduduki
Malnutrisi merupakan suatu dampak peringkat kelima
keadaan status gizi baik dalam jangka dunia untuk
waktu pendek maupun jangka waktu
Tahun 2017 150,8 juta balita (22,2%) di jumlah anak
lama.
dunia mengalami stunting. Namun angka dengan kondisi
ini sudah mengalami penurunan jika stunting.
dibandingkan dengan angka stunting
pada tahun 2000 yaitu 32,6%.
Stunting adalah salah satu keadaan
malnutrisi
Prevalensi di Indonesia
Prevalensi di Aceh
BAB II LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Luthfia Annisa


Tanggal Lahir : 13 April 2018
Usia : 1 tahun (12 bulan 2 hari)
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Lamtemeun
No RM : 000023.11.2018
Tanggal Periksa : 15 April 2019
ANAMNESIS
ANAMNESIS
KU Batuk dan pilek
Demam, berat badan anak yang tidak kunjung naik dan tampak
KT
kurus.
Pasien diantar keluarganya dengan keluhan batuk dan pilek yang dialami
RPS sejak 3 hari yang lalu. Batuk dirasakan hilang timbul dan berdahak, tidak
ada pemicu sebelum terjadinya batuk. Hidung mengeluarkan ingus
dengan warna jernih dan sedikit kental. Keluhan batuk dan pilek ini juga
disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi. Ibu pasien juga
mengeluhkan berat badan anak yang tidak ada peningkatan dan tampak
kurus dibandingkan dengan anak-anak seusianya, sejak lahir pasien tidak
mendapatkan ASI dikarenakan kondisi Ibu yang sakit dan hanya diberikan
susu formula. Sesak napas, pucat dan bengkak pada tubuh tidak
dikeluhkan.
RPD BBLR

Saudara pasien juga dengan keluhan batuk dan pilek. Ibu menderita
RPK
Osteosarcoma dan telah menjalani tindakan operasi dan kemoterapi.

RPO
Pasien belum diberikan obat.

R.
Pasien tidak ada riwayat alergi
Alergi
Ibu pasien ANC pada saat pengobatan penyakitnya di rumah sakit.
R.Hml Selama kehamilan ibu pasien mengalami osteosarcoma dan dilakukan
kemoterapi, tidak ada keluhan seperti hipertensi, DM, asma, demam, dan
keputihan.
Pasien merupakan anak keempat dari emapat bersaudara, lahir secara sectio
R.Lhr caesarea atas indikasi Ibu dengan Osteosarcoma, dengan berat badan lahir
2300 gram. Bayi lahir cukup bulan, namun tidak segera menangis dan
tampak biru. Kemudian bayi di rawat di NICU selama 30 hari. Pada saat
lahir pasien mendapatkan injeksi vitamin K.
R. Mkn •0-6 bulan : Susu Formula
•6-12 bulan : Susu formula terkadang dan diberikan biskuit

R.Im Imunisasi dasar yang didapatkan pasien : Pasien tidak mendapatkan


imunisasi
VITAL SIGN

GCS: E4M6V5 110 kali / menit 32 kali / menit Aksila: 37,6 °C


ANTROPOMETRI

Berat badan : 5,2 kg


Tinggi badan : 67 cm
Lingkar kepala : 45 cm
Lingkar lengan atas : 12 cm
Status Gizi :
BB/U : <-3 SD (severely underweight)
TB/U : <-3SD (severely stunted)
BB/TB : < -3 SD (severely wasted)
BBI : 9 kg
HA : 6 bulan
HA: 6 bulan
Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
KPSP PADA BAYI UMUR 12 BULAN
1. Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/di pojok, Sosialisasi & Ya Tidak
kemudian muncui dan menghilang secara berulang-ulang
kemandirian 
di hadapan anak, apakah ia mencari anda atau
mengharapkan anda muncul kembali?
2. Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil pensil Gerak halus Ya Tidak
tersebut dengan perlahan-lahan. Sulitkah anda
mendapatkan pensil itu kembali? 

3. Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih Gerak Kasar Ya Tidak
dengan berpegangan pada kursi/meja?

4. Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, Bicara & Ya Tidak
misalnya: “ma-ma”, “da-da” atau “pa-pa”. Jawab YA bila
ia mengeluarkan salah—satu suara tadi. bahasa 

5. Apakah anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri Gerak Kasar Ya Tidak
tanpa bantuan anda?

Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
KPSP PADA BAYI UMUR 12 BULAN
6. Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang belum Sosialisasi & Ya Tidak
ia kenal? la akan menunjukkan sikap malu-malu atau ragu-ragu kemandirian 
pada saat permulaan bertemu dengan orang yang belum
dikenalnya
7 Apakah anak dapat mengambil Benda kecil seperti kacang atau Gerak Halus Ya Tidak
kismis, dengan meremas di antara ibu jari dan jarinya seperti
pada gambar? 

8 Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan? Gerak Kasar Ya Tidak

9 Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu kata-kata Bicara & Ya Tidak
yang lengkap). Apakah ia mencoba meniru menyebutkan kata-
kata tadi ? bahasa 

10 Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus Gerak halus Ya Tidak
kecil yang ia pegang? Kerincingan bertangkai dan tutup panel
tidak ikut dinilai. 

Kesimpulan : Perkembangan Anak Meragukan 5 5


PEMERIKSAAN FISIK
Kulit : Pucat (-) Ikterus (-) Sianosis(-)
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik
Leher :Simetris (+), pembesaran (-/-), pupil isokor, rcl (+/+), rctl (+/+)
KGB (-) Kepala : LK 45 cm, UUB terbuka rata
THT : Normotia, sekret (-)

•Paru : Jantung :
Inspeksi:Simetris, Retraksi (-), •I: Inspeksi : Pulsasi ictus kordis tidak terlihat
bentuk dada normal •Palpasi : Pulsasi ictus kordis teraba di ics 5
Auskultasi : Vesikuler midclavikula sinistra
(+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) •Auskultasi : BJ I> BJ II reguler, bising (-)

Ekstremitas : •Abdomen :
Edema : -/- -/- Sianosis : -/- -/- akral Inspeksi: simetris (+), distensi (-)
hangat: +/+ +/+ •Palpasi: Soepel, Pembesaran organ setempat
Gerakan: (-)
•Auskultasi: Tidak ada kelainan
DIAGNOSIS KERJA
• Malnutrisi Kronik (Stunting)
• ISPA
• Global Development Delay
TATALAKSANA

Medikamentosa
Paracetamol syr 3 x cth 1/2
Ambroxol syr 2 x cth 1/2
Vitamin A 200.000 IU

Edukasi
Obat yang diberikan hanya untuk menyembuhkan gejala, seperti batuk dan
demam
Makan teratur, sedikit tetapi sering dan zat gizi harus seimbang, mengikuti pola
penatalaksanaan pada stunting
Rutin kontrol untuk mengetahui status gizi anak
Edukasi terkait perkembangan anak meragukan
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI STUNTING
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur.

diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari


minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan
anak dari WHO.
EPIDEMIOLOGI
PENYEBAB STUNTING
Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu
sebagai berikut :
• Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan
kandungan zat gizi dalam makanan yaitu
karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan
air) 
• Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
• Riwayat penyakit.
PENYEBAB STUNTING
Fase kehamilan
Bayi usia 0 – 2 tahun
 Masalah pada periode 730 hari selama pasca kelahiran bayi 
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap gizi orangtuanya
yang menyebabkan tidak berkualitasnya asupan gizi dan pola asuh
yang akan berdampak pada status gizi anak. Hal tersebut dapat
dicegah jika ibu memiliki status gizi, kondisi fisik dan kesehatan
yang baik.
 Pemenuhan gizi yang optimal selama periode 1000 HPK, selain
memberi kesempatan bagi anak untuk hidup lebih lama, lebih sehat,
dan lebih produktif, juga berisiko lebih rendah dari menderita
penyakit degeneratif.
DAMPAK STUNTING
Dampak Jangka Pendek.
 Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
 Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal; dan
 Peningkatan biaya kesehatan.

Dampak Jangka Panjang.


 Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada umumnya);
 Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;
 Menurunnya kesehatan reproduksi;
 Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah; dan
 Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
PENCEGAHAN STUNTING
BAB III PEMBAHASAN
Kasus Teori

• Telah diperiksa seorang anak • Keluhan ini menandakan anak


perempuan usia 1 tahun (12 terserang infeksi akut baik
bulan 2 hari) dengan keluhan virus maupun bakteri. Kondisi
batuk dan pilek yang dialami ini rentan terjadi karena daya
sejak 3 hari yang lalu. Batuk tahan tubuh anak yang belum
dirasakan hilang timbul dan sempurna dan hal ini dapat
berdahak, tidak ada pemicu diperberat dengan adanya
sebelum terjadinya batuk. permasalahan gizi pada anak.
Hidung mengeluarkan ingus
dengan warna jernih dan
sedikit kental. Demam tidak
terlalu tinggi
Kasus Teori

• Ibu pasien juga • Nutrisi yang diperoleh sejak


mengeluhkan berat badan bayi lahir tentunya sangat
anak yang tidak ada berpengaruh terhadap
peningkatan dan tampak pertumbuhannya termasuk
kurus serta pendek risiko terjadinya stunting.
dibandingkan dengan anak- ASI merupakan makanan
anak seusianya. sejak lahir terbaik bagi bayi sampai
pasien tidak mendapatkan enam bulan, dan
ASI dikarenakan kondisi disempurnakan sampai
Ibu yang sakit dan hanya umur dua tahun.
diberikan susu formula
Kasus Teori
• Pada pemeriksaan • Seseorang dikatakan stunting
antropometri didapatkan bila skor Z-indeks TB/Unya di
status gizi BB/U : <-3 bawah -2 SD (standar deviasi).
SD menunjukkan Kejadian stunting merupakan
severely underweight. dampak dari asupan gizi yang
TB/U : <-3 SD kurang, baik dari segi kualitas
menunjukkan anak maupun kuantitas, tingginya
sangat pendek. BB/TB : kesakitan, atau merupakan
<-3 SD menunjukkan kombinasi dari keduanya.
anak sangat kurus.
Kasus Teori
• Pasien ini didiagnosis dengan •Stunting merupakan suatu
Malnutrisi Kronis (Stunting), ISPA permasalahan gizi kronis.
dan Global Development Delay. •Selain berdampak terhadap
pertumbuhan, dampak jangka
pendek lain yang ditimbulkan oleh
stunting adalah gangguan
perkembangan anak dimana
perkembangan kognitif, motorik,
dan verbal pada anak tidak
optimal.
Kasus Teori

• Pasien mendapatkan • Obat yang diberikan


terapi paracetamol syr hanya untuk
3xcth 1/2,ambroxol syr menyembuhkan gejala,
3xcth ½ dan Vitamin A seperti batuk dan
200.000 IU demam
• Vitamin A dosis tinggi
dianjurkan diberikan
pada kunjungan pertama
balita dengan
permasalahan gizi.
Kasus Teori

• Pasien diberikan edukasi : • Permasalahan stunting


• Makan teratur, zat gizi harus memerlukan intervensi pada
seimbang, untuk perbaikan 1000 hari pertama kehiduapan.
gizi Periode seribu hari mulai sejak
• Lengkapi imunisasi terjadinya konsepsi hingga
• Perbaiki sanitasi anak berumur 2 tahun. Periode
ini disebut periode emas
• Rutin kontrol untuk
(golden periode) atau disebut
mengetahui status gizi anak juga sebagai waktu yang kritis,
• Evaluasi status perkembangan yang jika tidak dimanfaatkan
dengan baik akan terjadi
kerusakan yang bersifat
permanen.
Pola asuh mengatasi stunting:
• Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
• ASI Eksklusif sampai 6 bulan
• Makanan pendamping ASI (MPASI) sampai dengan 2 tahun
WHO/UNICEF dalam ketentuannya mengharuskan bayi usia 6-23 bulan dapat
MPASI yang adekuat dengan ketentuan dapat menerima minimal 4 atau lebih dari 7
jenis makanan (serealia/umbi-umbian, kacang-kacangan, produk olahan susu, telur,
sumber protein lainnya, sayur dan buah kaya vitamin A, sayur dan buah lainnya-
Minimum Dietary Diversity/MMD)
Bayi harus memenuhi ketentuan Minimum Meal Frequency (MMF) dengan
frekuesi sebagai berikut:
a. Untuk bayi yang diberi ASI:
• Umur 6-8 bulan: 2 x/hari atau lebih;
• Umur 9-23 bulan: 3 x/hari atau lebih.
b. Untuk bayi 6-23 bulan yang tidak diberi ASI: 4 x/hari atau lebih.
BAB IV KESIMPULAN
Kesimpulan
 Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang sedang dihadapi
Indonesia. Hal ini menjadi penting karena menyangkut kualitas sumber
daya manusia Indonesia di masa yang akan datang. Upaya pencegahan
dan penurunan angka stunting tidak dapat dilakukan hanya oleh sektor
kesehatan, tetapi dengan melibatkan lintas sektor dan tentunya dari dalam
keluarga itu sendiri.
 Kombinasi antara perbaikan kesehatan dan upaya pengentasan
kemiskinan dinilai mampu menyelamatkan sekitar 2,2 juta jiwa dan
menurunkan sekitar 50 juta kasus stunting pada tahun 2025.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai