DISTOSIA BAHU
Pembimbing :
Disusun oleh :
(2015730033)
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4. Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan
suprapubis atau fundus dan traksi berpotensi meningkatkan risiko
cedera pada janin.
C. Manifestasi Klinis
D. Diagnosis
Distosia bahu juga dapat dikenali bila didapatkan keadaan :4,5
- Kepala bayi telah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
- Kepala bayi telah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang
- Dagu tertarik dan menekan perineum
- Traksi pada kepala bayi tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap berada
di cranial simfisis pubis.
E. Penanganan Distosia Bahu
4
Karena distosia bahu tidak dapat diramalkan, tenaga medis obstetrik harus
mengetahui betul prinsip-prinsip penatalaksanaan penyulit yang terkadang dapat
sangat melumpuhkan ini. Pengurangan interval waktu antara pelahiran kepala
sampai pelahiran badan amat penting untuk bertahan hidup. Usaha untuk
melakukan traksi ringan pada awal pelahiran, yang dibantu dengan gaya dorong
ibu, amat dianjurkan. Traksi yang terlalu keras pada kepala atau leher, atau rotasi
tubuh berlebihan, dapat menyebabkan cedera serius pada bayi.4
Beberapa ahli menyarankan untuk melakukan episiotomi luas dan idealnya
diberikan analgesi yang adekuat. Tahap selanjutnya adalah membersihkan mulut
dan hidung bayi. Setelah menyelesaikan tahap-tahap ini, dapat diterapkan
berbagai teknik untuk membebaskan bahu depan dari posisinya yang terjepit di
bawah simfisis pubis:1,4,5
2. Manuver McRoberts yang ditemukan oleh Gonik dan rekannya (1983) dan
dinamai sesuai nama William A. McRoberts.
Manuver McRobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi
McRobert, yaitu terlentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut
menjadi sedekat mungkin ke dada, dan rotasikan kedua kaki ke arah luar
(abduksi). Lakukan episiotomy yang cukup lebar. Gabungan episiotomy
dan posisi McRobert akan mempermudah bahu posterior melewati
promontorium dan masuk ke dalam panggul. Mintalah asisten menekan
5
suprasimfisis ke arah posterior menggunakan pangkal tangannya untuk
menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara itu
lakukan tarikan pada kepala janin kearah posterokaudal dengan mantap.
Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang
berlebihan karena akan mencederai pleksus brakialis. Setelah bahu anterior
dilahirkan, langkah selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan
presentasi kepala. Manuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat
mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.
Gherman dan rekannya (2000) menganalisa manuver McRoberts
dengan pelvimetri radiologik. Mereka mendapati bahwa manuver ini dapat
membuat pelurusan relatif sakrum terhadap vertebra lumbal, bersama
dengan rotasi simfisis pubis ke arah kepala ibu yang menyertainya serta
pengurangan sudut kemiringan panggul. Meski manuver ini tidak
memperbesar ukuran panggul, rotasi panggul ke arah kepala cenderung
membebaskan bahu depan yang terjepit. Gonik dan rekannya (1989)
menguji posisi McRoberts secara obyektif pada model di laboratorium dan
menemukan bahwa manuver ini mampu mengurangi tekanan ekstraksi
pada bahu janin (lih. Gambar 3).
6
membuka tutup botol, sehingga diharapkan dapat membebaskan bahu
anterior yang terjepit.
Manuver Wood dilakukan dengan menggunakan dua jari dari
tangan yang berseberangan dengan punggung bayi (punggung kanan
berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) yang diletakkan
dibagian depan bahu posterior. Bahu posterior dirotasi 180 derajat.
Dengan demikian, bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya
berada dibawah arkus pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas
panggul dan berubah menjadi bahu posterior. Dalam posisi seperti itu,
bahu anterior akan dengan mudah dapat dilahirkan (lih. Gambar 4).
7
5. Manuver Rubin, yang terdiri dari dua tahapan.
Pertama, kedua bahu janin diayun dari satu sisi ke sisi lain dengan
memberikan tekanan pada abdomen. Bila hal ini tidak berhasil, tangan
yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah diakses, yang
kemudian didorong ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan
menyebabkan abduksi kedua bahu, yang kemudian akan menghasilkan
diameter antar-bahu mengecil dan pergeseran bahu depan dari belakang
simfisis pubis (lih. Gambar 6).
6. Manuver Hibbard, yang dilakukan dengan menekan dagu dan leher janin
ke arah rektum ibu, dan seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu
depan dibebaskan (lih. Gambar 7). Namun, perlu diingat bahwa
penekanan kuat pada fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan
mengakibatkan semakin terjepitnya bahu depan. Penekanan fundus yang
salah, yang tanpa disertai manuver lain justru dapat memperberat
komplikasi terutama berkaitan dengan kerusakan ortopedik dan neurologik
(janin).
8
gambar 7. Manuver Hibbard
9
mematahkan klavikula secara sengaja pada bayi besar. Fraktur klavikula
biasanya akan sembuh dengan cepat, dan tidak seserius cedera nervus
brakhialis, asfiksia atau kematian.
gambar 9. Kleidotomi
10. Simfisiotomi, ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari
tulang panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih
luas.
10
Penekanan suprapubik (Manuver Massanti) dan pendekatan pervaginam
dengan adduksi bahu depan dengan tekanan untuk mempermudah aspek
bahu belakang (yaitu dengan mendorong ke arah dada) sehingga akan
menghasilkan diameter terkecil (Manuver Rubin)
Rotation of the posterior shoulder (Pemutaran bahu belakang)
Manuver ini dilakukan dengan memutar 180 derajat bahu psterior
sehingga menjadi bahu anterior (Manuver Woodscrew)
Manual removal posterior arm (Manuver Jacquemier)
Ditentukan siku lengan posterior bayi, difleksikan dengan tekanan pada
fossa antecubital sehingga tangan bayi dapat dipegang. Tangan tersebut
kemudian ditarik hingga melewati dada bayi sehingga keseluruhan lengan
dapat dilahirkan.
Episiotomi
11
Hindari 4 P :
a. Panic (Panik)
b. Pulling (Menarik)
c. Pushing (Mendorong)
d. Pivot
Jika cara tersebut sudah dilakukan dan distosia bahu tetap belum teratasi
maka dapat dilakukan:
1. Manuver Zavanelli
2. Kleidotomi
3. Simfisiotomi
Bila distosia bahu telah berhasil ditangani, maka dilakukan :2
12
pleksus brachialis dan kurang lebih 10% kasus distosia bahu menyebabkan
kecacatan permanen pleksus brachialis.
Walaupun distosia bahu dan penggunaan manuver dalam
penatalaksanaan distosia bahu sering duhubungkan dengan kelemahan otot
di atas, cedera plexus brachialis juga dapat terjadi pada persalinan
pervaginam. Mekanisme yang mungkin terjadi pada cedera akibat
persalinan intrauterin adalah akibat tekanan endogeneous propulsive dari
uterus ketika bayi berada pada OUE, kegagalan bahu untuk berputar,
kelainan tekanan intrauterin akibat kelainan pada uterus (fibroid, septum
intrauterin, uterus bikornuate). Semua kondisi ini dapat menyebabkan
cedera plexus brachialis. Selain itu, tekanan berlebihan saat traksi juga
dapat menyebabkan cedera ini. Cedera tidak hanya disebabkan oleh karena
traksi namun juga bisa diakibatkan oleh karena tenaga pendorong ibu.
Komplikasi lain akibat distosia bahu seperti fraktur klavikula dan
humerus dapat saja sembuh tanpa cacat.
Sedangkan beberapa komplikasi lain yang fatal dari distosia bahu
dapat menyebabkan hipoksia-iskemik enselofati dan bahkan kematian.
G. Prognosis
Angka morbiditas dan mortalitas anak yang cukup tinggi, dapat terjadi
fraktur humerus dan klavikula, kelumpuhan Erb, serta kematian janin.
Bagi ibu, penyulit yang sering adalah perdarahan pascasalin akibat atonia
uteri, walau dapat juga akibat robekan vagina dan atau serviks. Penyulit-
penyulit ini lebh banyak disebabkan oleh makrosomia dan bukan oleh
distosia bahu.
13
BAB III
KESIMPULAN
b. Lift/hyperflex Legs
f. Episiotomi
14
Daftar Pustaka
15