Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

DISTOSIA BAHU

Pembimbing :

dr. Futiha Arabia, Sp. OG (K)

Disusun oleh :

Dysha Hasya Muthi

(2015730033)

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Angka kejadian distosia bahu menurut American College of Obstetricians


and Gynecologists (ACOG) adalah 0,6-1,4%. Namun angka kejadian ini
bervariasi mulai dari 1 dalam 750 kelahiran hingga 1 dalam 15 kelahiran. Salah
satu alasan utama variasi ini adalah kesulitan dalam diagnosis dan adanya kasus
distosia bahu yang tidak dilaporkan karena kondisinya yang bersifat ringan dan
dapat ditangani dengan outcome yang menguntungkan. Bahkan kejadian distosia
bahu diperkirakan bisa lebih tinggi lagi karena tidak pernah dilaporkan oleh
dokter atau bidan yang menolong persalinan karena pertimbangan litigasi.1
Angka kejadian distosia bahu juga bervariasi berdasarkan berat bayi yang
dilahirkan, dimana 0,6-1,4% terjadi pada bayi dengan berat 2500-4000 gram, dan
meningkat hingga 5-9% pada bayi dengan berat 4000-4500 gram dari ibu tanpa
diabetes. Distosia bahu tidak dipengaruhi oleh status wanita yang primigravida
maupun dengan multigravida, meskipun lebih sering terjadi pada bayi yang lahir
dari ibu dengan diabetes , dimana sebesar 16/1000 kelahiran sering berhubungan
dengan obesitas dan kontrol yang buruk terhadap diabetesnya.1,2
Diperkirakan angka kejadian distosia bahu akan terus meningkat, yang
kemungkinan bisa disebabkan oleh adanya wanita yang memiliki anak pada usia
reproduksi lanjut dan juga tingkat obesitas yang semakin meningkat.1
Distosia bahu mempunyai kemungkinan berulang sebesar 10-15%, dimana
wanita dengan riwayat persalinan distosia bahu yang mengakibatkan cedera pada
bayi yang dilahirkannya mempunyai resiko lebih besar berulang pada persalinan
selanjutnya. Sehingga informasi adanya persalinan dengan distosia bahu perlu
disampaikan kepada wanita hamil untuk memudahkan perencanaan persalinan
pada kehamilan selanjutnya.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Distosia Bahu

Distosia bahu termasuk dalam kedaruratan obsetri, sehingga dibutuhkan tindakan


segera, serta keterampilan dan kemampuan teknik persalinan yang tepat untuk
menghidari morbiditas dan mortalitas perinatal. Hal ini terjadi ketika bahu depan
terjepit oleh simpisis pubis atau bahu belakang terjepit oleh sacral promontorium
sehingga terjadi kegagalan dalam pengeluaran bahu. Persalinan kepala umumnya
diikuti oleh persalinan bahu dalam waktu 24 detik, sedangkan jika persalinan bahu
lebih dari 60 detik dianggap sebagai distosia bahu.3

B. Faktor Risiko dan Pencegahannya

Tabel 1. Faktor Risiko Distosia Bahu.2

Pencegahan distosia bahu dilakukan dengan:1,3

1. Menawarkan pilihan dilakukan seksio sesaria pada rencana persalinan


pervaginam dengan janin luar biasa besar(>5 kg), janin sangat besar
(>4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (>4 kg) dengan riwayat
distosia bahu pada persalinan sebelumnya.
2. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.
3. Selalu bersiap-siap bila sewaktu-waktu terjadi

3
4. Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan
suprapubis atau fundus dan traksi berpotensi meningkatkan risiko
cedera pada janin.

C. Manifestasi Klinis

Tanda klinis terjadinya distosia bahu meliputi:3


1. Tubuh bayi tidak muncul setelah ibu meneran dengan baik dan traksi
yang cukup untuk melahirkan tubuh setelah kepala bayi lahir

2. Turtle sign, yaitu ketika kepala bayi tiba-tiba tertarik kembali ke


perineum ibu setelah keluar dari vagina. Pipi bayi menonjol keluar, seperti
seekor kura-kura yang menarik kepala kembali ke cangkangnya. Penarikan
kepala bayi ini dikarenakan bahu depan bayi terperangkap di tulang pubis
ibu, sehingga menghambat lahirnya tubuh bayi.

gambar 1. Turtle sign

D. Diagnosis
Distosia bahu juga dapat dikenali bila didapatkan keadaan :4,5
- Kepala bayi telah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
- Kepala bayi telah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang
- Dagu tertarik dan menekan perineum
- Traksi pada kepala bayi tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap berada
di cranial simfisis pubis.
E. Penanganan Distosia Bahu

4
Karena distosia bahu tidak dapat diramalkan, tenaga medis obstetrik harus
mengetahui betul prinsip-prinsip penatalaksanaan penyulit yang terkadang dapat
sangat melumpuhkan ini. Pengurangan interval waktu antara pelahiran kepala
sampai pelahiran badan amat penting untuk bertahan hidup. Usaha untuk
melakukan traksi ringan pada awal pelahiran, yang dibantu dengan gaya dorong
ibu, amat dianjurkan. Traksi yang terlalu keras pada kepala atau leher, atau rotasi
tubuh berlebihan, dapat menyebabkan cedera serius pada bayi.4
Beberapa ahli menyarankan untuk melakukan episiotomi luas dan idealnya
diberikan analgesi yang adekuat. Tahap selanjutnya adalah membersihkan mulut
dan hidung bayi. Setelah menyelesaikan tahap-tahap ini, dapat diterapkan
berbagai teknik untuk membebaskan bahu depan dari posisinya yang terjepit di
bawah simfisis pubis:1,4,5

1. Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan


dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin, ini disebut sebagai
disimpaksi bahu anterior atau manuver Massanti (lih. Gambar 2) .

Gambar 2. Penekanan suprapubik pada manuver Massanti.

2. Manuver McRoberts yang ditemukan oleh Gonik dan rekannya (1983) dan
dinamai sesuai nama William A. McRoberts.
Manuver McRobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi
McRobert, yaitu terlentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut
menjadi sedekat mungkin ke dada, dan rotasikan kedua kaki ke arah luar
(abduksi). Lakukan episiotomy yang cukup lebar. Gabungan episiotomy
dan posisi McRobert akan mempermudah bahu posterior melewati
promontorium dan masuk ke dalam panggul. Mintalah asisten menekan

5
suprasimfisis ke arah posterior menggunakan pangkal tangannya untuk
menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara itu
lakukan tarikan pada kepala janin kearah posterokaudal dengan mantap.
Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang
berlebihan karena akan mencederai pleksus brakialis. Setelah bahu anterior
dilahirkan, langkah selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan
presentasi kepala. Manuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat
mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.
Gherman dan rekannya (2000) menganalisa manuver McRoberts
dengan pelvimetri radiologik. Mereka mendapati bahwa manuver ini dapat
membuat pelurusan relatif sakrum terhadap vertebra lumbal, bersama
dengan rotasi simfisis pubis ke arah kepala ibu yang menyertainya serta
pengurangan sudut kemiringan panggul. Meski manuver ini tidak
memperbesar ukuran panggul, rotasi panggul ke arah kepala cenderung
membebaskan bahu depan yang terjepit. Gonik dan rekannya (1989)
menguji posisi McRoberts secara obyektif pada model di laboratorium dan
menemukan bahwa manuver ini mampu mengurangi tekanan ekstraksi
pada bahu janin (lih. Gambar 3).

Gambar 3. Manuver McRoberts.

3. Manuver Wood’s corkscrew, yang dilakukan dengan memutar bahu


belakang secara progresif sebesar 180 derajat dengan gerakan seperti

6
membuka tutup botol, sehingga diharapkan dapat membebaskan bahu
anterior yang terjepit.
Manuver Wood dilakukan dengan menggunakan dua jari dari
tangan yang berseberangan dengan punggung bayi (punggung kanan
berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) yang diletakkan
dibagian depan bahu posterior. Bahu posterior dirotasi 180 derajat.
Dengan demikian, bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya
berada dibawah arkus pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas

panggul dan berubah menjadi bahu posterior. Dalam posisi seperti itu,
bahu anterior akan dengan mudah dapat dilahirkan (lih. Gambar 4).

4. Pelahiran bahu belakang, meliputi penyusuran lengan belakang janin


secara hati-hati hingga mencapai dada, yang diikuti dengan pelahiran
lengan tersebut. Cingulum pektorale kemudian diputar ke arah salah satu
diameter oblik panggul yang diikuti pelahiran bahu depan. Tindakan ini
disebut sebagai manuver Jacquimer (lih. Gambar 5).

gambar 4. Manuver Wood’s corkscrew.

7
5. Manuver Rubin, yang terdiri dari dua tahapan.
Pertama, kedua bahu janin diayun dari satu sisi ke sisi lain dengan
memberikan tekanan pada abdomen. Bila hal ini tidak berhasil, tangan
yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah diakses, yang
kemudian didorong ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan
menyebabkan abduksi kedua bahu, yang kemudian akan menghasilkan
diameter antar-bahu mengecil dan pergeseran bahu depan dari belakang
simfisis pubis (lih. Gambar 6).

gambar 6. Manuver Rubin

6. Manuver Hibbard, yang dilakukan dengan menekan dagu dan leher janin
ke arah rektum ibu, dan seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu
depan dibebaskan (lih. Gambar 7). Namun, perlu diingat bahwa
penekanan kuat pada fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan
mengakibatkan semakin terjepitnya bahu depan. Penekanan fundus yang
salah, yang tanpa disertai manuver lain justru dapat memperberat
komplikasi terutama berkaitan dengan kerusakan ortopedik dan neurologik
(janin).

8
gambar 7. Manuver Hibbard

7. Manuver Zavanelli, bertujuan untuk mengembalikan kepala ke dalam


rongga panggul dan kemudian melahirkan secara sesar. Bagian pertama
dari manuver ini adalah mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior
atau oksiput posterior bila kepala janin telah berputar dari posisi tersebut.
Langkah kedua adalah memfleksikan kepala dan secara perlahan
mendorongnya masuk kembali ke vagina, yang diikuti dengan pelahiran
secara sesar (lih. Gambar 8). Terbutaline (250 mg, subkutan) dapat
diberikan untuk menghasilkan relaksasi uterus.

gambar 8. Manuver Zavanelli

8. Pematahan os clavicula, yang dilakukan secara sengaja dengan cara


menekan klavikula anterior terhadap ramus pubis dapat dilakukan untuk
membebaskan bahu yang terjepit. Namun, pada praktiknya, sulit

9
mematahkan klavikula secara sengaja pada bayi besar. Fraktur klavikula
biasanya akan sembuh dengan cepat, dan tidak seserius cedera nervus
brakhialis, asfiksia atau kematian.

9. Kleidotomi, yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam


lain, dan biasanya dilakukan pada janin mati (lih. Gambar 9).

gambar 9. Kleidotomi

10. Simfisiotomi, ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari
tulang panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih
luas.

Beberapa literatur mengungkapkan beberapa cara dalam mengatasi distosia


bahu yaitu Manajemen ALARMER dan 4 P.
Manajemen ALARMER :1,3

Ask for help (Minta bantuan)

 Diperlukan penolong tambahan untuk melakukan manuver McRoberts dan


penekanan suprapubik.
 Menyiapkan penolong untuk resusitasi neonatus.

Lift / hyperflexion Legs


Hiperfleksi kedua kaki (Manuver McRobert), distosia bahu pada
umumnya akan teratasi dengan manuver ini pada 70% kasus.
Anterior shoulder disimpaction (disimpaksi bahu depan)

10
Penekanan suprapubik (Manuver Massanti) dan pendekatan pervaginam
dengan adduksi bahu depan dengan tekanan untuk mempermudah aspek
bahu belakang (yaitu dengan mendorong ke arah dada) sehingga akan
menghasilkan diameter terkecil (Manuver Rubin)
Rotation of the posterior shoulder (Pemutaran bahu belakang)
Manuver ini dilakukan dengan memutar 180 derajat bahu psterior
sehingga menjadi bahu anterior (Manuver Woodscrew)
Manual removal posterior arm (Manuver Jacquemier)
Ditentukan siku lengan posterior bayi, difleksikan dengan tekanan pada
fossa antecubital sehingga tangan bayi dapat dipegang. Tangan tersebut
kemudian ditarik hingga melewati dada bayi sehingga keseluruhan lengan
dapat dilahirkan.

Episiotomi

Prosedur ini secara tidak langsung membantu penanganan distosia bahu,


dengan memungkinkan penolong untuk meletakkan tangan penolong ke
dalam vagina untuk melakukan manuver tertentu.

Roll over onto ‘all fours’ (knee-chest position/ Manuver Gaskin)


Langkah ini memungkinkan posisi bayi bisa bergeser dan terjadi
disimpaksi bahu anterior. Hal ini juga memungkinkan akses yang lebih
mudah untuk memutar bahu posterior atau bahkan melahirkannya
langsung (lih. Gambar 10)

gambar 10. Gaskin Manuver

11
Hindari 4 P :
a. Panic (Panik)
b. Pulling (Menarik)
c. Pushing (Mendorong)
d. Pivot
Jika cara tersebut sudah dilakukan dan distosia bahu tetap belum teratasi
maka dapat dilakukan:
1. Manuver Zavanelli

2. Kleidotomi

3. Simfisiotomi
Bila distosia bahu telah berhasil ditangani, maka dilakukan :2

 Penilaian bayi untuk mengetahui adanya trauma.


 Analisa gas darah tali pusat.
 Penilaian ibu untuk tears pada saluran genital.
 Manajemen aktif kala III untuk mencegah perdarahan postpartum.
 Mencatat manuver yang telah dilakukan.
 Menjelaskan semua langkah yang telah dilakukan kepada ibu dan
keluarga yang mungkin ada pada saat dilakukan penanganan.
F. Komplikasi1,3,4

Kegagalan melahirkan bahu secara spontan dapat mengakibatkan


cacat permanen baik pada ibu maupun pada janin dengan resiko tinggi.
Komplikasi tersering yang terjadi adalah perdarahan dan laserasi derajat
IV perineum. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah laserasi vagina
dan serviks beserta atonia uteri. Harus diperhatikan bahwa manuver heroik
seperti Zavanelli manuver dan simpisiotomi sering mengakibatkan
kecacatan pada ibu.
Cedera pleksus brachialis (Erb-Duschenne’s : cedera pada saraf
tepi C5-C6; klumpke pulsy : cedera pada saraf tepi C8-T1) adalah satu dari
sekian banyak komplikasi distosia bahu yang terpenting dan berbahaya.
Banyak kasus distosia bahu dapat diselesaikan tanpa terjadinya cedera

12
pleksus brachialis dan kurang lebih 10% kasus distosia bahu menyebabkan
kecacatan permanen pleksus brachialis.
Walaupun distosia bahu dan penggunaan manuver dalam
penatalaksanaan distosia bahu sering duhubungkan dengan kelemahan otot
di atas, cedera plexus brachialis juga dapat terjadi pada persalinan
pervaginam. Mekanisme yang mungkin terjadi pada cedera akibat
persalinan intrauterin adalah akibat tekanan endogeneous propulsive dari
uterus ketika bayi berada pada OUE, kegagalan bahu untuk berputar,
kelainan tekanan intrauterin akibat kelainan pada uterus (fibroid, septum
intrauterin, uterus bikornuate). Semua kondisi ini dapat menyebabkan
cedera plexus brachialis. Selain itu, tekanan berlebihan saat traksi juga
dapat menyebabkan cedera ini. Cedera tidak hanya disebabkan oleh karena
traksi namun juga bisa diakibatkan oleh karena tenaga pendorong ibu.
Komplikasi lain akibat distosia bahu seperti fraktur klavikula dan
humerus dapat saja sembuh tanpa cacat.
Sedangkan beberapa komplikasi lain yang fatal dari distosia bahu
dapat menyebabkan hipoksia-iskemik enselofati dan bahkan kematian.
G. Prognosis

Angka morbiditas dan mortalitas anak yang cukup tinggi, dapat terjadi
fraktur humerus dan klavikula, kelumpuhan Erb, serta kematian janin.

Bagi ibu, penyulit yang sering adalah perdarahan pascasalin akibat atonia
uteri, walau dapat juga akibat robekan vagina dan atau serviks. Penyulit-
penyulit ini lebh banyak disebabkan oleh makrosomia dan bukan oleh
distosia bahu.

13
BAB III

KESIMPULAN

1. Distosia bahu termasuk dalam kedaruratan obsetri, sehingga dibutuhkan


tindakan segera.
2. Distosia bahu menyebabkan komplikasi serius pada ibu dan janin.
3. Faktor risiko distosia bahu dapat terjadi pada saat antepartum maupun
intrapartum.
4. Manajemen penanganan distosia bahu disebut ALARMER, yang terdiri dari:
a. Ask for help (Minta bantuan)

b. Lift/hyperflex Legs

c. Anterior shoulder disimpaction (disimpaksi bahu depan)

d. Rotation of the posterior shoulder (Pemutaran bahu belakang)

e. Manual removal posterior arm (Manuver Jacquemier)

f. Episiotomi

g. Roll over onto ‘all fours’ (knee-chest position/ Manuver Gaskin)

14
Daftar Pustaka

1. Allen, Robert H. Shoulder dystocia. 2016. Diunduh dari:


http://emedicine.medscape.com/article/1602970-overview.
2. Akbar H, Prabowo AY, Rodiani. Kehamilan aterm dengan distosia bahu.
Medula Edisi November 2017. Vol 7. Nomor 4. Lampung: Fakultas
Kedokteran Unila. 2017.
3. Manuaba C, Manuaba F, Manuaba IBG. Pengantar Kuliah Obsetri. Jakarta:
EGC; 2007.
4. Cuningham, F Gary. Distosia: kelainan presentasi, posisi, dan perkembangan
janin. Dalam: Obstetri William Edisi 21. Vol 1. Jakarta : EGC; 2010.
5. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan sarwono. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

15

Anda mungkin juga menyukai