Anda di halaman 1dari 42

Laporan Kasus

Hernia Scrotalis Dextra Inkaserata

Pembimbing: dr. Mohammad Arifin, Sp.B-KBD


Disusun: Gina Fitriani (406231023)

Kepaniteraan Ilmu Bedah Periode 23 Oktober – 30 Desember 2023


RSUD RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Identitas Pasien
• Nama : An. K
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Tanggal lahir : 12-08-2022
• Usia : 1 tahun 2 bulan 20 hari
• Alamat : Karangsari 3/2 Cluwak, Pati, Jawa Tengah
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Jawa
• Tanggal Masuk : 31-10-2023
• Nomor RM : 333883
ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis pada tanggal 01 November 2023 pukul 16.30 WIB di bangsal Edelweis.

Keluhan Utama: Mengeluhkan terdapat benjolan pada area scrotalis dextra


Keluhan tambahan : Pasien juga mengeluhkan perut membesar, terasa kembung dan keras sejak 3 hari
lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati, dengan keluhan terdapat benjolan pada skrotum
kanan serta perut membesar, kembung dan terasa keras sejak 3 hari lalu, BAB (-). Benjolan keluar
ketika pasien sedang pipis dan benjolan muncul agak besar namun hilang saat pasien berbaring, nyeri
(-). Benjolan pertama kali muncul saat pasien berusia 6 bulan. Menurut orang tua pasien, saat ini ukuran
benjolan membesar dibanding ketika muncul pertama kali. BAK (+), BAB (-), Flatus (+). Keluhan
mual, muntah disangkal, demam (+). Riwayat trauma disangkal.
Riwayat Tumbuh Kembang
Menurut ibu pasien, pasien lahir cukup bulan, BBL ±2,700 gram, langsung menangis
Tidak ada masalah atau gangguan selama masa kehamilan dan persalinan ibu, tumbuh kembang
anak baik, sesuai dengan teman seusianya dan tidak ada gangguan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat keluhan serupa disangkal, riwayat operasi pada area abdomen & skrotum disangkal,
riwayat penyakit batuk kronis/penyakit paru kronis disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat keluhan serupa disangkal, riwayat hernia disangkal.
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah berobat terkait keluhan saat ini.
Riwayat Alergi:
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan.
Riwayat Kebiasaan:
Sehari-hari pasien aktif bermain. Menurut ibunya, pasien adalah anak yang sangat aktif
bermain dengan orang - orang sekitar. Nafsu makan pasien baik.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 01 November 2023 pukul 07.30 WIB di bangsal Edelweis.
Pemeriksaan Umum
• Keadaan Umum : Baik
• Kesadaran : E4M6V5 (Compos Mentis)
• Heart Rate : 88 x/menit, reguler
• Frekuensi Nafas : 32 x/menit, reguler
• Suhu : 36,5˚C
• Saturasi Oksigen : 98%
• Antropometri :
• BB : 7,9 kg
• TB : 75 cm
Pemeriksaan Sistem
Kepala
• Normocephalic, tidak ada benjolan tidak ada luka
Mata
• Bentuk kedua mata simetris, edema palpebra (-/-) sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil bulat
isokor diameter 3mm.
Telinga
• Bentuk normal, liang telinga lapang, sekret (-/-), serumen (-/-)
Hidung
• Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut
• Bentuk normal, mukosa kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Leher
• Trakea di tengah, Pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Fisik
Paru
• Inspeksi : bentuk dada normal, simetris saat diam dan gerak nafas, jejas (-), bekas luka (-)
• Palpasi : stem fremitus kanan-kiri, depan-belakang sama kuat
• Perkusi : sonor dikedua lapang paru
• Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung
• Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V Midclavicula Line Sinistra
• Perkusi : redup, batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
• Inspeksi : Distensi (+)
• Auskultasi : BU (+) meningkat
• Perkusi : Nyeri ketuk (+), timpani pada seluruh abdomen pada regio lumbal dextra, iliaca dextra
• Palpasi : Nyeri tekan (+), supel, pada regio lumbal dextra, iliaca dextra
Ekstremitas
• Akral hangat, CRT < 2 detik
Kulit
• Turgor kulit baik, sianosis (-), ikterik (-)
Genitalia
• Inspeksi : Tampak benjolan pada regio scrotalis dextra(+)
• Palpasi : Nyeri tekan (+), Teraba massa pada regio scrotalis dextra, konsistensi kenyal, benjol, dengan
ukuran ± 2 x 1 cm
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Pemerikasaan penunjang Jumlah Leukosit 5,3x 103 / uL 6 – 17,5
dilakukan pada tanggal 31
Oktober 2023, pukul Jumlah Eritrosit 4,56 x 106 / uL 4.1 – 5,3
11.05 WIB di Laboratorium Hemoglobin 11,3 g/dL 11,3 – 14,1
RSUD Soewondo Pati
Hematokrit 33,3 % 33 - 41
MCV 73,0 fl 82– 92
MCH 24,8 pg 27-31
MCHC 35.2 % 32 - 36
Kimia Klinik
Natrium darah 135,1 mmol/L 135 - 155
Kalium darah 4.52 mmol/L 3.6 – 5.5
GDS 60 mg/dL 70 – 160
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Jumlah Trombosit 467 x 103 / uL 150 – 400
RDW - CV 14,0 % 11.5 – 14.5
RDW – SD 37,0 fL 35 – 47
PDW 10.0 fL 9.0 – 13.0
MPV 9,7 fL 6.8 – 10.0
P-LCR 22,3 %
Hitung Jenis
Netrofil 35,80 % 50 – 70
Limfosit 50,20 % 25 – 40
Monosit 13,80 2–8
Eosinofil 0.00 2-4
Basofil 0.20 % 0–1
Absolute Lymphocyte Count 2661 /mm3
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HBsAG Non reaktif Non reaktif
Anti HIV Non reaktif Non reaktif
APTT 34,6 detik 28,4 – 44,6
PT 15,0 detik 12 – 16.5
INR 1,06 detik
Golongan darah O
SGOT 27,7 U/L < 35
SGPT 6,6 U/L < 45
Albumin 4,5 g/dL 3.4 – 4.6
Pemeriksaan Radiologi
30 Oktober 2023

• Cor : tak membesar


• Pulmo : corakan bronkovaskuler normal, tak
tampak bercak pada kedua lapang paru.
• Preperitoneal fat line kanan kiri baik
• Psoas line kanan kiri tertutup fekal udara
• Distribusi dan jumlah udara usus meningkat
• Tampak gambaran coiled spring pada abdomen
• Pada proyeksi LDD tampak gambaran multiple
air fluid level
• KESAN:
• Cor dan pulmo dalam batas normal
• Gambaran ileus suspek obstruksi
• Banyak fekal material
RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati dengan keluhan terdapat
benjolan pada area skrotum kanan pasien serta perut membesar, disertai kembung
dan tidak bisa bab 3 hari lalu. Benjolan awalnya sudah terlihat sejak pasien berusia
6 bulan hilang timbul dan benjolan tidak keras. Pasien belum sempat berobat dan
rawat jalan, namun sejak sore (27/10/2023) pasien mengeluhkan demam dan
benjolan terlihat membesar pada saat pasien BAK. BAB (-), BAK (+), flatus (+),
pasien tidak ada keluhan pusing, mual, muntah. Riwayat hemmoroid (-)
RESUME
• Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh :
• Pemeriksaan abdomen distensi, bising usus (+) meningkat, timpani, nyeri
ketuk (+) dan nyeri tekan (+) di regio lumbal dextra, iliaca dextra.
• Dari pemeriksaan penunjang diperoleh
• Penurunan jumlah lekosit, netrofil dan eosinofil
• Peningkatan jumlah trombosit, limfosit dan monosit
Diagnosis Kerja :
Tatalaksana Operatif :
Hernia Scrotalis Dextra Inkaserata • Pengawasan KU & Tanda vital
• Anamnesa : perut membesar, tidak • Puasa
bisa bab 3 hari lalu dan kembung Tatalaksana Farmakologi:
serta benjolan pada skrotum kanan. Post op
• PF : nyeri ketuk dan nyeri tekan pada • Infus RL: Tutofusin (1:1) 10 tpm
regio lumbal dextra, iliaca dextra. • Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr
• Pemeriksaan penunjang : Pada hasil • Injeksi Metronidazole
Laboratorium tampak penurunan • Injeksi Paracetamol
jumlah lekosit, netrofil dan eosinofil
dan peningkatan jumlah trombosit,
limfosit dan monosit
Clinical reasoning
Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

• Nyeri tekan dan nyeri ketuk Pada pemeriksaan fisik abdomen Laboratorium :
pada regio lumbal dextra, ditemukan: • Leukosit : 5,3 x 103 / uL
iliaca dextra serta scrotalis • Distensi (+) • Eritrosit : 4,56 x 106 / uL
dextra. • Bising usus (+) meningkat • Neutrofil : 35,80 %
• Bab (-) 3 hari lalu, kembung, • timpani, nyeri tekan pada regio • Limfosit : 50,20 %
perut membesar (+) regio lumbal dextra, iliaca dextra • Eosinofil : 0.00
dan scrotalis dextra. • APTT : 34,6 detik
Pada pemeriksaan fisik genitalia :
• Inspeksi : Tampak benjolan pada
regio scrotalis dextra(+)
• Palpasi : Nyeri tekan (+), Teraba
massa pada regio scrotalis dextra,
konsistensi kenyal, benjol, dengan
ukuran ± 2 x 1 cm
Rencana Evaluasi
• Pemantuan keadaan umum dan tanda-tanda
vital, keluhan subyektif, flatus dan BAB.
• Memantau penyembuhan luka bekas operasi
Prognosis
• Ad vitam : dubia ad bonam
Edukasi • Ad fungsionam : dubia ad bonam
• Menjelaskan tentang penyakit hernia • Ad sanationam : dubia ad bonam
scrotalis kepada keluarga pasien
• Menjelaskan rencana terapi farmakologi dan
nonfarmakologi yang akan dilakukan pada
keluarganya.
• Menjelaskan tentang komplikasi dan
prognosis penyakit.
Pada tangggal 2 November 2023 dilakukan tindakan
Herniorepair

Pre-op Op
Laporan operasi
dilakukan pada tanggal 2 November 2023 pukul 10.30, di RSUD Soewondo Pati

1. Pasien dalam posisi supine, dilakukan prosedur aseptik antiseptik


2. Persempit medan operasi dengan menggunakan duk steril
3. Dilakukan insisi kulit, 4 cm
4. Perdalam lapis demi lapis sampai aponeurosis OAE
5. Identifikasi kantung hernia, buka kantung tampak usus besar/coecacum kesan vital
6. Potong cincin hernia, usus besar direduksi ke cavum abdomen
7. Bebaskan kantong hernia dari jaringan sekitar dan ikat kantong hernia seproksimal mungkin
8. Repair cincin hernia
9. Kontrol perdarahan
10. Jahit luka operasi lapis demi lapis
11. Operasi selesai
TINJAUAN PUSTAKA
Trigonum Hesselbach

Batas inferior = ligamentum


inguinale
Batas lateral = vasa epigastrika
inferior
Batas medial= tepi lateral otot
rektus abdominis
Hernia
Definisi
• hernia merupakan penonjolan isi
rongga perut melalui defek/bagian
yang lemah dari dinding rongga
perut.

Epidemiologi :
Sekitar 75% Hernia terjadi disekitar
lipat paha, berupa Hernia inguinalis
Medialis, lateralis, serta Femoralis
Klasifikasi Hernia
Hernia

Sifat Anatomis

Kongenital Didapat
1. Hernia inguinalis
lateralis
2. Hernia inguinalis
medialis
1. Hernia inguinalis lateralis 1. Hernia inguinalis medialis
3. Hernia femoralis
2. Hernia umbilikalis 2. Hernia femoralis
3. Hernia obturator
HERNIA
KLASIFIKASI
• Berdasarkan sifatnya:
• Reponibel (A) = Isi hernia dapat keluar
(ketika berdiri/mengedan) dan masuk
(berbaring/didorong masuk)
• Ireponibel (B) = Isi kantong hernia tidak
dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut 🡪ada perlekatan isi kantong ke
peritoneum kantong hernia. (disebut juga
hernia akreta).
• Inkarserata (C) = Hernia ireponibel dengan
ganguan pasase (ileus obstruksi usus)
• Strangulata (D) = Hernia ireponibel dengan
gangguan vaskularisasi
GAMBARAN KLINIS HERNIA

Tampak
Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Toksik
sakit
Reponibel
+ - - - -

Ireponibel
- - - - -

Inkarserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++
HERNIA INGUINALIS
DEFINISI:
Penonjolan isi peritoneum (mesenterium, lemak, dan/atau sebagian usus) melalui
dinding perut di daerah selangkangan.

EPIDEMIOLOGI:
• 90% inguinal hernia repair dilakukan pada pria.
• Risiko hernia inguinalis seumur hidup (lifetime risk)  27% pada pria dan 3% pada
wanita.
• Insiden hernia inguinalis pada pria memiliki distribusi bimodal, dengan puncak
sebelum usia 1 tahun dan setelah usia 40 tahun.
• 60% hernia inguinalis di kanan, 20-25% kiri, 15% bilateral
• Anak dengan riwayat operasi hernia saat bayi berpeluang 16% menderita hernia di
sisi kontralateral ketika dewasa.
HERNIA INGUINALIS
ETIOLOGI:
Faktor lain yang berperan terhadap
Pada orang sehat, ada 3 mekanisme yang
terjadinya hernia:
menyebabkan terjadinya hernia inguinalis, • Prosesus vaginalis yang terbuka
yaitu: • Peninggian tekanan intraabdomen
1. Kanalis inguinalis yang berjalan miring, yang kronik (batuk kronik, hipertrofi
2. Struktur otot oblikus internus abdominis prostat, konstipasi, asites)
yang menutup anulus inguinalis internus • Kelemahan otot dinding perut karena
ketika berkontraksi, usia.
3. Fasia transversalis yang kuat yang • Riwayat keluarga
menutupi trigonum Hasselbach yang • Aktivitas mengangkat beban berat
umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini menyebabkan
terjadinya hernia.
Klasifikasi Hernia Inguinalis

• Hernia Inguinalis Medialis (Direk) • Hernia Inguinalis Lateralis (Indirek)


• Disebabkan oleh peninggian • Menonjol dari perut, di lateral pembuluh
tekanan intraabdomen kronik dan epigastrika inferior.
kelemahan otot dinding di • Disebut indirek karena keluar melalui
trigonum Hesselbach. dua pintu dan saluran yaitu anulus dan
• Umumnya terjadi bilateral, kanalis inguinalis.
khususnya pada lelaki tua. • Tonjolan berbentuk lonjong,
• Tonjolan berbentuk bulat • Pada bayi & anak, disebabkan oleh
• Jarang atau hampir tidak pernah kelainan bawaan tidak menutupnya
mengalami inkarserasi dan prosesus vaginalis peritoneum sebagai
strangulasi. akibat proses turunnya testis ke skrotum
Hernia Skrotalis
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum hernia skrotalis.
Hernia keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus
kanalis inguinalis annulus inguinalis eksternus skrotum
Tanda dan Gejala

1. Penonjolan di daerah selangkangan


2. Nyeri di selangkangan.
3. Memburuk dengan aktivitas fisik atau batuk.
4. Sensasi terbakar atau mencubit di selangkangan.
5. Sensasi ini dapat menyebar ke skrotum atau ke bawah kaki.
Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi
• Perhatikan keadaan asimetri di kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia dalam
posisi berdiri dan berbaring minta pasien mengedan/batuk
• Saat pasien mengedan HIL muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang
berjalan dari lateral atas ke medial bawah.

• Palpasi  dalam keadaan ada benjolan hernia


• Raba konsistensi
• Kantung hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus
dengan menggesek 2 lapis kantong silk glove sign
• Jika kantung hernia berisi organ teraba usus/omentum/ovarium
• Dengan telunjuk/kelingking, dorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum
melalui anulus eksternus lihat bisa direposisi/tidak. jika bisa direposisi,
lakukan finger test
Pemeriksaan Fisik
Finger test
• Telunjuk atau kelingking (pada
pasien anak), dimasukkan lewat
skrotum melalui annulus eksternus
ke canalis inguinalis. minta pasien
batuk.
• Ujung jari menyentuh hernia  HIL
• Sisi jari menyentuh hernia HIM
Pemeriksaan Fisik

Ziemann Test Thumb Test


• Hernia kanan tangan kanan • Menekan annulus internus dengan
• Minta ps batukteraba di jari 2= ibu jari. minta ps mengejan
HIL, jari 3=HIM, jari 4= H. • Keluar benjolan= HIM
Femoralis • Tidak keluar= HIL
Diagnosis banding
• Hernia inguinalis medialis atau femoralis
• Limfadenitis
• Hydrokel
• Orkitis
• Tumor testis
• Kriptorkismus
Tata Laksana
• Pengobatan konservatif  tindakan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
• Reposisi bimanual  tangan kiri memegang isi hernia sambal membentuk
corong, sedangkan tangan kanan mendorong ke arah cincin hernia dengan
sedikit tekanan perlahan.
• Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi, gangguan vitalitas
hernia lebih jarang dibanding dewasa karena cincin hernia anak-anak lebih
elastis.
• Pengobatan operatif: indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
• Prinsip dasar op hernia  herniotomi dan hernioplasti.
Tata Laksana Operatif
● Herniotomi
○ Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
○ Kantong dibuka, jika ada perlekatan maka isinya dibebaskan, lalu direposisi.
○ Kantong dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
○ Hernia kongenital bayi & anak yang disebabkan prosesus vaginalis yang tidak
menutup hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis internus cukup
elastis & dinding belakang kanalis cukup kuat
● Hernioplasti
○ Dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis.
○ Mencegah terjadinya residif.
○ Metode Bassini, Lotheissen-McVay, Metode bebas regangan (pemasangan
mesh)
Standard Groin Incision
• Insisi dimulai 2 jari inferior dan medial
dari SIAS kemudian diperpanjang ke
arah medial hingga 6-8 cm. Jaringan
subkutan dibedah dengan elektrokauter.
Bassini Repair
• Memperkecil anulus inguinalis internus
dengan jahitan terputus
• Diseksi kanalis inguinalis rekonstruksi
dasar lipat paha dengan mendekatkan
muskulus oblikuus internus abdominis,
muskulus transversus abdominis, dan
fasia transversalis ke traktus iliopubik
dan ligamentum inguinale dengan
jahitan terputus.
McVay Repair Hernioplasti Bebas Regangan

• Menjahitkan fasia transversalis, otot • Digunakan Mesh prosthesis untuk


transversus abdominis, dan otot oblikus memperkuat fascia transversalis yang
membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa
internus abdominis ke ligamentum cooper.
menjahitkan otot-otot ke ligamentum
inguinale
Prognosis
1. Angka kekambuhan setelah perbaikan hernia inguinalis lateralis
—> 0.6 – 3% —> penyebab : penutupan anulus inguinalis
internus yang tidak memadai

2. Angka kekambuhan setelah perbaikan Hernia inguinalis medialis


—> 1 – 28% —> regangan berlebihan pada jahitan plastik
3. Penggunaan mesh menurunkan risiko kekambuhan 50-75%
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai