IDENTITAS PASIEN
Pekerjaan : Wiraswata
I. ANAMNESIS
Pemeriksaan Sistem
Kepala : Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba massa atau benjolan; kulit kepala
tidak ada kelainan, rambut berwarna hitam dan terdistribusi merata serta tidak mudah
dicabut.
Telinga : Bentuk normal, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikula (-/-),
KGB pre aurikuler dan retro-aurikuler dextra et sinistra tidak teraba membesar, liang
telinga dextra et sinistra lapang, tidak ada sekret ataupun serumen.
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, tidak ada regaden,
mukosa tidak hiperemis, nyeri tekan sinus paranasal (-)
Mulut : Tidak ada perioral sianosis, tonsil T1-T1, mukosa hiperemis (-), caries (-
), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-)
Thorax :
Paru : Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam diam dan pergerakan napas, tidak
ada retraksi dinding dada maupun otot pernapasan
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru, batas paru – hepar di ICS VI MCL Dextra
Perkusi : Redup
Akral teraba hangat, Capillary refill time < 2 detik, tidak tampak edema pada lengan
maupun tungkai kanan/kiri
IV. Laboratorium
Ht 32 % 35 – 47
MCV 84 fL 80 – 100
MCH 30 pg/mL 28 – 33
MCHC 35 g/dL 32 – 36
V. Resume
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 21 tahun yang dirawat di RS
Husada, dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri dirasakan sejak 1 hari SMRS.
Nyeri dirasakan tiba-tiba dan menetap dengan intensitas berat selama ± 1-3 jam
kemudian menghilang perlahan-lahan. Selanjutnya nyeri muncul kembali. Nyeri
dirasakan menjalar ke ulu hati dan sampai menembus ke punggung kanan. Nyeri
dirasakan bertambah apabila pasien menarik napas dalam. Sesak dan nyeri dada
disangkal. 1 bulan yang lalu pasien pernah mengalami hal serupa dan telah
melakukan USG dengan hasil terdapat batu di kandung empedu.
Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sejak 1hari SMRS . Pasien muntah 2
kali, isi makanan, darah (-). Setiap kali makan pasien mengaku sering merasa mual.
Nafsu makan menjadi menurun semenjak sakit.
Pasien juga mengatakan mengalami demam sejak 1 hari SMRS. Demam dirasakan
terus menerus, naik-turun, dan tidak disertai menggigil. Demam turun jika diberi
obat penurun panas.
Pasien mengaku memiliki kolesterol yang tinggi sejak 3 bulan yang lalu dan tidak
minum obat. Riwayat mata maupun kulit kuning disangkal
PF :
Sklera ikterik -/-
Inspeksi :Tampak datar, simetris, tidak tampak massa / benjolan, jaringan parut (-
), caput medusa (-),
Auskultasi : Bising usus normal 12 kali / menit
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen, nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi : Nyeri tekan (+) di epigastrik dan hipokondrium dextra , Murphy sign (+)
Dari pemeriksaan penunjang laboratorium kimia klinik didapatkan peningkatan
Bilirubin total, Bilirubin, SGOT, SGPT, Gama GT, Amylase, Lipase, Ureum
darah dan Kreatinin darah
Dari pemeriksaan USG abdomen didapatkan kesan : multiple kolelitiasis diameter
batu 0,5 cm dengan kolesistitis. Duktus biliaris intrahepatic tidak melebar. CBD
melebar ringan dengan diameter 0,62 cm. pancreas hipoekoik dengan penebalan
ringan di kaput (suspek pankreatitis) tidak tampak fluid collection di sekitar
pancreas. Parenkim pancreas hipoekoik homogeny (tidak tampak nekrotik).
Medikamentosa :
Hasil Pemeriksaan PA
X. Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
PEMBAHASAN UMUM
Definisi
Cholelithiasis atau pembentukan batu empedu; batu ini mungkin terdapat dalam
kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus
(choledocholithiasis).
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana
terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki
ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada
individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor
resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.
Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis
dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu
merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang
terbentuk di dalam kandung empedu.
—-
2.2 Anatomi
Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang
terletak pada permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 7 – 10 cm. Kapasitasnya
sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat menggembung sampai 300 cc.
Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan
biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar yang dimana fundus berhubungan
dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus
bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri.
Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk
bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus.
Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna menghubungkan corpus
dan collum dengan permukaan visceral hati.
Pembuluh arteri kandung empedu adalah arteri cystica, cabang arteri hepatica
kanan. Vena cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. Sejumlah arteri
yang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat
collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici
hepaticum sepanjang perjalanan arteri hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus.
Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus.
Air 97,5 gm % 95 gm %
Elektrolit - -
a. Garam Empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua macam yaitu :
Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.
Fungsi garam empedu adalah:
o Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat dalam
makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah menjadi partikel-
partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.
o Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan vitamin yang
larut dalam lemak.
Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-kuman usus
dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90 %) garam empedu
dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan sisanya
akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk lithocholat. Absorbsi garam empedu
tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah
tersebut misalnya oleh karena radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu akan
terganggu.
b. Bilirubin
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan globin. Heme
bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi bilverdin yang segera
berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma terikat erat oleh albumin.
Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain (konjugasi) yaitu 80% oleh glukuronide.
Bila terjadi pemecahan sel darah merah berlebihan misalnya pada malaria maka
bilirubin yang terbentuk sangat banyak.
2.8 Patofisiologi
2.8.1 Patogenesis Bentukan Batu Empedu
Avni Sali tahun 1984 membagi batu empedu berdasarkan komponen yang terbesar yang
terkandung di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pembagian dari Tetsuo Maki tahun 1995 sebagai
berikut:
a) Batu kolesterol dimana paling sedikit 50 % adalah kolesterol. Ini bisa berupa sebagai:
Batu Kolesterol Murni
Batu Kombinasi
Batu Campuran (Mixed Stone)
b) Batu bilirubin dimana garam bilirubin kadarnya paling banyak, kadar kolesterolnya
paling banyak 25 %. Bisa berupa sebagai:
Batu Ca bilirubinat atau batu pigmen calcium
Batu pigmen murni
c) Batu empedu lain yang jarang
Sebagian ahli lain membagi batu empedu menjadi:
Batu Kolesterol
Batu Campuran (Mixed Stone)
Batu Pigmen.
Batu Kolesterol
Pembentukan batu Kolesterol melalui tiga fase:
a. Fase Supersaturasi
Kolesterol, phospolipid (lecithin) dan garam empedu adalah komponen yang tak
larut dalam air. Ketiga zat ini dalam perbandingan tertentu membentuk micelle
yang mudah larut. Di dalam kandung empedu ketiganya dikonsentrasikan
menjadi lima sampai tujuh kali lipat. Pelarutan kolesterol tergantung dari rasio
kolesterol terhadap lecithin dan garam empedu, dalam keadaan normal antara 1 :
20 sampai 1 : 30. Pada keadaan supersaturasi dimana kolesterol akan relatif
tinggi rasio ini bisa mencapai 1 : 13. Pada rasio seperti ini kolesterol akan
mengendap.
Kadar kolesterol akan relatif tinggi pada keadaan sebagai berikut:
Peradangan dinding kandung empedu, absorbsi air, garam empedu dan
lecithin jauh lebih banyak.
Orang-orang gemuk dimana sekresi kolesterol lebih tinggi sehingga terjadi
supersaturasi.
Diet tinggi kalori dan tinggi kolesterol (western diet).
Pemakaian obat anti kolesterol sehingga mobilitas kolesterol jaringan tinggi.
Pool asam empedu dan sekresi asam empedu turun misalnya pada gangguan
ileum terminale akibat peradangan atau reseksi (gangguan sirkulasi
enterohepatik).
Pemakaian tablet KB (estrogen) sekresi kolesterol meningkat dan kadar
chenodeoxycholat rendah, padahal chenodeoxycholat efeknya melarutkan
batu kolesterol dan menurunkan saturasi kolesterol. Penelitian lain
menyatakan bahwa tablet KB pengaruhnya hanya sampai tiga tahun.
b. Fase Pembentukan inti batu
Inti batu yang terjadi pada fase II bisa homogen atau heterogen. Inti batu
heterogen bisa berasal dari garam empedu, calcium bilirubinat atau sel-sel yang
lepas pada peradangan. Inti batu yang homogen berasal dari kristal kolesterol
sendiri yang menghadap karena perubahan rasio dengan asam empedu.
c. Fase Pertumbuhan batu menjadi besar
Untuk menjadi batu, inti batu yang sudah terbentuk harus cukup waktu untuk bisa
berkembang menjadi besar. Pada keadaan normal dimana kontraksi kandung
empedu cukup kuat dan sirkulasi empedu normal, inti batu yang sudah terbentuk
akan dipompa keluar ke dalam usus halus. Bila konstruksi kandung empedu
lemah, kristal kolesterol yang terjadi akibat supersaturasi akan melekat pada inti
batu tersebut. Hal ini mudah terjadi pada penderita Diabetes Mellitus, kehamilan,
pada pemberian total parental nutrisi yang lama, setelah operasi trunkal
vagotomi, karena pada keadaan tersebut kontraksi kandung empedu kurang baik.
Sekresi mucus yang berlebihan dari mukosa kandung empedu akan mengikat
kristal kolesterol dan sukar dipompa keluar.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di dalam
kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid membantu dalam
menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh
substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus
untuk pembentukan batu. Kristal yang yang terbentuk terbak dalam kandung empedu, kemuadian
lama-kelamaan kristal tersubut bertambah ukuran,beragregasi, melebur dan membetuk batu.
Faktor motilitas kandung empedu, biliary stasis, dan kandungan empedu merupakan predisposisi
pembentukan batu empedu empedu.
Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada saat kontraksi
dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus koledokus kemudian menetap
asimtomatis atau kadang dapat menyebabkan kolik. Batu yang menyumbat di duktus koledokus
juga berakibat terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis, kolangiolitis, dan pankretitis.
Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui terbentuknya fistel
kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar dapat menyumbat pad bagian tersempit
saluran cerna (ileum terminal) dan menimbulkan ileus obstruksi.
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai
mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang
setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah
pada waktu menarik nafas dalam.
b. Pemeriksaan radiologis
TEKNIK IMAGING
Pada foto polos abdomen dapat dilihat gas atau kalsium didalam traktus biliaris. Kira-kira
10-15% batu kantung empedu mengapur (kalsifikasi) dan dapat diidentifikasi sebagai batu
kandung empedu pada foto polos. Mungkin pula penimbunan kalsium di dalam kandung empedu
yang mirip bahan kontras. Kadang-kadang dinding kandung empedu mengapur (kalsifikasi) yang
disebut porcelain gallbladder, yang penting sebab dari hubungan kelainan ini dengan karsinoma
kandung empedu.
Gas dapat terlihat dipusat kandung empedu gambaran berbentuk segitiga (mercedez-ben
sign), gas didalam duktus biliaris menyatakan secara tidak langsung hubungan abnormal anatara
gas kandung empedu atau duktus choledochus. Ini dapat disebabkan oleh penetrasi ulkus duedeni
ke dalam traktus biliaris atau erosi batu kedalam lambung, duodenum atau kolon. Gas kadang-
kadang terlihat didalam duktus sebagai manifestasi cholangitis disebabkan oleh organisme
pembentuk gas. Gas di dalam kandung empedu dan dindingnya (emphysematous cholecystitis)
adalah manifestasi dari infeksi serupa dan biasanya timbul pada diabetes, sekunder terhadap
kemacetan dari arteri kistik disebabkan diabetic angiopathy.
Gas didalam vena porta, tampak perifer di dalam hepar, menyatakan secara tidak
langsung usus necrosis tetapi itu dapat terjadi dengan cholecystitis hebat.
Kolesistografi oral ditemukan pertama kali 70 tahun yang lalu dan banyak diadakan
perubahan kontras nontoxic iodinated organic compound diberikan oral yang diserap didalam
usus kecil, diekskresi oleh hati dan dipekatkan di dalam empedu memberikan kesempatan untuk
menemukan batu kandung empedu yang tidak mengapur sebelum operasi. Dapat pula dideteksi
kelainan intra abdominal lain dari kandung empedu.
Kolesistografi intra vena dikerjakan sebagai pengganti kolesistografi oral. Bahan kontras
di pergunakan adalah iodipamide (biligrafin yang mengandung iodine 50%). Ultrasonografi
kandung empedu (GB-US) telah membuat suatu pengaruh yang hebat pada diagnosa traktus
biliaris. Ini telah menggantikan kolesistografi oral sebagai cara imaging utama karena ini
menawarkan bermacam-macam keuntungan. Tidak mempergunakan sinar x, tidak perlu menelan
kontras.
Kemampuan untuk menentukan ukuran duktus biliaris dan untuk mengevaluasi parenkim
hepar dan pankreas sangat menguntungkan sekali. Seorang ultrasonografer yang mempunyai
skill diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimum. Ultrasonografer memperlihatkan
patologi anatomi dari pada patophysiology, kolesistografi oral memperlihatkan kedua-duanya.
Sebab banyak orang yang mempunyai batu kandung empedu asimptomatik. Ada suatu derajat
tertentu agar batu tampak pada ultrasonografi kandung empedu adalah pasien mengeluh.
Ultrasonografi kandung empedu dapat mendeteksi batu kecil dari pada kolesistografioral.
Ultrasonografi dapat pula untuk menemukan masa intra luminal selain dari pada batu, seperti
adenoma, polip kolestrol dan karsinoma kandung empedu. Kolesistografi telah berkembang
sebagai studi dinamik dari patologi fisiologi dari sistem biliaris. Injeksi intravena dari technitium
labeled imminodiacetic acid compounds memberikan imaging segera dari kandung empedu dan
radioaktivitas dapat diikuti ke dalam duodenum.
Kolelitiasis
Batu empedu akan terlihat sebagai gambaran hiperekoik yang bebas pada kandung empedu serta
khas membentuk bayangan akustik dibawahnya. Batu yang kecil dan tipis kadang-kadang tidak
memperlihatkan bayangan akustik. Pada keadaan yang meragukan perubahan posisi penderita,
misalnya duduk, sangat membantu.
Kolesistitis akut
Tanda utama pada kolesistitis akut ialah sering ditemukan batu, penebalan dinding kandung
empedu, hidrops dan kadang-kadang terlihat eko cairan di sekelilingnya yang menandakan
adanya perikolesistitis atau perforasi. Sering diikuti rasa nyeri pada penekanan dengan transuder
yang dikenal sebagai morgan sign positif atau positif transuder sign.
Kolesistitis kronik
Kandung empedu sering tidak atau sukar terlihat. Dinding menjadi sangat tebal dan eko cairan
lebih terlihat hiperekoik. Sering terdapat pada kolesistitis kronik lanjut dimana kandung empedu
sudah mengisut (contracted gallblader). Kadang-kadang terlihat hanya eko batunya saja yang
terlihat pada fossa vessika felea.
Saluran empedu
Pada penderita-penderita yang diduga dengan obstruksi saluran empedu, USG merupakan
pemeriksaan pertama dari serangkaian prosedur pencitraan. Saluran empedu intra hepatik akan
mudah dilihat bila terjadi pelebaran karena selaluberjalan periportal anterior. Hal ini menjadi
sangat penting karena pelebaran saluran empedu ini kadang-kadang sudah terlihat sebelum
bilirubin darah meningkat.
Bila kita ragu-ragu apakah suatu duktus koledukus melebar arau tidak, maka pemeriksaan
dilakukan setelah penderita diberi makan lemak lebih dahulu. Pada keadaan obstruksi duktus
koledukus, maka setelah fatty meal tersebut akan terlihat lebih lebar, sedangkan pelebaran
fisiologik, misalnya pada usia tua, diman elastisitas dinding saluran sudah berkurang, maka
diameternya akan menjadi lebih kecil.
Pada dasarnya lebar saluran empedu sangat bergantung pada berat atau tidaknya obstruksi yang
terjadi. Pada penderita-penderita yang mengalami obstruksi sebagian (partial obstruction) baik
disebabkan oleh duktus koledukus, tumor papila vateri ataukolangitis sklerosis, kadang-kadang
tidak memperlihatkan pelebaran saluran empedu sama sekali, tetapi mungkin saja dijumpai
pelebaran yang berkala.
Pada setiap pelebaran duktus koledukus, pemeriksaan terhadap kaput pankreas dan duktus
pankreatikus wirsungi adalah sangat membantu dalam menentukan lokasi sumbatantersebut
Pada umumnya terhadap penderita-penderita dengan ikterus yang tidak ditemukan adanya
saluran empedu yang melebar, maka dugaan kita beralih kepada kelainan-kelainan parenkim hati
misalnya pada sirosis hati, hepatitis, maupun metastasis, yang pada umumnya dapat dibedakan
dari parenkim hati normal.
Ringkasan dibawah ini akan sangat membantu dalam mempelajari sistem traktus biliaris. Pada
saat ini kegunaan utama USG dalam pemeriksaan saluran empedu adalah untuk menentukan
ikterus, apakah berasal dari kelainan hepatoseluler atau karena obstruksi saluran empedu. Namun
demikian sampai saat ini belum ada zat kontras yang dapat digunakan seperti halnya pada
kolesistografi. Didalam parenkim hati, kita harus dapat membedakan pelebaran saluran empedu
dari vena hepatika serta vena porta.
Merupakan tabung (tubukus) yang anekoik (cairan) dengan dinding hiperekoik yang berkelok-
kelok dan sering berlobulasi. Kadang-kadang berkonfluensi membentuk gambaran stellata yang
tidak terdapat pada vena portae. Pada dinding bawah bagian posteriornya mengalami penguatan
akustik (acoustic enhancement)
Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dimana lokasi obstruksi traktus biliaris sangat sukar
dideteksi, maka pemeriksaan lanjutan seperti kolongiografi transhepatik (PTC) atau retrograd
endoskopik kolangiopankreatikografi (ERCP) sangat diperlukan.
Kekurangan pengisian kandung empedu menunjukkan adanya obstruksi duktus sistikus dan
tanda-tanda kolesistitis akuta.
Kolesskintigrafi salah satu prosdur yang dapat mendeteksi obstruksi duktus biliaris
sebelum dilatasi duktus timbul dan dapat dilihat dengang ultrasounografi. Berguna untuk
mendeteksi atresia biliaris pada neonatus dan kebocoran empedu oleh berbagai penyebab.