PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
No.Recmed : 00-32-23-19
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl lahir : Tulungagung / 24 Oktober 1971
Umur : 43 Tahun
Status : menikah
Agama : Islam
Alamat : tulungagung
Pekerjaan : kuli bangunan
Pendidikan :SMK
Tanggal masuk : 19 November 2018
Tanggal Pemeriksaan : 20 November 2018
Tanggal KRS : 24 November 2018
Keluhan utama
Pasien datang dengan penurunan kesadaran sejak sore pukul 16.00 WIB
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUD bangil dengan keluhan penurunan kesadaran
sejak pukul 16.00 WIB sebelum masuk rumah sakit . sebelumnya pasien tertidur,
kemudian temannya membangunkan untuk keluar tetapi pasien tidak bangun,
setelah berusaha di banguni pasien hanya membuka mata kemudian temannya
membawa pasien ke RSUD Bangil. Setelah sampai di IGD TD: 100/70 mmHg
Nadi: 70x/menit RR: 22x/menit dan GDA 43mg/dl. Sebelumnya pasien BAB
hitam mulai 4 hari yang lalu dan BAK seperti teh kurang lebih 1 bulan. 1 minggu
terakhir nafsu makan pasien menurun. Perut terasa kembung dan mual . pasien
juga mengeluh nyeri pada ulu hati dan perut pasien semakin hari semaki
2
membesar sejak 1 bulan terkhir. Pasien juga kadang merasa seperti menggil dan
demam. Setelah beberapa jam di IGD pasien juga muntah seperti kopi 1 kali .
Riwayat Kebiasaan
Riwayat minum jamu dan obat-obatan penghilang nyeri ada.
Riwayat minum alkohol disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : compos mentis GCS : 4X6
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 70 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu badan : 36,7 ºC
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 50 kg
Keadaan Spesifik
3
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-),
sianosis (-), spider naevi (-), telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan
rambut normal.
Kelenjar
Kelenjar getah bening di submandibula, leher, aksila, inguinal tidak teraba.
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi biasa, warna rambut hitam, rambut mudah rontok
(-), deformitas (-).
Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjunctiva palpebra
pucat (+), sklera ikterik (+), pupil isokor, reflek cahaya (+), pergerakan mata ke
segala arah baik.
Hidung
Bagian luar hidung tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan
baik, selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-)
Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik, tophi (-), nyeri tekan
processus mastoideus (-)
Mulut
Sariawan (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor
(-), atrofi papil (-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-)
Leher
4
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2)
cmH2O, hipertrofi musculus sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-)
Dada
Bentuk normal, retraksi (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), spider nevi (-)
Paru:
Inspeksi : statis: dinamis; simetris kanan = kiri
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru.
Auskultasi : vesikuler normal, ronki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba
Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dextra, batas kiri:
línea midclavicula sinistra ICS V
Auskultasi : HR 92 kali/menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : cembung, venektasi (+), caput medusae (-)
Palpasi : soefl, nyeri tekan epigastrium (+), hepar teraba, tga jari di bawah
arcus aorta tepi tajam permukaan rata konsistesi lunak, lien
teraba schuffner 2, permukaan rata, tepi tajam, incisura lienalis
teraba.
Perkusi : timpani, shifting dullness(+) ,undullasi (+)
Auskultasi : bising usus (+)
Kesan : Ascites
5
Ekstremitas atas : nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, telapak tangan pucat (+), jari tabuh (-),
turgor kembali lambat (-), eritema palmaris (-),
akrosianosis(-)
Ekstremitas bawah : nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-) pada kedua tungkai,
jaringan parut (-), pigmentasi normal, jari tabuh (-), turgor
kembali lambat (-), akrosianosis (-)
Pemeriksaan Penunjang ()
Hematologi: Hb 7,07 g/dl, eritrosit 1.640.000/mm3, Ht 12 vol %, MCH 20
picogram, MCV 72 picogram, MCHC 28%, leukosit 3700/mm3, retikulosit 0,9%,
Trombosit 84.000/mm3.
Kesan: Anemia cronic disease + leukopeni + trombositopeni
Kimia klinik: Asam Urat 3,57 mg/dl, Ureum 46 mg/dl, Creatinin 0,9 mg/dl,
Natrium 134 mmol/l, Kalium 0,86 mmol/l, Protein total 4,3 g/dl, Albumin 2,1
g/dl, SGOT 177,82 U/l, SGPT 105U/l, Bilirubin Direct 0,68 mg/dl, Bilirubin
Indirect 0,43 mg/dl, Bilirubin Total 1,11 mg/dl. GDA 43mg/dl. HbsAg reaktif
6
Resume
Dari anamnesis didapatkan bahwa, pasien mengalami penurunan
kesadaran ± 1 jam SMRS, mengeluh perutnya membesar. Pasien juga mengeluh
mual, muntah , nyeri ulu hati ada. BAK dan BAB biasa. Nafsu makan berkurang.
mengeluh BAB hitam, frekuensi ± 4x, konsistensi lembek, banyaknya ± 1 gelas
besar setiap kali BAB. Keluhan perut membesar ada. Mual ada, muntah ada
sebanyak 2x, isi muntah apa yang dimakan dan diminum. Demam ada, BAK biasa
dengan warna seperti teh tua. Nafsu makan pasien berkurang dan badan terasa
lemah. muntah darah ada, warna hitam, frekuensi 1x , banyaknya seperempat
gelas saat di igd. Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah
sakit kuning tapi tidak berobat .
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 70 kali/menit
reguler, isi dan tegangan cukup, pernapasan 20 kali/menit, suhu badan 36,7 0C,
Abdomen: cembung, venektasi (+), lemas, nyeri tekan daerah epigastrium (+),
hepar teraba 3 jari di bawah arcus aorta,permukaan rata konsistensi lunak. lien
teraba schuffner 2, permukaan rata, tepi tajam, incissura lienalis teraba, shifting
dullness (+).
Pemeriksaan penunjang: Hematologi: Hb 7,07 g/dl, eritrosit
1.640.000/mm3, Ht 12 vol %, leukosit 3700/mm3, Trombosit 84.000/mm3, LED
118 mm/jam. Kesan: Anemia cronic disease + leukopeni + trombositopeni Kimia
klinik: Asam Urat 3,57 mg/dl, Ureum 46 mg/dl, Creatinin 0,9 mg/dl, Natrium
134 mmol/l, Kalium 0,86 mmol/l, Protein total 4,3 g/dl, Albumin 2,1 g/dl, SGOT
177,82 U/l, SGPT 105,73 U/l, , Bilirubin Direct 0,68 mg/dl, Bilirubin Indirect
0,43 mg/dl, Bilirubin Total 1,11 mg/dl. GDA 43mg/dl HbsAg reaktif
Diagnosis
Ensefalopati hepatik
7
Diagnosis Banding
Hipoglikemi
Cva
Hepatoma
Gastritis erosiva
Hepatitis fulminan
Rencana Pemeriksaan:
Endoskopi
Biopsi hati
Rencana Penatalaksanaan
Non farmakologis :
Istirahat
Hindari makanan berpengawet
Diet Rendah Garam
Farmakologis :
IVFD D5% amenolebam 1:1
Inj. Lansoprazole 60mg---- 6mg/20 menit
Inj. Vit K 1x1
Inj. Metoclopramid 3x1
Drip levofloxacin 1x500mg
PO:
Propanolol 2x20 mg
Spironolakton 1x100 mg
Sucralfate 3xII C
sanfulig 2x1 tab
vib albumin 3x1
heplav 1x100mg
Lactulac Syrup 3x1
8
Prognosis:
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad functionam : Malam
SOAP
Tanggal
S Badan lemas, mual
Sense compos mentis N 80 kali/menit
O TD 120/80 mmHg RR 20 kali/menit
0
T 36,6 C BB/LP 45 kg/86 cm
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiri
P: sonor di kedua lapangan paru
A: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis tidak teraba
P: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC
sinistra
A: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (+)
P: lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar teraba 3 jari d
bawah arcus aorta, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan
suprapubik (-),
P: timpani, shifting dulness (+)
A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-,
Eritema palmaris (-)
Pemeriksaan Darah Rutin : Hb 7,07 g/dl, Ht 27 vol %, Leukosit
Penunjang 3700/mm3, Trombosit 84.000/mm3
9
Inj. Lansoprazole 60mg---- 6mg/20 menit
Inj. Vit K 1x1
Inj. Metoclopramid 3x1
Drip levofloxacin 1x500mg
PO:
Propanolol 2x20 mg
Spironolakton 1x100 mg
Sucralfate 3xII C
sanfulig 2x1 tab
vib albumin 3x1
heplav 1x100mg
Lactulac Syrup 3x1
10
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis tidak teraba
P: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC
sinistra
A: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (+)
P: lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar teraba 3 jari di
bawah arcus aorta, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan
suprapubik (-),
P: timpani, shifting dulness (+)
A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-,
Eritema palmaris (-)
Assessment Sirosis hepatis
Planning IVFD D5% amenolebam 1:1
Inj. Lansoprazole 60mg---- 6mg/20 menit
Inj. Vit K 1x1
Inj. Metoclopramid 3x1
Drip levofloxacin 1x500mg
PO:
Propanolol 2x20 mg
Spironolakton 1x100 mg
Sucralfate 3xII C
sanfulig 2x1 tab
vib albumin 3x1
heplav 1x100mg
Lactulac Syrup 3x1
Rencana
Pemeriksaan
11
Tanggal 11 April 2010
S Badan lemas
Sense compos mentis N 80 kali/menit
O TD 120/80 mmHg RR 20 kali/menit
T 36,6 0C BB/LP 40 kg/78 cm
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Paru-paru: I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri, spider naevi (-)
P: stem fremitus kanan = kiri
P: sonor di kedua lapangan paru
A: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)
Jantung : I: ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis tidak teraba
P: batas atas ICS 2, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC
sinistra
A: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I : cembung, venektasi (+)
P: lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar teraba 3 jari di
bawah arcus aorta, lien teraba schuffner 2, nyeri tekan
suprapubik (-),
P: timpani, shifting dulness (+)
A: bising usus (+) normal
Extremitas: Edema ekstremitas atas -/-, Edema ekstremitas bawah -/-,
Eritema palmaris (-)
Assessment Sirosis hepatis
Planning IVFD D5% amenolebam 1:1
Inj. Lansoprazole 60mg---- 6mg/20 menit
Inj. Vit K 1x1
Inj. Metoclopramid 3x1
Drip levofloxacin 1x500mg
PO:
Propanolol 2x20 mg
Spironolakton 1x100 mg
Sucralfate 3xII C
sanfulig 2x1 tab
vib albumin 3x1
heplav 1x100mg
10
Lactulac Syrup 3x1
Rencana
Pemeriksaan
11
Propanolol 2x20 mg
Spironolakton 1x100 mg
Sucralfate 3xII C
sanfulig 2x1 tab
vib albumin 3x1
heplav 1x100mg
Lactulac Syrup 3x1
KRS
BAB III
ANALISA KASUS
12
Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar
parenkim hati yang mengalami regenerasi.
III.1 Epidemiologi6
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika
dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun.
Adapun pada pasien ini, berjenis kelamin wanita dengan usia 48 tahun.
13
III.3 Etiologi 10
Etiologi yang umumnya mengakibatkan sirosis adalah:
1. Penyakit infeksi (bruselosis, ekinokokus, skistomiasis, toksoplasmosis,
hepatitis B, hepatitis C)
2. Penyakit keturunan dan kelainan metabolik (Hemakhomatosis, Penyakit
Wilson, Tirosinemia, sindroma fanconi, penyakit gaucher, penyakit simpnan
glikogen)
3. Obat dan toksin (alkohol, amiodarpn arsenik obstruksi bilier, penyakit
perlemakan hati non alkoholik, sirosis bilier primer, kolangitis sklerosis
primer)
4. Penyebab lain atau tidak terbukti (penyakit usus inflamasi kronik, fibrosis
kistik, pintas jejunoileal, sarkoidosis)
Pada pasien ini, etiologi yang mungkin menyebabkan terjadinya sirosis
hepatis adalah infeksi virus hepatitis kronik (hepatitis B atau hepatitis C). Hal ini
dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis riwayat transfusi darah sebelumnya. hal
ini didukung pula dengan hasil pemeriksaan sero imunologi HbsAg (+) pada
pasien ini yang berarti pasien adalah pengidap hepatitis B kronik..
14
Sesuai dengan konsensus Braveno IV, sirosis hati dapat diklasifikasikan
menjadi empat stadium klinis berdasarkan ada tidaknya varises, ascites, dan
perdarahan varises5 :
Stadium 1: tidak ada varises, tidak ada asites,
Stadium 2: varises, tanpa ascites,
Stadium 3: ascites dengan atau tanpa varises dan
Stadium 4: perdarahan dengan atau tanpa ascites.
Stadium 1 dan 2 dimasukkan dalam kelompok sirosis kompensata,
semetara stadium 3 dan 4 dimasukkan dalam kelompok sirosis dekompensata.
Pada pasien ini, didapatkan adanya ascites dan adanya perdarahan yang terbukti
dengan adanya muntah darah dan BAB berwarna hitam, juga adanya keluhan
naffsu makan berkurang, mual, sehingga memperkuat diagnosis sirosis hepatis
dekompensata.
15
2. Alkaline fosfatase meningkat
3. Bilirubin meningkat
4. Albumin menurun sedangkan globulin meningkat
5. PT memanjang
6. Na menurun
7. Kelainan hematologi meliputi anemia, trombositopenia dan leukopenia
Pada pasien ini didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
mendukung untuk ditegakkannya diagnosis sirosis hepatis dekompensata yaitu
adanya peningkatan SGOT (110 U/l), SGOT>SGPT, bilirubin meningkat
(bilirubin direk=0,58), rasio albumin:globulin terbalik (2,1:2,2), dan adanya
kelainan hematologi berupa trombositopenia (trombosit: 69.000/mm3).
III.5 Diagnosis
Diagnosis sementara berupa sirosis hati dekompensata pada pasien dapat
ditegakkan dari anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium yang telah diuraikan sebelumnya. Pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan untuk memperkuat diagnosis sirosis hati dekompensata pada pasien ini
adalah USG abdomen. Adapun hasil USG abdomen pada pasien ini menyatakan
bahwa gambaran hati pada pasien ini sesuai dengan gambaran sirosis hepatis yaitu
ukuran hepar mengecil, permukaan tidak rata, parenkim kasar, disertai pula
dengan pembesaran ukuran lien.
16
Pada pasien ini, endoskopi direncanakan untuk melihat penyebab terjadinya
hematemesis dan melena. Umumnya kedua hal tersebut disebabkan pecahnya
suatu varises esofagus atau adanya gastritis erosif. Bila nanti pada pemeriksaan
endoskopi ditemukan adanya varises esofagus yang pecah, maka ini akan
mendukung diagnosis sirosis hepatis dekompensata, karena pecahnya varises
esofagus merupakan manifestasi dari hipertensi portal
2. Biopsi hati
Pemeriksaan biopsi hati merupakan gold standard untuk menegakkan
diagnosis sirosis hepatis. Karena pada kasus tertentu sulit untuk membedakan
antara hepatitis kronik aktif yang berat dengan suatu keadaan sirosis hepatis
dini. Oleh karena itu pada kasus pasien ini, direncanakan untuk dilakukan
pemeriksaan biopsi hati. Bila pada pemeriksaan biopsi hati didapatkan
keadaan fibrosis dan nodul-nodul regenerasi sel hati, maka diagnosi sirosis
hepatis dapat ditegakkan dengan pasti.
III.6 Komplikasi 10
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasi yang
ditimbulkannya. Komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien sirosis hepatis
antara lain:
1. Perdarahan gastrointestinal
2. Ensefalopati hepatik.
3. Koma hepatikum
4. Hipertensi portal
5. Sindroma hepatorenal
6. Karsinoma hepatoseluler
7. Peritonitis bakterial spontan
Pada pasien ini didapatkan hasil anamnesis berupa adanya muntah darah
dan BAB berwarna hitam. Hal ini adalah komplikasi perdarahan gastrointestinal
yang kemungkinan disebabkan oleh pecahnya varises esofagus, namun hal ini
masih harus dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan endoskopi yang telah
direncanakan pada pasien ini.
17
III.7 Penatalaksanaan9,10
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simptomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang misalnya : cukup kalori,
protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
Pada sirosis hati akibat infeksi virus hepatitis B dapat dicoba dengan
interferon alfa dan lamivudin.
Pada sirosis alkoholik, maka pengobatan utama adalah menghentikan
secara total konsumsi alkohol oleh pasien.
Pada hepatitis autoimun dapat diberikan steroid atau imunosupresif
Pada sirosis akibat hepatitis C kronik maka kombinasi interferon dan
ribavirin merupakan terapi standar.
d. Pengobatan fibrosis hati
Pengobatan antifibrotik sampai saat ini lebih mengarah pada peradangan
dan tidak terjadap fibrosis.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti:
a. Asites2,9,10
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
istirahat
diet rendah garam: untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan
diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal
maka penderita harus dirawat.
Diuretik
Pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah menjalani diet
rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya
kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat
18
pemberian diuretik adalah hipokalemia (khususnya penggunaan
furosemid) dan hal ini dapat mencetuskan ensefalopati hepatik, maka
pilihan utama diuretik adalah spironolakton, dan dimulai dengan dosis
rendah 100-200mg, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4
hari, apabila dengan dosis maksimal diuresisnya belum tercapai maka
dapat kita kombinasikan dengan furosemid 20-40mg/hari (dengan
pengawasan terhadap kadar kalium darah). Respon diuretik bisa
dimonitor dengan penurunan BB + 0,5kg/hari tanpa edema kaki atau +
1kg/hari dengan edema kaki
Parasintesis
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan
konservatif. Pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis.
Parasintesis dilakukan bila asites sangat besar. Mengenai parasintesis
cairan asites dapat dilakukan 4-6 liter/hari, dengan catatan harus
dilakukan infus albumin sebanyak 6-8 gr/l cairan asites yang
dikeluarkan. Ternyata parasintesis dapat menurunkan masa opname
pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada Child’s C, Protrombin <
40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3,
creatinin > 3 mg/dl dan natrium urin < 10 mmol/24 jam.
b. Peritonitis bakterial spontan
Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan
parasintese. Tipe yang spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati
dengan asites, sekitar 20% kasus. Keadaan ini lebih sering terjadi pada
sirosis hati stadium kompesata yang berat. Pada kebanyakan kasus
penyakit ini timbul selama masa rawatan.
c. Hepatorenal syndrome
Kasus ini merupakan kasus emergensi sehingga penentuan etiologi sering
dinomorduakan, namun yang paling penting adalah penanganannya lebih
dulu. Prinsip penanganan yang utama adalah tindakan resusitasi sampai
keadaan pasien stabil, dalam keadaan ini maka dilakukan :3,4,8,9
Pasien diistirahatkan dan dipuasakan
19
Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi
Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali
kegunaannya yaitu : untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es,
pemberian obat-obatan, evaluasi darah
Pemberian obat-obatan berupa antasida, ARH2, Antifibrinolitik,
Vitamin K, Vasopressin, Octriotide dan Somatostatin
Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka
menghentikan perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade
dan Tindakan Skleroterapi / Ligasi atau Oesophageal Transection.
d. Ensefalophaty hepatic
Suatu syndrome Neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita penyakit
hati menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian,
gelisah sampai ke pre koma dan koma.Pada umumnya enselopati Hepatik
pada sirosis hati disebabkan adanya factor pencetus, antara lain: infeksi,
perdarahan gastro intestinal, obat-obat yang Hepatotoxic.8,9
e. Perdarahan gastrointestinal
Penyebab dari perdarahan gastrointestinal yang paling sering pada pasien
sirosis adalah perdarahan dari varises esofagus yang merupakan
manifestasi dari hipertensi portal dan penyebab dari sepertiga kematian.
Pengobatan yang dilakukan pada keadaan akut adalah tamponade dengan
alat pipa Sengstaken-Blakemore dan Minessota. Selanjutnya dapat
dilakukan tindakan ligasi endoskopi. Sedangkan untuk pencegahan dan
penatalaksanaan setelah perdarahan dapat diberikan preparat propanolol
untuk menurunkun hipertensi portal.
Penatalaksanan terhadap sirosis dan komplikasinya yang dilakukan pada
pasien ini antara lain:
1. Istirahat
2. Diet rendah garam, merupakan terapi lini pertama pada asites yang ringan
atau sedang
3. Diuretik, untuk membantu mempercepat diuresis maka diberikan preparat
diuretik. Pada tahap pertama hanya diberikan spironolakton, lalu dilanjutkan
20
dengan penambahan furosemid untuk meningkatkan laju diuresis. Pada
pasien ini, respon diuretik sepertinya cukup baik karena selama + 5 hari
perawatan, didapat penurunan BB + 7kg atau rata-rata 1,4kg/hari.
4. Preparat propanolol diberikan pada pasien ini untuk menurunkan hipertensi
portal dan mencegah terulangnya perdarahan gastrointestinal
5. Untuk mencegah ensefalopati hepatik, maka diberikan preparat laktulak
(laktulosa) karena dapat membantu mengeluarkan amonia dari tubuh pasien.
Selain itu juga diberikan Kanamisin untuk membunuh bakteri-bakteri yang
menghasilkan amonia di dalam usus.
III.7 Prognosis10
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertai.
Indeks hati dapat dipakai untuk menentukan prognosis sirosis hati dengan
hematemesis melena yang mendapat terapi medik.
Indeks Hati
Nilai
0 1 2
Albumin (g%) >3,6 3,0-3,5 <3,0
Bilirubin (mg%) <2,0 2,0-3,0 >3,0
Gangguan kesadaran - Minimal +
Asites - Minimal +
21
1. Cheney CP, Goldberg EM and Chopra S. Cirrhosis and portal hypertension: an
overview. In: Friedman LS and Keeffe EB, eds. Handbook of Liver
Disease. 2nd ed. China, Pa: Churchill Livingstone; 2004:125-138
2. Friedman SL: Hepatic Fibrosis, In: Schiff ER, Sorrell MF, Maddrey WC, eds.
Schiff’s Diseases of the Liver. 9th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott-Raven;
2003:409-28
7. Lorraine MW. Sirosis Hati. Dalam: Sylvia AP, Lorraine MW. Sirosis. Edisi
keenam, Volume I. EGC, Jakarta: 2005;1:493-501.
9. Pere Gines et al. Management of Cirrhosis and Ascites. The New England
Journal of Medicine. Massachusetts Medical Society. 2004;350:1646-54.
10. Nurdjanah, Siti. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006;443-446
Indications
Criteria
1. Total Serum Bilirubin
1. Bilirubin <2 mg/dl: 1 point
22
3. Bilirubin >3 mg/dl: 3 points
2. Serum Albumin
3. INR
4. Ascites
1. No Ascites: 1 point
5. Encephalopathy
1. No Encephalopathy: 1 point
Interpretation
1. Child Class A: 5 to 6 points
1. Life expectancy: 15 to 20 years
References
23