Disusun Oleh:
Humam
Pembimbing:
dr……..
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JANTUNG
FK…………..
BANDA ACEH……..
2021
2
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
2.1 Definisi...............................................................................................................6
2.2 Epidemiologi.....................................................................................................6
2.3 Etiologi dan Patofisiologi.................................................................................7
2.4 Diagnosis...........................................................................................................9
2.5 Diagnosis Banding..........................................................................................13
2.6 Tatalaksana.....................................................................................................15
2.7 Prognosis.........................................................................................................18
BAB III...........................................................................................................................19
3.1 Identitas Pasien...............................................................................................19
3.2 Anamnesis.......................................................................................................19
3.2.1 Keluhan Utama.........................................................................................19
3.2.2 Keluhan Tambahan...................................................................................19
3.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang......................................................................19
3.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu.........................................................................19
3.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga......................................................................19
3.2.6 Riwayat Penggunaan Obat........................................................................19
3.2.7 Riwayat Kehamilan Ibu............................................................................20
3.3 Pemeriksaan Fisik..........................................................................................20
3.3.1 Vital Sign..................................................................................................20
3.3.2 Data Antropometri....................................................................................20
3.4.3 Status Gizi................................................................................................20
3.4.4 Status General...........................................................................................21
3.5 Pemeriksaan Penunjang................................................................................24
3.7 Diagnosis.........................................................................................................29
3.8 Tatalaksana.....................................................................................................29
3.9 Prognosis.........................................................................................................29
3
BAB IV............................................................................................................................30
BAB V.............................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................33
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul “Non ST-segment Elevation-Acute Coronary Syndrome (NSTE-ACS)”.
Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani Kepanitraan Klinik
Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Jantung RSUD……….., Fakultas
Kedokteran Universitas……..
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapatkan bantuan,
bimbingan, dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada dr. yang telah meluangkan banyak waktu
untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
tulisan ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga, sahabat, dan
rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus
ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan kasus ini. Harapan penulis semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT selalu
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya bagi kita semua.
Penulis
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Di Amerika Serikat, NSTE-ACS menyumbang lebih dari 1,4 juta rawat
inap rumah sakit setahun. Di negara industri, kejadian tahunan angina tidak stabil
sekitar 6/10.000 orang pada populasi umum. Faktor risikonya sama dengan
manifestasi lain dari penyakit jantung iskemik, usia lebih tua, CVD atheromatous
sebelumnya, diabetes mellitus, merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia, jenis
kelamin laki-laki, dan riwayat keluarga dengan penyakit jantung iskemik
prematur. NSTE-ACS juga dapat terjadi sehubungan dengan gangguan sirkulasi
lainnya, termasuk penyakit katup jantung, aritmia, dan kardiomiopati.6
Beberapa faktor resiko dapat menunjukkan prognosis yang buruk
diantaranya termasuk keparahan gejala (misalnya, durasi nyeri, kecepatan
perkembangan, bukti gagal jantung), riwayat medis (misalnya, ACS sebelumnya,
MI akut, disfungsi ventrikel kiri), parameter klinis lainnya (misalnya , usia,
diabetes), perubahan EKG (misalnya, keparahan depresi segmen ST dan inversi
gelombang T yang dalam), biomarker (misalnya, adanya peningkatan konsentrasi
troponin), dan perubahan status klinis (misalnya, nyeri dada berulang, iskemia
diam , ketidakstabilan hemodinamik).6 7
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
8
penyakit tidak menular dan bertanggung jawab atas 17,5 juta kematian atau 46%
dari seluruh kematian penyakit tidak menular. Dari data tersebut diperkirakan 7,4
juta kematian adalah serangan jantung akibat penyakit jantung koroner (PJK) dan
6,7 juta adalah stroke.2
Sekitar 30% dari pasien serangan jantung di Inggris mengalami UAP
dalam kurun waktu dibawah tiga bulan. SKA juga mempengaruhi ribuan warga
Australia. Diperkirakan 69.900 orang berusia >25 tahun mengalami serangan
jantung pada tahun 2011. Selanjutnya, PJK berkontribusi 15% dari semua
kematian di Australia pada tahun 2011. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan prevalensi penderita PJK sebesar 0,5%
dari seluruh pasien penyakit tidak menular. Daerah tertinggi berdasarkan
terdiagnosis dokter adalah Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI
Jakarta, Aceh masing-masing (0,7%).2
Insiden tahunan sindrom koroner akut (ACS) >780.000 kejadian, dengan
70% adalah NSTEMI / UA. Di antara pasien dengan ACS, sekitar 60% memiliki
UA dan 40% memiliki MI (sepertiga dari MI hadir dengan STEMI akut). Pada
satu tahun pertama, pasien dengan UA / NSTEMI berada pada risiko kematian
yang cukup besar (6%), MI berulang (11%), dan perlu revaskularisasi (50%
-60%). Penting untuk dicatat bahwa meskipun kematian jangka pendek STEMI
lebih besar dari pada NSTEMI, angka kematian jangka panjang serupa. Pasien
dengan NSTEMI / UA cenderung memiliki lebih banyak penyakit penyerta, baik
jantung maupun nonkardiak, dibandingkan pasien STEMI. Wanita dengan
NSTEMI / UA memiliki hasil keluaran klinis jangka pendek dan jangka panjang
yang lebih buruk dan lebih banyak komplikasi dibandingkan dengan pria.1
2.3 Etiologi dan Patofisiologi
9
UA / NSTEMI paling sering menggambarkan penyempitan arteri koroner
yang parah atau ruptur / erosi plak aterosklerotik akut dan pembentukan trombus
yang tumpang tindih. Kemungkinan lainnya karena obstruksi mekanis progresif
dari penyakit aterosklerotik yang semakin parah, restenosis di dalam stent, atau
penyakit cangkok bypass.11
Pecahnya plak dapat dipicu oleh peradangan lokal dan / atau sistemik.
Ruptur memungkinkan paparan komponen subendotel yang kaya lipid untuk
mengalirkan trombosit dan sel inflamasi, menjadi substrat yang kuat untuk
pembentukan trombus. Penyebab yang kurang umum diantaranya obstruksi
dinamis arteri koroner akibat vasospasme (angina Prinzmetal, kokain), diseksi
arteri koroner (lebih sering terjadi pada wanita), vaskulitis koroner, dan embolus.
Pada angina tidak stabil, oklusi subtotal dan iskemia transien menghentikan
nekrosis miokard. Embolisasi bahan plak dan trombotik dapat menutupi
mikrovaskulatur. Kompresi eksternal oleh jaringan edematosa, trombosis in situ,
vasospasme, leukostasis, dan cedera reperfusi memperburuk obstruksi
mikrovaskuler dan nekrosis miosit, terutama setelah reperfusi mekanis.11
Kematian miosit dapat terjadi melalui onkotik atau, pada tingkat yang
lebih rendah, dengan jalur apoptosis. Pengiriman oksigen yang terganggu
menahan fosforilasi oksidatif dan melemahkan produksi energi yang diperlukan
untuk mencegah akumulasi natrium dan klorida intraseluler. Asidosis yang
diinduksi laktat melepaskan molekul air dari protein, meningkatkan fraksi
intraseluler air tak terikat versus air terikat. Peningkatan permeabilitas membran
pada akhirnya menyebabkan gangguan fisik pada sarkolema dan kematian sel.
Reperfusi yang tepat waktu dapat menyelamatkan miokardium, namun reperfusi
itu sendiri dapat menyebabkan kematian kardiomiosit. Ketika aliran darah pasca
iskemik pulih, cairan ekstraseluler hiperosmotik digantikan oleh darah normal-
osmotik, menciptakan gradien osmotik yang mendukung pergerakan air ke dalam
miosit. Sarcolemma rapuh akibat proses yang kekurangan energi mengalami
kerusakan akibat stres mekanis, dan sel mengalami nekrosis. Reperfusi juga dapat
menyebabkan kematian miosit melalui peradangan, oksidasi, apoptosis, dan
autofagi.1 4 11
10
2.4 Diagnosis
11
Angina atipikal yang berulang pada seorang yang mempunyai riwayat PJK,
terutama infark miokard, berpeluang besar merupakan presentasi dari SKA.
Keluhan yang sama pada seorang pria berumur lanjut (>70 tahun) dan menderita
diabetes berpeluang menengah suatu SKA. Angina equivalen atau yang tidak
seutuhnya tipikal pada seseorang tanpa karakteristik tersebut di atas berpeluang
kecil merupakan presentasi dari SKA.7 11
a) Pemeriksaan fisik.
Tujuan dilakukannya pemeriksaan fisik adalah untuk menegakkan
diagnosis banding dan mengidentifikasi pencetus. Selain itu, pemeriksaan fisik
jika digabungkan dengan keluhan angina (anamnesis), dapat menunjukkan tingkat
kemungkinan keluhan nyeri dada sebagai representasi SKA.1
b) Elektrokardiogram.
Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak medis
pertama. Bila bisa didapatkan, perbandingan dengan hasil EKG sebelumnya dapat
sangat membantu diagnosis. Setelah perekaman EKG awal dan penatalaksanaan,
perlu dilakukan perekaman EKG serial atau pemantauan terus-menerus. EKG
yang mungkin dijumpai pada pasien NSTEMI dan UAP antara lain:1
Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T; dapat disertai
dengan elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20 menit)
Gelombang Q yang menetap
Nondiagnostik
Normal
12
mm di beberapa sadapan prekordial sangat sugestif untuk mendiagnosis UAP atau
NSTEMI (tingkat peluang tinggi). Gelombang Q ≥0,04 detik tanpa disertai
depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T menunjukkan tingkat
persangkaan terhadap SKA tidak tinggi sehingga diagnosis yang seharusnya
dibuat adalah Kemungkinan SKA atau Definitif SKA (Gambar 1). Jika
pemeriksaan EKG awal menunjukkan kelainan non diagnostik, sementara angina
masih berlangsung, pemeriksaan diulang 10 – 20 menit kemudian (rekam juga
V7-V9). Pada keadaan di mana EKG ulang tetap menunjukkan kelainan yang
nondiagnostik dan marka jantung negatif sementara keluhan angina sangat
sugestif SKA, maka pasien dipantau selama 12-24 jam untuk dilakukan EKG
ulang tiap 6 jam dan setiap terjadi angina berulang.1 4 12
Bila dalam masa pemantauan terjadi perubahan EKG, misalnya depresi
segmen ST dan/atau inversi gelombang T yang signifikan, maka diagnosis UAP
atau NSTEMI dapat dipastikan. Walaupun demikian, depresi segmen ST yang
kecil (0,5 mm) yang terdeteksi saat nyeri dada dan mengalami normalisasi saat
nyeri dada hilang sangat sugestif diagnosis UAP atau NSTEMI. Stress test dapat
dilakukan untuk provokasi iskemia jika dalam masa pemantauan nyeri dada tidak
berulang, EKG tetap nondiagnostik, marka jantung negatif, dan tidak terdapat
tanda gagal jantung. Hasil stress test yang positif meyakinkan diagnosis atau
menunjukkan persangkaan tinggi UAP atau NSTEMI. Hasil stress test negatif
menunjukkan diagnosis SKA diragukan dan dilanjutkan dengan rawat jalan.1 4 12
c) Marka jantung.
Pemeriksaan troponin I/T adalah standard baku emas dalam diagnosis
NSTEMI, di mana peningkatan kadar marka jantung tersebut akan terjadi dalam
waktu 2 hingga 4 jam. Penggunaan troponin I/T untuk diagnosis NSTEMI harus
digabungkan dengan kriteria lain yaitu keluhan angina dan perubahan EKG.
Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika marka jantung meningkat sedikit melampaui
nilai normal atas (upper limit of normal, ULN). Dalam menentukan kapan marka
jantung hendak diulang seyogyanya mempertimbangkan ketidakpastian dalam
menentukan awitan angina. Tes yang negatif pada satu kali pemeriksaan awal
tidak dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard akut. Kadar
troponin pada pasien infark miokard akut meningkat di dalam darah perifer 3 – 4
13
jam setelah awitan infark dan menetap sampai 2 minggu. Peningkatan ringan
kadar troponin biasanya menghilang dalam 2 hingga 3 hari, namun bila terjadi
nekrosis luas, peningkatan ini dapat menetap hingga 2 minggu. Mengingat
troponin I/T tidak terdeteksi dalam darah orang sehat, nilai ambang peningkatan
marka jantung ini ditetapkan sedikit di atas nilai normal yang ditetapkan oleh
laboratorium setempat.1 8 13
Perlu diingat bahwa selain akibat STEMI dan NSTEMI, peningkatan kadar
troponin juga dapat terjadi akibat:
Takiaritmia atau bradiaritmia berat
Miokarditis
Dissecting aneurysm
Emboli paru
Gangguan ginjal akut atau kronik
Stroke atau perdarahan subarakhnoid
Penyakit kritis, terutama pada sepsis
d) Pemeriksaan Noninvasif.
Pemeriksaan ekokardiografi transtorakal saat istirahat dapat memberikan
gambaran fungsi ventrikel kiri secara umum dan berguna untuk menentukan
diagnosis banding. Hipokinesia atau akinesia segmental dari dinding ventrikel kiri
dapat terlihat saat iskemia dan menjadi normal saat iskemia menghilang. Selain
itu, diagnosis banding seperti stenosis aorta, kardiomiopati hipertrofik, atau
diseksi aorta dapat dideteksi melalui pemeriksaan ekokardiografi. Jika
memungkinkan, pemeriksaan ekokardiografi transtorakal saat istirahat harus
tersedia di ruang gawat darurat dan dilakukan secara rutin dan sesegera mungkin
bagi pasien tersangka SKA. Stress test seperti exercise EKG yang telah dibahas
sebelumnya dapat membantu menyingkirkan diagnosis banding PJK obstruktif
pada pasien-pasien tanpa rasa nyeri, EKG istirahat normal dan marka jantung
yang negatif. Multislice Cardiac CT (MSCT) dapat digunakan untuk
14
menyingkirkan PJK sebagai penyebab nyeri pada pasien dengan kemungkinan
PJK rendah hingga menengah dan jika pemeriksaan troponin dan EKG tidak
meyakinkan.1 9 11
15
guidelines) digunakan untuk menstratifikasi risiko terjadinya perdarahan.
Stratifikasi perdarahan penting untuk menentukan pilihan penggunaan
antitrombotik. Tujuan stratifikasi risiko adalah untuk menentukan strategi
penanganan selanjutnya (konservatif atau intervensi segera) bagi seorang dengan
NSTEMI.1
16
Stratifikasi risiko berdasarkan kelas Killip merupakan klasifikasi risiko
berdasarkan indikator klinis gagal jantung sebagai komplikasi infark miokard akut
dan ditujukan untuk memperkirakan tingkat mortalitas dalam 30 hari.1
2.6 Tatalaksana
17
Tidak ada iskemia yang dapat ditimbulkan (inducible ischemia)
Penentuan risiko rendah berdasarkan risk score seperti GRACE dan TIMI
juga dapat berguna dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan strategi
konservatif. Penatalaksanaan selanjutnya untuk pasien-pasien ini berdasarkan
evaluasi PJK. Sebelum dipulangkan, dapat dilakukan stress test untuk menentukan
adanya iskemi yang dapat ditimbulkan (inducible) untuk perencanaan pengobatan
dan sebelum dilakukan angiografi elektif.13
18
Nitrat
Keuntungan terapi nitrat terletak pada efek dilatasi vena yang
mengakibatkan berkurangnya preload dan volume akhir diastolic ventrikel kiri
sehingga konsumsi oksigen miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah
dilatasi pembuluh darah koroner baik yang normal maupun yang mengalami
aterosklerosis.13
b) Anti Platelet
Aspirin harus diberikan kepada semua pasien tanda indikasi kontra dengan
dosis loading 150-300 mg dan dosis pemeliharaan 75-100 mg setiap harinya untuk
jangka panjang, tanpa memandang strategi pengobatan yang diberikan.
Clopidogrel direkomendasikan untuk pasien yang tidak bisa menggunakan
19
ticagrelor. Dosis loading clopidogrel adalah 300 mg, dilanjutkan 75 mg setiap
hari.1 7
c) Anti Koagulan
Terapi antikoagulan harus ditambahkan pada terapi antiplatelet secepat
mungkin. Pemberian antikoagulan disarankan untuk semua pasien yang
mendapatkan terapi antiplatelet. Pemilihan antikoagulan dibuat berdasarkan risiko
perdarahan dan iskemia, dan berdasarkan profil efikasi-keamanan agen tersebut.
Fondaparinuks secara keseluruhan memiliki profil keamanan berbanding risiko
yang paling baik. Dosis yang diberikan adalah 2,5 mg setiap hari secara subkutan.
Enoksaparin (1 mg/kg dua kali sehari) disarankan untuk pasien dengan risiko
perdarahan rendah apabila fondaparinuks tidak tersedia. Dalam strategi yang
benar-benar konservatif, pemberian antikoagulasi perlu dilanjutkan hingga saat
pasien dipulangkan dari rumah sakit.1 7
e) ACE Inhibitor
Inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE) berguna dalam
mengurangi remodeling dan menurunkan angka kematian penderita pascainfark-
miokard yang disertai gangguan fungsi sistolik jantung, dengan atau tanpa gagal
jantung klinis. Penggunaannya terbatas pada pasien dengan karakteristik tersebut,
walaupun pada penderita dengan faktor risiko PJK atau yang telah terbukti
menderita PJK, beberapa penelitian memperkirakan adanya efek antiaterogenik.
Inhibitor ACE diindikasikan penggunaannya untuk jangka panjang, kecuali ada
20
indikasi kontra, pada pasien dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri = 40% dan pasien
dengan diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit ginjal kronik (PGK).13
2.7 Prognosis
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Alloanamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Dada kiri pasien terasa panas.
21
3.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Dada kiri pasien terasa panas 1 hari sebelum MRS. Pasien juga
mengeluhkan susah tidur dan nyeri terasa samai bagain belakang tubuh. Tidak ada
demam, sesak napas, dan batuk. Kesadaran pasien kompos mentis.
TB Aktual :-
TB Baku untuk Umur :-
BB Aktual :-
BB Baku untuk Umur :-
Height Age (HA) : Umur berdasarkan TB Aktual
:-
Berat Badan Ideal (BBI) : BB berdasarkan HA
22
:-
TB Aktual
TB/U : ×100 %
TB Baku untuk Umur
:-
BB Aktual
BB/U : × 100 %
BB Baku untuk Umur
:-
BB Aktual
BB/TB : ×100 %
BBI
:-
Kulit
Ukuran : Normocephali
Rambut : Ada
Wajah : Simetris
Mata : Normal
Telinga : Normotia, sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-), perdarahan (-/-),
septum deviasi (-/-)
23
Mulut : Bibir simetris, perdarahan (-/-), tidak ada sianosis, mukosa
bibir kering
Leher : Trakea di tengah, massa (-), Range of Motion (ROM)
bebas
Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi
Statis : Simetris, retraksi (-)
Paru-Paru
Jantung
24
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar teraba normal dan kenyal, lien
teraba normal
Perkusi : Pekak pada kuadran kanan dan kiri atas, timpani pada
kuadran kiri bawah, dan kanan bawah
Genitalia
Ekstremitas
Superior Inferior
Penilaian Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Ikterik - - - -
Edema - - - -
Pucat - - - -
Akral Hangat + + + +
25
26
3.5 Pemeriksaan Penunjang
27
HATI & EMPEDU
AST/SGOT - <31 U/L
ALT/SGPT - <34 U/L
Albumin - 3,5-5,2 g/dL
DIABETES
GDS - <200 mg/dL
HbA1C - <6,0 %
GAS DARAH
PH - 7,35-7,45
PCO2 - 35-45 mmHg
PO2 - 75-100 mmHg
HCO3 - mmol/L
TCO2 - mmol/L
SAO2 - 95-99 %
Pemeriksaan EKG
28
Gambar 3.1 Pemeriksaan EKG (03/01/2021)
Hasil Pemeriksaan
Kalibrasi: 10mm/mV
Ryhthm: Sinus rhythm
Heart Rate: 65 kali/menit
Aksis: Normoaksis
Tampak pada sadapan V4 dan V5 segmen ST depresi
Tampak pada sadapan V1, gelombang T invers
29
Gambar 3.2 Pemeriksaan EKG (05/01/2021)
Hasil Pemeriksaan
Kalibrasi: 20mm/mV
Ryhthm: Sinus rhythm
Heart Rate: 56 kali/menit
Aksis: Normoaksis
Tampak pada sadapan V1-V6, gelombang T inversi
Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Thoraks (03/01/2021)
30
Gambar 3.4 Foto Thoraks (03/01/2021)
Hasil Pemeriksaan
Pada rontgen thoraks tampak kardiomegali.
31
Gambar 3.5 Angiografi jantung (04/06/2019)
Hasil Pemeriksaan:
Terlihat adanya stenosis 95% pada LAD arteri coroner kiri utama
Terlihat adanya thrombus pada LAD arteri coroner kiri utama
Hasil Pemeriksaan:
Anti SARS-CoV-2 Ig G: Non reaktif
Anti SARS-CoV-2 Ig M: Reaktif
Hasil reaktif antibodi belum dapat memastikan infeksi SARS-CoV-2.
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan konfirmasi SARS-CoV-2
dengan metode PCR.
1. NSTE-ACS
32
2. UAP
3. STEMI
3.7 Diagnosis
1. NSTE-ACS
3.8 Tatalaksana
a. Terapi Medikamentosa
- IVFD
- Injeksi Arixtra 1 x 2,5 mg
- Nitrokaf 2 x 5 mg
- CPG 1 x 75 mg
- Aspilet 1 x 50 mg
- Atorvastatin 1 x 20 mg
- Alprazolam 0,5 mg
b. Edukasi
3.9 Prognosis
BAB IV
PEMBAHASAN
33
Pasien tersebut didiagnosis awal dengan NSTE-ACS. Indikasi rawat inap
pada pasien ini adalah observasi terhadap nyeri dada dan melihat kadar enzim
jantung dalam darah pasien. Hasil pemeriksaan laboratorium fungsi jantung
dengan melihat CKMB, didapat hasil 3ng/ml, yang berarti pada saat pemeriksaan
tersebut kadarnya dalam batas normal.
Hasil anamnesis menerangkan pasien mempunyai riwayat pemasangan
ring jantung 3 tahun yang lalu. Tidak ada riwaya penyakit yang sama pada
keluarga pasien. Pada riwayat konsumsi obat, pasien pernah mengkonsumsi obat-
obatan untuk penyakit jantung yaitu clopidogrel, aspilet, dan atorvastatin. Hasil
antropometri belum ada data.
Pada pemeriksaan EKG tanggal 3 Januari 2021, tampak adanya depresi
segmen ST pada sadapan V4 dan V5. Sedangkan pada sadapan V1, tampak
adanya gelombang T inversi. Kemudian pada pemeriksaan EKG tanggal 5 Januari
2021, tampak adanya gelombang T inversi pada sadapan V1-V6. Pada
pemeriksaan EKG tanggal 6 januari 2021, tampak depresi segmen ST pada
sadapan V5, dan inversi gelombang T pada sadapan V1-V6.
Pada pemeriksaan radiologi dengan foto thoraks tanggal 3 Januari 2021
tampak adanya kardiomegali atau pembesaran pada jantung. Pada riwayat
pemeriksaan angiografi jantung pada tanggal 4 Juni 2019 didapatkan hasil adanya
stenosis 95% dan thrombus pada LAD (Left Anterior Descending) arteri koroner
kiri utama. Berdasarkan riwayat PCI 2 tahun lalu tersebut, pasien dicurigai ISR
(In-stent Restenosis).
Pasien juga telah melakukan pemeriksaan imunoserologi Covid-19 atau
SARS-CoV-2 antibodi. Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil pada IgG Non
reaktif, dan pada IgM reaktif. Hasil reaktif antibodi belum dapat memastikan
infeksi SARS-CoV-2. Hasil reaktif dapat terjadi pada kondisi dengan beberapa
kemungkinan diantaranya, terinfeksi SARS-CoV-2 (Covid-19), Infeksi SARS-
CoV-2 (Covid-19 masa lampau), dan ada reaksi silang dengan virus lain.
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan konfirmasi SARS-CoV-2 dengan
metode PCR.
Selama dirawat, pasien telah mendapatkan berbagai obat-obatan yaitu
IVFD, Injeksi arixtra 1 x 2,5 mg, nitrokaf 2 x 5 mg, CPG 1 x 75 mg, aspilet 1 x 50
34
mg, atorvastatin 1 x 20 mg, dan alprazolam 0,5 mg. Sebagian besar merupakan
obat-obatan untuk penderita penyakit jantung.
NSTEMI (Non-ST-segment Elevation Myocardial Infarction)
adalah salah satu jenis sindrom koroner akut. Sindrom koroner akut sendiri
adalah kondisi berbahaya yang disebabkan oleh penyumbatan pada
pembuluh darah arteri jantung. Penyumbatan ini akan membuat jantung
kekurangan oksigen. NSTEMI merupakan jenis kerusakan pada jantung
yang tidak menimbulkan kelainan khas pada hasil pemeriksaan rekam
jantung.1
Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak medis
pertama. Bila bisa didapatkan, perbandingan dengan hasil EKG sebelumnya dapat
sangat membantu diagnosis. Setelah perekaman EKG awal dan penatalaksanaan,
perlu dilakukan perekaman EKG serial atau pemantauan terus-menerus. EKG
yang mungkin dijumpai pada pasien NSTEMI dan UAP antara lain:1 8
Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T; dapat disertai
dengan elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20 menit)
Gelombang Q yang menetap
Nondiagnostik
Normal
35
jantung meningkat sedikit melampaui nilai normal atas (upper limit of
normal, ULN).11
BAB V
KESIMPULAN
36
Sindrom Koroner Akut (SKA) masih menjadi masalah kardiovaskular
yang utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka
kematian yang tinggi. NSTEMI dan UA sebagai bagian dari SKA memiliki kaitan
erat yang patogenesis dan gambaran klinisnya serupa tetapi berbeda dalam tingkat
keparahan. Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika
terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di
dua sadapan yang bersebelahan. Rekaman EKG saat presentasi dapat berupa
depresi segmen ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T
pseudo-normalization, atau bahkan tanpa perubahan.
Sedangkan Angina Pektoris tidak stabil dan NSTEMI dibedakan
berdasarkan kejadian infark miokard yang ditandai dengan peningkatan marka
jantung. Marka jantung yang lazim digunakan adalah Troponin I/T atau CK-MB.
Bila hasil pemeriksaan biokimia marka jantung terjadi peningkatan bermakna,
maka diagnosis menjadi Infark Miokard Akut Segmen ST Non Elevasi (Non ST-
Elevation Myocardial Infarction, NSTEMI). Pada Angina Pektoris tidak stabil
marka jantung tidak meningkat secara bermakna. Pada sindroma coroner akut,
nilai ambang untuk peningkatan CK-MB yang abnormal adalah beberapa unit
melebihi nilai normal atas (upper limits of normal, ULN).
DAFTAR PUSTAKA
37
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman
Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Jurnal Kardiologi Indonesia.2015.
2. Tumade B, et al. Prevalensi Sindrom Koroner Akut di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado Periode 1 Januari 2014-31 Desember 2014. Jurnal e-Clinic
(eCl). 2016;4(1).
3. Grech ED, Ramsdale DR. Acute coronary syndrome: unstable angina and
non-ST segment elevation myocardial infarction. BMJ. 2003 Jun
7;326(7401):1259-61. doi: 10.1136/bmj.326.7401.1259. PMID: 12791748;
PMCID: PMC1126130.
4. Tamunoinemi Bob-Manuel, Ikechuckwu Ifedili, Guy Reed, Uzoma N.
Ibebuogu, Rami N. Khouzam. (2017) Non-ST Elevation Acute Coronary
Syndromes: A Comprehensive Review. Current Problems in Cardiology 42:9,
266-305.
5. Basit H, Malik A, Huecker MR. Non ST Segment Elevation Myocardial
Infarction. [Updated 2020 Oct 15]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513228/
6. Amsterdam EA, Wenger NK, Brindis RG, et al. 2014 AHA/ACC guideline
for the management of patients with non–ST-elevation acute coronary
syndromes. J Am Coll Cardiol. 2014;64(24):e139-228. [PMID:25260718]
7. Cannon CP, Blazing MA, Giugliano RP, et al. Ezetimibe added to statin
therapy after acute coronary syndromes. N Engl J Med. 2015;372(25):2387-
2397.
8. ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients
presenting without persistent ST-segment elevation. Eur Heart Journal.
2011;32:2999-3054.
9. Williams, Dominique, et al., editors. "Acute Coronary Syndromes, Unstable
Angina, and Non–ST-Segment Elevation Myocardial Infarction." Washington
Manual of Medical Therapeutics, 35th ed., Wolters Kluwer Health, 2016
10. Silva FM, Pesaro AE, Franken M, Wajngarten M. Acute management of
unstable angina and non-ST segment elevation myocardial
38
infarction. Einstein (Sao Paulo). 2015;13(3):454-461. doi:10.1590/S1679-
45082015RW3172
11. Sarkees ML, Bavry AA. Acute coronary syndrome (unstable angina and non-
ST elevation MI). BMJ Clin Evid. 2009;2009:0209. Published 2009 Jan 13.
12. Jaap W. Deckers. (2013) Classification of myocardial infarction and unstable
angina: A re-assessment. International Journal of Cardiology 167:6, 2387-
2390.
13. AHA/ACC. 2014. Guidelines for the Management of Patients with Non-ST
Elevation Acute Coronary Syndromes. acute coronary syndromes in patients
presenting without persistent ST-segment elevation.
39