HIDROSEFALUS
Pembimbing:
Letkol CKM dr. Aditya Wicaksana, Sp.BS
Disusun Oleh:
Neily Afridah
30101307022
LEMBAR PENGESAHAN
HIDROSEFALUS
Disusun Oleh:
Neily Afridah
30101307022
Tanggal :
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
Riwayat Alergi :
Pasien menyangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan
tertentu.
Jantung
- Inspeksi :Iktuskordistidak tampak
- Palpasi :Iktuskordis tidak kuat angkat
d) Abdomen
Inspeksi :Jejas (-), distensi(-)
Auskultasi :Peristaltik (+) bising usus normal
Perkusi :Timpani, hepar pekak, hepatomegali (-),
(-)
splenomegali (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)
e) Ekstremitas
Atas : ekskoriasi (-/-), luka terbuka (-/-)
Respirasi : normal
Duduk : tidak dilakukan
SENSIBILITAS
Taktil : normal
Nyeri : normal
Kekuatan 2 2
Klonus - -
SENSIBILITAS
DEKSTRA SINISTRA
Taktil - -
Nyeri - -
REFLEK
DEKSTRA SINISTRA
Biceps +N +N
Triceps +N +N
Radius +N +N
Ulna +N +N
Hoffman
Hoffman Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kekuatan 2 2
Klonus - -
SENSIBILITAS
DEKSTRA SINSTRA
l. OAT
II. EDUKASI
Istirahat cukup
Makan dan minum teratur
III. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan CT-Scan kepala
Kesan :
HCTS non kontras dan kontras potongan axial 5mm slice thickness dengan
klinis suspect meningitis
meningitis tampak lesi herbatenuasi batas tidak tegas
tegas region
nucleus caudatus sinistra et thalamus sinistra post pemberian kontras tak
tampak enchacement.
Post pemberian bahan kontras tampak enchacement parenkimal : sulcii
menyempit, batas gray matter dan white matte mengabur, sulkus medianus
Kesan :
Kedua apex pulmo relative bersih, corakan bronkovaskular kasar, air
broncogram (+) disertai dengan infiltrate parahilar et paracardial bilateral,
kedua sinus costofrenicus dan diafrgama baik, Cor CTR < 50%
Kesan : bronkopneumonia
bronkopneumonia
Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Lengkap
Tanggal : 25-7-2017
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI METODE
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,2 g/dl 12.0-16.0 Automatic
Hematokrit 36 % 37-47 Automatic
Leukosit 4.3 Ribu/ul 4.0-10.0 Automatic
Trombosit 2.29 Ribu/ul 150-450 Automatic
Eritrosit 4.21 Juta/ul 3.50-5.00 Automatic
HITUNG JENIS
Basofil 0.0 % 0.0-0.1 Automatic
Eosinofil 0.4 % 0.0-5.0 Automatic
Neutrofil 78.2 % 50.0-70.0 Automatic
MCH
MCHC 29.0
34.2 p9
g/dl 27.0-34.0
32.0-36.0 Automatic
Automatic
RDW 14.4 % 11.5-14.5 Automatic
KIMIA KLINIK
DIABETES
Gula Darah Sewaktu 107 Mg/dl 70-200
ELEKTROLIT DARAH
Natrium Darah 119.2 mmol 135.0-148.0 ISB
Calcium Darah 3.72 mmol 3.50-5.50 ISB
(30-7-2017)
CT 4 menit
BT 2 menit
( 31-7-2017)
WBC 7.8 10ˆ9/1
10ˆ9/1 3.5 10.0
LYM 0.9 10ˆ9/1
10ˆ9/1 0.5 5.0
LYM% 12.0 % 15.0 50.0
MID 0.3 10ˆ9/l
10ˆ9/l 0.1 1.5
MID% 3.4 % 2.0 15.0
GRA 6.6 10ˆ9/dl
10ˆ9/dl 1.2 8.0
GRA% 84.6 % 35.0 80.0
HGB 11.7 g/dl 11.5 16.5
MCH 30.4 Pg 25.0 35.0
MCHC 35.9 9/d1 31.0 38.0
RBC 3.85 10ˆ12/l
10ˆ12/l 3.50 5.50
MCV 84.5 f1 75.0 100.0
HCT 32.6 % 35.0 55.0
RDWa 61.6 f1 30.0 150.0
RDW 14.7 % 11.00 16.0
PLT 343 10ˆ9/l
10ˆ9/l 100 400
MPV 6.2 f1 8.0 11.0
PDW 9.1 f1 0.1 99.9
PCT 0.21 % 0.01 9.99
LPCR 6.3 % 0.1 99.9
A. Pre-operatif
Informed consent pemasangan intravena
intravena line dan pemberian
OAT lanjut
Dexamethasone 3x1 A
Manitol tapp
3. Periksa gula darah, DL post op
4. Analisa LCS
FOLLOW UP
29 Juli 2017 R.ICU
S O A P
T : 36.7
DC (+)
O2 (+)
Balance Cairan
In : 650
Out : 872
-220
31 Juli 2017
S O A P
1 Agustus 2017
S O A P
ADL
2 Agustus 2017
S O A P
g A
Infuse (+) OMZ 2x1
KU Monitor KU
Bantu ADL
sedang
Lanjutkan intervensi
3 Agustus 2017
S O A P
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1) Meningen
Gambar 1. Lapisan meningen
2) Sistem ventrikulus
3.1.2 Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang
terdiri dari sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari
korteks, korteks ditandai dengan sulkus dan girus.
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
a) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang
lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar,
bicara (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan
memori
e) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia,
memori emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan
perubahan melalui pengendalian atas susunan endokrin dan
susunan otonom
Gambar 4 cerebellum
3.1.4 Brainstem
3. Mesensefalon (midb
(midbrain)
rain) corpora
corpora quadric
quadric gemina yang memiliki dua
kolikulus yaitu kolikulus superior dan kolikulus inferior dan terdiri dar
itegmentum yang terdiri dari nucleus rubra dan substansia nigra.
Arteri karotis
Arteri verebrobasilaris
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri
subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan
cabang dari arteri arteri inomata sedangkan arteri subklavia kiri
Gambar 5 circulus willisi
2) Peredaran Darah Vena
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus
duramater, suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di
dalam struktur duramater.Sinus-sinus duramater tidak
mempunyai katup dan sebagian besar berbentuk
triangular.Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke
3.2 Definisi
3.3 Epidemiologi
Insidensi kongenital hidrosefalus pada United States adalah 0.9 per 1.000
kelahiran hidup21. .Insiden hidrosefalus yang didapat tidak diketahui secara pasti
karena berbagai gangguan yang dapat menyebabkan kondisi tersebut. sekitar
100,000 shunt digunakan setiap tahunnya di beberapa Negara, namun sedikit
informasi yang tersedia untuk Negara lainnya. Jika hidrosefalus tidak
ditatalaksana, kematian dapat terjadi akibat sekunder tonsilar herniasi akibat
kompresi sel otak dan menyebabkan respiratory arrest.
komunikan. Pasien tersebut sering datang ke rumah sakit untuk revisi shunt atau
di obati. Hal ini dapat menetap setelah pengobatan. Kehilangan visual juga
merupakan penyulit dari hidrosefalus yang tidak diobati dan dapat menetap
setelah pengobatan.
3.4 Etiologi
b. Spina bifida dan cranium bifida, hidrosefalus pada kelainan ini
Gambar 2. Ilustrasi sistem ventrikel. Dikutip dari: The brain and cranial nerves.
In: Principles of anatomy
anatom y and physiology 12:500. John Wiley & Sons, 2009
Secara embriologinya, sistem ventrikel mulai terbentuk pada waktu terjadi
penutupan neural groove menjadi neural tube.
tube. Cairan sudah dapat dijumpai dalam
neural tube ini bahkan sebelum cikal bakal pleksus koroideus terbentuk. Cairan
ini menjadi sarana difusi metabolit-metabolit di jaringan sekitarnya sebelum
pembuluh darah terbentuk.
terbentuk.
Cairan serebrospinal di dalam ventrikel mengandung hormon,
proteoglikan dan ion-ion yang komposisinya selalu berubah-ubah setiap waktu.
Dilatasi ventrikel dapat dijumpai pada minggu-minggu awal proses pertumbuhan
janin dan akan segera kembali normal pada usia kehamilan 30 minggu.
minggu.
ventrikel tiga dan ventrikel empat yang mendapat vaskularisasi dari medial
posterior choroidal artery,
artery, anterior inferior cerebellar artery (AICA) dan
posterior inferior cerebellar artery (PICA). Vena-vena koroidalis akan mengalir
ke vena serebri interna yang merupakan bagian dari vena profunda (vein
(vein of
Galen).
Galen).
Pembentukan CSF dipengaruhi oleh beberapa transporter dan enzim
(carbonic anhydrase, sodium-potassioum adenosine triphosphatase/ Na+ K+
ATPase dan aquaporin-1). Semakin sempurna sistem enzim dan transporter ini
bekerja, semakin banyak CSF yang dihasilkan. Pada pleksus koroideus papiloma,
Manifestasi klinis hidrosefalus pada anak tergantung dari usia. Pada bayi
yang suturanya belum menutup, manifestasi klinis yang menonjol adalah lingkar
kepala yang membesar. Pada anak yang suturanya telah menutup, manifestasi
klinis yang muncul disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial.
Adapun gejala pada orang dewasa ialah: pusing, muntah, penglihatan
berkunang-kunang,, kepala terasa berat, lelah. Tanda yang dapat dijumpai:
berkunang-kunang
papiledem, pembesaran titik buta pada lapangan pandang yang menyebabkan
berkurangnya tajam penglihatan, lenggang dyspraxia, pembesaran kepala, dan
perasaan canggung.
Gejala klinis bervariasi sesuai dengan umur penderita. Gejala yang tampak
berupa gejala akibat tekanan intracranial yang meninggi. Pada pasien hidrosefalus
berusia di bawah 2 tahun gejala yang paling umum tampak adalah pembesaran
abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrani mengesankan sebagai
salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standart di
usianya.. Selain itu
atas ukuran normal, atau persentil 98 dari kelompok usianya
menentukan telah terjadinya makrokrania juga dapat dipastikan dengan mengukur
lingkaran kepala suboksipito-bregmatikus dibandingkan dengan lingkaran dada
dan angka normal pada usia yang sama.Lebih penting lagi ialah pengukuran
berkala lingkaran kepala yaitu untuk melihat pembesaran kepala yang progresif
dan lebih cepat dari normal.
Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran, motoris atau kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital,
bergantung kepada kemampuan kepala untuk membesar dalam mengatasi tekanan
intracranial yang meninggi. Bila proses berlangsung lambat, maka mungkin tidak
terdapat gejala neurologis walaupun telah terdapat pelebaran ventrikel yang belum
begitu melebar.
Gejala lainnya yang dapat terjadi ialah spastisistas yang biasanya
melibatkan ekstremitas inferior (sebagai konsekuensi peregangan traktus
pyramidal sekitar ventrikel lateral yang dilatasi) dan berlanjut sebagai gangguan
gangguan
berjalan, gangguan endoktrin (karena distraksi hipotalamus dan ‘pituitari stalk’
oleh dilatasi ventrikel III.
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran dan pemantauan lingkar kepala anak dapat diukur melalui
grafik lingkar kepala standar pada anak. Grafik lingkar kepala khusus telah
tersedia untuk mengukur lingkar kepala pada anak yang prematur dan yang
menderita achondroplasia. Penilaian lingkar kepala pada grafik tersebut
menggunakan satuan persentil.
Disamping lingkar kepala, keluhan yang sering dikatakan oleh orang tua
adalah anaknya menjadi lebih rewel (irritable
( irritable),
), matanya cenderung melirik
kebawah ( sunsetting
sunsetting ) atau menjadi juling (akibat paresis nervus abdusens).
Pada anak-anak yang suturanya telah menyatu, lingkar kepala yang terukur
bisa saja normal, tetapi keluhan yang menonjol berupa nyeri kepala, mual dan
muntah. Bila proses peningkatan tekanan intrakranial terus berlanjut, maka akan
dijumpai edema papil pada pemeriksaan funduskopi. Edema papil ini mungkin
tidak terdeteksi pada anak yang suturanya masih terbuka, kecuali telah mencapai
lingkar kepala yang sangat besar. Keluhan-keluhan tersebut yang terjadi pada
beberapa tahun pertama dari anak yang mengalami hidrosefalus, merupakan
petunjuk bahwa hidrosefalus tersebut diakibatkan oleh proses patologi sekunder
seperti akibat tumor, cedera kepala atau meningitis.
Kriteria Radiologis
CT atau MRI dapat memperlihatkan suatu hidrosefalus, ada beberapa
keriteria pada CT atau MRI yang menunjukkan adanya gambaran hidrosefalus.
Yang pertama ukuran dari setiap temporal horn dari ujung ke ujung (TH) ≥ 2 mm
(jika tidak ada hidrosefalus maka temporal horn sulit terlihat). Atau TH ≥ 2 mm,
dan ratio dari (FH/ID) > 0,5 (FH adalah jarak antara pinggiran terlebar dari frontal
horn dan ID adalah jarak antara tabula interna pada level FH). Dapat juga
dijumpai frontal horn dari ventrikel lateral balooning , disebut dengan ‘ Mickey
Mouse Ventrikel’ . Gambaran periventrikular yang hiperintens yang tampak pada
T2 menandakan transependymal absorption dari cairan serebrospinal.
Evans ratio juga dapat menentukan gambaran hidrosefalus. Evans Ratio
adalah perbandingan dari FH dengan jarak maksimal dari diameter biparietal.
Dikatakan hidosefalus jika evans ratio >30%. perbandingan (FH/ID) saja juga
dapat menetukan gambaran hidrosefus. Ada beberapa kriteria, yaitu jika (FH/ID)
< 40 % maka disebut normal, jika 40-50% disebut borderline
borderline,, dan jika > 50%
disangkakan hidrosefalus.
mengingat waktu pemeriksaan yang cukup lama sehingga pada bayi perlu
dilakukan pembiusan.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan punksi ventrikel melalui fontanel
mayor, dapat menunjukkan tanda peradangan, dan perdarahan baru atau lama.
Punksi juga dilakukan untuk menentukan tekanan ventrikel.
CT-scan/MRI kriteria untuk akut hidrosefalus berupa :
Ukuran kedua temporal horns lebih besar dari 2 mm, jelas terlihat. Dengan
tidak adanya hydrocephalus, temporal horns nyaris tak terlihat Rasio terlebar dari
frontal horns untuk diameter biparietal maksimal (yaitu, Evans ratio) lebih besar
dari 30% pada hidrosefalus, Eksudat Transependymal yang diterjemahkan pada
gambar sebagai hypoattenuation periventricular (CT) atau hyperintensity (MRI
T2-weighted and fluid-attenuated inversion recovery [FLAIR] sequences), Tanda
pada frontal horn dari ventrikel lateral dan ventrikel ketiga (misalnya, "Mickey
mouse"ventrikel) dapat mengindikasikan obstruksi aqueductal.
CT-scan/MRI criteria untuk kronik hidrosefalus berupa :
Temporal horns tidak begitu menonjol dari pada kasus akut, ventrikel
ketiga dapat mengalami herniasi ke dalam sella tursica, macrocrania (misalnya,
occipitofrontal circumference >98th percentile) dapat di jumpai, corpus callosum
dapat mengalami atrofi (tampilan terbaik pada potongan sagittal MRI).
Klasifikasi
Penatalaksanaan
Non Bedah
Terapi obat-obatan pada hidrosefalus digunakan untuk menunda intervensi
bedah. Terapi obat-obatan dapat digunakan pada hidrosefalus paska perdarahan
(tanpa adanya hidrosefalus akut). Terapi obat-obatan tidaklah efektif untuk
pengobatan jangka panjang dari hidrosefalus kronis. Terapi ini dapat memicu
perubahan metabolik dan dengan demikian penggunaannya hanya sebagai usaha
sementara saja.
Obat-obatan dapat mempengaruhi dinamika dari cairan serebrospinal
Pada dasarnya alat shunt terdiri dari tiga komponen yaitu; kateter
proksimal, katub (dengan/tanpa reservior), dan kateter distal. Komponen bahan
dasarnya adalah elastomer silicon. Pemilihan pemakaian didasarkan atas
pertimbangan mengenai penyembuhan kulit yang dalam hal ini sesuai dengan usia
penderita, berat badan, ketebalan kulit dan ukuran kepala. Sistem hidrodinamik
shunt tetap berfungsi pada tekanan yang tinggi, sedang dan rendah, dan pilihan
ditetapkan sesuai dengan ukuran ventrikel, status pasien (vegetative, normal)
pathogenesis hidrosefalus, dan proses evolusi penyakit.
penyakit.
Berikut ini adalah beberapa pilihan dari pemasangan shunt :
pemasangan yang tidak tepat. Kegagalan fungsional dapat berupa drainase yang
berlebihan atau malah kurang lancarnya drainase. Drainase yang terlalu banyak
dapat menimbulkan komplikasi lanjutan seperti terjadinya efusi subdural,
kraniosinostosis, lokulasi ventrikel, hipotensi ortostatik.
Pada beberapa kasus dapat terjadi komplikasi akibat dari pemasangan VP
Shunt diantaranya adalah :
Terdapat insidensi sebesar 17% dimana terjadi hernia inguinal,perlu pemanjangan
kateter shunt akibat dari pertumbuhan dari panjang badan pasien. Hal ini dapat
dicegah dengan memperpanjang kateter peritoneal, obstruksi dari kateter
peritoneal, peritonitis akibat infeksi shunt, hidrokel, asites, migrasi tip shunt
(migrasi ke dalam skrotum, perforasi dari viskus: lambung dan kandung kemih,
shunt melewati diafragma), obstruksi intestinal, volvulus, strangulasi intestinal,
overshunting.
Komplikasi lain yang bisa terjadi dari pemasangan shunt berhubungan
dengan progresifitas hidrosefalus yaitu: Perubahan Visual, oklusi dari arteri
cerebral posterior akibat proses skunder dari transtentorial herniasi,kronik papil
udema akibat kerusakan nervus optikus, dilatasi dari ventrikel ke tiga dengan
kompresi area kiasma optikum, disfungsi cognitive dan inkontunensia.
Berhubungan dengan terapi bedah yaitu Tanda dan gejala dari peningkatan
tekanan intracranial dapat disebabkan oleh gangguan pada shunt, subdural
hematoma atau subdural hygroma akibat skunder dari overshunting, nyeri kepala
dan tanda neurologis fokal dapat dijumpai, tatalaksana kejang dengan dengan obat
antiepilepsi, okkasional Infeksi pada shunt dapat asimtomatik. pada neonates,
dapat bermanifestasi sebagai perubahan pola makan, irritabilitas, vomiting, febris,
letargi, somnolen, dan ubun ubun menonjol. Anak-anak yang lebih tua dan orang
dewasa biasa dengan gejala dengan sakit kepala, febris, vomitus, dan
meningismus. Dengan ventriculoperitoneal shunt s,
s, sakit perut dapat terjadi, shunts
Malfungsi Shunt
Insidens malfungsi shunt mencapai 40% pada tahun pertama setelah
pemasangan shunt. Gambaran klinis malfungsi shunt sama seperti gambaran klinis
hidrosefalus, ditandai dengan peningkatan tekanan intracranial seperti nyeri
kepala,mual,muntah dan atau perubahan mental. Disamping itu, dapat dijumpai
fluktuasi/akumulasi cairan di bawah kulit disepanjang tract VPshunt,
VPshunt, demam,
kulit disepanjang tract yang hiperemis, atau pompa flushing device yang tidak
segera kembali. Apabila ada kecurigaan malfungsi shunt, harus dilakukan
pemeriksaan kultur cairan
c airan serebrospinal meskipun tidak dijumpai demam ataupun
DAFTAR PUSTAKA
Editor. Buku
Editor. Buku Ajar Neurologi Klinik. Yogyakarta
Yogyakarta : Gajah MadaUniversity.
Press; 2005. Hal. 209. Deangelis, Lisa M. 2001. Brain tumor. N Engl J Med,
Vol. 344, No. 2
2. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar
edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402
390 – 402
3. Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis.
Klinis. Gajah Mada University Press;
Yogyakarta. Hal 201-207
4. Mardjono, mahar. 2006. Neurologi Klinis Dasar . Dian Rakyat; Jakarta. Hal
390-396