PEMBIMBING :
dr. Eman Sulaiman, Sp. THT-KL
Dibuat Oleh :
2015730096
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus yang
berjudul Otitis Media Akut.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr.Eman Sulaiman,
Sp. THT-KL, selaku konsultan dibagian THT di RSUD Sayang Cianjur dan rekan-
rekan yang telah membantu penulis dalam pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan guna perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi
para pembaca.
Penulis
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An M. H.
Jenis Kelamin : Laki – laki
Usia : 2 tahun
Alamat : Cianjur
Tanggal Periksa : 05 September 2019
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kiri
C . PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign :
Suhu : 37, 4℃
Pernafasan : 34 x/ menit
Kepala : normochepal
Rambut : rambut tidak rontok
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : bibir kering (-), pembesaran tonsil (-), faring hiperemis (-),
lidah kotor (-), mucosa bucal licin tidak ada lesi, gusi
berdarah (-), gigi karies (-)
Leher : trakea terdapat di tengah, pembesaran KGB (-).
Thoraks
Inspeksi : Simetris (+/+)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikular (+/+) , ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ics 4-5
Perkusi : redup (+)
Auskultasi : S1, S2 reguler
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) , frekuensi 9x / menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel (+) , nyeri (-)
Ekstremitas
Superior : akral hangat, RCT < 2detik, edema (-), sianosis (-)
Inferior : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-), sianosis (-)
STATUS LOKALIS
Telinga
Auris
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Kelainan kongenital - -
Trauma - -
Kelainan kongenital - -
Trauma - -
Retroaurikula Trauma - -
- -
Peradangan - -
Sekret - +
Serumen - -
Cholesteatoma - -
Benda asing - -
Membrana (+)
Timpani
Hidung
Rhinoskopi Cavum nasi kanan Cavum nasi kiri
anterior
Mukosa hidung Tenang Tenang
Sekret - -
Septum nasi Deviasi (-), dislokasi (-) Deviasi (-), dislokasi (-)
Konka inferior dan Edema (-), hiperemis (-) Edema (-), hiperemis (-)
media Polip (-) Polip (-)
Passase udara + +
Massa - -
Gigi geligi
Berada ditengah
Uvula
Mukosa Tenang
Besar T1 – T1
Mukosa Tenang
Faring
Granula (-)
Maksilofasial
Bentuk : Simetris
Nyeri tekan :-
Leher
Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran KGB
Massa : Tidak ada
D. RESUME
Otorea sejak 15 hari yang lalu. Mukopurulen dan berbau amis. Ibu pasien mengaku
saat telinga pasien dipegang pasien menangis sperti kesakitan, pasien mengalami
demam, demam hilang timbul dan sering timbul saat malam hari, ibu pasien juga
mengatakan sebelum keluar cairan dari telinga pasien pernah keluar cairan dari
hidung (pilek) selama 7 hari,Pemeriksaan fisik : Suhu: 37,4 ℃ , Pernafasan: 34 x/
menit, Nadi : 110 x/ menit, Pemeriksaan otoskop : MAE AS sekret mukopurulen
setelah di lakukan spooling membran timpani terlihat Perforasi sentral (+)
E. DIAGNOSIS BANDING
F. DIAGNOSIS
G. KOMPLIKASI
OMA OMSK OE
Keluar cairan + + +
Pada st perforasi
Cairan berbau + + +
< 2 bulan + - +
Nyeri + - +
sering rewel
Demam + - -
Riw. Infeksi + + -
saluran pernapas
atas
Membran timpani + + -
perforasi
Pada st perforassi
Gejala tenang + - -
setelah keluar
cairan
KEJADIAN PADA KASUS DASAR TINDAKAN DAN
DIAGNOSIS
Otitis Media Akut stadium Perforasi Otitis Media Akut (OMA) merupakan
inflamasi akut telinga tengah yang
berlangsung kurang dari tiga minggu.
Salah satu factor pencetus OMA ialah
infeksi saluran nafas atas.1
Definisi
ISPA adalah salah satu faktor penyebab otitis media akut. Pada penelitian
Wald mengatakan bahwa anak dengan infeksi saluran pernapasan atas dalam kurun
waktu 10 – 15 hari dengan simptom yang jelas dapat berpotensi megalami otitis
media. Selain itu, infeksi saluran pernapasan yang terjadi lebih dari tiga kali dalam
setahun juga bisa menyebabkan peningkatan potensi terjadinya otitis media. Infeksi
saluran pernapasan khususnya pernapasan atas menyebabkan kerusakahan
mukosilia pada epitel nasofaing dan telinga tengah. Akibat infeksi tersebut, sel-sel
mukosilia, sel-sel goblet, dan kelenjar mucus mengalami kerusakan. Kerusakan dari
mekanisme pertahanan telinga tengah ini lah yang kemudian menyebabkan sistem
drainase pada telinga tengah terganggu, dan meyebabkan peningkatan tekanan
udara di dalamnya akibat produksi secret terus menerus, kemudian menyebabkan
infeksi, dan terjadilah otitis media akut.4
Rinitis alergi dan paparan asap rokok juga faktor risiko terjadinya OMA. Mukosa
telinga tengah berasal dari ektoderm yang sama dengan mukosa saluran pernapasan
atas, sehingga perubahan pada mukosa saluran pernapasan dapat menyebabkan
perubahan pada mukosa telinga tengah. Saat terjadi proses inflamasi, terjadi
peningkatan aliran darah ke mukosa saluran pernapasan dan telinga tengah, dan
oedem mukosa. Hal ini menyebabkan tekanan udara di dalam telinga tengah
negatif, sehingga dapat menyebabkan gangguan telinga tengah.6
OMA lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibanding perempuan. Hal ini diduga
berkaitan dengan pneumatisasi mastoid yang lebih kecil pada laki-laki, pajanan
polusi, infeksi saluran napas berulang serta trauma yang lebih sering terjadi pada
laki-laki.7
Barotrauma juga merupakan salah satu faktor terjadinya peradangan pada telinga
tengah atau yang disebut barotitis media. Barotrauma terjadi akibat perubahan
tekanan udara sekitar yang menyebabkan tuba eustachius gagal untuk
menyeimbangkan tekanan antara telinga tengah dan lingkungan. Kondisi ini
menyebabkan tekanan negatif yang besar di ruang telinga tengah dan
mengakibatkan pelebaran pembuluh darah pada membran timpani dan mukosa
telinga tengah. Apabila kondisi ini terus berlanjut, akan terjadi ekstravasasi cairan
dari mikrovaskular di mukosa telinga tengah ke dalam kavum timpani, dan telinga
terasa sakit.8
Patofisiologi Otitis Media Akut (OMA)
Berbagai kondisi terkait penyebab disfungsi tuba eustachius adalah : (1) Penurunan
regulasi tekanan sebagai akibat dari obstruksi anatomi (mekanik) atau kegagalan
mekanisme pembukaan tuba, atau disebut obstruksi fungsional. (2) Hilangnya
fungsi proteksi karena patensi abnormal tuba eustachius yaitu tuba terlalu pendek,
terlalu terbuka, tekanan gas abnormal antara telinga tengah dan nasofaring atau
telinga tengah dan mastoid tidak intak. (3) Hilangnya fungsi drenase karena sistem
drenase mukosiliar dan aksi pompa terganggu (Bluestone dan Klein, 2007).
Anatomi tuba eustachius pada bayi dan anak dibawah 7 tahun lebih pendek dan
lebih horizontal daripada dewasa serta sistem imun yang belum sempurna
menyebabkan risiko lebih tinggi terjadinya otitis media pada bayi dan anak-anak.9
Otitis media akut menyebabkan perubahan mukosa telinga tengah akibat infeksi
yang terdiri atas 5 stadium. Masing-masing stadium dapat dibedakan berdasarkan
gambaran membran timpani.
2. Stadium Hiperemis
3. Stadium supurasi
4. Stadium perforasi
5. Stadium resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka membrane timpani perlahan akan
normal kembali. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan
akhirnya kering dan membran timpani akan menutup kembali.2
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal, yaitu: (1) Munculnya penyakit
mendadak (akut), (2) Ditemukan tanda efusi (pengumpulan cairan) di telinga
tengah. Salah satu tanda efusi : gendang telinga menggembung (bulging), gerakan
pada gendang telinga terbatas atau tidak ada, adanya bayangan cairan di belakang
gendang telinga, cairan yang keluar dari telinga. (3) Adanya tanda atau gejala
peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu diantara
tanda berikut: kemerahan pada gendang telinga, nyeri telinga yang mengganggu
tidur dan aktivitas normal.10
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-
narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya
pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta rewel (Ramakrishnan,
2007). Jika seorang anak memiliki tiga episode otitis media selama 6 bulan, atau
empat kali dalam setahun, kondisi ini disebut sebagai otitis media akut berulang.3
Bila gejala OMA berat, dapat dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan
kultur darah. Pada pemeriksan darah lengkap akan ditemukan leukositosis, dan
pada pemeriksaan kultur darah dapat mendeteksi bakteremia selama periode
demam tinggi. Kultur dari sekret telinga dapat membantu dalam pemilihan
antibiotik pada pasien yang menunjukkan kegagalan terapi lini pertama.11
Tatalaksana Otitis Media Akut (OMA)