LAPORAN KASUS
* Pendidikan Profesi Dokter / G1A216100 / September 2018
** Preseptor
2
3
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
GASTROENTERITIS AKUT DENGAN TANPA DEHIDRASI
Oleh:
Ririn Octarina, S.Ked
G1A216100
3
4
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “GASTROENTERITIS AKUT DENGAN TANPA
DEHIDRASI” sebagai kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Pendidikan
Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nuriyah, M.Biomed yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Penulis
4
5
DAFTAR ISI
BAB I
STATUS PASIEN
5
6
Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Rt.03 Tahtul Yaman
Anamnesis
Keluhan Utama :
Mencret sejak ±2 hari
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Tahtul Yaman dengan keluhan mencret sejak
±2 hari. Mencret lebih dari 3 x/hari, banyaknya setengah gelas aqua setiap
mencret. BAB cair dan terdapat sedikit ampas berwarna kekuningan, darah (-),
lendir (-), bau tidak menyengat. Sebelum mencret anak juga mengalami muntah
±3 x/har. Muntah terutama setelah makan minum dan muntah berisikan makanan
dan cairan. Sebelumnya pasien ada minum teh rio dan makan sosis. Menurut ibu
pasien, suhu tubuh anak sedikit hangat, menggigil (-), riwayat kejang (-),
penderita masih bisa BAK, sehari 3 x/hari. nyeri saat BAK (-), nyeri menelan (-),
perut kembung (-).
6
7
Sehari- hari menurut ibu pasien satu keluarga biasa meminum air yang
berasal dari air sumur yang telah dimasak. Seluruh alat makan dicuci
menggunakan air sumur yang sama.
Riwayat Makanan:
ASI : sejak lahir sampai 1 tahun 6 bulan
Susu botol : sampai saat ini
Bubur nasi : 6 bulan
Nasi : 7 bulan
Riwayat Alergi
- Alergi terhadap semua susu formula (-)
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 37,4°C
4. Nadi : 90 x/menit
5. Pernafasan
- Frekuensi : 22 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : thorakoabdominal
7
8
Pemeriksaan Organ
- Kepala
Bentuk normocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut
- Mata
Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), isokor, cekung (-)
- Telinga
nyeri tarik daun telinga (-)
- Hidung
Hidung terasa tersumbat (-), bersin bersin (-), terasa ada lendir yang
tertelan (-),nafas cuping hidung (-)
- Mulut
Mukosa kering (-), sianosis (-)
- Leher
KGB tidak membesar, glandula thyroid tidak membesar, kaku kuduk (-)
- Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-)
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ekspirasi memanjang, Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Dinding perut datar
Palpasi : Lemas, turgor kembali sedikit lambat, hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus meningkat
- Ekstremitas
Atas : Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 – 5
Bawah : Edema (-), akral hangat., kekuatan otot 5 – 5
Pemeriksaan Anjuran
8
9
Diagnosa Kerja
Gastroenteritis Akut dengan tanpa dehidrasi (K52.9)
Diagnosa Banding
- Gastroenteritis akut dengan tanpa dehidrasi e.c bacterial infection
- Gastroenteritis akut dengan tanpa dehidrasi e.c virus infection
Manajemen
1. Promotif :
- Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa diare dapat timbul karena
daya tahan tubuh kurang dan langsung terkontaminasi bakteri atau
parasit yang dapat menyebabkan terjadinya diare.
- Menyediakan oralit dan obat penurun panas dirumah
2. Preventif :
- Diare dapat timbul karena kurangnya kebersihan lingkungan
- Mencuci tangan setelah membersihkan tinja anak
- Mencuci tangan sebelum memberi makan anak
- Beri makanan yang sesuai dengan umur anak
- Meningkatkan nilai gizi makanan dan memberi makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status, gizi anak
- Selalu memasak makanan
3. Kuratif :
- Non Farmakologi
Oralit 100-200 cc setiap kali anak mencret
- Farmakologik
Zink 20 mg selama 10 hari
- Tradisional
Mengkonsumsi buah pisang barangan
9
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Diare adalah buang air besar lebih sering dan dengan konsistensi yang
lebih encer dari biasanya. Menurut etiologinya, diar dapat dibagi menjadi diare
cair dan berdarah. Sedangkan ditinjau dari lamanya, diare dapat dibagi menjadi
diare akut dan diae persisten. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau
dengan atau tanpa lendir dan darh yang berlangsung kurang dari satu minggu.4
10
11
Selain hal-hal tersebut, faktor lain yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk
terjadinya diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman
lambung, menurunyan motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir
dan faktor genetik.
III. Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di
Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia
data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke
empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.7
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun
sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar
200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap
tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun
dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.8
IV. Etiologi
11
12
V. Patofisiologi 10
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan
osmotik. Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik
lebih sering ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme
tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak.10
1. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus
dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmotik antara lumen
usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir kearah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus.
Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul
cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini
akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh karena
ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa
di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorbsi kolon, sehinga terjadi diare.
12
13
Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang mengandung
sorbitol dalam jumlah berlabihan akan memberikan dampak yang sama.10
2. Diare Sekretorik
Diare sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus yang terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus saluran cerna,
sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini
menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare
sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri akbat rangsangan
pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V. cholera.01.9
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda
osmotik dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium
( Na+) dan kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja, osmolalitas
diperkirakan dengan mengalikan jumlah kadar Na + dan K+ dalam tinja dengan
angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L pada tinja diare,
maka perbedaan osmotik 290-2 (Na++K+). Pada diare osmotik, tinja mempunyai
kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan beda osmotiknya bertambah besar (>160
mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare mempunyai kadar Na tinggi (>90
mEq/L), dan perbedaan osmotik kurang dari 20 mOsm/L.8
Osmotik Sekretorik
Volume tinja <200 ml/hari >200 ml/hari
Puasa Diare berhenti Diare berlanjut
Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L
Reduksi (+) (-)
pH tinja <5 >6
13
14
peningkatan pompa natrium , dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama
Cl-.10
Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas. Meskipun motilitas
jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi, tetapi perubahan motilitas
mempunyai pengaruh terhadap absorbsi. Baik peningkatan ataupun penurunan
motilitas keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat
mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan
transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absorbsi, Kegagalan motilitas
usus yang berat menyebabkan statis intestinal bearkibat inflamasi, dekonjugasi
garam empedu dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang
terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon
irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada
Tirotoksikosis, malabsorbsi asam empedu, dan berbagai penyakit lain.10
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada beberapa
keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,
mucus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare
lain seperti diare osmotik dan sekretorik.10
Bakteri enteral patogen akan mempenagaruhi struktur dan fungsi tight
junction, menginduksi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade
inflamasi. Efek infeksi bakteri pada tight junction akan memepengaruhi susunan
anatomis dan funsi absorbsi yaitu cytoskeleton dan perubahan susunan protein.
penelitian oleh Bakes J dkk 2003 menunjukan bahwa peranan bakteri enteral
patogen pada diare terletak perubahan barier tight junction oleh toksin atau produk
kuman yaitu perubahan pada cellular cytoskeleton dan spesifik tight junction.
Pengaruh ini biasa pada kedua komponen tersebut atau salah satu komponen saja
sehingga akan menyebabkan hipersekresi clorida yang akan diikuti natrium dan
air. Sebagai contoh Clostridium difficile akan menginduksi kerusakan
cytoskeleton maupun protein, Bacteroides frigilis menyebabkan degradasi
14
15
Gejala diare atau mencret dapat berupa tinja yang encer dengan frekuensi
3x atau lebih dalam sehari yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah
dan tidak nafsu makan. Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare
yang disebabkan oleh infeksi dari virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan
diare, muntah, demam dan penurunan nafsu makan atau badan lesu. Selain itu
dapat pula menimbulkan sakit dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu,
demam, dan sakit kepala. Gangguan akibat bakteri dan parasit kadang-kadang
dapat menyebabkan tinja berdarah dan demam tinggi.
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis
yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan
yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang
merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang
pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonas,
perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah.
Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih
cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk
mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan
asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah,
pCO2 normal dan base excess sangat negatif.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun
sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas
dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan
akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit
15
16
berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita
menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih
berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang lebih
banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat
menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena
tanpa alkali.
Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - + Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis khas
Warna Kuning hijau Merah-hijau Kehijauan Tak berwarna Merah-hijau Spt air cucian beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anorexia Kejang+ Sepsis + Meteorismus Infeksi sistemik+ -
VII. Diagnosis
1. Anamnesis
16
17
memberi oralit, membawa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-
obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.10
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong
atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering
atau basah.10
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian
beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare.
17
18
3. Laboratorium
18
19
dalam tinja seperti rifampisin. Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat.
Tinja yag berbusa menunjukan adanya gas dalam tinja akibat fermentasi
bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan berkilat menunjukan adanya
lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja menggambarkan kelainan di kolon,
khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang sangatberbau
menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon.
Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan untuk
menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah
asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang
tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke usus besar yang banyak
mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6 dapat dianggap sebagai
malabsorbsi laktosa.13
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim laktose sekunder akibat
rusaknya mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim
laktase. Enzim laktase merupakan enzim yang bekerja memecahkan
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, yangselanjutnya diserap di mukosa
usus halus, salah satu cara menentukan malabsorbsi laktosa adalah
pemeriksaan clinitest dikombinasi dengan pemeriksaan pH tinja.
Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip melihat perubahan reaksi
warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan tablet clinitest.
Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang mengubah cupri
sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mengambil bagian cair dari tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari 1 jam).
Sepuluh tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja diteteskan kedalam gelas
tabung, kemudian ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60 detik maka
perubahan warna yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru
berarti negative, kuning tua berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning
dan biru terdapat variasi warna hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (+
++=1%). Sedangkan terdapatnya lemak dalam tinja lebih dari 5 gram
sehari disebut sebagai steatore.13
-Pemeriksaan mikroskopik
19
20
bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)
bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan sudan
III yang mengandung alkohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat
diwarnai secara mikroskopis dengan pembesaran 40 kali dicari butiran
lemak dengan warna kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria:13
(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100
buah per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai ½
lapang pandang
(++) bila tampak sel lemak dengan jumlah lebih 100 per lapang
pandang atau sel memenuhi lebih dari ½ lapang pandang
20
21
21
22
VIII. Penatalaksanaan12
a. Terapi cairan
b. Pemberian Zinc
Zinc terbukti secara ilmiah dan terpercaya dapat menurunkan frekuensi
buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko
22
23
c. Nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang
sama pada waktu anak sehat untuk pengganti nutrisi yang hilang serta
mencegah agar tidak menjadi gizi buruk. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase penyembuhan. ASI tetep diteruskan selama terjadinya
diar pada diare cair akut maupun pada diare akut berdarah dan diberikan
dengan frekuensi lebih sering dari biasanya. Anak umur 6 bulan ke atas
sebaiknya mendapatkan makanan seperti biasanya.
d. Antibiotika Selektif
Pada diare akut tidak boleh diberikan obat anti diare. Antibiotik
diberikan bila ada indikasi, misalnya diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat memperpanjang lamanya
diare karena akan menggangu keseimbangan flora usus an selain itu,
pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi
kuman terhadap antibiotik, serta menamba biaya pengobatan yan tidak
perlu.
Nasihat pada orang tua, khususnya ada ibu atau pengasuh untuk
kembali segera jika ada demam, muntah berulang, makan / minum sedikit,
sangat haus, diare semakin sering atau belum membaik dalam tiga hari.
Indikasi rawat inap pada diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang
dari 1 tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi
dan disentri yang datang dengan komplikasi.
IX. Komplikasi
23
24
1. Gangguan elektrolit
- Hipernatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130
mmol/L). Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan
pada anak malnutrisi berat dengan edema. Oralit aman dan efektif untuk
terapi dari hampir semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil,
koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu :
memakai ringer laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125-
kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan.
Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam.
Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam.10
- Hiperkalemia
24
25
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentria dan rotavirus. Pada
umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke
dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam
yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun
setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti
kejang demam. Pengobatan: kompres dan/antipiretika. Antibiotika jika ada
infeksi.12
3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala
yang tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila
ada edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi
berat yang diberi larutan garan faali. Pengobatan dengan pemberian cairan
intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang.12
4. Asidosis metabolik
25
26
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil
sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa
perut kembung, muntah, peristaltik usus berkurang atau tidak ada.
Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang
mengandung banyak K.12
6. Kejang12
Tindakan:
a. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar
laktosa dan menghidari efek “bolus”
26
27
8. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi,
atau penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan,
berikan cairan intravena12
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan
infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan
oral terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1
sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetik sebaiknya tidak diberikan
karena sering menyebabkan penurunan kesadaran.12
10. Akut kidney injury
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu
12 jam setelah hidrasi cukup.12
X. Prognosis
Baik jika penanganan dilakukan secara cepat dan tepat terutama
penanganan pada passien yang mengalami dehidrasi berat yang dapat
mengakibatkan shock hipovolemik.1
XI. Pencegahan
27
28
28
29
diberikan sebelum usia 6 bulan dalam 2-3 kali pemberiian dengan interval
4-6 minggu
BAB IV
ANALISA KASUS
29
30
30
31
makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah yang cukup
untuk memperbaiki status, gizi anak, selalu memasak makanan.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
31
32
32
33
33