Anda di halaman 1dari 32

2

LAPORAN KASUS
* Pendidikan Profesi Dokter / G1A216100 / September 2018
** Preseptor

GASTROENTERITIS AKUT DENGAN TANPA DEHIDRASI


*Ririn Octarina, S.Ked, **dr. Nuriyah, M .Biomed

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS TAHTUL YAMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

2
3

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
GASTROENTERITIS AKUT DENGAN TANPA DEHIDRASI

Oleh:
Ririn Octarina, S.Ked
G1A216100

Sebagai salah satu tugas program pendidikan profesi dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2018

Jambi, September 2018


Preseptor,

dr. Nuriyah, M.Biomed

3
4

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “GASTROENTERITIS AKUT DENGAN TANPA
DEHIDRASI” sebagai kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Pendidikan
Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nuriyah, M.Biomed yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.

Jambi, September 2018

Penulis

4
5

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I STATUS PASIEN........................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 9
BAB III ANALISA KASUS................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 19
LAMPIRAN............................................................................................ 31

BAB I
STATUS PASIEN

5
6

Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Rt.03 Tahtul Yaman

Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


Anak ke : 1
Jumlah anak/saudara : -
Status ekonomi keluarga : Menengah

Aspek Psikologis di Keluarga


Hubungan dengan orang tua baik. Orang tua pasien mempunyai pekerjaan
pegawai swasta dan ibu rumah tangga.

Anamnesis
Keluhan Utama :
Mencret sejak ±2 hari
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Tahtul Yaman dengan keluhan mencret sejak
±2 hari. Mencret lebih dari 3 x/hari, banyaknya setengah gelas aqua setiap
mencret. BAB cair dan terdapat sedikit ampas berwarna kekuningan, darah (-),
lendir (-), bau tidak menyengat. Sebelum mencret anak juga mengalami muntah
±3 x/har. Muntah terutama setelah makan minum dan muntah berisikan makanan
dan cairan. Sebelumnya pasien ada minum teh rio dan makan sosis. Menurut ibu
pasien, suhu tubuh anak sedikit hangat, menggigil (-), riwayat kejang (-),
penderita masih bisa BAK, sehari 3 x/hari. nyeri saat BAK (-), nyeri menelan (-),
perut kembung (-).

6
7

Sehari- hari menurut ibu pasien satu keluarga biasa meminum air yang
berasal dari air sumur yang telah dimasak. Seluruh alat makan dicuci
menggunakan air sumur yang sama.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:


Masa kehamilan : 9 bulan
Partus : spontan
Tempat : klinik bidan
Ditolong oleh : bidan
BBL : 3800 gr
PB : 49 cm

Riwayat Makanan:
ASI : sejak lahir sampai 1 tahun 6 bulan
Susu botol : sampai saat ini
Bubur nasi : 6 bulan
Nasi : 7 bulan

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat keluhan serupa (-)
- Pasien mempunyai riwayat sering batuk pilek

Riwayat Alergi
- Alergi terhadap semua susu formula (-)

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 37,4°C
4. Nadi : 90 x/menit
5. Pernafasan
- Frekuensi : 22 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : thorakoabdominal

7
8

6. Berat badan : 11kg


7. Kulit
- Turgor : kembali cepat
- Lembab / kering : kering
- Lapisan lemak : ada

Pemeriksaan Organ
- Kepala
Bentuk normocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut
- Mata
Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), isokor, cekung (-)
- Telinga
nyeri tarik daun telinga (-)
- Hidung
Hidung terasa tersumbat (-), bersin bersin (-), terasa ada lendir yang
tertelan (-),nafas cuping hidung (-)
- Mulut
Mukosa kering (-), sianosis (-)
- Leher
KGB tidak membesar, glandula thyroid tidak membesar, kaku kuduk (-)
- Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-)
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ekspirasi memanjang, Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Dinding perut datar
Palpasi : Lemas, turgor kembali sedikit lambat, hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus meningkat
- Ekstremitas
Atas : Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 – 5
Bawah : Edema (-), akral hangat., kekuatan otot 5 – 5

Pemeriksaan Anjuran

8
9

Pemeriksaan Feses Rutin

Diagnosa Kerja
Gastroenteritis Akut dengan tanpa dehidrasi (K52.9)

Diagnosa Banding
- Gastroenteritis akut dengan tanpa dehidrasi e.c bacterial infection
- Gastroenteritis akut dengan tanpa dehidrasi e.c virus infection

Manajemen
1. Promotif :
- Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa diare dapat timbul karena
daya tahan tubuh kurang dan langsung terkontaminasi bakteri atau
parasit yang dapat menyebabkan terjadinya diare.
- Menyediakan oralit dan obat penurun panas dirumah

2. Preventif :
- Diare dapat timbul karena kurangnya kebersihan lingkungan
- Mencuci tangan setelah membersihkan tinja anak
- Mencuci tangan sebelum memberi makan anak
- Beri makanan yang sesuai dengan umur anak
- Meningkatkan nilai gizi makanan dan memberi makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status, gizi anak
- Selalu memasak makanan

3. Kuratif :

- Non Farmakologi
 Oralit 100-200 cc setiap kali anak mencret
- Farmakologik
 Zink 20 mg selama 10 hari
- Tradisional
 Mengkonsumsi buah pisang barangan

9
10

 Mengkomsumsi bubur tempe


 Meningkatkan asupan bergizi, sayur buah dan makanan
banyak serat.
Pengobatan Tradisional
Ekstrak Daun jambu biji
- 4 x 1 tablet (500 mg ekstrak)/hari, diminum saat
makan.
4. Disability Limitation
Pasien tidak menggunakan kartu jamkesmas karena kartu jamkesmas
belum sempat diurus.
5. Rehabilitatif :
- Minum obat sesuai anjuran.
- Jika sakit semakin bertambah berat, maka segera ke RS

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Diare adalah buang air besar lebih sering dan dengan konsistensi yang
lebih encer dari biasanya. Menurut etiologinya, diar dapat dibagi menjadi diare
cair dan berdarah. Sedangkan ditinjau dari lamanya, diare dapat dibagi menjadi
diare akut dan diae persisten. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau
dengan atau tanpa lendir dan darh yang berlangsung kurang dari satu minggu.4

II. Cara Penularan dan Faktor Risiko


Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat.Singkatnya, dapat dikatakan melalui “4F” yakni
Ifinger (jari), flies (lalat), fluid (cairan), dan field (lingkungan). Faktor resiko
yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: 5.6
1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4- 6 bulan pertama kehidupan
bayi
2. Penggunaan botol susu

10
11

3. Penyimpanan makanan masak pada suhu kamar


4. Penyediaan air minum yang tercemar
5. Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
6. Tidak membuang tinja anak atau bayi dengan benar

Selain hal-hal tersebut, faktor lain yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk
terjadinya diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman
lambung, menurunyan motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir
dan faktor genetik.

III. Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di
Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia
data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke
empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.7
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun
sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar
200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap
tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun
dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.8

IV. Etiologi

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6


besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang
dikelompokan sebagai berikut:9
1. Infeksi :
a) Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus
Cereus, Clostridium perfringens, Staphilococ Usaurfus,
Camfylobacter, Aeromonas)

11
12

b) Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)


c) Parasit
- Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium
Coli, Crypto Sparidium)
- Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis
Huminis)
- Bacilus Cereus, Clostridium Perfringens
2. Malabsorpsi
3. Alergi
4. Keracunan :
a) Keracunan bahan-bahan kimia
b) Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi : Jazad
renik, Algae, Ikan, Buah-buahan, Sayur-sayuran
5. Imunisasi, defisiensi
6. Sebab-sebab lain.

V. Patofisiologi 10
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan
osmotik. Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik
lebih sering ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme
tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak.10
1. Diare osmotik

Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus
dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmotik antara lumen
usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir kearah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus.
Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul
cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini
akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh karena
ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa
di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorbsi kolon, sehinga terjadi diare.

12
13

Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang mengandung
sorbitol dalam jumlah berlabihan akan memberikan dampak yang sama.10
2. Diare Sekretorik

Diare sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus yang terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus saluran cerna,
sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini
menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare
sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri akbat rangsangan
pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V. cholera.01.9
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda
osmotik dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium
( Na+) dan kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja, osmolalitas
diperkirakan dengan mengalikan jumlah kadar Na + dan K+ dalam tinja dengan
angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L pada tinja diare,
maka perbedaan osmotik 290-2 (Na++K+). Pada diare osmotik, tinja mempunyai
kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan beda osmotiknya bertambah besar (>160
mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare mempunyai kadar Na tinggi (>90
mEq/L), dan perbedaan osmotik kurang dari 20 mOsm/L.8

Osmotik Sekretorik
Volume tinja <200 ml/hari >200 ml/hari
Puasa Diare berhenti Diare berlanjut
Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L
Reduksi (+) (-)
pH tinja <5 >6

Dikenal bahan-bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin


bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu
bentuk dihidroksi, serta asam lemak rantai panjang. Toksin penyebab diare ini
terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP,
atau Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifasi protein kinase. Pengaktifan protein
kinase akan menyebabkan fosforilase membran protein sehingga megakibatkan
perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Disisi lain terjadi

13
14

peningkatan pompa natrium , dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama
Cl-.10
Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas. Meskipun motilitas
jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi, tetapi perubahan motilitas
mempunyai pengaruh terhadap absorbsi. Baik peningkatan ataupun penurunan
motilitas keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat
mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan
transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absorbsi, Kegagalan motilitas
usus yang berat menyebabkan statis intestinal bearkibat inflamasi, dekonjugasi
garam empedu dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang
terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon
irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada
Tirotoksikosis, malabsorbsi asam empedu, dan berbagai penyakit lain.10
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada beberapa
keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,
mucus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare
lain seperti diare osmotik dan sekretorik.10
Bakteri enteral patogen akan mempenagaruhi struktur dan fungsi tight
junction, menginduksi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade
inflamasi. Efek infeksi bakteri pada tight junction akan memepengaruhi susunan
anatomis dan funsi absorbsi yaitu cytoskeleton dan perubahan susunan protein.
penelitian oleh Bakes J dkk 2003 menunjukan bahwa peranan bakteri enteral
patogen pada diare terletak perubahan barier tight junction oleh toksin atau produk
kuman yaitu perubahan pada cellular cytoskeleton dan spesifik tight junction.
Pengaruh ini biasa pada kedua komponen tersebut atau salah satu komponen saja
sehingga akan menyebabkan hipersekresi clorida yang akan diikuti natrium dan
air. Sebagai contoh Clostridium difficile akan menginduksi kerusakan
cytoskeleton maupun protein, Bacteroides frigilis menyebabkan degradasi

14
15

proteolitik protein tight junction, V. cholera mempengaruhi distribusi protein tight


junction, sedangkan EPEC menyebabkan akumulasi protein cytoskeleton.10
VI. Manifestasi Klinis11

Gejala diare atau mencret dapat berupa tinja yang encer dengan frekuensi
3x atau lebih dalam sehari yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah
dan tidak nafsu makan. Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare
yang disebabkan oleh infeksi dari virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan
diare, muntah, demam dan penurunan nafsu makan atau badan lesu. Selain itu
dapat pula menimbulkan sakit dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu,
demam, dan sakit kepala. Gangguan akibat bakteri dan parasit kadang-kadang
dapat menyebabkan tinja berdarah dan demam tinggi.
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis
yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan
yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang
merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang
pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonas,
perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah.
Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih
cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk
mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan
asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah,
pCO2 normal dan base excess sangat negatif.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun
sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas
dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan
akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit

15
16

berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita
menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih
berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang lebih
banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat
menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena
tanpa alkali.

Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera


Gejala klinis :
Masa Tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual, muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus, kramp Tenesmus,kolik - Tenesmus, kramp Kramp
Nyeri kepala - + + - - -
lamanya sakit 5-7 hari >7hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari

Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - + Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis khas
Warna Kuning hijau Merah-hijau Kehijauan Tak berwarna Merah-hijau Spt air cucian beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anorexia Kejang+ Sepsis + Meteorismus Infeksi sistemik+ -

Tabel 3. Gejala klinis diare akut oleh berbagai penyebab

VII. Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,


frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila
disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau
tidak kencing dalam 6-8jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan
selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk,
pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare:

16
17

memberi oralit, membawa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-
obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.10
2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong
atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering
atau basah.10
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat

hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian

beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare.

Subjektif dengan menggunakan kriteria WHO dan MMWR.


10
Symptom Minima l atau tanpa Dehidrasi ringan sedang, Dehidrasi berat, kehilangan
dehidrasi, kehilangan kehilangan BB 3%-9% BB>9%
BB<3%
Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah, Apatis, letargi, idak sadar
irritable
Denyut jantung Normal Normal meningkat Takikardi, bradikardi, (kasus
berat)
Kualitas nadi Normal Normal melemah Lemah, kecil tidak teraba
Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Cubitan kulit Segera kembali Kembali<2 detik Kembali>2detik
Cappilary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin,mottled, sianotik
Kencing Normal Berkurang Minimal
Tabel.4 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

Penilaian Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan-sedang Dehidrasi berat


Lihat:
Keadaan umum Baik,sadar *Gelisah,rewel *lesu,lunglai/tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa,tidak haus *haus ingin minum banyak *malas minum atau tidak
bias minum
Periksa: turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda* ditambah Bila ada 1 tanda* ditambah 1
1 atau lebih tanda lain atau lebih tanda lain

17
18

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C


Tabel 5. Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya


tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah
lengkap, kultur urin dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut:10
a. darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
b. urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika
c. tinja:
- Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita
dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja
yang watery dan tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh
enteroksin virus, prontozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran
gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mucus biasanya
disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin bakteri
enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus
seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila terdapat darah biasanya
bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica darah
sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan Salmonella,
Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau
tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak terlalu
banyak berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan
dengan adanya warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh
bakteri anaerob pada keadaan bacterial overgrowth. Warna merah akibat
adanya darah dalam tinja atau obat yang dapat menyebabkan warna merah

18
19

dalam tinja seperti rifampisin. Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat.
Tinja yag berbusa menunjukan adanya gas dalam tinja akibat fermentasi
bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan berkilat menunjukan adanya
lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja menggambarkan kelainan di kolon,
khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang sangatberbau
menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon.
Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan untuk
menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah
asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang
tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke usus besar yang banyak
mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6 dapat dianggap sebagai
malabsorbsi laktosa.13
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim laktose sekunder akibat
rusaknya mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim
laktase. Enzim laktase merupakan enzim yang bekerja memecahkan
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, yangselanjutnya diserap di mukosa
usus halus, salah satu cara menentukan malabsorbsi laktosa adalah
pemeriksaan clinitest dikombinasi dengan pemeriksaan pH tinja.
Pemeriksaan clinitest dilakukan dengan prinsip melihat perubahan reaksi
warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan tablet clinitest.
Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang mengubah cupri
sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mengambil bagian cair dari tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari 1 jam).
Sepuluh tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja diteteskan kedalam gelas
tabung, kemudian ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60 detik maka
perubahan warna yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru
berarti negative, kuning tua berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning
dan biru terdapat variasi warna hijau kekuningan (+=1/2%), (++=3/4%), (+
++=1%). Sedangkan terdapatnya lemak dalam tinja lebih dari 5 gram
sehari disebut sebagai steatore.13
-Pemeriksaan mikroskopik

19
20

Infeksi bakteri invasif ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar


leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi.
Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang
berlendir seujung lidi dan diberi ½ tetes eosin atau NaCl lalu dilihat
dengan mikroskop cahaya:14
 bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut negatif

 bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)

 bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)

 bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar disebut (+


++)

 bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut (+++


+)

Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan sudan
III yang mengandung alkohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat
diwarnai secara mikroskopis dengan pembesaran 40 kali dicari butiran
lemak dengan warna kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria:13
 (+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100
buah per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai ½
lapang pandang

 (++) bila tampak sel lemak dengan jumlah lebih 100 per lapang
pandang atau sel memenuhi lebih dari ½ lapang pandang

 (+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang


pandang.

Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar. Dengan


memakai batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja dan emulsikan
delam tetesan NaCl fisiologis, demikian juga dilakukan dengan larutan
Yodium. Pengambilan tinja cukup sedikit saja agar kaca penutup tidak

20
21

mengapung tetapi menutupi sediaan sehingga tidak terdapat gelembung


udara. Periksalah dahulu sediaan tak berwarna (NaCL fisiologis), karena
telur cacing dan bentuk trofozoid dan protozoa akan lebih mudah dilihat.
Bentuk kista lebih mudah dilihat dengan perwanaan yodium. Pemeriksaan
dimulai dengan pembesaran objektif 10x, lalu 40x untuk menentukan
spesiesnya.
Uji hidrogen napas
adalah pemeriksaan yang didasarkan atas adanya peningkatan kadar
hydrogen dalam udara ekspirasi. Gas hidrogen dalam udara ekspirasi
berasal dari fermentasi bakteri terhadap substrat baik di kolon maupun di
usus halus. Fermentasi bakteri di usus besar terjadi karena adanya substrat
yang tidak diabsorbsi tersebut sepertilaktosa atau fruktosa akan
difermentasi oleh bakteri komensal menghasilkan asam lemak rantai
pendek (short chain fatty acid), beberapa molekul alkohol dan gas
hydrogen. Gas hidrogen tersebut dengan cepat akan diserap masuk ke
sirkulasi darah lalu masuk ke paru dan dikeluarkan lewat udara napas.13
Fermentasi bakteri di usus halus terjadi karena adanya bacterial
overgrowth , yang didefinisikan sebagai terdapatnya koloni atau spesies
koloni lebih dari 106 unit per milliliter cairan usus halus yang seharusnya
relative steril. Sebelum pemeriksaan uji hidrogen napas penderita
dipuasakan selama 4-6 jam, lalu diambil sampel udara napas dengan cara
meniup ( pada bayi dengan menggunakan sungkup) pada alat yang dapat
menghitung kadar hydrogen napas sebagai kadar awal hidrogen napas.
Lalu diberikan larutan 2gr/kgBB dengan konsentrasi 20% setelah itu
diambil sampel udara napas seperti sebelumnya setiap 30 menit selam 2-3
jam. Peningkatan kadar hidrogen napas >20ppm, atau 10-20 ppm disertai
gejala klinis (kembung, diare, muntah, sakit perut) disebut positif. Apabila
peningkatan tersebut diperoleh pada 30 menit pertama yang berarti
fermentasi laktosa oleh bakteri sudah terjadi, di usus halus dan
disimpulkan sebagai bacterial overgrowth. Peningkatan yang terjadi
setelah 2 jam menandakan adanya laktosa yang tidak diabsorbsi di usus

21
22

halus, sehingga masuk ke kolon dan difermentasi oleh bakteri di kolon


menghasilkan hidrogen yang ditangkap oleh alat.13

VIII. Penatalaksanaan12

a. Terapi cairan

Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting


dalam terapi efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai
berdasarkan berat badan yang hilang sebagai persentasi kehilangan total
berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya sebagai gold standart.
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parenteral.
Pemberian cairan secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan
sampai sedang dan dapat menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada
dehidrasi ingan dan sedang. Bila diare diikuti dengan pengeluaran air tinja
yang banyak (>10 mL/kgBB/hari) atau muntah hebat sehingga penderita
tidak dapt minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat sehingga
upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi ddefisit, maka dapat dilakukan
rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan
hanya untuk dehidrasi berat.
Untuk penatalaksanaan diare akut dengan dehidrasi berat adalah
diberikan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100
mL/kgBB dengan cara pemberian :
1. Usia <12 bln : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan
dengan 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya
2. Usia >12 bulan : 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama,
dilanjutkann denga 70 mL/kgBB dalam 2 ½ jam berikutnya.
3. Masukkan cairan peroral apabila paien sudah mau dan dapat
minum, dimulai dengan 5 cc/kgBB selama proses rehidrasi.

b. Pemberian Zinc
Zinc terbukti secara ilmiah dan terpercaya dapat menurunkan frekuensi
buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko

22
23

erjadinya dehidrasi pada anak. Seng zinc elemental diberikan selama 10


sampai 14 hari meskipun anak tidak diare lagi, dengan dosis :
- Anak umur dibawah 6 bulan : 10 mg/hari
- Anak umur diatas 6 bulan : 20 mg/hari

c. Nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang
sama pada waktu anak sehat untuk pengganti nutrisi yang hilang serta
mencegah agar tidak menjadi gizi buruk. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase penyembuhan. ASI tetep diteruskan selama terjadinya
diar pada diare cair akut maupun pada diare akut berdarah dan diberikan
dengan frekuensi lebih sering dari biasanya. Anak umur 6 bulan ke atas
sebaiknya mendapatkan makanan seperti biasanya.

d. Antibiotika Selektif
Pada diare akut tidak boleh diberikan obat anti diare. Antibiotik
diberikan bila ada indikasi, misalnya diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat memperpanjang lamanya
diare karena akan menggangu keseimbangan flora usus an selain itu,
pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi
kuman terhadap antibiotik, serta menamba biaya pengobatan yan tidak
perlu.

e. Edukasi Orang tua

Nasihat pada orang tua, khususnya ada ibu atau pengasuh untuk
kembali segera jika ada demam, muntah berulang, makan / minum sedikit,
sangat haus, diare semakin sering atau belum membaik dalam tiga hari.
Indikasi rawat inap pada diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang
dari 1 tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi
dan disentri yang datang dengan komplikasi.

IX. Komplikasi

23
24

1. Gangguan elektrolit

- Hipernatremia

Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan


pemantauan berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar
natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang
cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak.
Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan
paling aman. Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan
menggunakan cairan 0,45% saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung
kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar
natrium plasma setelah 8jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila
sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma
setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-5% dekstrose,
perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml
cairan infus setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet
normal dapat mulai diberikan. lanjutkan pemberian oralit
10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.10
- Hiponatremia

Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130
mmol/L). Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan
pada anak malnutrisi berat dengan edema. Oralit aman dan efektif untuk
terapi dari hampir semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil,
koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu :
memakai ringer laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125-
kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan.
Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam.
Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam.10
- Hiperkalemia

24
25

Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan


pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-
10 menit dengan monitor detak jantung.10
- Hipokalemia

Dikatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut


kadar K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr
dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip
(tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K
terukurx BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam kemudian
20 jam berikutnya adalah (3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2
mEqxBB). Hipokalemia dapat menyebakan kelemahan otot, paralitik usus,
gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah
dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan makanan
yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.10
2. Demam

Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentria dan rotavirus. Pada
umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke
dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam
yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun
setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti
kejang demam. Pengobatan: kompres dan/antipiretika. Antibiotika jika ada
infeksi.12
3. Edema/overhidrasi

Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala
yang tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila
ada edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi
berat yang diberi larutan garan faali. Pengobatan dengan pemberian cairan
intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang.12
4. Asidosis metabolik

25
26

Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya


basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik,
yang ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull).
pemberian oralit yang cukup mengadung bikarbonat atau sitrat dapat
memperbaiki asidosis.
5. Ileus paralitik

Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil
sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa
perut kembung, muntah, peristaltik usus berkurang atau tidak ada.
Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang
mengandung banyak K.12

6. Kejang12

o Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila


penderita dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberikan iv,
dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika
koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia dengan pemberian
glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali.
o Kejang demam
o Hipernatremia dan hiponatremia
o Penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya
dengan diare, seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsy.

7. Malabasorbsi dan intoleransi laktosa

Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu


formula selama diare dapat menyebabkan:12
- Volume tinja bertambah
- Berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk
- Dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.

Tindakan:
a. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar
laktosa dan menghidari efek “bolus”

26
27

b. Mengencerkan susu jadi ½-1/3 selama 24 -48 jan. Untuk mangatasi


kekurangan gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrien lain seperti
makanan padat, perlu diberikan.
c. Pemberian “yogurt” atau susu ynag telah mengalami fermentasi
untuk mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri
usus.
d. Berikan susu formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau
ganti dengan susu kedelai.

8. Malabsorbsi glukosa

Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi,
atau penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan,
berikan cairan intravena12
9. Muntah

Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan
infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan
oral terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1
sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetik sebaiknya tidak diberikan
karena sering menyebabkan penurunan kesadaran.12
10. Akut kidney injury

Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu
12 jam setelah hidrasi cukup.12

X. Prognosis
Baik jika penanganan dilakukan secara cepat dan tepat terutama
penanganan pada passien yang mengalami dehidrasi berat yang dapat
mengakibatkan shock hipovolemik.1

XI. Pencegahan

27
28

1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare

Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal


oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada
cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif
meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh


anak dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI eksklusif paling tidak sampai usia 6 bulan
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status, gizi anak.
c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare berhubungan
dengan campak, dan diare yang terjadi umunya lebih berat dan lebih lama
(susah diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan pada
epitel usus. Diperkirakan imunisasi campak yang mencakup 45-90% bayi
berumur 9-11 bulan dapat mencegah 40-60% kasus campak, 0,6-3,8%
kejadian diare dan 6-25% kematian karena diare pada balita.10,12

d. Perbaikan higiene perorangan


Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan mencuci sebelum masak
dan setelah buang air kecil atau besar dapat menurunkan morbiditas diare.
e. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi
alamiah, tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak menimbulkan,
manifestasi diare. Di dunia telah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang

28
29

diberikan sebelum usia 6 bulan dalam 2-3 kali pemberiian dengan interval
4-6 minggu

BAB IV
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan


sekitar
Diare adalah buang air besar lebih sering dan dengan konsistensi yang lebih
encer dari biasanya. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih
dari 3 kali sehari, disetai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.
Gejala diare atau mencret berupa tinja yang encer dengan frekuensi 3x atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas,
tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran. Rasa mual dan muntah dapat
didahului oleh diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi dapat secara tiba-
tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan
atau lesu. Selain itu dapat juga menyebabkan sakit perut dan kejang perut, serta
gejala lain seperti flu misalnya demam, nyeri otot atau kejang dan sakit kepala.
Gangguan bakteri dan parasit dapat menyebabkan tinja mengandung darah atau
berlendir dan disertai demam.
Pada pasien ini didapatkan anamnesa mencret > 3x dalam sehari sebanyak
½ gelas air mineral, cair, warna kuning, ampas sedikit, lendir (-), tidak ada darah,
tidak berbau menyengat, muntah (+), suhu tubuh sedikit hangat, pasien tidak
tampak lemas, nafsu makan baik, dan tidak tampak kehausan.
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan pada pasien ini adalah
penggunaan botol susu yang tidak direbus terlebih dahulu sebelum
digunakan,minum pada pasien ini menggunakan air sumur, kemungkinan adanya
bakteri yang dapat menyebabkan diare pada anak.

29
30

Terdapat hubungan antara diagnosa dengan keadaan rumah dan lingkungan


sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan


keluarga
Pasien anak pertama dengan seorang ayah yang bekerja swasta dan ibu
sebagai IRT. Dalam keluarga tidak ada yang menderita diare pada saat itu.
Tidak terdapat hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan
keluarga
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam
keluarga dan lingkungan sekitar.
Ibu pasien memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan menggunakan sabun
setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum
makan dan menyuapi anak, tidak membuang tinja anak atau bayi dengan
benar.
d. Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi
penyakit pada pasien ini.
 Penyediaan air minum yang tercemar
 Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang
 Diare dapat disebabkan terinfeksi bakteri, virus, parasit, malabsorpsi,
alergi
 Pada pasien ini juga mempunyai riwayat alergi susu formula

e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai


penularan dengan factor risiko atau etiologi pada pasien ini.
Mengubah kebiasaan kebiasaan buruk tersebut diatas, membiasakan
hidup sehat dan teratur. Diare dapat timbul karena kurangnya kebersihan
lingkungan, jadi ibu di edukasikan agar mencuci tangan setelah
membersihkan tinja anak, mencuci tangan sebelum memberi makan anak,
beri makanan yang sesuai dengan umur anak, meningkatkan nilai gizi

30
31

makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah yang cukup
untuk memperbaiki status, gizi anak, selalu memasak makanan.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

31
32

1. Deddy PS. Upaya mengurangi kejadian komplikasi diare akut. Ilmu


Kesehatan Anak RSUD Aifin Achmad.Riau:2008. (skripsi)
2. Oktaviani E. Diare akut dehidrasi ringan sedang. FK Universitas Kristen
Indonesia. Jakarta: 2011.
http://www.scribd.com/doc/64582802/REFERAT-DIARE
3. Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak. www.depkes.go.id
4. Pudjiaji AH, Hegar B, Handyastuti S,dkk. Diare akut dalam: Pedoman
pelayanan medis IDAI, jilid I. Jakarta. Badan Penerbit IDAI:2010. hal.58-
61
5. Orenstein DM. Diare akut dalam :Behman, Kliegman, Arvin,editor.
Nelson.Ilmu Kesehatan Anak.ed ke-15.Jakarta.EGC.2000.hal.889-92
6. Amabel S. Diare pada anak. UPH Rumah Sakit Marinir Cilandak: 2011.
http://www.scribd.com/doc/61043992/Diare-pada-Anak
7. Hendarwanto. Diare akut karena infeksi, dalam: Waspadji S, Rachman
AM, Lesmana LA, dkk. Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalan Jilid I.
Ed.ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI:1996.hal.451-57.
8. Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi. Dalam: Suharto,
Hadi U, Nasronudin, editor. Seri penyakit triopik infeksi. Perkembangan
terkini dalam pengelolaan beberapa penyakit tropik
infeksi.Surabaya:Airlangga University Press.2002.hal.34-40.
9. Sinthamurniwaty. Faktor-faktor risiko kejadian diare akut pada balita.
UNDIP.Semarang:2006.
http://eprints.undip.ac.id/15323/1/SINTAMURNIWATYE4D002073.pdf
10. Subagyo B, Santoso NB. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1,
Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI.
2010, hal 87-110
11. Zein U. Diare akut disebabkan bakteri. FK USU. Medan: 2004.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3371/1/penydalam-
umar5.pdf
12. Suraatmaja S. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung
Seto. 2007, hal1-24
13. Firmansyah A dkk. Modul Pelatihan Tata Laksana Diare pada Anak.
Jakarta: Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005

32
33

33

Anda mungkin juga menyukai