Anda di halaman 1dari 217

151 E.

Hiperparatiroid primer
• Wanita 40 tahun
• Nyeri pinggang sejak 6 bulan yang lalu.
• Foto rontgen torakolumbal dan terjadi
demineralisasi dan fraktur kompresi L3-
• L4.
Kadar kalsium dalam serum 11,2 mg/dL
(n: 8,8-10,4 mg/dl) dan PTH>100 pg/mL
(n: 10-65 pg/mL)
Diagnosisnya adalah...
Hiperkalsemia
• Adenoma di kelenjar paratiroid --> menghasilkan hormon PTH berlebih ---> hiperkalsemia
• PTH berlebih --> meningkatkan resorpsi tulang, meningkatkan aktivitas osteoklas-->
osteoporosis (bone pain)
Primary hyperparathyroidism
• Etiology : 85% of cases, caused by a single
adenoma.
• Treatment :
• Calcium levels >12 mg per dL should be immediately and
aggressively treated
saline rehydration followed by furosemide (Lasix) diuresis,
calcitonin, and bisphosphonates
• Surgical excision of the abnormal parathyroid glands
• Pharmacotherapy : Estrogen therapy (reduce serum
calcium) in postmenopausal women https://www.aafp.org/afp/
2003/0501/p1959.html
152 B.Gula darah sewaktu
• Wanita 44 tahun, badan lemas, pegal, mudah
lelah.
• BB 94 kg, TB 167 cm, Lingkar perut 84 cm.
• TD 150/100 mmHg.
• GDS 200 mg/dl, GDP 250 mg/ dl, TGA 300
mg/dl.

Kriteria yang TIDAK sesuai dalam menegakkan


diagnosa kasus di atas adalah...
Kriteria Sindrom Metab o k Su mber:
o n’s19thed

li Har ris

Kriteria berdasarkan: TD, HDL, TGA, GDP, LP


153 A. Rickets
• Anak 2 tahun, belum bisa berjalan sendiri,
kaki tampak melengkung seperti huruf O.

BBL 1500 gram, ASI >>>, susah makan.

Apakah kemungkinan diagnosis kondisi


anak tersebut?
Defisiensi Vitamin D

• Akibat dari paparan


sinar matahari
inadekuat; malabsorpsi;
anak vit D sedikit di
• ASI.
Anak  rickets 
• tungkai melengkung.
Dewasa 
osteomalasia.
• Manifestasi:
• Anak: mulai berjalan terlambat, lebih sering duduk,
tungkai tampak bengkok, rachitic rosary, craniotabes
(areas of thinning and softening of bones of the skull),
kifoskoliosis, atau gangguan pertumbuhan tulang
lainnya.
• Dewasa: mialgia dan nyeri tulang periosteum,
terutama saat ditekan pada sternum atau tibia.
• Diagnosis
• Cek kadar serum 25-hydroxyvitamin D (25[OH]D) untuk
deteksi status vit D.
• 21-29 ng/mL (52.5-72.5 nmol/L): insufisiensi vitamin D.
• < 20 ng/mL (< 50 nmol/L): defisiensi vitamin D.

• Radiografi
• Untuk bayi dan anak <3 tahun  foto lutut anterior
 tampak metafisis (widening and cupping ) dan
epifisis femur dan tibia.
Bow legs

tulang iga yang


melebar pada
costochondral
joints
Tatalaksana
• Terapi rickets  Vit D 15,000 mcg (600,000 U).
Vitamin D (cholecalciferol) disimpan dalam tubuh
dalam jangka waktu lama. Calcitriol dan calcidiol
memiliki waktu paruh lebih singkat, tidak cocok
• untuk terapi.
ASI mengandung sedikit vit D dan forfor sehingga
nutrisinya tidak cukup terutama untuk bayi lahir
• kurang.
Untuk bayi lahir kurang, direkomendasikan
• suplemen Vit D selain dari ASI.
Penting juga paparan sinar matahari yang adekuat.
E. TSH turun, fT4 naik, PTU 400
154 mg dalam dosis terbagi
• Keluhan dada berdebar-debar,
badan terasa lemah dan tangan
gemetaran, tidak tahan pada
• lingkungan panas dan sulit tidur.
Bola mata menonjol, dan terasa
pembesaran kelenjar tiroid difus

Hasil lab dan penatalaksanaan yang


tepat...
GRAVES
DISEASE

Pada Graves Disease


terdapat antibodi terhadap
reseptor TSH  Memacu
produksi T4 di tiroid
Kadar T4 tinggi
Negative Feedback ke
Piutari TSH turun
Jadi T4 meningkat, TSH
rendah
Tatalaksana Graves
• Obat utk pasien tirotoksikosis akibat Graves’:
• Definitif
• Simptomatik
• Pasien dengan hipotiroidisme akibat Grave
harus diterapi dengan salah satu dari:
• Terapi 131I
• Obat antitiroid
• Tiroidektomi
• Indikasi obat antitiroid
• Kemungkinan remisi ↑
• Geriatri dg komobid, usia harapan hidup

• Riw operasi atau radioterapi pada area
leher
• Graves’ oftalmopati derajat sedang-
Sumber: Harrison’s 19th
berat
ed; ATA guidelinde ENDOCRINE PRACTICE Vol 17 No. 3 May/June 2011
Tatalaksana Graves
• Pilihan obat antitiroid:
• Methimazole: mulai dosis tinggi • Durasi pengobatan: 1 – 1,5 tahun
10-20 mg/hari  diteruskan • Setelah stop: tetap cek fungsi T
hingga eutiroid (kadar T4 normal, setiap 1-3 bln selama 6-12 bln
diperiksa tiap 4 minggu) 
penyesuaian dosis terkecil yang • Efek samping methimazole:
dapat mempertahankan kadar • Hepatotoksik
eutiroid: biasanya untuk • Embriopati 
maintenance 5-10 mg/hari kontraindikasi ibu hamil
trimester 1
• Propiltiourasil (PTU): mulai dosis • Efek samping PTU:
tinggi 3 x 50 – 150 mg ; dapat • Agranulositosis
digunakan saat hamil dan krisis • ANCA-positive vasculitis
tiroid (monitoring T4)  • Hepatitis nekrotik fulminan
maintenance 3 x 50 mg

Sumber: ATA guidelinde ENDOCRINE PRACTICE Vol 17 No. 3 May/June 2011


Tatalaksana Graves
• Pengobatan simptomatik berupa beta blocker, ada 2 pandangan
mengenai indikasinya:
• Pada semua pasien dengan tirotoksikosis simptomatik
• Hanya pada pasien geriatric dengan tirotoksikosis simptomatik;
pada pasien lainnya hanya diberikan apabila HR saat istirahat >
90x/menit atau ada kormobiditas KV  lebih dianjurkan

Sumber: ATA guidelinde ENDOCRINE PRACTICE


Vol 17 No. 3 May/June 2011
D. Terbagi menjadi 3 tahap:
155 fase resusitasi, stabilisasi, dan
transisi
• Anak laki-laki 2 tahun,
• Sangat lemas dan tidak mau minum susu.
• Apatis, BB 7 kg, TB 79 cm, tampak wajah
seperti orang tua, iga gambang (+), perut
tampak membuncit, lemak subkutis
berkurang, dan edema tungkai.

Pernyataan yang TIDAK tepat adalah...


Gizi Buruk/KEP-Kurang Energi
Protein
• Diagnosis gizi buruk ditegakkan atas dasar klinis
dan atau antoprometri
1. Terlihat sangat kurus dan atau edema  tahun 2013, WHO update severe acute
malnutrition hanya memasukkan edema bilateral sebagai tanda malnutrisi berat yang
dapat dijadikan dasar diagnosis. Pasien yang “tampak sangat kurus” harus memenuhi
salah satu kriteria antropometri di bawah untuk dinyatakan sebagai malnutrisi berat.
2. Antropometri
a. Anak usia <5 tahun (WHO): z-score BB/TB < -3,00 SD
b. Anak dengan organomegali: LLA < 11,5 cm atau LLA/U < 70%
Manifestasi Klinis Kwashiorkor Marasmus
Gagal tumbuh + +
Kurus (wasting) + + (sangat jelas)
Edema + (terkadang tidak terlalu jelas) -
Perubahan rambut + (sering) + (jarang)
Perubahan status mental + (sangat sering) + (sangat jarang)
Dermatosis flaky paint + (sering) -
Nafsu makan - +
Anemia + (berat) + (tidak terlalu berat)
Lemak subkutan + tapi berkurang -
Wajah Edematosa
Kulit
Infiltrasi hepar oleh lemak + mengkerut,
- seperti
monyet/orang tua

Derajat edema Perhatikan: malnutrisi energi protein 


hypoalbuminemia  edema punggung kaki bilateral
•+ : kedua punggung kaki dan/atau asites. Namun, edema punggung kaki bilateral
•++: tungkai dan lengan bawah penting utk diagnosis MEP karena asites dapat
merupakan false positive (misalnya: karena
•+++: seluruh tubuh (Wajah dan organomegali)
perut)
Asupan kalori harus bertahap: mencegah refeeding syndrome
156 A.Toleransi
glukosa
• Pria, 46 thn
terganggu
• Sering kencing dan nafsu makan yang
bertambah banyak, BB bertambah.
• Saat ini, kadar GDS 120 mg/dl, GDP 122
mg/dl, GD2PP adalah 195 mg/dl.

Diagnosisnya adalah...
Diabetes Melitus

• Sekelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya.
• Klasifikasi etiologi DM:
• Tipe 1: destruksi sel beta akibat defisiensi
insulin absolut.
• Tipe 2: dominan resistensi insulin dan/atau
defek sekresi insulin.
• Tipe lain: defek genetik fungsi sel beta, def ek
genetik kerja insulin, gangguan eksokrin
pankreas, akibat obat/zat kimia, infeksi,
imunologi.
• Gestasional.

Sumber: Konsensus DM Tipe 2 PERKENI 2015


DIAGNOSIS

Sumber: Konsensus DM Tipe 2 PERKENI


2015
Terapi DM tipe 2
Terapi dimulai dari perubahan gaya • Metformin dapat dimulai saat diagnosis,
hidup (promosi hidup sehat, nutrisi, bersamaan dengan perubahan gaya hidup.
latihan jasmani)  jika target glikemik • Pasien dengan hiperglikemia berat (>300-350
mg/dL dan/atau A1C > 10-12%) dan gejala
tidak tercapai  mulai terapi katabolik sangat menonjol (penurunan BB
farmakologi. ekstrem, ketosis)  INSULIN dengan/tanpa
• obat hipoglikemik oral (OHO).
Prinsip terapi farmakologi: •
• Terapi farmakologi dimulai Apabila stlh 3 bulan monoterapi OHO gagal
dengan monoterapi mencapai target A1C  tambah OHO kedua,
METFORMIN apabila dapat agonis GLP1, atau insulin basal.

Pilihan OHO kedua: lihat bagan
ditoleransi dan tidak ada •
kontraindikasi Obat lain termasuk inhibitor a-glucosidase
tidak dianjurkan karena efektivitasnya terbatas
dan/atau efek samping.

Sumber: ADA Guideline 2015


E. Hiperosmolar hiperglikemik dengan
157 SIRS dan ulkus plantar pedis dextra
• Luka di telapak kaki kanan dengan riw. DM
• TD 120/80 mmHg, suhu 40oC. Frekuensi nadi
138 kali/menit, frekuensi nafas 24 kali/menit,
• Ulkus di plantar pdis dextra berukuran 5 x 3 cm,
dengan dasar otot.
• Hb 9,7 g/dl, leukosit 19000/mm3, hitung jenis
0/0/82/12/6, GDS 700 mg/dl, ureum 55 mg/dl,
kreatinin 0,9 mg/dl, Na 132 mEq/dl, K 3,4
mEq/dl, tidak didapatkan keton urin

Diagnosisnya adalah...
Hyperosmolar hyperglycemia
state
• Terjadi peningkatan glukosa sangat tinggi (600-1200 mg/dl) akibat defisiensi
insulin relatif.
• Tanpa tanda dan gejala asidosis
• Osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/ml),
• Plasma keton (+/-)
• Anion gap normal atau sedikit meningkat.
Patofisiologi

• Lebih sering • Lebih sering


terjadi pada terjadi pada
DM tipe 2 DM tipe 1
• Penurunan • Defisiensi
utilisasi glukosa absolut insulin
perifer 

hiperglikemia
peningkatan
• Penurunan sintesis
lipolisis 
protein
peningkatan
 peningkatan
FFA 
proteolisis untuk
ketogenesis
substrat
glukoneogenesi s
Peningkatan
• glukoneogenesi
Tatalaksana
Kriteria SIRS dan Sepsis

The Third International Consensus Definitions for


Sepsis and Septic Shock (Sepsis-3)
158 E. Polidipsia psikogenik
• Sering BAK, >30 kali sehari.
• RPD tidak ada.
• Uji deprivasi air  osmolaritas urin sebelum
200 mosm/kg, setelah 800 mosm/kg.

Diagnosisnya adalah...
• Bila pasien
kekurangan ADH
(Diabetes Insipidus),
maka osmolaritas urin
akan tetap rendah
setelah tes deprivasi
• Bila pasien polidipsi,
maka osmolaritas urin
akan meningkat
setelah tes deprivasi
Polidipsia Psikogenik
• Compulsive fluid consumption
• Sering pada penderita skizofren.
• 3 fase: polidipsia dan poliuria  hiponatremia 
water intoxication.
• Manifestasi : perburukan kondisi psikiatriknya,
mual muntah, delirium, ataxia, kejang, koma, fatal/
meninggal.
159 C.Brugia malayi
• Kaki kanan bengkak yang
semakin lama makin membesar
• sejak 3 bulan yang lalu.
Gambaran parasit dengan inti
tubuh yang bertumpuk-tumpuk
dengan perbandingan panjang
dan lebar pada cephalic space
2:1.
Etiologi yang tepat adalah...
Limfatik filariasis, etiologi:
• Wurchereria bancrofti:
• vektor Culex fatigans di
Filariasis
perkotaan; Anopheles atau
Aedes di pedesaan
• Brugiya malayi
• Brugiya timori
• Patogenesis:
• Larva dewasa: tinggal di
limfatik aferen 
INFLAMASI (sel plasma,
eosinophil, makrofag) 
penebalan dinding 
pelebaran limfatik 
• kerusakan katup pembuluh
limfa (menjadi tidak
kompeten)
Inflamasi 
granulomatosis pembuluh
limfa  obstruksi

Manifestasi Klinis
Mikrofilaria asimptomatik/subklinis
• Biasanya W. bancrofti atau B.


malayi • Dermatolimfangioadenitis
• Mikrofilaria dalam jumlah (salah satu bentuk ADL)
besar • Demam tinggi
Sering ada tanda yang • Mialgia, sakit kepala
menandakan penyakit subklinis, • Plak inflamatorik edematosa +
yaitu: hematuria dan/atau vesikel, ulerasi, dan
proteinuria, saluran limfatik hiperpigmentasi
terdilatasi, limfangiektasia
• skrotum
Hidrokele
• Perubahan kulit ec
• Acute adenolymphangitis (ADL) obstruksi
• Demam tinggi limfatik
• Inflamasi saluran limfatik • Edema pitting  edema
(limfangitis dan limfadenitis)  keras “brawny”
• Penebalan jaringan
ekstremitas: semua spesies;
limfatik saluran reproduksi: • subkutan
• Hiperkeratosis
• hanya bisa diserang oleh W. • Fisura kulit
bancrofti
Edema lokal transien Infeksi sekunder oleh
bakteri
• Chronic lymphatic disease
Perjalanan Pemeriksaan
Penyakit penunjang
• Masa prepaten • Identifikasi mikrofilaria dari
• Masuk larva infektif  sediaan darah
mikrofilaremia • Darah tebal atau tipis
• Dapat berlangsung bertahun2 • 22.00 – 02.00
• Masa inkubasi • Pewarnaan giemsa atau
• Masuk larva infektif  terjadi gejala wright
klinis • DPL: leukositosis dg
• Gejala klinik akut eosinofilia
• = ADL
• Bisa amikrofilaremik maupun
mikrofilaremik
• Gejala menahun
• 10 – 15 th setelah serngan akut
pertama
• ADL (+), mikrofilaremia jarang
Brugia
timori
B. Malayi: warna sarung
merah, kepalanya 2:1:
nucleus tidak teratur
B. timori: warna sarung
pucat, kepalanya 3:1, nucleus
tidak teratur
W. bancrofti: warna sarung
pucat, kepalanya 1:1, nucleus
teratur, cuma dia yg bisa
bikin bengkak sampe skrotum
Brugia
malayi
E. Cacing tambang jenis
160 ancylostoma braziliense
• Pria 23 thn
• bentol-bentol gatal di bokong dan paha kanan.
• Awalnya berupa bintik, semakin bertambah
banyak dan berbentuk seperti garis yang berkelok-
kelok

Riwayat berjemur di pantai tanpa menggunakan
• baju dan tanpa menggunakan alas.
PF: papul eritem, linier, serpiginosa, dan
gambaran
folikulitis berupa
Penyebabnya papul-papul eritem
adalah...
Creeping Eruption/ Cutaneus
Larva Migran
• Etiologi: Ancylostoma
braziliense, ancylostoma
• caninum
Saat masuknya larva
• terasa gatal dan panas.
Muncul papul, lalu lesi
linier atau berkelok-
kelok,
kemerahan. Lesi
serpiginosa. Rasa gatal
biasanya lebih hebat
pada
• Bentuk infektif: larva
filariform
• Cutaneous larva migrans
is self-limiting; migrating
larvae usually die after 5–
6 weeks. Albendazole is
the treatment of choice.
Ivermectin is effective but
not approved for this
indication.
Terapi

Drug Adult Dose Pediatric Dose


Children aged > 2 years: 400 mg per
400 mg per day by mouth for day by mouth for 3 days
Albendazole
3 to 7 days This drug is contraindicated in
children younger than 2 years age.

200 mcg/kg by mouth as a Children over 15 kg weight: 200


Ivermectin
single dose mcg/kg by mouth as a single dose
A.Rifampicin 600 mg/bulan,
161 dapsone 100 mg/hari selama 6
bulan
• Bercak merah di wajah dan lengan sejak 1 tahun
yang lalu.
• Gatal (+), baal (+).
• PF: patch eritematosa batas tegas dengan
skuama tipis di atasnya berjumlah 3 buah.

Hipestesi (+).

Pembesaran nervus auricularis magnus dextra
dan nervus ulnaris dextra.

Tatalaksananya adalah...
MORBUS HANSEN Pembersaran
N.aurikularis
Lepra = Kusta magnus

• Infeksi Mycobacterium leprosum


• Tanda kardinal:
• Bercak kulit yang mati rasa
• Penebalan saraf tepi dengan/tanpa gangguan subjektif:
mencakup n. aurikularis magnus, n. ulnaris, dan n. Peroneus.
• Pemeriksaan BTA
• Spesimen: sayatan kulit
• Jumlah: 3 spesimen, biasanya dari lesi kulit paling aktif, cuping
telinga kanan, dan kiri.
• Parameter: indeks bakteri (IB) yang dinilai dalam 100 lapang
pandang (LP)
+1 = 1 – 10 BTA dalam 100 LP
+2 = 1 – 10 BTA dalam 10 LP
+3 = 1 – 10 BTA rata-rata dalam 1 LP
+4 = 11 – 100 BTA rata-rata dalam 1 LP
+5 = 101 – 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
+6 = > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
Klasifikasi Lepra (WHO)

PB MB
Lesi kulit, dapat berupa: • Jumlah 1 – 5 lesi • Jumlah > 5 lesi
• Makula • Berupa • Lebih sering lesi yang
• Papul meninggi hipopigmentasi/eritema menimbul
• Infiltrat, plak eritem (lesi cenderung tidak • Distribusi simetris
• Nodul menimbul)
• Distribusi tidak simetris
Kerusakan saraf, • Hilang sensasi jelas • Hilang sensasi
kurang ditandai dengan: • Hanya melibatkan satu jelas
• Hilangnya sensasi cabang saraf • Melibatkan banyak
• Kelemahan otot cabang saraf

Sumber: WHO; Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta Kelompok Studi MH 2003.


Tatalaksana  multidrug therapy WHO

• Regimen MB (lesi > 5 buah) atau BTA


positif (terlepas klasifikasi klinis) :
Dewasa
selama 12
Dapson
bulan
100 mg/hari
Rifampisin
600 mg/bulan
Klofazimin
• 50 mg/hari DAN
diawasi • 300 mg/bulan diawasi

Anak (10 – 14 tahun) 50 mg/hari 450 mg/bulan • 50 mg selang sehari DAN


diawasi • 150 mg/bulan diawasi

Anak < 10 tahun 25 mg/hari 300 mg/bulan • 50 mg 2 kali seminggu


(1-2 mg/kg BB) Diawasi DAN
(5 – 15 mg/kg) • 100 mg/bulan diawasi
(1 mg/kg BB/hari)

Sumber: WHO; Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta Kelompok Studi MH 2003.


• Rejimen PB (lesi 2 – 5 buah) selama 6 bulan
Dapson Rifampisin
Dewasa 100 mg/hari 600 mg/bulan diawasi

Anak (10 – 14 tahun) 50 mg/hari 450 mg/bulan diawasi

Anak < 10 tahun 25 mg/hari 300 mg/bulan diawasi


(1-2 mg/kg BB) (5 – 15 mg/kg)

• Rejimen PB (lesi tunggal)


• Rifampisin 600 mg dosis tunggal
• Ofloksasin 400 mg dosis tunggal
• Minosiklin 100 mg dosis tung g a l S um be r: WHO; Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta Kelompok Studi MH 2003.
D.Griseofulvin 500 mg/hari
162 selama 6-8 minggu
• Rambut rontok yang bertambah luas
sejak 2 bulan yang lalu.
• Gatal terutama saat berkeringat.
• Tampak rambut di regio parietal kiri
tipis
dan rambut terputus pada beberapa
milimeter di atas permukaan kulit.
Terapinya adalah...
163 C. Dermatitis numularis
• Gatal dan muncul merah-merah di kulit
tungkai bawah berbentuk seperti koin.
• PF: plakat eritematosa di tungkai bawah
bagian ekstensor, multipel, diskret, diameter
1 sampai 2,5 cm, ada bagian basah dan
kering, sebagian erosi.

diagnosisnya adalah...
Dermatitis numularis/discoid
eczema
• Lesi peradangan kulit berupa plak eritematosa
berbentuk bulat-oval berbatas tegas.
• Lesi baru biasanya muncul di lokasi yang sama
dengan lesi lama
• Predileksi : seluruh tubuh kecuali wajah dan kulit
kepala, paling sering di ekstrimitas bawah
• PF: lesi diawali dengan papul atau vesikel
eritematosa yang kemudian berkonfluens
menjadi
plak kemudian menjadi makula dan mengalami
hiperpigentasi. Dapat terjadi erosi atau
Tatalaksana
• Rehidrasi kulit : menggunakan emolien dan
moisturizer
• Kortikosteroid :
• jika lesi tidak terlalu merah dan tidak terlalu gatal ( low-
potency (class III-VI) steroids)
• Reaksi inflamasi yang hebat : intense erythema, vesikel,
dan gatal (high-potency (class I-II) steroids)
• Sediaan salep lebih baik daripada krim
• Preparat ter : untuk plak yang sangat tebal
• Antihistamin oral
• Antibiotik topikal atau oral: untuk infeksi sekunder
D.Shampoo ketokonazole
164 2%
• Bercak putih di punggung, dada, dan lengan atas.
• Gatal
• PF: bercak hipopigmentasi berbatas tegas dengan
skuama halus di sekitarnya.
• KOH ditemukan hifa bersepta dan spora
bergerombol.

Terapinya adalah...
Pitiriasis Versikolor
• PV: infeksi jamur superfisial (di stratum korneum)
• Etiologi: Malassezia furfur; M. Sympodialis; or M.
Globosa
• Malassezia adalah flora normal di kulit, namun
pada saat patologis, ditemukan flora tersebut
dalam fase spora dan hifa. Patologis pada kondisi
lembab dan hangat, imunosupresi, malnutrisi,
predisposisi genetik, kehamilan, cushing.
PV
• Makula hipo/hiperpigmentasi, bulan/oval, batas tegas, dengan skuama
halus diatasnya predileksi di dada dan punggung tapi bisa dimana saja.
• Jarang menimbulkan keluhan, sering masalah kosmetik atau pruritus.
• DD: psoriasis gutata; pitiriasis alba; dermatitis seboroik; tinea corporis;
eritrasma; vitiligo.
• PP: lampu wood (menyala oranye-emas kekuningan); Kerokan kulit
dengan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora bulat
berkelompok (spageti and meatball appearance)
PV - Tatalaksana
Topikal: selenium sulfida; zink-pyrithione; sodium
• sulfacetamide; antifungi azol topikal; dll.
• Selenium sulfida 2x/hari selama 2 minggu, biarkan
selama 10 menit baru dibilas.
• Topikal gol.azol oleskan tiap malam selama 2
• minggu.
Cara pemakaian: dioleskan seluruh badan, lengan
• dan
• Oral: flukonazol
tungkai 150-300
 biarkan 10 – 15mg/minggu utk 2-4
menit  dicuci
minggu ORseminggu;
2-3 kali itrakonazol 2002 mg/hari
selama – 4 mingguutk 5-7 hari.
• Bisa rekuren.
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Dermatomikosis superfisialis | PEDOSKI 2004
165 C.Tinea unguium

• Kuku kaki berwarna putih suram


• Gatal dan nyeri disekitar kuku
sejak 4 bulan yang lalu.
• Riw DM (+)

Diagnosis yang tepat adalah...


Onikomikosis
• Definisi: Infeksi jamur pada kulit (dermatofita, non-
dermatofita, ataupun yeast)
• TINEA UNGUIUM: infeksi jamur pada kuku yang
hanya disebabkan oleh dermatofita
• Dermatofita T. rubrum, T. mentagrophyte, T.
tonsurans
• Non-dermatofita Acremonium, Aspergillus
• Yeast Candida albicans
Organisme penyebab

Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine


Tatalak sana

Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine


A.Infeksi streptococcus
166
pyogens
• Anak laki-laki 2 tahun
• Lepuh di punggung dan bokong.
• Lepuh mudah pecah berisi nanah
meningalkan bekas luka menyerupai
• koreng.
Makula eritem berukuran numuler
tersebar diskret dengan krusta
serous
Penyebabnya
dan skuamaadalah...
kolaret di sekitarnya.
IMPETIGO
• Impetigo adalah infeksi bakteri superfisial, ditandai dengan
inflamasi epidermis.
• Etiologi: toksin stafilokokus aureus (jarang: streptokokus pyogen);
berat  staphylococcal scalded skin syndrome.
• Toksin eksfoliatif  menyerang desmoglein 1 (protein yang
menempelkan sel-sel epidermis)  ikatan antar sel renggang
 terbentuk vesikel dan bula di epidermis (di bawah stratum
granulosum) jadi sangat superfisial  kendur/ mudah pecah

Sering pada neonatus – anak <5

tahun. Terapi:
• Pilihan pertama: mupirocin topikal. Bacitracin dan neomycin
kurang efektif.
• Lesi banyak atau tidak sembuh dengan terapi topikal 
antibiotik
oral terhadap S. aureus and S. Pyogenes.
167 C. Hidroksiklorokuin
• Wanita 26 thn,
• Ruam kemerahan disertai bengkak di kedua pipi
• Sendi sering nyeri dan tidak tahan sinar
matahari langsung.

Edema dan makulopapular eritem di
• area malar,
tidak ada skuama, tidak gatal.
anti ds-DNA positif.

Terapinya adalah...
Kutaneus SLE
• 3 tipe: akut, subakut, dan
kronik kutaneus LE.
• Acute cutaneous lupus
erythematosus
• Dialami >50% pasien
• dengan SLE.
Malar eruption /
‘butterfly rash’
(erythema and oedema of
cheeks, sparing nasolabial
• folds) terjadi dalam
• hitungan jam/ hari.
Fotosensitif
Keilitis, ulkus oral
• Subakut:
• Dipicu paparan sinar matahari
• Papuloskuamosa kemerahan serupa psoriasis, tak gatal
• Plak anular/ polisiklik, resolusi tanpa bekas skar
• Kronik:
• Gejala SLE sistemiknya nyata

TERAPI:
Steroid sistemik  utama, bila sistemiknya membaik,
menifestasi kulit juga sering ikut membaik.
Imunosupresif (methotrexate, azathioprine, cyclophosphamide,
dan thalidomide) : sebagai ajuvan.
Pilihan pertama untuk atasi masalah kutaneus SLE:
Hydroxychloroquine.
168 C.Krim ketokonazol 5%
• Kulit kemerahan di dahi dan di sekitar hidung
dan mulut disertai gatal selama 2 minggu.

Kronik hilang timbul

PF: eritema di regio glabela, kedua alis, dan
nasolabialis fold disertai skuama halus
• kekuningan.
Cigarette paper didapati minyak pada
skuama
Terapi apa yang tepat...
Dermatitis Seboroik
• Kelainan kulit dengan faktor konstitusi di “area
seboroik”.
• Kelainan konstitusi:
• Pertumbuhan berlebihan Pityrosporum ovale 
metabolit masuk ke epidermis  inflamasi
• Aktivasi glandula sebasea ↑↑
Manifestasi klinis
• Eritema dan skuama berminyak, agak kekuningan,
batasnya agak kurang tegas.
• Yang ringan: pada kulit kepala = pitiriasis sika.
• Yang berat: skuama tebal, berminyak, dan luas:
seluruh kulit kepala, dahi, glabella, telinga, leher.
• Pada area pipi, hidung, dahi: papul multipel (+).
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Tatalaksana
Pengobatan TOPIKAL Pengobatan SISTEMIK

• Untuk pitirisasis sika: sampo selenium •Kortikosteroid: Prednisone 20 – 30


sulfide 2 –3 x/minggu selama 5 – 15 mg/hari pada kasus berat.
menit. •Isotretinoin 0,1 – 0,3 mg/kg/hari
• Pilihan obat topikal: pada kasus rekalsitran.

1. Krim urea 10% sebagai emolien untuk •Fototerapi UVB.


tipe ringan dengan inflamasi minimal.
2. Likuor karbonas detergen 2-5%.
3. Sulfur presipitatum 4-20%, dapat
digabung dengan asam salisilat 3-6%.
4. Kortikosteroid: hidrokortison 2,5%;
bethametasone valerat hanya pada
kasus yang berat.
5. Ketoconazole 2% cream: hanya bila
pada sediaan banyak P. Ovale.
Sumber : Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin FKUI
169 D. Prurigo hebra
• Anak laki-laki 10 thn
• Kedua kaki tampak banyak bercak
kehitaman yang semakin banyak, kadang
• terasa gatal.
Sering bermain bola di lapangan tanpa
• alas
kaki.
PF : makulopapular oval tersebar diskret,
Diagnosisnya
dengan krustaadalah..
kehitaman di atasnya
Prurigo Hebra

• Kelainan kulit ditandai


dengan papul milier
tersebar diskret, dapat
disertai krusta
kehitaman. Predileksi
utama di ektremitas
ekstensor.
• Etiologi pasti belum
diketahui. Faktor
resiko gigitan
serangga, higienitas
buruk
D.Lepas jam tangan dan
170 oleskan kortikosteroid topikal
• Kemerahan pada lengan kanannya disertai
rasa gatal.
• Sebelumnya pasien mengenakan jam
• tangan. PF: lesi makulopapular mengelilingi
jam yang
digunakan oleh pasien.

Tatalaksananya adalah...
Dermatitis Kontak Alergi
Contoh kasus DKA
• Gatal kulit akibat reaksi alergi terhadap
suatu substansi yang berkontak dengan • Alergi nikel yang dijadikan
kulit. rantai jam tangan
• Reaksi kulit dapat terjadi beberapa • Alergi terhadap bahan
plaster luka (rosin)
jam, hari, hingga tahun setelah kontak
pertama • Dermatitis tangan pada
• Beratnya reaksi kulit tidak berbanding pekerja pabrik karet

lurus dengan jumlah allergen yg Dermatitis fotokontak
• terpapar 
Karakteristik umum lesi DKA: alergi terhadap
• Sebagian besar: lesi hanya mencakup sunscreen
area kulit tempat kontak dengan • atau sabun antibakteri
allergen terjadi yang
• Dapat merah, bengak, dan melepuh timbul setelah paparan
http://www.dermnetnz.or
atau kering dan kasar terhadap sinyal g/dermatitis/contact-
matahari allergy.html
PPK PERDOSKI 2011
Lainnya: DKA thdp parfum,
cat rambut, obat topikal
Tatalaksana
• Terapi utama : Topical corticosteroids
For severe allergic contact dermatitis of the hands, 3-week courses of class I
topical corticosteroids are required, while class 6 or class 7 topical
corticosteroids typically are used for allergic contact dermatitis of
intertriginous areas or the face.

• Terapi simtomatik : kompres dingin, antihistamin,


emolien
• Terapi definitif : Identifikasi dan menghindari agen
kausal
Dermatitis Kontak Iritan
• Salah satu bentuk dermatitis kontak
• Terjadi karena kulit rusak akibat friksi, faktor lingkungan (suhu
dingin),
paparan berlebihan terhadap air, ataupun bahan kimia seperti cairan
• asam, alkali, detergen, maupun pelarut
• Jumlah
Tingkat keparahandan kekuatan
dermatitis zatbergantung
iritan pada:
• Durasi (seberapa lama) dan
frekuensi (seberapa sering)
• paparan
terhadap iritan
• Kerentanan kulit masing-masing individual  dipengaruhi oleh
tebal/tipisnya kulit di suatu lokasi, produksi minyak pelembab,
dan adanya kecenderungan atopi
http://www.dermnetnz.org/dermatitis/contact-irritant.html
PPK PERDOSKI 2011Faktor lingkungan: suhu dan kelembaban
• Patogenesis
• Kerusakan kulit akibat iritan > kemampuan kulit utk
beregenerasi

Iritan ↓jumlah minyak dan pelembab alami pada
kulit 
↑penetrasi iritan ke bagian kulit lebih dalam 
• Klasifikasi
menginisiasi inflamasi
DKI akut
• Terpapar dengan iritan kuat (cairan asam atau basa kuat),
biasanya tidak sengaja/kecelakaan  bengkak, lepuh, nyeri,
merah.
DKI kronis

kumulatif
Terpapar iritan lemah seperti air, sabun, atau detergen
dalam waktu cukup lama (beberapa minggu)  kering,
• gatal, dan kulit retak
Disintegrasi kulit  luka dg krusta dan keropeng

http://www.dermnetnz.org/dermatitis/contact-irritant.html
PPK PERDOSKI 2011
Patch Test (Uji Tempel) • Metode
Baru dapat dikerjakan 6 minggu setelah
penyakit dinyatakan sembuh
• Indikasi 1. Larangan utk pasien
• Pasien dengan diagnosis kerja • Punggung tmpt ditempelkan zat
dermatitis kontak, terutama pada alergenik tidak boleh kena air
kelompok pasien dengan penyakit • Tdk boleh berkeringat keterlaluan
kulit dasar berupa dermatitis
• Tidak boleh terpapar radiasi UV
atopi, seboroik, stasis, numularis;
psoriasis; dishidrosis 2. Perangkat tes ditempel di
• Dermatitis kronis tanpa penyebab punggung bagian atas: hindari
yang jelas area berambut
• Dermatitis kontak akibat 3. 48 jam setelahnya  tempelan
pekerjaan dicabut  dibaca hasilnya (1)
4. 72 – 96 jam setelah
An Bras Dermatol. 2013;88(6):879-88.
baca hasil (2) 
penempelan
Patch Test (Uji Tempel) • Relevansi patch test:
Hasil patch test yang positif v.s.
probabilitas kontak bahan tsb
thdp
kulit yang mengalami defek
• Possible:
Terdapat 3: hasil patch test
sesuai dengan substansi yg
dicurigai menyebabkan
• dermatitis kontak
Probable: hasil patch test
positif utk substansi DAN
• material utuh yg dipakai
pasien (yg mengandung
substansi ybs)
An Bras Dermatol. 2013;88(6):879-88.
Kuat: paparan ulang thdp
material yg mengandung
substansi alergenik 
rekurensi dermatitis
kontak
171 A.Iktiosis vulgaris
• Anak laki-laki 8 thn
• Kulit di kedua kaki tampak sangat kering dan
bersisik seperti kulit ikan disertai gatal

Ibu kandung memiliki riwayat rhinitis alergi.

Skuama kasar bentuk poligonal dengan tepi
ireguler di sisi ekstensor tungkai bawah
bilateral, telapak tangan dan kaki teraba lebih
kasar, namun daerah lipatan tidak ada kelainan

Diagnosisnya adalah...
IKTIOSIS VULGARIS
• Dari Bahasa Yunani, ichthys, artinya ikan.
• Ada 2 tipe, herediter dan didapat.
• Hereditary ichthyosis vulgaris:
Kelainan autosom dominan. Paling sering dibandingkan jenis iktiosis lain.
Lesi kulit umumnya tidak muncul sejak lahir, baru tampak usia pertama kehidupan,
puncaknya usia 5 tahun. Umumnya remisi spontan semenjak pubertas.
Predileksi tubuh sisi ekstensor, simetris.
Sering berkaitan dengan penyakit atopi (dermatitis, asma, dll)
• Acquired ichthyosis vulgaris:
Sering berkaitan dengan penyakit sistemik lain, terutama
keganasan. Seringnya berkaitan dengan limfoma Hodgkin,
limfoma non-Hodgkin, myeloma, sarkoma kaposi,
leiomiosarkoma, dan karsinoma paru, mammae, ovarium,
dan serviks.
Bisa juga efek dari obat berupa asam nikotinat, triparanol,
butyrophenones, simetidin, dan clofazimine.
TATALAKSANA
Hereditary ichthyosis vulgaris penyakit kronik yang
• umumnya
bisa membaik seiring bertambahnya usia.
• Tujuan utama terapi adalah menjaga hidrasi kulit dan
cegah evaporasi:
• Krim urea 10-20%, propylene glycol
• Topikal retinoid.
• Alpha-hydroxy acids (misal, asam laktat, glikolat,
atau piruvat).
• Keratolitik untuk menghilangkan skuama (misal,
asam salisilat hingga 6%)
Jenis Iktiosis lainnya
• Lamellar ichthyosis (LI) kelainan autosom resesif, muncul sejak lahir hingga
seumur hidup. Bayi yg baru lahir tampak dilapisi membran kolodion yang
mengelupas
dalam 10-14 hari, meninggalkan kulit eritem. Skuama tampak seperti sisik
ikan. Tidak membahayakan nyawa namun menyebabkan masalah psikis bagi
penderitanya.
• Lesi di seluruh tubuh termasuk kulit kepala, daerah fleksural, hingga kuku.
X-linked ichthyosis kelainan genetik akibat mutasi gen
enzyme steroid sulfatase (STS).
Mulai tampak sejak lahir. Tampak skuama di leher,

dada, tungkai ekstensor. Tampak "dirty-face"
appearance, yang bertambah berat seiring usia.
• Daerah flexura bisa terkena, namun telapak tangan
dan kaki tidak.
• Rambut dan kuku normal.
• Cryptorchidism terjadi pada 20% pasien.

Karena berkaitan dengan mutasi gen, seringpula
disertai masalah genetik/ sindrom lain seperti short
stature, chondrodysplasia punctata, retardasi
mental,
hypogonadism).
dan Kallmann syndrome (hypogonadotrophic
Epidermolytic ichthyosis (EI), sama dengan epidermolytic
hyperkeratosis (EHK) atau bullous congenital ichthyosiform
erythroderma (bullous CIE), adalah kelainan autosom dominan.
• Muncul sejak lahir dengan eritroderma, lepuh dan erosi kulit
yang remisi seiring bertambah usia, meninggalkan bekas berupa
hiperkeratosis.
• Daerah fleksural juga terkena namun rambut dan kuku normal.
Kulit jadi sangat rapuh.
• Prognosis: risiko morbiditas dan mortalitas tinggi pada masa
neonatal, karena komplikasi sepsis dan dehidrasi. Setelah
dewasa, sering infeksi kulit rekuren.
172 D.Pelembab dan kortikosteroid
• Anak laki-laki 8 thn
• Kemerahan yang gatal pada lipatan kedua siku
dan
• lutut.
• Kakek pasien meninggal karena alergi udang.
Likenifikasi dan sedikit eritema pada kedua fossa
cubiti dan poplitea

Tatalaksananya adalah
Dermatitis Atopi

Inflamasi kulit kronis dan residif


Tampilan klinis
• Gejala utamanya adalah gatal, kulit kering ,
dan tanda radang (terutama eritema)
• Bentuknya polimorfik, bergantung
pada fase:
• Akut
• Subakut
• Kronis
• Sering disertai rinitis alergi dan asma
(riwayat atopi)  pada diri sendiri maupun
keluarga
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI;
Panduan pelayanan medis
PERDOSKI 2011
Tatalaksana
• Non medikamentosa Medikamentosa: topikal
• Hindari faktor pencetus! Steroid topikal:
• Menjaga kelembaban Anak: potensi lemah s.d. sedang
kulit dengan (kompres dulu untuk lesi basah)
menggunakan sabun pH Dewasa: potensi sedang s.d. kuat
netral, hindari antiseptic Inhibitor kalsineurin: pimekrolimus
cream 1%; tacrolimus oint 0,03%;
• Stress management
tacrolimus oint 0,1%
yang
Emolien: Pelembab dengan krim
baik
• Medikamentosa: Prinsip hidrofilik urea 10%; pakai emolien
• Mengurangi gatal 4x/hari yang kaya seramida
• Menekan inflamasi Lainnya: wet dressing untuk lesi
kronik refrakter; ter untuk lesi
• Menjaga kelembaban
likenifikasi; fototerapi untuk lesi luas
kulit
dan refrakter
Medikamentosa: Sistemik
• Antihistamin: yg sedatif lebih dianjurkan pada anak
Bersifat sebagai adjuvant
Hanya bila gatal sangat mengganggu
• Antibiotik bila ada infeksi sekunder
• Steroid: hanya pemberian singkat
• Imunosupresan lain: siklosporin A, mofetil mikofenolat,
metotreksat, dan azatioprin

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI; Panduan pelayanan


medis
PERDOSKI 2011
Klasifikasi Steroid Topikal

• Pemilihan potensi steroid:


• kulit anak/ bayi dan kulit tipis, misal lipatan kulit  potensi rendah sampai sedang
• Kulit dewasa . Lesi kronik  steroid potensi sedang – kuat sampai kuat

• Krim  sesuai untuk kulit tipis atau lesi akut/ oozing


• Salep  penetrasi lebih kuat daripada krim, cocok untuk lesi kronik, misal likenifikasi.
D.Nistatin oral 500.000 IU, 3-
173 5 kali/hari, selama 14 hari
• Pria 68 thn
• Bercak keputihan di Iidah dan mukosa
bukal.

Riw. DM (+)

Bercak dapat digores dan meninggalkan
bekas kemerahan, saat dikerok
didapatkan
dasar eritematosa bergranular.
Terapinya adalah...
Oral Candidiasis
• Etiologi: Candida albicans
• Faktor risiko: kondisi DM,
immunocompromised
(HIV,

xerostomia, konsumsi
1.antibiotik
Pseudomembran candidiasis (oral thrush)
jangka panjang,
2.steroid,
Erythematous candidiasis
agen kemoterapi)
3.Jenis:
Chronic atrophic candidiasis (denture
4. stomatitis) Hyperplastic candidiasis pada
5. perokok
Chronic mucocutaneous caSnumdbeir:dFitizpaatsricik’ssDermatologyinGeneral
Medicine
Jenis-Jenis
Aphtous Ulcer Oral Liken Planus

Cheilitis Angularis
Tatalaksana
• Pada membran mukosa
• Sering terjadi pada bayi atau penggunaan
kortikosteroid inhalasi pasien asma,perokok
• Mengorek lesi menyebabkan eritem dan perdarahan
di

dasarnya
Terapi
4-6 : Nistatin suspensi iu),
ml (400.000-600.000 oral4 x / hari sesudah makan
Harus ditahan di mulut beberapa menit sebelum ditelan
Dosis untuk bayi 2 ml (200.000 iu), 4 x / hari - Perlu 10-
14 hari untuk kasus akut atau beberapa bulan untuk
kasus kronis
174 A.Karsinoma sel skuamosa

• Wanita 63 thn
• Luka koreng di hidung yang sering gatal dan
mudah berdarah.
• Membesar, sulit sembuh, meski tidak nyeri.
• Nodul soliter berukuran 2 x 3 cm, batas tidak
tegas, imobile, permukaan verukosa dan
mudah berdarah.
• PA berupa keratinisasi dan mutiara tanduk

Diagnosisnya adalah...
Karsinoma Sel Skuamosa

• Prekursor KSS: keratosis aktinik


• KSS in situ: Bowen disease
• Faktor risiko: riwayat trauma kulit (ulkus, sinus
tracts), paparan radiasi, sinar UV,
immunosuppression, and xeroderma pigmentosa.
• Tumor besar (diameter >2 cm) lebih sering
metastasis 3x lipat. KSS di bibir, telinga, kulit bekas
trauma, dan pasien imunosupresi juga sering
mengalami metastasis.

Histopatologi: sel tersusun secara fokal dan
konsentris disertai massa keratin, sehingga
terbentuk mutiara tanduk (horn pearls) yg khas
pada KSS berdiferensiasi baik.
175 E. Nikolsky sign
• Luka lepuh pada hampir seluruh tubuh
disertai rasa nyeri.
• Luka lepuh timbul akibat pecahnya
gelembung berisi cairan jernih.

Riw. sariawan di mulut dan bibir yang
terasa nyeri sehingga sulit makan 4
• bulan yang lalu.
PF: bula yang kendur di seluruh tubuh

Pemeriksaan yang tepat adalah...


Steroid sistemik adalah manajemen utama untuk kasus
pemfigus vulgaris
Pemfigoid bulosa
176 D. Ear toilet + tampon antibiotik
basitrasin + analgetik oral
• KU: Nyeri telinga kanan
• Riwayat sering korek-korek telinga 
trauma lokal risiko bakteri mudah masuk
• PF: nyeri tekan tragus (+), liang telinga
hiperemis, menyempit, MT sulit
dievaluasi
• Dx: otitis eksterna difusa
• Tatalaksana?
• SIRKUMSKRIPTA
– 1/3 luar  adnexa kulit (+)  furunkel
– ETIOLOGI: S.aureus
– GEJALA: nyeri (tidak ada jar. Longgar) saat
menekan perikondrium atau membuka
mulut, ggn pendengaran
OE AKUT
• DIFUS (Swimmer’s Ear)
KLASIFIKASI
– 2/3 dalam  kulit liang telinga hiperemis dan
OTITIS EKSTERNA
edema tidak jelas batasnya
– ETIOLOGI: Pseudomonas
OE MALIGNA – GEJALA: nyeri tekan tragus, liang telinga
sempit, sekret bau

• Terutama pada orang tua atau


imunokompromise
• ETIOLOGI: P. Aeruginosa
• GEJALA: Paresis N VII, destruksi tulang
temporal
Manajemen otitis eksterna
• Otitis eksterna sirkumskripta:
• Antibiotik salep, seperti polimiksin B / basitrasin, atau
antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol)
• Otitis eksterna difusa
• Ear toilet
• Tampon telinga dengan antibiotik
• Analgetik
• Kadang diperlukan antibiotik sistemik bila gejala berat
(nyeri tragus berat, obstruksi total liang telinga dan
infeksi meluas ke jaringan ikat longgar dan KGB disekitar
liang telinga)
D. NIHL; lama pajanan 4
177 jam
• Laki-laki, 30 tahun
• pekerja pabrik penempaan besi sejak 2
tahun
• mendengar suara bising di lingkungan
kerjanya.

Intensitas 88 dB  bising 85dB atau
• lebih
merupakan faktor risiko untuk NIHL
Berapakah lama pajanan yang diizinkan
untuk mencegah terjadinya gangguan
pendengaran?
Noise induce hearing loss
Sinonim = Gangguan pendengaran akibat bising
PATOGENESIS
- Stimulasi bising
- Bising dg intensitas 85dB atau lebih dapat merusak
organ Corti terutama reseptor bunyi 3000-6000 Hz
disertai kerusakan terberat pada reseptor bunyi 4000
Hz
- Intensitas sedang perubahan silia dan hensen body
- Intensitas keras dan lama kerusakan struktur sel
rambut spt mtokondria, granula lisosom, lisis sel dan
robekan membran reisner
NIHL
• DIAGNOSIS
• Riwayat bekerja di lingkungan bising jangka panjang (≥ 5
tahun)
• Sulit komunikasi dengan latar belakang bising (Cocktail
party deafness)
• Dapat disertai tinitus

Tes penala tuli sensorineural

Pemeriksaan audiologi khusus fenomena rekrutmen
(pendengaran lebih sensitif terhadap kenaikan
• intensitas
bunyi yang kecil)
Audiometri nada murni tuli sensorineural pada 3000-
6000 Hz disertai takik patognomonik pada 4000 Hz
Nilai Ambang Batas Bising
• Efek tergantung
• Intensitas
• Frekuensi
• Lama paparan
• Jenis bising
• Sensitivitas
individu
• Peraturan
• Permenakertrans No,
13 Tahun 2011
178 D. CT Scan
• KU :keluar lendir hijau dan berbau
sejak 1 minggu dari hidung.
rasa tertekan di wajah, terutama daerah
pipi kanan, dan nyeri kadang dirasakan.

PF suhu 37.8 C, nyeri ketok pipi
kanan,
rinoskopi ditemukan konka edem, pus

purulen, post nasal drip (+).

Transiluminasi redup
Diagnosis: Sinusitis maksilaris
Pemeriksaan baku emas?
SINUSITIS
• KUMAN TERSERING: STREPTOCOCCUS
PNEUMONIA, HAEMOPHILUS INFLUENSA
• SINUSITIS AKUT < 4 MINGGU
• Nyeri wajah, sekret hidung purulen, post nasal drip,
dapat disertai demam. Faktor risiko ISPA, polip,
infeksi gigi, hipertrofi adenoid.
• PF : nyeri ketok wajah, rinoskopi ditemukan konka
edem, pus purulen, post nasal drip (+).
Transiluminasi redup
• PENUNJANG:
• FOTO POLOS (OPASIFIKASI PADA SINUS)
• WATERS (MAXILA, FRONTALIS)
• CALDWELL (ETMOID, FRONTALIS)
• LATERAL (SPHENOID)
• CT-SCAN  GOLD STANDAR
• TATALAKSANA:
• TOPIKAL STEROID, DEKONGESTAN ATAUPUN
ORAL DEKONGESTAN, MUKOLITIK
• AMOXICILIN 3X500 MG 10 HARI
Berbagai Posisi X Ray
• Waters: menilai sinus maksila, frontal,
etmoid, sphenoid
• Caldwell: Menilai sinus frontal, etmoid, bola orbita,
dinding orbita medial, os zigoma, os nasal, septum
nasi, mandibula
• Lateral: menilai sinus sphenoid
• Schuller: menilai mastoid, kanalis
akustikus eksternus, TMJ
179 B. Steroid intranasal
• KU: tidak bisa bernafas apabila tidur
miring

Sering bersin pagi hari

PF: benjolan berwarna putih
keabuan, bertangkai, bisa
digerakkan, tidak nyeri, tidak
mengecil dengan epinefrin
• Diagnosis Polip Nasi
• Tatalaksana medikamentosa awal
yang tepat?
Polip Nasal • Polip VS Hipertrofi Konka


Bertangkai
Mudah digerakkan
• Pertumbuhan massa • Lunak
bertangkai jinak di hidung • Tidak nyeri
(putih keabu-abuan) • Tidak mengecil dengan
vasokonstriktor
• Predisposisi: • Tidak mudah berdarah
• Rhinitis alergi
• Sinusitis kronik • Terapi:
• • Steroid intranasal
Iritasi
• Operasi
• Kelai
nan
anato
mi
• Gejala:
hidun
• g:
Hidung terasa tersumbat;
devia
progresif
• si
Gangguan penciuman
septu
• Nyeri
m, kepala
hiper
trofi
konk
a
180 E. Stop dekongestan topikal,
ganti dengan kortikosteroid oral
• KU: Pilek dan hidung buntu sejak 2 minggu
• Awalnya, Demam (+), hidung tersumbat
• Menggunakan tetes hidung  Demam (-)
• Riw. Pemakaian dekongestan sejak 3 tahun
terakhir

• Diagnosis: Susp. Rhinitis medikamentosa


• Tatalaksana?
Rinitis Medikamentosa

• Gangguan respon normal vasomotor hidung akibat


pemakaian vasokonstriktor topikal lama dan berlebihan
• Gejala
• Hidung tersumbat terus menerus
• Edema / hipertrofi konka, tidak berkurang dengan
tampon
• Tatalaksana:
adrenalin
• Hentikan pemakaian vasokonstriktor
• Kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek lalu tapp-off
• Dekongestan oral
C. Masih boleh berenang
181 tetapi tidak terlalu sering

• KU: keluar cairan dari telinga


setelah berenang. Riwayat
keluhan cairan hilang timbul
sejak 1 tahun yang lalu
• PF: perforasi MT sentral

• Diagnosis: OMSK
• Edukasi yang kurang tepat?
OMSK
Infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul yang
berlangsung lebih dari 2 bulan / >6
minggu
KLASIFIKASI
OMSK:
OMSK TIPE AMAN/BENIGNA OMSK TIPE
• PERADANGAN HANYA BAHAYA/MALIGNA/TULANG
MUKOSA • PERADANGAN SAMPAI T ULANG
• PERFORASI SENTRAL • PERFORASI MARGINAL / ATIK
• KOLESTEOTOMA (-) • KOLESTEOTOMA (+)
• TATALAKSANA: • TATALAKSANA: BEDAH !!
NEOMISIN+POLIMISIN B
TOPIKAL + EAR TOILET
Terapi OMSK
• Edukasi
• Tidak mengorek telinga
• Air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi
• Dilarang berenang
• Segera berobat
• Bila penyakit sudah tenang  sebaiknya dilakukan operasi
rekonstruksi
(miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta
• gangguan
Prinsip pendengaran.
pengobatan OMSK adalah:
• Membersihkan liang telinga dan kavum timpani. Bila sekret keluar terus
menerus diberikan H2O2 3% selama 3 – 5 hari.
• Pemberian antibiotika : topikal antibiotik ( antimikroba) dan sistemik.
• Pembedahan  OMSK maligna
182 A. Ig E spesifik
• An Hadi, 4 tahun, diantar orang tuanya
dengan keluhan bersin lebih dari 6 kali
• setiap pagi.
hidung berair dan buntu, mata berair,
• riwayat penyakit keluarga ayah asma,
ibu alergi telur dan tongkol.
• Pemeriksaan didapatkan mukosa
dengan sekret bening.
Dx susp Rinitis alergi
• Penunjang yang tepat
Pemeriksaan penunjang rinitis
alergi
• In vitro
• Eosinofil darah tepi
• IgE total atau IgE spesifik dengan RAST atau ELISA
• In vivo
• Uji Cukit Kulit
• Imaging
• Nasoendoskopi

BUKU AJAR THT-KL. Edisi ke-6. FKUI


183 E. Obat cuci telinga
• Anak 6 tahun, nyeri kedua telinga,
sejak 3 hari.
• Demam tinggi dan rewel. Sering
batuk

pilek.
MAE normal, membran timpani
hiperemis dan menonjol, sekret (-).
• Terapi yang KURANG sesuai adalah...
Otitis Media Akut
STADIUM TATALAKSANA

OKLUSI: retraksi membran timpani Tetes hidung (efedrin hcl 0.5%)

HIPEREMIS: membran timpani hiperemis +


Antibiotik + tetes hidung + analgetik
edema
SUPURASI: membran timpani menonjol/
Antibiotik + miringotomi
bulging + sangat nyeri
PERFORASI: membran timpani ruptur, Antibiotik + cuci dengan H2O2 3%
pasien merasa ‘sembuh’ karena nyeri
(3-5 hari)
berkurang
RESOLUSI: membran timpani menutup.
Resolusi gagal jadi otitis media supuratif Antibiotik
kronik (OMSK) > 6 minggu
Antibiotik untuk OMA

• First line : Amoxicillin  dosis 90mg/ kg/ hari


dibagi 2 dosis (max. 3 gram perhari) Risiko
• beta-lactam resisten : amoxicillin- clavulanate
 dosis amoxicillin 90mg/ kg/ hari
dan klavulanat 6.4 mg/ kg perhari dibagi 2
dosis
(max. amoxicillin
• Risiko 3 gram
resisten : mendapat perhari)
beta-lactam dalam 30 hari, rekuren OMA
Contemporary
Pediatrics.modernmedicine
184 C. Cauliflower ear
• Pria 27 tahun, nyeri telinga kiri,
demam sejak 2 hari.
• Petinju.
• PF: pinna sinistra edema dan
hiperemis.

KOMPLIKASI kasus di atas adalah…


Hematoma Aurikuler
• Etiologi: trauma
• Akumulasi darah di perikondrium
telinga
• Perlu aspirasi, namun bila tindakan ini
tidak steril berisiko perikondritis.
Perikondritis  Cauliflower ear
• Infeksi pada perikondrium kartilago daun telinga.
• Inflamasi lama merusak tulang rawan telinga.
• Faktor risiko: trauma, gigitan serangga, luka
bakar, menindik telinga pada tulang rawan.
KOMPLIKASI PERIKONDRITIS : telinga kisut (CAULIFLOWER EAR)

KOMPLIKASI
B. Bentuk anatomis tuba
185 eustachius pada anak-anak lebih
mendatar
Anak kecil nyeri telinga kanan
•• Batuk pilek demam dirasakan sebelumnya.
• Membran timpani kiri dengan hiperemis dan
terkesan menonjol keluar. Setelah dilakukan
pungsi, tampak cairan kental kekuningan keluar,
• dan anak kembali tenang.
Menurut dokter, kasus ini lebih sering
ditemukan
• pada populasi
Apakah faktor anak
yang dibanding
mendasaridewasa.
kondisi tersebut?
Otitis Media Akut
STADIUM TATALAKSANA

OKLUSI: Retraksi membran timpani Tetes hidung (efedrin hcl 0.5%)

HIPEREMIS: membran timpani hiperemis +


Antibiotik + tetes hidung + analgetik
edema

SUPURASI: BULGING + SANGAT NYERI Antibiotik + miringotomi


PERFORASI: membran timpani RUPTUR, Antibiotik + cuci dengan H2O2 3% (3-5
pasien merasa ‘sembuh’ karena nyeri
hari)
berkurang
RESOLUSI: membran timpani menutup.
Resolusi gagal jadi otitis media supuratif antibiotik
kronik (OMSK) > 6 minggu
Antibiotik untuk OMA

• First line : Amoxicillin  dosis 90mg/ kg/ hari


dibagi 2 dosis (max. 3 gram perhari) Risiko
• beta-lactam resisten : amoxicillin- clavulanate
 dosis amoxicillin 90mg/ kg/ hari
dan klavulanat 6.4 mg/ kg perhari dibagi 2
dosis
(max. amoxicillin
• Risiko 3 gram
resisten : mendapat perhari)
beta-lactam dalam 30 hari, rekuren OMA
186 E. Disfusi tuba
eustachius
• Telinga terasa penuh
• Seperti mendengar suara gemericik
saat menguap

Riwayat sering flu batuk pilek

MT retraksi dan terkesan ada bubble
(+), darah (-).
• Apa kemungkinan yang mendasari
keluhan pasien saat ini?
Otitis
Media
Efusi
• Peradangan non bakterial mukosa
kavum timpani
• Ditandai
terkumpulnya
cairan yang
• tidak purulen
(serous
• Kegagalanatau
fungsi tuba eustachius
mucus)
• Alergi tanpa
tanda infeksi
• Otitis media yang belum sembuh
Etiologi
sempurna
Diagnosis
• Anamnesis
• Telinga terasa penuh, terasa ada cairan (grebeg-grebeg
• Pendengaran menurun
• Terdengar suara dalam telinga sewaktu menelan atau
menguap
• Pemeriksaan fisik :
• imobilitas gendang telinga pada penilaian otoskop pneumatik.
• MT terlihat lebih kusam dan keruh.
• Maleus tampak pendek, retraksi dan berwarna putih kapur.
• reflek cahaya berubah atau menghilang
• garpu tala : untuk membuktikan adanya tuli konduksi
KLASIFIKASI

- Otitis media serosa akut (sekret terbentuk tiba2)


Keluhan utama : terasa seperti ada cairan mengalir di
dalam telinga, mendengar suara sendiri lebih
keras/berbeda (diplakusis binaural)
Pemeriksaan khas : membran timpani retraksi,
gambaran
gelembung udara dalam membran timpani.
- Otitis media serosa kronik / otitis media mukoid / glue
ear (sekret lama-lama mengental)
Keluhan utama : gangguan pendengaran (tuli konduktif)
Pemeriksaan khas : membran timpani suram/ keruh,
seperti ada sekret kental di balik membran timpani.
Tatalaksana
• Terapi farmakologis • Terapi nonfarmakologis
• Antibiotik, • Miringotomi
• Steroid • Tube ventilasi
• Antihistamin (Grommet tube)
• Dekongesta (Bila tidak ada perbaikan
• n dengan medikamentosa)
Mukolitik.
187 A.
Aminoglikosida
• Pendengaran terganggu, telinga
berdenging, pusing berputar
• Riwayat suntik obat sejak 3 minggu
yang lalu karena batuk lama dan
• BTA
(+).
Pada pemeriksaan didapatkan tuli
• sensorineural bilateral.
Apa kemungkinan antibiotik
penyebab keluhan pasien?
Ototoxic Drugs

• Gejala : Tinitus, gangguan


pendengaran (tuli sensorineural), dan
vertigo
• Obat Ototoksik
• Aminoglikosida  streptomisin,
neomisin, kanamisin, gentamisin,
amikasin
• Eritromisin
• Tetracycline
• Loop Diuretik  furosemid
• Anti inflmasi  aspirin
• Anti Malaria  kina dan klorokuin
188 D. Output

• Cakupan kunjungan ibu hamil


pada periode oktober-november
di puskesmas tersebut di bawah
95 %.
• Indikator sistem apa yang
tercermin dalam evaluasi
tersebut ?
ANALISIS
• Output : hasil yang diinginkan dari suatu proses,
biasanya dinyatakan secara kuantitatif. Misal :
jumlah buku yang dicetak, jumlah peserta yang
hadir.
• Outcome : hasil yang diinginkan dari suatu proses,
biasanya dalam bentuk suatu perubahan. Misalnya,
penurunan angka kematian, kenaikan angka
harapan hidup.
• Outcome yang berlaku pada pada populasi luas dan
bertahan lama = IMPACT
189 D. ≥ 10 meter
• Bapak Firmi ingin membangun rumah baru dengan
sumur bor sebagai sumber mata air untuk keperluan
sehari-hari.
• Dekat lokasi rumah yang akan dibangun terdapat
septic tank milik rumah tetangganya

• Berapakah syarat jarak minimal sumur untuk


sumber mata air terhadap septic tank?
• Pada umumnya dapat dikatakan jarak yang
aman tidak kurang dari 10 meter dan
diusahakan agar letaknya tidak berada di
bawah tempat-tempat sumber
pengotoran .
• Jarak tangki septik dan bidang resapan ke
bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersih =
10 m dan sumur resapan air hujan 5 m.
MENURUT DEPKES RI 1985, KRITERIA JAMBAN SEHAT:
190 C. Case finding aktif

• Terjadi KLB diare pada 7 desa (jumlah


penduduk sebesar 5400 orang)
• Sebanyak 190 orang berobat ke
puskesmas, 77 orang di rawat inap
dan 3 orang meninggal dunia.

Petugas puskesmas ingin melihat
langsung penyebab pasien yang
berobat maupun yang tidak berobat.
Metode yang digunakan adalah?
Surveilans Epidemiologi

Petugas ingin melihat langsung penyebab pasien


yang berobat maupun yang tidak berobat
SURVEILANS PASIF Laporan rutin kasus penyakit yang datang ke
provider kesehatan
• Tidak ada usaha khusus untuk menemukan
unsuspected disease

SURVEILANS AKTIF
Door to door surveys  untuk
=case finding aktif menemukan suatu kasus dalam
komunitas
• AKTIF MENEMUKAN
Sentinel KASUS
Surveilans adalah kegiatan analisis data
SURVEILANS SENTI NEL dengan cara pengumpulan dan pengolahan
TERUTAMA YANG TIDAK DATANGdata
secara terus menerus yang dilakukan di wilayah/
BEROBAT
unit yang terbatas atau sempit. (Depkes RI, 2004)
• Mengambil data TIDAK dari semua pekerja medis,
tapi ditetapkan random ataupun bertujuan
• Investigasi intensif kepada suatu kasus
B. Puskesmas sebagai
191 pusat
pelayanan kesehatan strata
• Sasaran cakupan menjadi dua
pertama
kali lipat dengan tujuan
meningkatkan upaya
pencegahan penyakit.
• Bagaimana peran puskesmas
yang tercermin sesuai dengan
Permenkes 75 tahun 2014? ?
Permenkes No 75 tahun 2014
• Puskesmas sebagai gate keeper  layanan
kesehatan primer
• Dibedakan menjadi UKP dan UKM sesuai
dengan instruksi dalam SKN.
Dalam SKN 2009:
• UKP :
- Primer, dilaksanakan oleh dokter di faskes primer
(puskesmas)
- Sekunder, dilaksanakan oleh dokter spesialis di faskes
sekunder (RS tipe C, D)
- Tersier, dilaksanakan oleh dokter subspesialis di faskes
tersier (RS tipe A, B)

UKM :
- Primer , menjadi tanggung jawab dinkes kabupaten yang
didelegasikan ke puskesmas
- Sekunder, menjadi tanggung jawab dinkes kabupaten
- Tersier, menjadi tanggung jawab dinkes provinsi, kemenkes
192 D. Sick care system, work,
family,
psycho-social-economy

factor
Ibu pasien seorang buruh pabrik yang
harus bekerja 10 jam sehari.
• Ibu tidak sempat membawa anak ke
puskesmas untuk imunisasi karena
harus bekerja mencari nafkah.

Ayah pasien sudah meninggal akibat
• kecelakaan bermotor.
Faktor yang ada pada kasus menurut
teori mandala ?
TEORI MANDALA 
komponen – komponen
yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia
ANALISIS
• Anak 12 bulan dibawa ke puskesmas karena batuk
pilek sementara imunisasi dasarnya tidak lengkap
 pola pikir sick care, bukan health care (hanya
berorientasi kuratif)
• Ibu tidak sempat membawa anak ke puskesmas
untuk imunisasi karena harus bekerja mencari
nafkah  work, faktor psiko-sosial-ekonomi
• Ayah pasien sudah meninggal akibat kecelakaan
bermotor  family
Teori lain
193 D. Ergonomi
• Pasien kerja di pabrik
• Duduk lama 8-9 jam
• Bangku rendah, postur pasien tinggi
 Posisi duduk tidak ideal karena
lutut terlalu menekuk

• Masalah terkait kesehatan kerja


• Bahaya Potensial apa?
Potensial Bahaya
FISIK Radiasi, temperatur, bunyi (bising), listrik

KIMIA Zat kimia, baik padat, cair, dan gas yang


dapat
menimbulkan efek Agen
BIOLOGI (debu,biologis,
gas, uap, asap)hewan, darah, jamur, gigitan
seperti
serangga
PSIKOSOSIAL Lingkungan kerja dengan "bully-ing", beban kerja yang
terlalu tinggi, tidak ada rekan kerja

ERGONOMI Posisi tubuh yang menimbulkan stresor, seperti tinggi


bangku, gerakan berulang
194 B. Crash Program
• Daerah A selama 3 tahun berturut-turut tidak
mencapai Universal Child Immunization (UCI).

angka kematian bayi akibat PD3I cukup tinggi.

Fasilitas kesehatan dan infrastruktur lain
dinilai
Ketiganya adalah Kriteria pemilihan daerah untuk crash program
masih kurang.
• Untuk mencegah terjadinya KLB polio dan
campak
• Apa program intervensi yang dimaksud?
Imunisasi

• Bayi
Rutin • Wanita Subur
• Anak SD

• Backflog fighting
• Crash Program
• Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Tambahan
• Sub PIN
• Catch up Campaign
• Outbreak Response Immunization (ORI)
Kegiatan Imunisasi Tambahan

• Backflog fighting
• Upaya melengkapi imunisasi dasar anak <3 tahun. Prioritas
daerah yang 2 tahun berturut-turut tidak capai UCI
• Crash Program
• Intervensi cepat cegah KLB.
• Kriteria daerah
• Angka kematian bayi akibat penyakit yang bisa dicegah dengan
imunisasi (PD3I) tinggi

• Infrastruktur dan fasilitas kesehatan jelek
3 tahun berturut-turut tidak capai UCI
• Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
• Serentak, seluruh Indonesia. Bertujuan memutus penyebaran
penuyakit. Diberikan tanpa pandang status imunisasi
sebelumnya.
Imunisasi Tambahan
• Sub PIN
• Mirip PIN, namun tidak seluruh negara melainkan
daerah tertentu saja
• Catch up Campaign Campak
• Upaya memutus penularan campak pada anak usia
sekolah dasar
• Outbreak Response Immunization (ORI)
• Imunisasi dalam penanganan KLB
195 E. Early diagnosis

• Pasien datang dengan keluhan


batuk berdahak 1 bulan, BTA
positif Sudah sakit
• Dokter menyarankan anak
pasien agar di tes mantoux

• Tindakan yang dilakukan dokter


termasuk?
Level of Prevention

• Primer = pasien belum sakit


• Health promotion (promosi kesehatan)
• Specific protection (contoh : imunisasi)
• Sekunder = pasien sudah sakit
• Early diagnosis (diagnosis dini, seperti pemeriksaan
laboratorium)
• Prompt treatment (tatalaksana sesuai kasus)

Tersier = penyakit sudah berkelanjutan
• Disability limitation (pencegahan komplikasi yang
lebih lanjut)
• Rehabilitation (pengembalian fungsi, seperti
pemberian kaki palsu pada penderita DM yang
harus menjalani amputasi)
196 C. Pencekikan
• Korban meninggal di kamar kos
• Terdengar teriakan
• PL: bercak perdarahan konjungtiva,
trauma fisik, terdapat lecet
berbentuk bulan sabit di leher. PD:
trauma internal (-), bendungan organ
 tanda asfiksia
• Penyebab kematian?
Penyebab, Mekanisme & Cara Kematian

• Penyebab kematian: perlukaan atau penyakit • Cara kematian: menjelaskan


yang menimbulkan kekacauan fisik sehingga bagaimana penyebab kematian itu
menghasilkan kematian datang
Contoh: luka tembak, luka tusuk, kanker, • Cara kematian bisa
aterosklerosis dikelompokkan menjadi: wajar,
pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, atau tidak dapat
• Mekanisme kematian: Kekacauan fisik yang dijelaskan
dihasilkan oleh penyebab kematian
– Contoh: perdarahan, kerusakan jaringan otak
– Beberapa penyebab bisa memiliki • Jadi, pada kasus ini:
mekanisme yang sama (perdarahan bisa • Cara kematian: pembunuhan
disebabkan oleh luka tusuk, luka tembak, • Penyebab kematian: pembekapan
– atau kanker) • Mekanisme kematian:
Sebaliknya, satu penyebab bisa menghasilkan mati lemas (asfiksia)
kematian melalui beberapa mekanisme (luka
tembak bisa menghasilkan perdarahan, bisa
juga menghasilkan kerusakan jaringan otak)

Sumber :Buku Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
197 B. Stillbirth
• Mayat bayi perempuan, BB 2200 gram,
PB 45 cm, plasenta masih melekat,
lanugo (+), panjang kuku jari melebihi
panjang jari tangan dan kaki, labia
mayora sudah menutupi labia minora. 
• bayi viabel (bukan aborsi), tanpa tanda
perawatan
• Bayi terlihat biru, kulit melunak.Paru
tidak menutupi rongga dada, krepitasi (-)
tes apung (-)
Kematian bayi dalam kasus ini tergolong
sebagai?
Penilaian Mayat Bayi
• Bila ditemukan mayat bayi, maka harus dicari
tahu penyebab bayi itu mati:
• Aborsi?
• Infanticide?
• Pembunuhan?
• Pada kasus aborsi, bayi belum sempat
dilahirkan. Pada kasus infanticide, bayi
langsung dibunuh setelah dilahirkan. Pada
kasus pembunuhan, bayi sempat dirawat
terlebih dahulu sebelum dibunuh.
Sumber : Buku Ilmu Kedokteran
Forensik FKUI
4/9/2018
Menentukan Penyebab Kematian Bayi
Apakah bayi sudah matur? (Kalau
belum matur, bisa karena aborsi,
tapi bisa juga karena lahir prematur)
– Bayi matur memiliki PB > 45cm, BB
2500-3500 g, dan LK > 34 cm
Bayi
– Testis dua-duanya sudah turun (laki-
laki) atau labia mayora sudah matu
menutupi labia minora (perempuan) r
– Panjang kuku melebihi panjang jari

Sumber : Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Menentukan Penyebab Kematian Bayi
• Apakah paru sudah mengembang? Kalau
paru sudah mengembang, berarti sudah
terjadi pernapasan, berarti bayi sudah
sempat lahir (bukan aborsi, tapi
infanticide Bayi
atau
• pembunuhan)
Paru memenuhi rongga dada sudah
• Gambaran mozaik (seperti marmer)
karena
sempa

• adanya berbagai tingkatan aerasi t
• Tepi paru-paru tumpul
Ada krepitasi (seperti spons) lahir
Tes apung paru (+)
• Adakah tanda-tanda perawatan? Kalau ada
Belum ada
perawatan, berarti sudah ada kasih sayang
ibu, sehingga digolongkan ke pembunuhan perawatan
biasa, bukan infanticide. Kalau belum ada 
perawatan, akan ditemukan:
infanticide
• Plasenta masih melekat dengan tali pusat dan
berhubungan dengan umbilkus
• Masih ada lanugo
Pembunuhan anak sendiri
(INFANTISIDA)
• Ibu kandung yang membunuh anak sendiri tidak lama/pada
saat dilahirkan. Motif adalah "takut ketahuan bahwa ia
• melahirkan seorang anak"
Perhatikan bahwa untuk memenuhi kriteria infantisida, bayi
• harus:
Viabel, artinya usia gestasi >28 minggu, BB >1000 gram,
• lingkar kepala >32 cm, panjang tumit-kepala >35 cm, tidak
ada cacat bawaan berat
Lahir hidup (dada mengembang, konsistensi paru seperti
• spons, permukaan paru seperti marmer (mengkilap seperti
mozaik), uji apung paru positif)
Tanpa adanya tanda perawatan, yakni plasenta masih ada,
tali pusat belum dipotong, verniks kaseosa masih ada,
tanpa
• Jika tanpa tanda lahir hidup, digolongkan sebagai
mati dalam kandungan
• Jika sudah ada tanda perawatan, maka
digolongkan sebagai pembunuhan biasa
(hukuman lebih berat)
198 A. Memeriksa jenazah dan
menyingkirkan
kemungkinan mati tidak wajar
• Nenek Tuwo meninggal di
rumahnya. Ia memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan stroke,
rutin berobat ke dokter lain.
Anak pasien datang pada Anda
• dan meminta surat kematian.
Tindakan anda yang paling
tepat?
Penyebab, Mekanisme & Cara Kematian

• Penyebab kematian: perlukaan atau penyakit • Cara kematian: menjelaskan


yang menimbulkan kekacauan fisik sehingga bagaimana penyebab kematian itu
menghasilkan kematian datang
Contoh: luka tembak, luka tusuk, kanker, • Cara kematian bisa
aterosklerosis dikelompokkan menjadi: wajar,
pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, atau tidak dapat
• Mekanisme kematian: Kekacauan fisik yang dijelaskan
dihasilkan oleh penyebab kematian
– Contoh: perdarahan, kerusakan jaringan otak
– Beberapa penyebab bisa memiliki • Jadi, pada kasus ini:
mekanisme yang sama (perdarahan bisa • Cara kematian: wajar
disebabkan oleh luka tusuk, luka tembak, • Penyebab kematian: stroke?
– atau kanker) • Mekanisme kematian:
Sebaliknya, satu penyebab bisa menghasilkan perdarahan otak?
kematian melalui beberapa mekanisme (luka
tembak bisa menghasilkan perdarahan, bisa
juga menghasilkan kerusakan jaringan otak)

Sumber :Buku Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Analisis
• Hal pertama yang harus dipastikan pada
pembuatan surat kematian adalah
• Pasien sudah meninggal
• Cara kematian: wajar/tidak wajar
• Jika tidak wajar  perlu dilaporkan ke pihak yang
berwajib
• Jika wajar  surat kematian bs diberikan
199 E. Minta keluarga ke polisi untuk
minta permintaan visum luka berat

• Ny. Naas, 34 tahun, korban


perampokan  Ditembak di
dagu, dirawat, lalu dipulangkan.
Datang lagi berdarah lagi. 1 hari
kemudian ia meninggal.
• Yang seharusnya dilakukan
dokter terkait visum pasien ini?
Jenis-jenis Visum et
Repertum
VeR hidup
• Definitif: dibuat seketika, dimana korban
tidak memerlukan perawatan dan
pemeriksaan lanjutan sehingga tidak
menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi
• luka ditulis derajat I.
Sementara: dibuat sementara waktu
karena korban memerlukan perawatan
pemeriksaan
dan lanjutan sehingga
menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi
luka tidak ditulis.
• Lanjutan: yaitu VeR yang dibuat saat luka
korban telah sembuh atau pSiunmdbe rumah
sakit atau pindah dokter atau a hp u l a n g
:
r
Ind on esi a .d igit aljournals.or

paksa. Kualifikasi luka ditulis.


g
Analisis kasus
• Dokter telah memeriksa di awal, mengetahui
kualifikasi luka
• Bila dipastikan luka pada pasien tersebut
merupakan penyebab kematian luka pada pasien
adalah luka derajat berat (pasal 90) luka yang
menyebabkan kematian
• Dapat dilanjutkan dengan proses otopsi untuk
penyebab kematian
200 D. Pembunuhan
• Tn. Gay, 50 tahun ditemukan tergantung di
palang pintu rumahnya.
• Di leher tampak luka lecet tekan mendatar
akibat tali (penjeratan), dan tali tersimpul
mati mendatar dan simpul berada di
belakang. (penjeratan kemungkinan besar
• dilakukan orang lain)
Ditemukan pula kulit dan mukosa sianosis,
sklera hiperemis, ditemukan bendungan
• pada
organ dalam (tanda asfiksia). Ditemukan
memar tanda kekerasan punggung korban
Cara kematian Tn. Gay yang tepat adalah...
Penyebab, Mekanisme & Cara Kematian

• Penyebab kematian: perlukaan atau penyakit • Cara kematian: menjelaskan


yang menimbulkan kekacauan fisik sehingga bagaimana penyebab kematian itu
menghasilkan kematian datang
Contoh: luka tembak, luka tusuk, kanker, • Cara kematian bisa
aterosklerosis dikelompokkan menjadi: wajar,
pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, atau tidak dapat
• Mekanisme kematian: Kekacauan fisik yang dijelaskan
dihasilkan oleh penyebab kematian
– Contoh: perdarahan, kerusakan jaringan otak
– Beberapa penyebab bisa memiliki • Jadi, pada kasus ini:
mekanisme yang sama (perdarahan bisa • Cara kematian: pembunuhan
disebabkan oleh luka tusuk, luka tembak, • Penyebab kematian: penjeratan
– atau kanker) • Mekanisme kematian:
Sebaliknya, satu penyebab bisa menghasilkan mati lemas (asfiksia)
kematian melalui beberapa mekanisme (luka
tembak bisa menghasilkan perdarahan, bisa
juga menghasilkan kerusakan jaringan otak)

Sumber :Buku Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI

Anda mungkin juga menyukai