Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ekonomi negara berkaitan erat dengan tingginya pertumbuhan penduduk yang
menjadi pasokan tenaga kerja di suatu perusahaan. Demi bersaing di era globalisasi
dewasa ini, para tenaga kerja tersebut pun dituntut untuk mengerti dan memahami
mekanisme produksi yang telah mengadopsi teknologi mutakhir. Tentunya hal ini
membutuhkan sistem, manajemen dan kebijakan yang holistik yang menaungi para
tenaga kerja tersebut, termasuk di dalamnya perlindungan atas keselamatannya
sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3, merupakan salah satu bagian dari manajemen perusahaan yang
membantu meminimalisir kecelakaan yang mungkin terjadi di tempat kerja. SMK3 juga
diharapkan dapat mengendalikan risiko pajanan lingkungan kerja yang mungkin
menimbulkan penyakit akibat kerja (PAK). Lingkungan kerja yang baik sudah diatur di
beberapa peraturan seperti pada Permen Ketenagakerjaan RI no. 5 tahun 2018.
Higiene industri adalah suatu upaya pemeliharaan lingkungan kerja (fisik,
kimia, radiasi dan sebagainya) dan lingkungan perusahaan. Upaya ini terutama
dilakukan dalam hal pengamatan, pengumpulan data, merencanakan, dan
melaksanakan pengawasan terhadap segala kemungkinan gangguan kesehatan
tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan. Sedangkan menurut Suma’mur,
higiene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta praktiknya dengan
mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan
kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya
dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut. Dan apabila
diperlukan, berupa tindakan pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta diharapkan dapat mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Perusahaan wajib melaksanakan SMK3 yang mana mencakup pengendalian
faktor fisika dan faktor kimia agar berada di bawah nilai ambang batas, pengendalian
faktor biologi, faktor ergonomi, serta faktor psikologi kerja agar memenuhi standar.
Perusahaan wajib pula menyediakan fasilitas kebersihan dan sarana Higiene di
1
Tempat Kerja yang bersih dan sehat, serta penyediaan personil K3 yang memiliki
kompetensi dan kewenangan K3 di bidang Lingkungan Kerja. Hal itu semua bertujuan
untuk mewujudkan Lingkungan Kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam rangka
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
Mengingat SMK3 beserta higiene perusahaan merupakan hal yang krusial di
dalam suatu perusahaan, kami telah mengadakan kunjungan walktrough survey pada
hari Kamis, 29 Agustus 2019 ke perusahaan PT. AJINOMOTO yang berada di daerah
Mojokerto, Jawa Timur. Kunjungan perusahaan bagi tim penyusun ini difokuskan
untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di PT. AJINOMOTO,
2. Mengidentifikasi potensi bahaya faktor fisik, kima, dan biologis di PT.
AJINOMOTO,
3. Mengetahui pengelolaan higiene dan limbah industri di PT. AJINOMOTO.
Selanjutnya, dilakukan analisis masalah terhadap data-data yang diperoleh di
lapangan dan kemudian dilakukan upaya alternatif pemecahan masalah yang ada di
PT. AJINOMOTO. Diharapkan alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan dalam
proses tersebut dapat diterapkan kepada seluruh karyawan yang terlibat, sehingga
dapat mengurangi potensi adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna
memaksimalkan kinerja para karyawan.

2
1.2 DASAR HUKUM
1. UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Bahan
Kimia Berbahaya.
3. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
4. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kecelakaan Kerja
5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.5 Tahun 2018 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

1.3 PROFIL PERUSAHAAN


1. Nama Perusahaan
PT. AJINOMOTO
2. Alamat
Jl. Raya Mlirip, Mlirip, Jetis, Mojokerto, Jawa Timur 61352
3. Sejarah dan Perkembangan
PT. Ajinomoto Indonesia berdiri tahun 1969 di Jakarta. Pada tahun 1970
mendirikan pabrik pertamanya di Mojokerto-Jawa Timur dengan produk utama
penyedap rasa dengan merek AJI-NO-MOTO® yang dipasarkan ke seluruh
wilayah Indonesia. Pabrik kedua di Karawang didirikan pada tahun 2012
dengan tujuan memenuhi kebutuhan produk-produk bumbu masak bagi
masyarakat Indonesia. Di tahun 2015, PT. Ajinomoto Bakery Indonesia resmi
didirikan. Pabrik di Karawang timur dengan Japan Technology dan Japanese
Staff yang berpengalaman akan mulai beroperasi di Agustus 2016. Saat ini
selain AJI-NO-MOTO®, group Ajinomoto Indonesia memproduksi Masako®
bumbu kaldu penyedap, Sajiku® bumbu prakts siap saji, SAORI® bumbu
masakan Asia dan Mayumi® mayonanaise yummy. Sekarang Group Ajinomoto
Indonesia terdiri dari PT. Ajinomoto Indonesia, PT. Ajinomoto Bakery
Indonesia, PT. Ajinex International, PT. Ajinomoto Sales Indonesia. PT.
Ajinomoto Sales Indonesia yang memiliki cabang penjualan di Jakarta,
Surabaya, dan Medan.

4. Kegiatan Usaha
PT. AJINOMOTO memiliki kegiatan usaha produksi bumbu rumah tangga
3
5. Jumlah Karyawan
Total karyawan di PT Ajinomoto adalah kurang lebih 3000 orang terdiri dari laki-
laki dan perempuan dengan kisaran usia 14-55 tahun.
6. Jam Kerja Karyawan
PT. AJINOMOTO memiliki jam operasional 24 jam dengan terbagi 3 shift pada
setiap pekerja. Dalam 1 shift 8 jam dan dalam 1 minggu 40 jam.
7. Jaminan Asuransi Kesehatan
PT. AJINOMOTO bekerja sama dalam memberikan jaminan kesehatan pada
setiap karyawan yaitu BPJS kesehatan, BPJS ketenagakerjaan, dan asuransi
diluar hubungan kerja (ADHK). Dari ketiga jaminan kesehatan tersebut,
karyawan dapat memilih salah satu atau dapat pula dengan metode medical
reimburse, baik penyakit akibat kerja maupun bukan. Jaminan kesehatan
tersebut sudah dapat dilayani di semua rumah sakit.
8. P2K3
PT. AJINOMOTO telah memiliki manajemen P2K3 yang terstruktur dan
dikepalai oleh direktur utama, dimana setiap departemen dan karyawan
diwajibkan sadar akan keselamatan kerja. PT. AJINOMOTO memiliki P2K3
mandiri dalam tiap bidang dan safety crisis team. PT. Ajinomoto pun sudah
membentuk HSE sejak 16 April 2015 sebagai salah satu bagian dari P2K3.

4
1.4 PROSES PRODUKSI

Gambar 1. Denah Kawasan Industri PT Ajinomoto.


Penjelasan :

5
6
1.4 LANDASAN TEORI
A. Higiene Industri
Higiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mengajarkan tata cara untuk
mempertahankan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial untuk mencapai
tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, serta sebagai suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau
manusia beserta lingkungannya.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
Beberapa faktor mempengaruhi kesehatan kerja daripada tenaga kerja antara
lain faktor fisik, faktor biologis, faktor kimia, sanitasi industri, dan pengolahan
limbah.
Faktor Fisik
1) Bising:

7
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
 Akibat kebisingan:
Tipe Uraian
Perubahan ambang batas sementara
Kehilangan akibat kebisingan, perubahan
pendengaran ambang batas permanen akibat
Akibat
kebisingan
lahiriah
Rasa tidak nyaman atau stress
Akibat fisiologis meningkat, tekanan darah meningkat,
sakit kepala, bunyi dering
Gangguan
Kejengkelan, kebingungan
emosional
Gangguan tidur atau istirahat, hilang
Gangguan
Akibat konsentrasi waktu bekerja, membaca
gaya hidup
psikologis dan sebagainya.
Merintangi kemampuan
Gangguan
mendengarkan TV, radio,
pendengaran
percakapan, telpon dan sebagainya.

Kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa mengakibatkan


penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu, yaitu 85 dB (A)
(Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.5 Tahun 2018). Agar
kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan, perlu
diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber bising,
penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon,
pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan
penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu
kesehatan atau membahayakan.

8
2) Getaran:
Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda
atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan.
Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis.
 Jenis getaran:
- Getaran seluruh tubuh
Getaran jenis ini mempunyai frekuensi 1-80 Hz;
- Vibrasi segmental,
Vibrasi jenis ini dapat memapari tubuh pekerja seperti lengan dan
tangan. Getaran ini mempunyai frekuensi 5 – 1500 Hz.

3) Iklim dan Suhu:


Seorang tenaga kerja akan mampu bekerja secara efisien dan produktif bila
lingkungan tempat kerjanya nyaman. Suhu nyaman bagi orang Indonesia
adalah 24°C-26°C. Bila iklim kerja panas dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dalam bekerja dan gangguan kesehatan.

4) Pencahayaan:
 Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan:
- Iritasi, mata berair dan mata merah
- Penglihatan ganda & Sakit kepala
- Ketajaman penglihatan menurun, begitu juga sensitifitas terhadap
kontras warna juga kecepatan pandangan
- Akomodasi dan konvergensi menurun
 Intensitas cahaya di ruang kerja adalah sebagai berikut.
Tingkat
Jenis
pencahayaan Keterangan
Kegiatan
minimal (Lux)
Pekerjaan Ruang penyimpanan dan ruang
kasar & tidak peralatan/instalasi yang
100
terus- memerlukan pekerjaan yang
menerus kontinyu

9
Pekerjaan
kasar dan Pekerjaan dengan mesin dan
200
terus- perakitan kasar
menerus
Pekerjaan kantor/administrasi,
Pekerjaan ruang kontrol dan pekerjaan
300
rutin mesin dan perakitan atau
penyusun
Pembuatan gambar atau
Pekerjaan bekerja dengan mesin kantor
500
agak halus pekerja pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan,
Pekerjaan
1000 tekstil, pekerjaan mesin halus
halus
dan perakitan halus
1500
Mengukir dengan tangan,
Pekerjaan (tidak
pekerjaan mesin dan perakitan
amat halus menimbulkan
yang sangat halus
bayangan)
3000
Pekerjaan (tidak Pemeriksaan pekerjaan,
detail menimbulkan perakitan sangat halus
bayangan)

 Beberapa hal yang dapat menurunkan intensitas penerangan:


- Adanya debu atau kotoran pada bola lampu;
- Bola lampu yang sudah lama;
- Kotornya kaca jendela, untuk penerangan alami;
- Perubahan letak barang-barang.

Faktor Biologis
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah
Perpres No. 7/2019 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja (point)

10
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus.

Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Faktor biologis dapat dikategorikan menjadi:
1. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya);
2. Arthopoda (crustacea, arachmid, insect);
3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis,
asma);
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan
hewan invertebrata (protozoa, ascaris)

Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:


1. Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)
2. Ingesti/ saluran pencernaan
3. Kontak dengan kulit
4. Kontak dengan mata, hidung, mulut.

Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari
dengan pencegahan antara lain dengan:
1. Administrasi kontrol seperti administrasi kesehatan awal karyawan baru,
pemeriksaaan kesehatan secara berkala bagi karyawan lama;
2. Dilarang makan dan minum di area produksi;
3. Menjaga kebersihan kebersihan perseorangan/individu;
4. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular
lewat debu yang mengandung organisme patogen dengan cara
menutupi hidung dan mulut dengan tujuan untuk menghindari debu
respirabel (< 10 mikrometer);
5. Menggunakan sarung tangan yang menutupi sampai siku saat
menuangkan bahan baku;
6. Desinfeksi secara teratur terhadap lantai, dinding dan peralatan
produksi.

11
7. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak
satu kali setiap bulan;
8. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin;
9. Menggunakan alas kaki dan baju khusus dalam area produksi untuk
menghindari kontaminasi mikroorganisme dari luar;
10. Sebelum dan sesudah bekerja dalam area produksi diharuskan mencuci
tangan di air mengalir dan sabun;
11. Pengontrolan suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan
pendingin ruangan untuk menekan pertumbuhan dari mikroorganisme;
12. Melakukan pengolahan terhadap limbah produksi.

Faktor Kimia
Faktor kimia merupakan salah satu sumber bahaya potensial bagi pekerja.
Bahan kimia yang didefinisikan sebagai unsur kimia, senyawa, dan
campurannya yang bersifat alami maupun buatan (sintetis) selalu terdapat di
setiap proses industri.

1) Klasifikasi (berdasarkan bentuknya):


 Partikulat, yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang
mendispersi di udara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya
sehingga kecepatan jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagai
suspensi di udara. Bentuk ini memiliki ukuran 0.02-500µm. Yang
termasuk dalam bentuk partikulat diantaranya adalah debu, fume, kabut,
asap dan smog.

 Non Partikulat
- Gas adalah molekul dalam udara yang menempati ruang yang
tertutup dan dapat diubah menjadi cairan atau keadaan padat
dengan pengaruh dari gabungan kenaikan tekanan dan
pengurangan suhu.
- Uap adalah bentuk gas dari suatu bahan yang dalam keadaan
normal berbentuk padat atau cairan pada suhu dan tekanan ruang.

12
Uap dapat dirubah kembali menjadi padat atau cair dengan
menambah tekanan atau menurunkan suhu. Bahan-bahan yang
memiliki titik didih yang rendah lebih mudah menguap dari pada yang
memiliki titik didih yang tinggi.

2) Pengaruh Fisiologis dan Patologis Bahan Kimia:


 Bahan kimia iritatif adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi
atau menimbulkan bahaya apabila tubuh kontak dengan bahan kimia.
Bagian tubuh yang terkena biasanya kulit, mata, dan saluran
pernapasan.
- Iritasi melalui kulit  apabila terjadi kontak antara bahan kimia
tertentu dengan kulit, bahan itu akan merusak lapisan yang berfungsi
sebagai pelindung. Keadaan ini disebut dermatitis (peradangan
kulit).
- Iritasi melalui mata  kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia
dengan mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai
kerusakan permanen.
- Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia berupa
bercak-bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar
apabila terkena pada daerah saluran pernapasan bagian atas
(hidung dan kerongkongan).

 Bahan kimia bersifat asfiksian merupakan bahan kimia yang dapat


menyebabkan asfiksia, yaitu keadaan sesak napas dihubungkan
dengan gangguan proses oksigensi dalam jaringan tubuh, sehingga
menimbulkan sensasi tercekik dan dapat menyebabkan kematian.
Terdapat dua jenis asfiksia, yakni:
- Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini
berhubungan dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan
didominasi oleh gas seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane,
hydrogen atau helium yang kadar tertentu mempengaruhi
kelangsungan hidup.

13
- Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia).
Pada situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi
dan mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan
menggunakan zat asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida,
nitrogen, propan, argon, dan metana.

 Bahan kimia bersifat zat pembius dapat mehilangkan kesadaran dan


mati rasa. Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan
kimia tertentu seperti ethyl dan prophyl alcohol (aliphatic alcohol), dan
methylethyl keton (aliphatic keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan
isoprophyl ether, dapat menekan susunan syaraf pusat.
 Bahan kimia beracun/toksin merupakan bahan kimia yang dalam
kosentrasi relatif sedikit dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau
bahkan menyebabkan kematian. Manusia memiliki sistem yang
komplek. Keracunan sistemik dihubungkan dengan reaksi dari salah
satu sistem atau lebih dari tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang
mana reaksi ini merugikan dan dapat menyebar keseluruh tubuh.
Contoh bahan kimia toksin antara lain pestisida, benzene, dan sianida.
 Bahan kimia karsinogenik. Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa
menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali, menimbulkan
tumor (benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen. Tumor tersebut
mungkin baru muncul setelah beberapa tahun bevariasi antara 4 tahun
sampai 40 tahun. Bahan kimia seperti arsenic, asbestos, kromium, nikel
dapat menyebabkan kanker paru-paru.
 Bahan kimia fibrotic merupakan bahan kimia yang bila masuk ke dalam
tubuh dapat menyebabkan terbentuknya jaringan fibrotik, seperti
pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh mengendapnya partikel-partikel debu halus daerah
pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya reaksi dari jaringan paru
dan membentuk jaringan fibrotik. Contoh bahan-bahan yang
menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline silica, asbestos, talc,
batubara dan beryllium.

14
3) Pengukuran:
Untuk mengetahui kondisi real tentang kadar kontaminan kimiawi di tempat
kerja, maka perlu dilakukan pengukuran/pengujian terhadap faktor kimia
yang memapari tempat tersebut dengan cara pengambilan sample yang
selanjutnya akan dianalisa. Dalam melakukan pengukuran pada lingkungan
kerja diperlukan pengambilan sample yang dapat dilakukan secara terus
menerus dalam kurun waktu tertentu yang pada prinsipnya harus
representatif dalam 8 jam kerja. Metode yang digunakan antara lain Standar
Nasional Indonesia (SNI), NIOSH, AIHA, dan lain-lain. Beberapa instrument
analisis yang digunakan dalam pengujian faktor kimia adalah AAS untuk
analisis kadar logam, GC untuk kadar hidrokarbon, spectrophotometer
UV/Vis untuk analisis gas organic, dan X-Ray deffractometer.Nilai Ambang
Batas (NAB), diatur berdasarkan surat edaran Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan No.5 Tahun 2018 tentang NAB faktor kimia dan faktor fisik
di tempat kerja. Kategori nilai ambang batas:
 NAB rata-rata selama jam kerja
 NAB pemaparan singkat
 NAB tertinggi

4) Pengendalian:
Pengendalian potensi bahaya kimia dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti:
 Pemberian label dan simbol pada wadah
 Memiliki MSDS
 Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia
 Prinsip pengendalian bahan kimia di lungkungan kerja dilakukan dengan
tahapan sebaai berikut:
- Pengendalian secara teknis
a. Substitusi
b. Isolasi
c. Ventilasi (alamiah dan buatan)
- Pengendalian administrasi
a. Pemilihan bahan produksi potensi bahaya serendah mungkin

15
b. Labelling. Telah dijelaskan sebelumnya.
c. Penyimpanan bahan sesuai dengan kelompok sifat dan besar
potensi bahaya
d. Penanganan limbah dan sampah kimia secara khusus dan benar.
Dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya adalah
keputusan menteri tenaga kerja RI, No.Kep.187/MEN/1999.

Sanitasi Industri
Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga
kebersihan, Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri
dalam menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP). Sanitasi industri
meliputi:
1) Water supply: Suplai air dibagi menjadi dua berdasarkan penggunaannya,
yaitu:
 Domestik  untuk karyawan, makan, minum, dll
 Proses produksi
2) Pembuangan kotoran dan sampah: Sampah dibagi menjadi dua, yaitu:
 Domestik  berasal dari karyawan, bukan dari proses produksi
 Sampah industri  padat, cair
Sampah ini memerlukan manajemen khusus dalam
pengelolaannya.Sampah dapat diolah kembali untuk menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat ataupun sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi dan
dikembalikan ke alam sebagai bahan yang tidak berbahaya dan mudah
terurai.
3) Sanitasi makanan: Sanitasi makanan memegang peranan penting dalam
proses produksi. Sanitasi makanan berhubungan langsung kepada tenaga
kerja ataupun proses produksi dalam industri pangan. Sanitasi makanan
merupakan usaha pencegahan penyakit, dapat menjadi pertimbangan
ekonomi dalam penyediaan makanan dan merupakan pencegahan
penyakit yang efektif. Hal–hal yang diperhatikan dalam sanitasi makanan
adalah:
 Kebersihan makanan  penyediaan bahan makanan, pengolahan
makanan, pengangkutan bahan makanan dan penyajian makanan

16
 Kebersihan peralatan
 Kebersihan fasilitas
 Kantin dan ruang makan
 Keracunan makanan
4) Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden: Vektor adalah binatang
yang berperan dalam pemindahan penyakit dari sumbernya ke manusia.
Contoh-contoh vektor seperti tikus, lalat, nyamuk, kecoa, kutu dan lain-lain.
Masing-masing vektor membawa penyakit tertentu dan dapat mengenai
tenaga kerja.
5) Penyediaan fasilitas kebersihan: Fasilitas kebersihan merupakan hal
yang mutlak harus tersedia dalam industri. Memgang peranan penting
dalam proses produksi. Fasilitas kebersihan menjamin tenaga kerja untuk
menjalankan fungsi-fungsi biologis seperti buang air kecil, buang air besar,
makan, tempat ganti pakaian, dan lain-lain. Hal – hal yang termasuk fasilitas
kebersihan, yaitu:
 WC (kakus)
 Tempat cuci.
 Tempat mandi
 Tempat baju kerja (locker)
 Ruang makan dan kantin

Pengolahan Limbah
Limbah industri merupakan buangan yang keberadaannya di tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah industri tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu
yang memiliki nilai ekonomis berupa limbah yang dengan melakukan proses
lanjut akan memberi nilai tambah, serta limbah yang tidak mempunyai nilai
ekonomis berupa limbah yang diolah dalam bentuk proses apapun tidak dapat
memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat mempermudah sistem
pembuangan.
Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi sebaiknya
ditempatkan pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah berdasarkan
jenisnya serta apakah termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk limbah yang

17
bukan termasuk B3 perlu dipilah lagi apakah bisa didaur ulang atau bisa
langsung dibakar atau dikubur. Yang termasuk kedalam limbah B3 adalah
limbah industri yang mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya, dimana limah B3 tersebut merupakan bahan dalam jumlah sedikit
tetapi mempunyai potensi mencemari dan merusak lingkungan hidup dan
sumber daya. Secara umum, pengolahan limbah industri dapat dilakukan
melalui 3 proses, yaitu:
1) Proses pengolahan secara fisika:
 Sedimentasi,yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan
secara gravitasi.
 Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya, menggunakan
aliran udara yang dimasukkan kedalam sistim.
 Separasi minyak-air, yaitu dengan memisahkan bagian terbesar minyak
dari aliran limbah dengan menggunakan prinsip dasar perbedaan
spesifitas gravities anatara air dan minyak yang dibuang.
2) Proses pengolahan secara kimiawi:
 Koagulasi-presipitasi, yaitu pencampuran bahan kimia secara merata
menjadi gumpalan-gumpalan yang cukup besar.
 Netralisasi, yaitu proses untuk menurunkan sifat asam atau basa dalam
air.
3) Proses pengolahan secara biologi:
 Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah
kedalam reaktor concrete steel earthen tank dengan aliran konsentrasi
yang sangat tinggi.
 Aerobic attached growth process, yaitu proses mikroorganisme
dimasukkan kedalam beberapa media.
 Aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas dan
dangkal untuk mengolah air limbah dengan menggunakan proses alami
dengan melibatkan ganggang dan bakteri.
 Anaerobic lagoons, yaitu air limbah mentah bercampur dengan massa
microbial aktif dalam lapisan sludge.
Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu
yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya

18
dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah
bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani
pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang terbawah
bersamanya.

1) Mengontrol Emisi Gas Buang:


 Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon
monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui
beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil
pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter
basah (wet scrubber);
 Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada
pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi
partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk menghilangkan
materi partikulat;
 Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas
karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah
katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran;
 Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat
dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan
sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas
buang yang merupakan polutan.
2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan:
 Filter Udara
 Pengendap Siklon:
 Filter Basah:
 Pegendap Sistem Gravitasi:
 Pengendap Elektrostatik:

19
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 TANGGAL DAN WAKTU PENGAMATAN


Dilakukan pengamatan pada hari Kamis, 29 Agustus 2019, pukul 08.00 – 13.00
WIB oleh kelompok B1 (Higiene Industri).

2.2 LOKASI PENGAMATAN


Lokasi pengamatan adalah di PT. AJINOMOTO - Jl. Raya Mlirip, Mlirip, Jetis,
Mojokerto, Jawa Timur 61352

20
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMECAHAN MASALAH

Pengamatan dilakukan di PT. AJINOMOTO tepatnya pada lokasi pabrik di


Mojokerto, Jawa Timur :

3.1 FAKTOR FISIK


1) Bising
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dan informasi yang
didapatkan dari narasumber PT. Ajinomoto Indonesia, jenis kebisingan dari
mesin-mesin produksi adalah kebisingan yang kontinu, terutama mesin
packaging. Didapatkan nilai ambang batas pada ruang packaging yaitu diatas
85 dB yang mana lebih dari nilai ambang batas yang diperkenankan pada UU
no.5 tahun 2018, yaitu 80 dB. Namun hal tersebut sudah ditanggulangi oleh
pihak perusahan, yang mana mengharuskan tenaga kerjanya menggunakan
earmuff agar terhindari dari penyakit akibat kerja mengingat shift kerja para
tenaga kerja yaitu 7 jam kerja dan 1 jam istirahat. Berdasarkan informasi yang
didapat dari narasumber pula, pihak perusahaan sudah melakukan
pengukuran untuk intensitas kebisingan di lingkungan kerja sesuai dengan
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.5 Tahun 2018 tentang Nilai Ambang
Batas faktor fisika di tempat kerja setiap 6 bulan sekali.
2) Pencahayaan
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, penerangan di tempat
kerja di PT. Ajinomoto Indonesia menggunakan sumber pencahayaan buatan
berupa lampu neon dan tidak menggunakan sumber cahaya matahari. Dari
informasi yang diperoleh dari narasumber, penerangan yang ada di ruangan
lebih dari 100 Lux yang mana sesuai dengan pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar secara terus menerus. Pengukuran rutin juga selalu dilakukan
terhadap intensitas pencahayaan tiap 6 bulan atau lebih sering pada area kerja
tertentu, yang mengacu kepada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.5
Tahun 2018 tentang Penerangan dalam Tempat Kerja. Menurut pengamatan
yang kami lakukan di tempat kerja secara langsung, para pekerja tidak tampak
mengalami gangguan dalam hal pencahayaan / penerangan di tempat kerja
mereka.
21
3) Getaran
Beberapa alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan
di proses produksi di PT. Ajinomoto Indonesia berpotensi menimbulkan getaran
di dalam penggunaannya oleh para pekerja, seperti pada ruangan packaging
dan ruangan pemisahan antara tulang dengan daging ayam. Alat-alat ini
berpotensi menimbulkan getaran model vibrasi segmental, yang mana dapat
memapari tubuh pekerja terutama tangan, mengingat para pekerja
mengoperasikannya secara manual. Tidak ada data dari narasumber
mengenai berapa besar frekuensi getaran alat tersebut. Dari pengamatan
secara langsung, para pekerja tidak mengalami masalah dengan getaran yang
ditimbulkan oleh alat-alat tersebut.
4) Iklim Kerja
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, hanya sedikit pekerja
yang terpapar oleh sinar matahari secara langsung. Rata-rata suhu ruangan
23-26oC sesuai dengan nilai standar Permenaker No.5 Tahun 2018. Namun
pada proses sortir, suhu ruangan mencapai 22-23oC dan sebisa mungkin
dipertahankan dibawah 28 oC. Karena suhu ruangan lebih rendah dari standar
maka pekerja dilengkapi dengan baju pelindung yang tertutup dari ujung kepala
hingga ujung kaki untuk menjaga suhu tubuh.
5) Radiasi
Dari wawancara dengan narasumber, tidak terdapat sumber radiasi baik
yang mengion maupun yang tidak mengion yang ada di tempat kerja.

3.2 FAKTOR KIMIA


 Bahan berbahaya dan beracun
Dari hasil pengamatan, tidak ditemukan bahan berbahaya dan beracun pada
proses produksi
 Bahan bahan kimia
Dalam proses produksinya bahan-bahan kimia di PT. Ajinomoto tidak begitu
menonjol, karena sebagian besar menggunakan bahan baku produksi yaitu
daging ayam, daging sapi, tebu dan rempah-rempah. Hasil bahan kimia yang
didapatkan berupa monosodium glutamat, didapatkan dari hasil fermentasi
tebu.

22
3.3 FAKTOR BIOLOGI
Ketika melakukan pengamatan di PT. Ajinomoto Indonesia faktor biologi
ditemukan pada proses produksi hingga packing. Terutama pada proses produksi
CEMP dan BEMP, karena kondisi lingkungan saat pengolahan bahan mentah
daging ayam dan daging sapi cukup terbuka sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi.
Upaya pengendalian faktor biologi telah dilakukan dengan baik. Salah
satunya seperti mensterilkan alat produksi setiap kali selesai pakai, Melakukan
pencucian ulang terhadap bahan mentah (ayam dan daging sapi) selama 5 menit,
memproses bahan mentah tersebut di dalam autoclave selama kurang lebih 2
sampai 3 jam dalam suhu 110 oC. Kemudian dilakukan pemisahan daging dengan
tulang yang dilakukan secara manual oleh tenaga kerja yang menggunakan
sarung tangan steril.
Setelah itu, daging yang telah dipilah digiling dan masuk ke proses
pengeringan dengan belt dryer dalam suhu 90 oC. Pihak perusahan meregulasi
ketat agar tidak ada pekerja yang makan/ minum di area produksi, menyediakan
kantin khusus untuk pegawai, menggunakan pelindung kepala yang disertai
dengan penutup hidung dan mulut yang juga dilengkapi dengan ear muff, serta
baju dan alas kaki khusus di area produksi. Selain itu pihak pabrik melakukan
pengawasan dan evaluasi terhadap upaya pengendalian faktor biologi secara
berkala setidaknya 6 bulan sekali.

3.4 KEBERSIHAN
Secara umum kebersihan Perusahaan Ajinomoto sudah baik. Pihak
perusahaan PT. Ajinomoto telah meminimalisir penggunaan plastik. Perusahaan
sudah memiliki petugas kebersihan yang khusus di setiap Pabrik. Tempat sampah
juga sudah tersedia di setiap gedung dengan pemisahan jenis sampah dalam 4
jenis yang dibedakan sesuai warna, dan diambil setiap pagi.
Di lingkungan perusahaan sudah tersedia smoking area yang telah
dilengkapi tempat membuang puntung dan abu rokok sehingga kebersihan
lingkungan tetap terjaga. Kebersihan halaman dan jalanan terjaga bersih dan baik.
Kondisi ruangan secara umum bersih dan tertata rapi. Sepatu, sandal dan barang
milik karyawan tertata rapi dan tersimpan di masing-masing loker. Untuk tamu
23
perusahaan, juga disediakan sandal indoor untuk tetap menjaga kebersihan
wilayah produksi. Tangga dan lantai tidak terdapat ceceran air, oli dan tidak licin.
Penyediaan air untuk WC dan tempat cuci tangan sudah baik. Sumber air
untuk karyawan berasal dari air sumur bor di Pabrik. Makanan untuk seluruh
karyawan di produksi langsung oleh pihak kantin yang sudah kompeten sehingga
terjamin kebersihan makanannya.

3.5 PETUGAS HIGIENE INDUSTRI


Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, terdapat peraturan yang
mengharuskan bagi seluruh tenaga kerja untuk melakukan cuci tangan,
penggunaan sarung tangan dan masker. Selain itu, terdapat tenaga kebersihan
(cleaning sevice) yang bekerja sama dengan PT ISS pada bagian kebersihan.
Menurut narasumber untuk membersihkan lingkungan ditempat kerja tiap
departemen selain dilakukan oleh tim tenaga kebersihan, juga dilakukan secara
bersama-sama oleh seluruh pegawai setelah selesai mengerjakan tugas masing-
masing.

3.6 PENGOLAHAN LIMBAH


Limbah utama PT. Ajinomoto Indonesia berasal dari sisa pengolahan
CEMP (Chicken Extract Meat Powder) dan BEMP (Beef Extract Meat Powder)
yang merupakan bahan baku untuk membuat Masako, Sajiku dll. Daging ayam
yang digunakan telah dibekukan, dikuliti dan dibuang jeroannya sebanyak 12 ton
perharinya yang didapat dari supplier lokal. Sedangkan daging sapi dipasok
sebanyak 3,5 ton per harinya yang didapat baik dari supplier lokal maupun dari
luar negeri tepatnya di Australia. Setelah melewati beberapa proses seperti
pemisahan tulang dan lemak sampai proses pengeringan, banyak residu yang
tidak terpakai, sehingga hal ini membutuhkan pengolahan limbah terpadu sebelum
dibuang.
Namun hal ini dimanfaatkan secara cerdas dari pihak pabrik itu sendiri
dengan cara mengumpulkan berbagai limbah produksi sisa ayam dan sapi serta
sisa makanan dari kantin pabrik, yang kemudian diolah kembali menjadi pupuk
tanaman dan pakan ternak. Pakan ternak ini dinamakan Tritan dan oleh pihak
pabrik ditransfer lagi ke supplier material sehingga konsumennya yaitu supplier
material itu sendiri.
24
Selain itu dalam pembuatan MSG juga menghasilkan limbah cairan, yang
lalu diolah kembali menjadi pupuk cair Amina. Dari pupuk cair inilah yang
digunakan untuk penanaman tebu yang pada akhirnya akan menghasilkan tetes
tebu sebagai bahan dasar dari pembuatan penyedap rasa Ajinomoto itu sendiri.
Sementara air sisa pengolahan tebu diolah lebih lanjut lagi sehingga tidak
berbahaya untuk lingkungan yang mana dapat langsung dialirkan ke sungai.

3.7 TABEL RINGKASAN PERMASALAHAN


Faktor Masalah yang Dasar Hukum Pemecahan Masalah
dihadapi
Fisik Suhu ruangan Peraturan Menteri Menyediakan penyejuk
terlalu tinggi Ketenagakerjaan ruangan di tempat
No.5 Tahun 2018 kerja yang panas yang
sesuai dengan rasio
ruangan dan jumlah
orang yang berada di
ruangan tersebut
Menyediakan exhaust
fan untuk menjaga
sistem sirkulasi di tiap
tahapan produksi
Menjaga kebersihan
exhaust fan untuk
menjaga sistem
sirkulasi di ruang kerja

Kebisingan >85 UU No. 1 Tahun • Rekayasa


dB 1970 tentang teknik
Keselamatan (maintenance
Kerja mesin/alat)
• Rotasi
• Pembatasan
jam kerja

25
• Medical check
up
• menyediakan
dan mewajibkan
penggunaan
APD
• pengawasan
kedisiplinan
penggunaan
APD
Vibrasi yang UU No. 1 tahun • rotasi operator
berasal dari mesin 1970 tentang • pemasangan
penyedot garam Keselamatan peredam di
Kerja ruangan
Biologi kondisi Peraturan - Mensterilkan alat
lingkungan saat Presiden Republik produksi
pengolahan dari Indonesia No. 7 - Melakukan
bahan ayam dan tahun 2019 pencucian ulang
daging sapi tentang Penyakit terhadap bahan
mentah cukup Akibat Kerja mentah (ayam
terbuka sehingga dan daging sapi)
memungkinkan - memproses bahan
terjadinya mentah tersebut
kontaminasi dalam autoclave
dengan suhu
110 ◦C selama
3,5 jam dan juga
dengan melalui
proses
pengeringan
dengan belt dryer

26
Kemungkinan - Menyeleksi bahan
kontaminasi ayam dan daging
mikroorganisme sapi secara visual
dari berbagai - Serta melakukan
sumber (pekerja, pengecekan
kebersihan alat terhadap sertifikat
dan Halal MUI dan
lingkungan,dll) sertifikat bebas flu
pada bahan untuk burung dan antrax
menjamin yang dimiliki oleh
keamanan produk pihak supplier.
pangan - Dilakukan
pengambilan
sampel masing-
masing bahan
untuk diperiksa di
laboratorium untuk
menghindari
pemakaian bahan
yang
terkontaminasi.
- Pihak pabrik
melakukan
administrasi
kontrol seperti
administrasi
kesehatan awal
karyawan baru,
pemeriksaaan
kesehatan secara
berkala bagi
karyawan lama.

27
- Tidak ada pekerja
yang makan/
minum di area
produksi. Pihak
pabrik telah
menyediakan
kantin khusus
untuk pegawai.
- Pekerja
menggunakan
pelindung kepala
yang disertai
dengan penutup
hidung dan mulut
yang juga
dilengkapi dengan
ear muff, serta
baju dan alas kaki
khusus di area
produksi.
- Sudah tersedia
tempat untuk cuci
tangan bagi
pekerja dilengkapi
dengan sabun
- Pihak pabrik telah
tersertifikasi ISO
22000 : 2005 yang
salah satunya
berisi aturan
bahwa petugas
dilarang
membuang ludah

28
sembarangan.
Wajib membuang
ludah di kamar
mandi.
- Untuk
pembuangan
sampah telah
disediakan tempat
sampah sesuai
dengan
klasifikasinya
(Kaleng/besi,
Gelas kaca,
Kertas/daun/kayu,
Plastik/karet/kain).
Tempat sampah
tersedia di
berbagai sudut
pabrik.
- Kondisi lantai dan
dinding pada
tempat produksi
maupun packing
bersih dan telah di
desinfeksi.
- Alat pendingin
selalu dibersihkan
dan di steril setiap
setelah dipakai.
Kimia AsamSulfat Permenakertrans - Pengecekan
(H2SO4) RI No. Kep. tangki dan
Potensi terjadinya 187/MEN/1999 saluran bahan
kebocoran dari kimia

29
tangki atau pipa berbahaya
saluran baik di setiap akhir
plant maupun di shift
jalan dalam pabrik - Mengadakan
simulasi
penanganan
kecelakaan
akibat bahan
kimia
berbahaya bagi
seluruh
karyawan
- Memberikan
perlindungan
tambahan bagi
pipa saluran
yang terletak di
pedestrian atau
di jalan
Kebersihan Kontaminasi dari Peraturan Menteri Karyawan
Umum lingkungan luar Ketenagakerjaan menggunakan pakaian
yang dibawa oleh No.5 Tahun 2018 dan sepatu khusus
pegawai terhadap yang disiapkan pabrik.
bahan produksi. Pakaian tersebut tidak
diperkenankan untuk
dibawa pulang. Selain
itu tersedia laundry
khusu s untuk
pakainan tersebut.
Serta menggunakan
APD yang telah
disediakan oleh pihak
pabrik.

30
WC yang ada di Peraturan Menteri WC harus
Perusahaan Ketenagakerjaan ditambahkan sesuai
masih kurang dan No.5 Tahun 2018 dengan jumlah
tidak ada karyawan yaitu setiap
pemisahan antara 100 karyawan 6 WC
WC pria dan dan memisahkan
wanita sehingga antara WC pria dan
privacy kurang wanita.
terjaga.
Sumber air untuk Peraturan Menteri Pihak Perusahaan
produksi dan untu Ketenagakerjaan menyediakan filter air
karyawan baik No.5 Tahun 2018 dan melakukan
WC dan pengecekan rutin air
kebutuhan masak oleh quality control.
di kantin adalah
dari sumur bor di
sekitar
perusahaan.
Pengelolaan Tidak ada UU No. 23 Tahun Pengelolaan limbah
Limbah masalah 2009 tentang PT Ajinomoto sudah
lingkungan hidup sangatlah baik dan
sesuai standart dalam
pengelolaan limbah.

31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
PT. Ajinomoto Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam produksi
bumbu masak untuk konsumsi dalam negeri yang tahun ini genap berusia 50 tahun.
Selama ini mereka terus meningkatkan kinerja dan pencapaian yang ditunjukkan dari
sertifikasi yang mereka peroleh terutama dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). Secara umum, penatalaksanaan sistem K3 di PT Ajinomoto dari penilaian
higiene industri sudah berjalan dengan sangat baik. Terlihat dari para tenaga kerja
yang sudah menerapkan cuci tangan sebelum melakukan pekerjaan, menggunakan
APD setiap melakukan pekerjaan setiap departemen, dan P2K3 yang sudah sangat
terorganisasi dengan baik. Serta para pekerja yang telah diwajibkan dengan
kesadaran akan adanya faktor bahaya di tempat kerja. Paparan hazard seperti bising,
listrik, getaran, pencahayaan, iklim, suhu dan debu merupakan faktor bahaya dalam
tempat kerja ditemukan dalam jumlah yang minim.
Pada dasarnya Keselamatan dan Kesehatan (K3) merupakan suatu keilmuan
multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi
lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, serta
melindungi tenaga kerja terhadap risiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta
mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja. Tingkat sanitasi dan
higiene yang tinggi sudah diterapkan pada setiap departemen melalui program
sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu serta kerjasama dengan PT. ISS
untuk bagian petugas kebersihannya.

5.2 . SARAN
1) Membuat media dan sarana promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di tempat yang sering dilalui para tenaga kerja agar lebih waspada
mengenai hal tersebut.
2) Memberi penyuluhan berkala tentang Sistem Kesehatan dan Keselamatan
Kerja terutama terkait lima faktor (fisik, kimia, biologi, sanitasi dan
pengolahan limbah) yang dibahas diatas kepada tenaga kerja mengenai
pemaparan faktor tersebut dan dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan.
32
3) Memberi pelatihan rutin terhadap kondisi kecelakaan ataupun bahaya yang
mungkin terjadi di lingkungan kerja.

33
BAB V
PENUTUP

Demikian laporan kunjungan perusahaan mengenai higiene industri di PT


Ajinomoto ini kami buat. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan, baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat keterbatasan
informasi yang kami miliki. Semoga apa yang ada di dalam laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya pada umumnya dan PT Ajinomoto khususnya agar
mempertahankan dan menambah kualitas higiene industri di lingkungan kerjanya
sehingga dapat menjamin kesehatan dan keselamatan para pekerjanya dan
meningkatkan produktivitas perusahaan.

34

Anda mungkin juga menyukai