Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“FAKTOR FISIK DALAM KESEHATAN KERJA (BAU-BAUAN/


AROMA)”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


ANGGOTA :
1. NUR’AINI ISTIQOMAH (P1337425119058)
2. DIFFA SHAFIRA TASYA R. (P1337425119063)
3. RAZYTA ROSA IRSALINA (P1337425119069)
4. MELINA RISDIANA (P1337425119074)
5. MAULIDA ZALZABILLA NUR B. (P1337425119078)
6. INGGIL PUPUT FIDIARTI (P1337425119083)
7. SEMBERIZA RATU R. (P1337425119084)
8. FEBBY LORENSY (P1337425119095)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah
Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan judul “Faktor Fisik dalam Kesehatan Kerja
( Bau- Bauan / Aroma)”.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Semarang, 9 Oktober 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tenaga kerja merupakan modal utama dalam pengembangan usaha,


sehingga mereka harus mendapatkan perlindungan keselamatan kerja dari
perusahaan. Selain itu, untuk menunjang terciptanya suasana dan lingkungan
pekerjaan yang aman dan sehat, perusahaan harus melaksanakan beberapa
program untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap tempat kerja selalu
mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan
tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi
bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Lingkungan kerja beserta semua faktor-faktornya dapat merugikan
kesehatan pekerja apabila tidak dikelolah dengan baik. Penyakit akibat kerja
timbul karena pekerja terpapar pada lingkungan kerja yang mengandung
bermacam-macam bahaya kesehatan baik yang bersifat kimia, fisik, biologi,
fisiologi dan mental psikologi.
Bahaya tidak hanya berhenti pada satu tempat saja, bahaya akan
muncul dimana dan kapan saja. Identifikasi bahaya, pemeliharaan dan
pemantauan terhadap lingkungan/kesehatan kerja harus dilaksanakan secara
terus-menerus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja merupakan satu
kesatuan yang saling berkaitan, sehingga dalam prakteknya, ketiga komponen
tersebut harus sinergi dan terpadu.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang faktor fisik kesehatan
kerja khususnya faktor bau-bauan atau aroma.
2. Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan kesehatan kerja kepada tenaga
kerja dengan benar.
BAB II

ISI

A. Pengertian Bau – Bauan

Pengertian bau- bauan yang berkaitan dengan kesehatan kerja adalah


bau – bauan atau aroma yang tidak enak dalam lingkungan kerja dan
mengganggu kenyamanan kerja. Selanjutnya bau – batuan ini dapat
mengganggu lesehan dan produktivitas kerja. Bau – bauan sebenarnya
merupakan jenis pencemaran udara, yang tidak hanya mengganggu
penciuman tetapi juga dari segi hygiene pada umumnya.
Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan derajat
gangguan kesehatan belum ada, sehingga penentuannya masih bersifat
subjektif. Hal ini disebabkan karena seseorang Yang mencium bau tercium
dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa
mencium bau aneh tersebut, maka akhirnya menjadi terbiasa dan tidak
mencium bau yang aneh tersebut. Orang yang bekerja di lingkungan yang
berbau bensin atau oli, mula-mula merasakan bau tersebut, tetapi lama
kelamaan tidak akan merasakan bau tersebut, meskipun bau tersebut tetap
di lingkungan kerja itu. Hal ini disebut penyesuaian penciuman.
Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam lingkungan kerja,
perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan penciuman
apabila indra penciuman menjadi kurang peka setelah dirangsang Oleh bau-
bauan secara terus menerus, seperti contoh pekerja tersebut diatas.
Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu
mencium kadar bau yang normal, setelah mencium kadar bau yang lebih
besar. Misalnya orang tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang
kuat dari bangkai binatang.
Ketajaman penciuman seseorang di pengaruhi oleh faktor psikologis
sewaktu-waktu,misalnya emosi,tegangan,ingatan,dan sebagainya. Orang
yang sedang mengalami ketegangan fisiologis atau stres, ia tidak dapat
mencium bau-bauan yang aneh, yang dapat dicium oleh orang yang tidak
dalam keadaan tega. Disamping itu penciuman juga dapat dipengaruhi oleh
kelembaban udara. Pada kelembaban antara 40-70% tidak mempengaruhi
penciuman, tetapi dibawah atau diatas kelembaban itu dapat mempengaruhi
penciuman.
Pengendalian bau-bauan di lingkungan kerja dapat dilakukan antara
lain :
1. Pembakaran terhaap sumber bau-bauan,misalnya pembakaran
butil alkohol menjadi butarat dan asam butarat.
2. Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonis di antara
zat-zat yang berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau
masing-masing. Misalnya : bau karet dapat ditutupi atau ditiadakan
dengan parafin.
3. Aborsi (penyerapan) misalnya : penggunaan air dapat menyerap
bau-bauan yang tidak enak.
4. Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk
mengubah zat yang berbau menjadi netral ( tidak berbau ).
Misalnya: menggunakan pengharum ruangan.
5. Alat pendingin ruangan (air conditioning), disamping untuk
menyejukkan ruangan, juga sebagai cara deodorisasi
(menghilangkan bau-bauan yang tidak enak) di tempat kerja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bau-bauan yang terdapat
di lingkungan kerja dapat mengganggu aktivitas dan kenyamanan dari
para pekerja tersebut juga bagi masyarakat di sekitar lingkungan kerja
tersebut. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan kesadaran untuk bisa
menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat sehingga semua
masyarakat maupun pekerja akan merasa nyaman dalam beraktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

https://febriandhy.blogspot.com/2015/03/k3-faktor-bahaya-lingkungan-
kerja.html
http://www.geocities.ws/klinikikm/kesehatan-kerja/faktor-fisik.htm

Anda mungkin juga menyukai