Anda di halaman 1dari 21

PENCEGAHAN PENYAKIT DALAM BEKERJA

(makalah)

Disusun oleh :

Aditya hariadi

Chandika shalsa billa

Lifia safira

SMK NEGERI 1 PANGKALPINANG

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pencegahan Penyakit dalam Bekerja tepat
waktu.
Makalah Pencegahan Penyakit dalam Bekerja disusun guna memenuhi tugas dari ibu
pada mata pelajaran Etika profesi di SMKN 1 Pangkalpinang. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu selaku guru mata
pelajaran Etika Profesi. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Kami juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................................................2

Daftar isi.......................................................................................................................................3

Bab 1 pendahuluan..................................................................................................................4

a. Latar belakang makalah............................................................................................4


b. Tujuan penulisan.........................................................................................................5

Bab 2
pembahasan...................................................................................................................6

a. Bahaya di tempat kerja.............................................................................................6


b. Penanggulangan penyakit akibat kerja...........................................................11
c. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.............................12
d. Pertolongan pertama pada pekerjaan (P3K)................................................17

Bab 3 penutup.........................................................................................................................20

a. Kesimpulan..................................................................................................................20
b. Saran...............................................................................................................................20

Daftar
pustaka.........................................................................................................................21

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja (faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, faktor
fisiologis atau ergonomis, faktor psikologis).

Kondisi keselamatan pekerja sangat dibutuhkan dalam memajukan perusahaan. Terkait


hal tersebut perhatian perusahaan sangat diperlukan, disamping hal itu pemerintah
juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan keselamatan dan
pencegahan penyakit pada pekerja. Faktor pencegahan penyakit dan keselamatan kerja
penting karena mempengaruhi kinerja karyawan dan juga kinerja perusahaan .

Biasanya penyebab terjadinya adalah kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai karena banyak pekerja yang meremehkan
risiko kerja sehingga tidak menggunakan alat alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dampak yang ditimbulkan terdapat dampak jangka panjang dan dampak jangka pendek,
dampak jangka panjang disebabkan oleh faktor manusia, material, peralatan,
lingkungan dan proses, sedangkan dampak jangka panjang meliputi golongan kimia,
golongan fisik, golongan biologis, golongan psikologis, golongan fisiologis,dan golongan
psikososial. Salah satu yang dapat meminimalisir kecelakaan kerja dan bisa melakukan
pencegahan penyakit adalah tenaga kesehatan.

Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk mengani korban dalam kecelakaan


kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari
pentingnya keselamatan kerja dan pencegahan penyakit. Prinsip penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja meliputi kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja, perencaan memuat tujuan , sasaran, dan indicator kinerja, kesehatan
dan kesehatan kerja

Selain dari tenaga kesehatan pencegahan penyakit dan keselamatan kerja juga harus
mempunyai P3K di tempat kerja.P3K di tempat kerja adalah upaya memberikan
pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada pekerja yang berada di tempat
kerja, yang mengalami cedera di tempat kerja. Tujuan P3K adalah memberikan
perawatan darurat pada korban dan mencarikan pertolongsn lebih lanjut .

4
B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui bahaya ditempat kerja

2. Untuk mengetahui penanggulangan penyakit akibat kerja

3. Untuk mengetahui sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

4. Untuk mengetahui pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) ditempat kerja

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Bahaya ditempat kerja


1. Bahaya yang mengakibatkan dampak langsung

Kategori ini berkaitan dengan masalah atau kejadian yang memiliki potensi menyebabkan
cidera dengan segera. Cidera tersebut biasanya disebabkan oleh kecelakaan kerja. Ini
biasanya terjadi ketika risiko yang tidak dikendalikan dengan baik. Saat prosedur kerja
aman tidak tersedia atau sebaliknya tetapi tidak diikuti. Faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap penyebab kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi lima kategori:

a. Faktor manusia

Potensi bahaya yang berasal dari tindakan manusia. Karena kurang primanya
kondisi kesehatannya, baik fisik maupun psikis. Contohnya seorang pekerja
konstruksi gedung memaksakan diri untuk bekerja walaupun kondisi tubuhnya
sedang sakit, karna si pekerja lagi sakit alhasil si pekerja tersebut tidak fokus dan
terjatuh.

b. Faktor matrial

Resiko ledakan, kebakaran, dan trauma paparan tak terduga zat yang sangat
beracun. Contohnya rektor nuklir, pekerja disitu harus menggunakan APD
supaya tidak terkena radiasi dari material nuklir yang bersifat radioaktif.

c. Faktor peralatan

Potensi bahaya yang berasal dari peralatan kerja yang digunakan. Contohnya
sebuah alat berat jatuh menimpa seorang pekerja yang mengakibatkan pekerja
tersebut patah tulang, otomatis pekerja tersebut tidak bisa bekerja. Dampak dari
pekerja yang lumpuh tadi membuat pekerjaan proyek jadi tertunda, secarara
tidak langsung komando harus mencari pengganti yang tidak bisa bekerja tadi.

d. Faktor lingkungan

Potensi bahaya yang berasal dari dalam lingkungan. Biasanya faktor ini lebih ke
pencahayaan, suhu, udara, cuaca, dll. Contohnya ruang kerja yang harus terdapat
pencahayaan yang cukup, supaya orang disekitar merasa nyaman saat bekrja.
Jika didalam ruangan tertutup harus terdapat fentilasi, supaya ruanggannya
tidak lembab.

e. Faktor proses

6
Potensi yang berasal dari proses kerja. Contohnya kegiatan peleburan besi yang
menggunakan mesin dengan suhu 1535˚C akibatnya pekerja disekitar akan
kerigetan jadinya dehidrasi.

2. BAHAYA YANG MENGAKIBATKAN DAMPAK JANGKA PANJANG


Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan sesuatu yang dapat
menyebabkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi pajanan (“exposure”) yang
berlebihan. Bahaya kesehatan dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh
pajanan suatu sumber bahaya di tempat kerja. Potensi bahaya kesehatan yang biasa di
tempat kerja berasal dari lingkungan kerja antara lain:
a. Potensi bahaya golongan kimia

Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan kimia yang   
memiliki    sifat    beracun    dapat    memasuki    aliran    darah    dan menyebabkan
kerusakan  pada  sistem  tubuh  dan  organ  lainnya.     Bahan kimia        berbahaya      
dapat        berbentuk       padat,        cairan,       uap, gas, debu, asap atau kabut dan dapat
masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara lain:

- Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun


dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat menghirup sekitar
lima liter udara per menit yang mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa
zat, seperti fiber/serat, dapat langsung melukai paru- paru. Lainnya diserap ke
dalam aliran darah dan mengalir ke bagian lain dari tubuh.
- Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan
yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan di
lingkungan yang terkontaminasi. Zat di udara juga dapat tertelan saat dihirup,
karena bercampur dengan lendir dari mulut, hidung atau tenggoroka Zat  beracun
mengikuti  rute  yang  sama  sebagai  makanan bergerak melalui usus menuju
perut.
- Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif: Beberapa di antaranya adalah zat
melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melalui tangan dan  waja
Kadang-kadang,  zat-zat  juga  masuk  melalui  luka dan lecet atau suntikan
(misalnya kecelakaan medis).

Guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di lingkungan kerja akibat
bahaya faktor kimia maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan kerja secara
teknis sehingga kadar bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja tidak melampaui
nilai ambang batas (NAB).

b. Potensi bahaya golongan fisika

Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain
kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu.
Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau
produk samping yang tidak diinginkan.

7
- Kebisingan

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat me- nimbulkan
gangguan pendengaran. Suara keras, berlebihan atau berkepanjangan dapat merusak
jaringan saraf sensitif di telinga, menyebabkan kehilangan pendengaran sementara atau
permanen. Hal ini sering diabaikan sebagai masalah kesehatan, tapi itu adalah salah satu
bahaya fisik utama. Batasan pajanan terhadap kebisingan ditetapkan nilai ambang batas
sebesar 85 dB selama 8 jam sehari.

- Penerangan

Penerangan di setiap tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan


pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk peningkatan kualitas dan
produktivitas. Sebagai contoh, pekerjaan perakitan benda kecil membutuhkan
tingkat penerangan lebih tinggi, misalnya mengemas kotak.

- Getaran

Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating), memantul ke atas dan


ke bawah atau ke belakang dan ke depan. Gerakan tersebut terjadi secara
teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukannya. Hal
tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap semua atau sebagian dari tubuh.

- Iklim kerja

Ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal,  keadaan ini memperlambat
pekerjaan. Ini adalah respon alami dan fisiologis dan merupakan salah satu alasan
mengapa sangat penting untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan
kelembaban ditempat kerja. 

- Radiasi

Radiasi gelombang elektromagnetik yang berasal dari radiasi tidak mengion antara
lain gelombang mikro dan sinar ultra ungu (ultra violet). Radiasi sinar ultra ungu
berasal dari sinar matahari, las listrik, laboratorium yang menggunakan lampu
penghasil sinar ultra violet. Panjang felombang sinar ultra violet berkisar 1 – 40 nm.
Radiasi ini dapat berdampak pada kulit dan mata.

c. Potensi bahaya golongan biologis

Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti pekerja di
pertanian, perkebunan dan kehutanan termasuk di dalam perkantoran yaitu indoor air
quality, banyak menghadapi berbagai penyakit yang disebabkan virus, bakteri atau hasil

8
dari pertanian, misalnya tabakosis pada pekerja yang mengerjakan tembakau, bagasosis
pada pekerja – pekerja yang menghirup debu-debu organic misalnya pada pekerja
gandum (aspergillus) dan di pabrik gula,. Penyakit paru oleh jamur sering terjadi pada
pekerja yang menghirup debu organik, misalnya pernah dilaporkan dalam kepustakaan
tentang aspergilus paru pada pekerja gandum. Demikian juga “grain asma”
sporotrichosis adalah salah satu contoh penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh
jamur.  Penyakit jamur kuku sering diderita para pekerja yang tempat kerjanya lembab
dan basah atau bila mereka terlalu banyak merendam tangan atau kaki di air seperti
pencuci. Agak berbeda dari faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja lainnya, faktor
biologis dapat menular dari seorang pekerja ke pekerja lainnya. Usaha yang lain harus
pula ditempuh cara pencegahan penyakit menular, antara lain imunisasi dengan
pemberian vaksinasi atau suntikan, mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja di
Indonesia sebagai usaha kesehatan biasa. Imunisasi tersebut berupa imunisasi dengan
vaksin cacar terhadap variola, dan dengan suntikan terhadap kolera, tipus dan para
tipus perut. Bila memungkinkan diadakan pula imunisasi terhadap TBC dengan BCG
yang diberikan kepada pekerja-pekerja dan keluarganya yang reaksinya terhadap uji
Mantaoux negatif, imunisasi terhadap difteri, tetanus, batuk rejan dari keluarga-
keluarga pekerja sesuai dengan usaha kesehatan anak-anak dan keluarganya, sedangkan
di Negara yang maju diberikan pula imunisasi dengan virus influenza.

d. Bahaya faktor ergonomi

Prinsip ergonomi adalah mencocokan pekerjaan untuk pekerja. Ini berarti mengatur


pekerjaan dan area kerja untuk disesuaikan dengan kebutuhan pekerja, bukan
mengharapkan pekerja untuk menyesuaikan diri. Desain ergonomis yang efektif
menyediakan workstation, peralatan dan perlengkapan yang nyaman dan efisien bagi
pekerja untuk digunakan.  Hal ini juga menciptakan lingkungan kerja yang sehat, karena
mengatur proses kerja untuk mengendalikan atau menghilangkan potensi bahaya.
Tenaga kerja akan memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya. Cara bekerja harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang berlebihan atau gangguan kesehatan
yang lain.

Risiko potensi bahaya ergonomi akan meningkat:

- dengan tugas monoton, berulang atau kecepatan tinggi


- dengan postur tidak netral atau canggung
- bila terdapat pendukung yang kurang sesuai
- bila kurang istirahat yang cukup.

3. BAHAYA LISTRIK

Bahaya listrik dapat disebabkan kepada setiap orang yang tersengat aliran listrik baik
secara langsung ataupun tidak. Peralatan listrik yang rusak juga dapat menyebabkan
kebakaran yang akan menimbulkan kerugian pada pabrik, peralatan dan properti, hingga
kerugian pada karyawan. Perusahaan dengan penggunaan tegangan listrik lebih dari 50 volt

9
AC atau 120 volt DC sudah masuk kategori berbahaya dan harus memiliki cara untuk
mengendalikan risiko dari bahaya listrik yg ada.

Beberapa penyebabnya antara lain :

- Kabel atau hantaran pada instalasi listrik terbuka dan apabila tersentuh akan
menimbulkan bahaya kejut.
- Jaringan dengan hantaran telanjang
- Peralatan listrik yang rusak
- Kebocoran lsitrik pada peralatan listrik dengan rangka dari logam, apabila terjadi
kebocoran arus dapat menimbulkan tegangan pada rangka atau body
- Peralatan atau hubungan listrik yang dibiarkan terbuka
- Penggantian kawat sekring yang tidak sesuai dengan kapasitasnya sehingga dapat
menimbulkan bahaya kebakaran
- Penyambungan peralatan listrik pada kotak kontak (stop kontak) dengan kontak tusuk
lebih dari satu (bertumpuk).

Beberapa pencegahannya antara lain :

- Jangan menumpuk stop kontak pada satu sumber listrik.


- Gunakan pemutus arus listrik (sekering) yang sesuai dengan daya tersambung, jangan
dilebihkan atau dikurangi.
- Kabel-kabel listrik yang terpasang di rumah jangan dibiarkan ada yang terkelupas atau
dibiarkan terbuka.
- Jauhkan sumber-sumber listrik seperti stop kontak, saklar dan kabel-kabel dari
jangkauan anak-anak.
- Biasakan menggunakan material listrik seperti kabel, saklar, stop kontak, steker
(kontak tusuk) yang telah terjamin kualitasnya dan berlabel SNI (Standar Nasional
Indonesia) / LMK (Lembaga Masalah Kelistrikan) / SPLN (Standar PLN).
- Pangkaslah pepohonan yang ada di halaman rumah jika sudah mendekati atau
menyentuh jaringan listrik.
- Hindari pemasangan antene televisi terlalu tinggi sehingga bisa mendekati atau
menyentuh jaringan listrik.
- Jangan pernah mencoba mencantol listrik, mengutak-atik KWH Meter atau
menggunakan listrik secara tidak sah.
- Biasakan bersikap hati-hati, waspada dan tidak ceroboh dalam menggunakan listrik.

4. BAHAYA KEBAKARAN

Kebakaran adalah kejadian yang dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar pada
peralatan, proses produksi, dan pencemaran lingkungan kerja.

a. kegiatan yang dilakukan dalam mengendalikan setiap bentuk energi :


- melakukan identifikasi semua sumber energi yang ada diperusahaan, berupa bahan
baku, cara kerja, lingkungan yang dapat menimbulkan kebakaran
- melakukan penilaian dan pengendalian risiko bahaya kebakaran berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

10
b. kegiatan yang dilakukan dalam menyediakan sarana deteksi, alarm, pemadam
kebakaran dan sarana evakuasi
- Menganalisis ruangan atau tempat kerja untuk menentukan jenis detektor, alarm.
alat pemadam dan sarana evakuasi diharapkan sesuai dengan kondisi ruangan atau
tempat kerja
- merencanakan perencanaan dan pemasangan peralatan
- membuat prosedur pemakaian peralatan dan sarana pemadam kebakaran
- membuat tanda pemasangan peralatan pemadam kebakaran dan sarana evakuasi
- melakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala
c. Kegiatan yang dilakukan dalam mengendalikan penyebaran asap, panas, dan gas
- Memisahkan bahan baku, peralatan, proses kerja yang dapat menimbulkan potensi
percikan api, pemanasan, atau ledakan
- membuat pembatas atau penutup pada ruangan yang menympan bahan yang
berpotensi pada kebakaran
- memasang sarana untuk mendeteksi adanya kebocoran gas yang mudah terbakar
- membuat pengatur ventilasi agar penyebaran asap dan gas dapat dikendalikan
d. Kegiatan yang dilakukan dalam pembentukan unit penanggulangan kebakaran
- menghitung jumlah karyawan di tempat kerja
- membuat unit penanggulangan kebakaran sesuai dengan tingkat risiko bahaya
kebakaran
- melakukan pelatihan sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam upaya
penanggulangan kebakaran
- petugas yang menjadi unit harus mempunyai kompetensi yang dibuktikan dengan
sertifikat dan lisesni dan instansi yang berwenang
e. Kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan
kebakaransecara berkala
- menyusun jadwal latihan dan gladi bersih
- melakukan koordinasi dengan pihak yang dapat membantu pelaksanaan pelatihan
- melaksanakan pelatihan dan gladi penanggulangan kebakaran
- melakukan evakuasi dan perbaikan
f. Kegiatan yang dilakukan dalam penyusun rencana keadaan darurat kebakaran
- membentuk tim penyusun
- melakukan identifikasi, analisis, penilaian dan pengendalian risiko bahaya
kebakaran
- melakukan identifikasi, analisis, penilaian dan pengendalian risiko bahaya
kebakaran
- melakukan identifikasi tata ruang ditempat kerja
- menyusun prosedur keadaan darurat kebakaran
- melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada petugas dan semua pekerja

B. PENANGGULANGAN PENYAKIT AKIBAT KERJA


1. Penyakit akibat bekerja
penyakit akibat kerja (PAK) menurut KEPPRES RI NO. 22 TAHUN 1993 adalah penyakit
yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Dengan kata lain, penyakit akibat
kerja (PAK) adalah gangguan kesehatan baik jasmani ataupun rohani yang ditimbulkan

11
ataupu diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan
pekerjaan.
Menurut WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) dibagi menjadi 4 kategori yaitu :

- Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya pneumoconiosis


- Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya karsinoma
bronkegonik
- Penyakit dan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor faktor
penyebab lainnya, misalnya bronkitis kronis
- Penyakit yang diperparah oleh pekerjaan misalnya asma

2. Lembaga pelayanan kesehatan kerja


Sebagai penunjang penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit akibat
kerja diperlukan lembaga pelayanan kesehatan kerja yang sesuai syarat syarat yang
mengacu pada standar dan ketentuan perundang undangan, antara lain

- dokter penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja


- memiliki sarana dan prasarana pelayanan kesehatan kerja
- pelayanan kesehatan kerja yang ada di perusahaan mendapat pengesahan dari
instansi di bidang ketenagakerjaan sesuai wilayah kewenangannya
- pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh pihak diluar perusahaan
wajib dilengkapi dengan Nota Kesepahaman (memory of understanding/MoU)
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja antara pengusaha dan kepala unit
pelayanan kesehatan yang bersangkutan dan dilaporkan ke instansi
ketenagakerjaan sesuai wilayah kewenangannya

3. Personel pelrayanan kesehatan kerja


a. syarat seorang dokter sebagai penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja
- ditunjuk oleh pimpinan perusahaan atau kepala unit instansi yang
bersangfkutan dan dilaporkan ke instansi ketenagakerjaan sesuai wilayah
kewenangannya
- telah mendapat surat keputusan penunjukan sebagai dokter pemeriksa
kesehatan tenaga kerja dan direktur jenderal pembinaan pengawasan
ketenagakerjaan, departemen tenaga kerja dan transmigrasi

b. syarat tenaga pelaksana pelayanan kesehatan kerja


- memiliki sertifikat pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja (atau sertifikat
lainnya) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
- mematuhi etika profesi dokter dan tenaga kesehatan lainnya sesuai kode etik
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

c. syarat dokter perusahaan


- memiliki surat registrasi dokter atau sejenisnya sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku
- memiliki surat izin praktik dokter yang masih berlaku dari instansi yang
berwenang

12
C. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Manajemen adalah sebuah seni mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan utama
sebuah organisasi atau bisnis melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan,
dan pengawasan sumber daya dengan cara efektif dan efisien. Sedangkan sistem
manajemen adalah rangkaian kegiatan yang teratur dan saling berhubungan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan menggunakan manusia dan
sumber yang ada
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK 3 ) adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi perencaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman.
Kebijakan keselamatan dan keselamatan kerja adalah pernyataan tertulis yang
ditandatangani oleh pengusaha dan pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan
perusahaan, komitmen, dan tekad melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja

1. Komitmen dan kebijakan


Sasaran sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang melibatkan unsur manajemen,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja.
Komitmen keselamatan dan kesehatan kerja suatu perusahaan harus ditunjukkan oleh
pemimpin agar sistem keselamatan dan kesehatan kerja dapat diterapkan dan
dikembangkan. Kebijakan dan komitmen keselamatan dan kesehatan kerja dibuat melalui
proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja
Wujud komitmen kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
a. Penempatan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja pada posisi strategis dalam
penentuan keputusan
Contoh :
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja di PT Indofood Sukses Makmur Divisi
Noodle Cabang Semarang diletakkan dalam posisi wakil sekretaris. Hal tersebut berarti
bahwa organisasi keselamatan dan kesehatan kerja dalam posisi yang dapat ikut
mementukan dalam pengambilan keputusan perusahaan
b. penyediaan anggaran, sarana, dan tenaga kerja yang berkualitas di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja
Contoh :
Pemilihan tenaga kerja yang berkualitas dapat dilihat dari kepedulian perusahaan
mengadakan tes kesehatan sebelum masuk kerja dan adanya sarana penunjang untuk
keselamatan dan kesehatan kerja seperti instruksi kerja (work instruction).
c. Penetapan personel yang bertanggung jawab dengan kewenangan dan kewajiban yang
jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja
Contoh :

13
Di PT Indofood Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang dibentuk tim
penyelamat (rescue team) yang berfungsi dalam keadaan darurat di dalamnya dibentuk
struktur organisasi agar masing masing orang mempunyai tugas sesuai kedudukannya
d. Perencanaan dan penilaian kinerja serta tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja
Contoh :
Perencanaan dilakukan dengan diadakannya dengan pihak top management
menyangkut peningkatan mutu di perusahaan tersebut. Perencanaan yang telah disusun
kemudian dilaksanakan dan dilakukan penilaian untuk pelaporan ke pihak top
management supaya diketahui apakah hasilnya sudah sesuai dengan tujuan apa belum.

2. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja


Kesehatan dan keselamatan kerja diakibatkan oleh lingkungan perusahaan tempat bekerja.
Keselamatan kerja termasuk perlindungan teknis, yaitu perlindungan terhadap pekerjaan
atau buruh agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja.
Hal yang dilakukan perusahaan dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja,
meliputi
a. Jaminan sumber daya manusia, sarana, dan dana
Agar penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja menjadi efejktif
dibutuhkan :

- penyediaan sumber daya (personel, sarana, dan dana) yang memadai sesuai dengan
ukuran dan kebutuhan deng prosedur yang dapat memantau manfaat yang akan
didapat ataupun biaya yang harus dikeluarkan
- melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan
manajmen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan
- membuat ketentuan untuk mengomunikasikan informasi keselamatan dan kesehatan
kerja secara efektif
- membuat peraturan untuk melaksanakan konsultasi dan keterlibatan tenaga kerja
secara aktif
Contoh :
Pihak perusahaan telah berusaha dengan menyediakan sumber daya manusia yang
berpotensi yang melakukan tes sebelum kerja. Sarana dan dana yang memadai juga
disiapkan untuk proses produksi supaya berjalan lancar. Ini berarti pihak perusahaan telah
menerapkan jaminan kemampuan sesuai dengan No. 05/MEN/1996 tentang sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Perusahaan dapat mengintegrasikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja kedalam sistem manajemen perusahaan yang ada
Contoh:
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja telah terintergrasi dengan sistem
manajemen perusahaan. Terbukti dengan angka kecelakaan kerja menurun di perusahaan

14
c. peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif apabila semua pihak dalam
perusahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, serta memiliki budaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Perusahaan harus memberi dukungan dan kontribusi bagi sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, dengan cara :
- menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengomunikasikan tanggung
jawab dan wewenang untuk bertindak
- mempunyai prosedur untuk memantau dan mengomunikasikan setiap perubahan
tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan
progeam keselamatan dan kesehatan kerja
- memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang
atau kejadian kejadian lainnya
d. konsultasi, motivasi, dan kesadaran
setiap pengurus harus saling berkonsultasi agar semua pihak terlibat
Contoh :
Pihak perusahaan melakukan konsultasi dengan perwakilan dari pekerja agar diperoleh
hasil yang seimbang antara pihak perusahaan dengan pekerja, sehingga pekerja termotivasi
untuk melakukan hasil dari konsultasi tersebut dengan kesadaran masing masing pekerja
e. pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjami kompetensi kerja yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Kegiatan pendukung
a. Perusahaan harus mempunyai proseduryang menjamin bahwa informasi
keselamatandan kesehatan kerja terbaru dikomunikasikan kesemua pihak
dalam perusahaan.

Contoh:

Komunikasi dua arah telah dilakukan denga wakil dari pekerja sehingga pihak
perusahaan mengetahui hal hal yang harus dilakukan.

b. Pendokumentasi merupakan unsur utama utama pada sistem manejemen


untuk itu harus dibuat sesuai kebutuhan perushaan, pendokumentasi sistem
manejemen keselamatan dan kesehatan kerja di integrasikan dengan sistem
manejemen perusahaan.

Contoh:

Pihak kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan selalu melakukan


pendokumentasi jika diketahui ada kecelakaan dan tindakan apa yang harus

15
dilakukan, pendokumentasi juga berguna sebagai acuaan agar perusahaan
semakin maju dengan melakukan perbaikan perbaikan sistem dalam perusahaan.

Perusahaan harus menjamin:

- Identifikasi dokumen sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di


perusahaan.
- Sebelum diterbitkan dokumen disetujui terlebih dahulu oleh personel yang
berwenang.
- Semua dokumen yang telah usang harus segera di singkirkan.
c. Pencatatan dan manejemen informasi .

Pencatatan merupakan serana bagi perusahaan untuk menunjukan kesesuaian


penerapan sistem manenejemen keselamat dan kesehata pekerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) dalam perusahaan harus mencangkup:

- Izin kerja.
- Persyaratan indikator kinerja keselamatan dan kesehatan pekerja.
- Pemantauan data.
- Rincian insiden, keluhan, dan tindak lanjut.
- Indentifikasi produk termasuk komposisinya.
d. Perencanaan dan rekayasa.
e. Pengendalian administrasi, produk, dan intruksi kerja dibuat dengan
mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan setiap tahapan.
f. Pengadaan barang dan jasa melalui kontraksi harus di tinjau ulang untuk
menjamin terpenuhinya persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang
ditentukan.
g. Sistem pembelian barang dan jasa harus terintegrasi dengan penanganan
pencegehan resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta dapat menjamin
terpenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja.
h. Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau
bencana, diuji secara berkala, dan dilakukan personel yang memiliki
kompetensi kerja.
i. Perusahaan harus memiliki prosedur untuk mengurangi dampak terjadinya
insiden, yang meliputi : Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup.

16
j. Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat
untuk mengembalikan pada kondisi yang normal secara cepat dan membantu
pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.

4. Pengukuran dan evaluasi kerja.

Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau, dan mengevaluasi


kinerja sistem manejemn keselamatan dan kesehatan kerja dan hasilnya harus di
analis guna menentukan keberhasilan. Hal tersebut dilakukan dengan cara:

a. Menetapkan dan memelihara prosedur inspeksi, pengujian, dan


pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran keselamatan dan
kesehatan kerja.
b. Melakukan audit sistem manejemen keselamatan dan kesehatan kerja
secara berkala untuk mengetahui ke efektifan penerapan sistem manejemen
keseatan dan keselamatan kerja.
c. Mendokumentasikan semua hasil dari pelaksanaan pemantauan audit, dan
tinjau ulang sistem keselamatan dan kesehatan kerja.

D. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)


1. Prinsip P3K dilakukan secara sistematis, yaitu sebagai berikut:
a. Bahaya (Danger).
b. Respon (Response).
c. Tekan pada dada (Compression).
d. Jalan nafas (Air way).
e. Bernafas (Breathing).

2. Tujuan P3K

Tujuan P3K adalah sebagai berikut:

a. Memberikan perawatan darurat pada korban.


b. Menyelamatkan nyawa korban.

17
c. Mempertahankan daya tahan korban.
d. Mencegah penyakit menjadi tambah parah.
e. Meringankan penderitaan korban.
f. Mencarikan pertolongan lebih lanjut.

3. Langkah langkah melakukan P3K.

Secara umum pertolongan pertama pada korban kecelakaan adalah:

a. Jangan panik.
b. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya.
c. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
d. Perhatikan tanda tanda shock.
e. Jangan terburu buru memindahkan korban.
f. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

4. Tindakan resultasi.

Menurut TJOKRONEGORO (1998), Resultasi adalah tindakan memulihkan


kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya
fungsi Jantung dan Paru paru yang berorientasi pada otak.

5. Fasilitas P3K di tempat kerja.


a. Ruang P3K:

Harus memenuhi persyaratan berikut:

- Dekat dengan kamar mandi, mudah di jangkau dari area kerja, dekat
dengan jalan keluar, dan dekat tempat parkir.
- Luasnya cukup menampung satu tempat tidur pasien, petugas P3K,
dan penempatan fasilitas P3K lainnya.
- Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu, dan jalan yang cukup
lebar untuk memindahkan korban.

18
- Diberi tanda dengan papan nama yang jelas dan mudah dlihat.
b. Kotak P3K:

Harus memenuhi persyaratan berikut:

- Terbuat dari bahan yang kuat serta mudah dibawa serta berwarna
dasar putih dengan lambang P3K berwarna hijau.
- Kotak P3K diletakan di tempat yang mudah terlihat dan di jangkau,
serta diberi tanda arah yang jelas,memiliki cukup cahaya, serta mudah
diangkat apabila digunakan.
- Jika tempat kerja di gedung bertingkat , masing masing unit kerja
harus meyediakan kotak P3K sesuai kebutuhan pekerja.
c. Alat evakuasi dan alat transportasi untuk memindahkan korban ke
tempat yang aman.
d. Fasilitas tambahan, berupa alat pelindung diri dan peralatan khusus di
tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang besifat khusus.
e. Menyiapkan laporan kecelakaan di tempat kerja:
- Temukan fakta dan melakukan pengamatan di lokasi
- Kumpulkan data dan para saksi melalui wawancara dengan
karyawan.
- Tetntukan urutan kejadian dengan melakukan survei tertulis.
- Analisis kecelakaan melalui inspeksi dokumen di tempatkerja.

19
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pencegahan penyakit akibat kerja dibagi menjadi beberapa konsep yaitu bhaya
ditempat kerja, penanggulangan, sistem manajemennya, dan pertolongan pertama.
Bahaya di tempat kerja meliputi bahaya dampak langsung yang disebabkan oleh faktor
manusia, material, peralatan, lingkungan, dan proses, serta bahaya dampak jangka
panjang yang meliputi golongan fisik, golongan kimia, golongan biologis, golongan
fsikologis, golongan fisiologis, dan golongan psikososial.

Penyakit akibat kerja merupakan gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani
yang ditimbulkan oleh aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan. Dalam hal ini
perlu dilakukan penanggulangan dengan membuat sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja. Prinsip dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
mwliputi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, perencanaan memuat tujuan,
sasaran, dan indicator kinerja, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

Selain itu juga diperlukan P3K untuk upaya memberikan pertolongan pertama secara
cepat dan tepat kepada pekerja yang berada di tempat kerja, yang mengalami cedera di
tempat kerja. Prinsip P3K meliputi bahaya, respons, tekanan pada dada, jalan nafas, dan
bernafas. Langkah- langkah yang harus dilakukan saat memberikan pertolongan
pertama yaitu jangan panic, jauhkan korban kecelakaan berikutnya, perhatikan
pernafasan dan denyut jantung korban, perhatikan tanda-tanda shock, jangan [erburu-
buru memindahkan korban, dan segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

B. Saran
Menurut pendapat dari kelompok kami, untuk mencegah bahaya akibat kerja dan
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja para pegawai hendaknya setiap
perusahaan memfasilitasi segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut agar
keselamatan dan kesehatan para pekerja. Karena kesehatan dan keselamatan pekerja
sangat penting agar dapat memajukan perusahaan serta meningkatkan kinerja
perusahaan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.coursehero.com/file/p7r7i52/a-Pengendalian-setiap-bentuk-
energi-b-Penyediaan-sarana-deteksi-alarm-pemadam/
2. .https://youtu.be/fAU5zacEGns
3. Harti, Dwi. 2017. Etika Profesi. Semarang. Erlangga
4. https://pelatihank3terbaru.wordpress.com/2016/11/23/potensi-bahaya-dan-
risiko-di-tempat-kerja/

21

Anda mungkin juga menyukai