Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FAKTOR BAHAYA FISIK DILINGKUNGAN TEMPAT KERJA

Madona Esania

1910095

SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN TAMALATEA

YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Bahaya Fisik di
Lingkungan Kerja“. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber, referensi dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
ini.Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
semua pihak yang membaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………………………………………………………….5

BAB II....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 5
A. BAHAYA FISIK DILINGKUMGAN TEMPAT KERJA DAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN ......... 5
BAB III ................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .............................................................................................................................................. 11
3.1Kesimpulan .................................................................................................................................. 11
3.2 Saran dan Kritik .......................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ...................................................................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi
merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas
untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya,
bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini
tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan
para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit
Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan
Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini
harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses
kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka.Sasaran penelitian ergonomic ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan
dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh
agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa
ergonomic ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain
menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik
bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal
selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengetahui dan memahami bahaya fisik dilingkungan kerja dan dampaknya


terhadap kesehatan.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami bahaya fisik dilingkungan kerja dan dampaknya
terhadap Kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN
A. BAHAYA FISIK DILINGKUMGAN TEMPAT KERJA DAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN

1. Pengertian Tempat Kerja


Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1
menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.
Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut

2. Potensi Bahaya Di Tempat Kerja


Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja., Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan system kerja.

a. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan


kerugian kepada:

1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan,


2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin.
3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan,
4) kualitas produk barang dan jasa.
5) nama baik perusahaan.

b. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar


untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk
mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat
kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal
atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :
1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang
digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir.
3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang
prima baik fisik maupun psikis.
c. Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut
1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan
intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang
memadai, getaran, radiasi.
2. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau
mempengaruhi tubuh tenga kerja sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam
organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
3. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan
oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat bergantung
dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta

3. Sifat Bahaya Dilingkungan Kerja

a. Bahaya yang Bersifat Fisik


Bahaya ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin bising kurang
penerangan getaranyang berlebihan radiasi dan sebagainya, Keadaan tempat kerja yang
terlalu panas mengakibatkan karyawan cepat lelahm karena kehilangan cairan dan garam,
Bila panas dai lingkngan ini berlebihan suhu tubuh akan meningkat yang menimbulkan
gangguan keseatan, pada keadaan berat sudu tubuh sangat tinggi yang
mengakibatkan pingsan sampai kematian, keadaaan a yang terlalu dingin juga akan
menyebabkan karyawan sering sakit sehingga akan menurunkan daya tahan tubuhnya.
Kebisingan mengganggu kosentrasi, komunikasi dan kemampuan berfikir, Kebisingan
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penuruanan sifat permanen, nilai ambang batas
kebisingan adalah 85 dB untuk karyawan yang bekerja 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu. Pencahayaan penting untuk efisiensi kerja. Pencahayaan yang
kurang memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata, kelelahan mata akan
menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan mengoperasikan
mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyenabaan keseakaan, untuk pengatuarn
intesitas pencahaan telah diatur dalam peraturan mendteri perburuan no 7 tahun 1964.
Getaran yang berlebihan menyebabka berbahai penyakit pada pembuluh daram syarafm
sendir dan tulang punggung, Sedang radiasi panas akan menyebabkan suhu tuuh
meningkat dan akibatnya sama dengan ruang kerja yang panas, selain itu terdapat
berbagai radiasi seperti radiasi dari bahan radiokatf, radiasi sinar dan radiasi gelombang
mikro yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada karyawan.

4. Macam-Macam Bahaya Fisik

a. Kebisingan
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk di tempat kerja.Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui telinga kita merupakan
bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik / komputer, mesin cetak,
dan sebagainya.Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan bagian dari
kerja kita tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi mesin diesel yang
melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya.Bunyi yang tidak kita inginkan atau
kehendaki inilah yang sering disebut bising atau kebisingan.
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat
memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun
suatu populasi. Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan
intensitasnya.Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz),
yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya.Biasanya
suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari berbagai macam
frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam
suatu logaritmis yang disebut desibel (DB). Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau
desibel inidapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak.Dari ukuran-ukuran ini
dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di s e k i t a r k i t a d a p a t d i t e r i m a /
d i k e h e n d a k i a t a u t i d a k dikehendaki / bising. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan
antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi,dan lama pajanan. Kebisingan dapat
menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada
akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.Pajanan kebisingan yang tinggi
(biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang
bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang
paling banyak di klaim .Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll. Kebisingan
mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera
pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa
intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi Kesehatan
(pendengaran) adalah diatas 60 dB.Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik
dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung
(penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.Disamping itu kebisingan
juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja
berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau
pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss
communication) atau salah persepsi terhadap orang lain. Oleh karena sudah biasa
berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini
maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras.Bisa
jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap
marah.Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan
konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya
menurunkan produktivitas kerja. Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu
kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada
sumber getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan
proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB. Tetapi
penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena
terasa risih adanya benda asing di telinganya.Untuk itu penyuluhan terhadap mereka
agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau
memakainya.
b. Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten.
Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang
berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala
gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ”
vibration-induced white fingers”(VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga
dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan
mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.Contoh : Loaders, forklift
truck, pneumatic tools, chain saws.
c. Radiasi Non Mengion
Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation, inframerah,
laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi radio) .
1. Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.
2. Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.
3. Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.
Contoh :
Radiasi ultraviolet : pengelasan.
Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran
Laser : komunikasi, pembedahan
d. Pencahayaan atau Penerangan ( Illuminasi )
Tujuan pencahayaan :
1. Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan
2. Memberi lingkungan kerja yang aman

Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya
kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang
baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan
housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja. Penerangan
yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena
mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena
itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang
higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat
melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang
didalam suatu lingkungan kerja maka factor besar-kecilnya objek atau umur pekerja
juga mempengaruhi.Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan
sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan
dengan intensitas penerangan di pabrik mobil.Demikian juga umur pekerja dimana makin
tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang.Orang yang sudah tua dalam
menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada
orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan
menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala
kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya
kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping
itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek
guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin
akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur. Untuk mengurangi kelelahan akibat dari
penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan
hal-hal sebagai berikut :
Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras
dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja
harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu
tersendiri.
Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja.
Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di
malam hari.Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas,
penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan
masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban
tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah. Pencegahan silau
dapat dilakukan antara lain :
a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang menyebabkan
silau dibandingkan lampu biasa.
b. Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga tidak
langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang
langsung memasukkan sinar matahari
d. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu benda.
Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan. Penerangan yang silau
buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai
berikut :
Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
Kelemahan mental
Kerusakan alat penglihatan (mata).
Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja
(pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-
ketentuan antara lain sebagai berikut :
Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya cahaya
matahari ke tempat kerja.
Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup,
seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan. Apabila cahaya matahari
tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan lampu yang cukup.
Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas
(tidak melebihi 32 derajat celsius).
Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang
yang mengganggu kerja.
Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan
menyebar serta tidak berkedip-kedip.
e. Bau-Bauan
Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan Kesehatan kerja Yang dimaksud
bau-bauan dalam kaitannya dengan Kesehatan kerja adalah bau-bauan yang tidak enak
di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja.Selanjutnya bau-bauan ini
dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja.Bau-bauan sebenarnya merupakan
jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga dari segi
higiene pada umumnya. Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan
derajat gangguan kesehatan belum ada sehingga pengukurannya masih bersifat
objektif.Hal ini disebabkan karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa
tidak biasa dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau aneh
tersebut maka
akhirnya menjadi terbiasa dan tidak mencium bau yang aneh tersebut. Orang yang
bekerja di lingkungan yang berbau bensin atau oli, mula-mula merasakan bau tersebut
tetapi lama-kelamaan tidak akan merasakan bau tersebut meskipun bau tersebut tetap di
lingkungan kerja itu. Hal ini disebut penyesuaian penciuman.Dalam kaitannya dengan
kesehatan kerja atau dalam lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian
penciuman dan kelelahan penciuman.Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indera
penciuman menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus,
seperti contoh pekerja tersebut diatas.
Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium kadar
bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar. Misalnya orang tidak
mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari bangkai binatang.Ketajaman
penciuman seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis sewaktu-waktu, misalnya
emosi, tegangan, ingatan, dan sebagainya. Orang yang sedang mengalami ketegangan
psikologis atau stress, ia tidak dapat mencium bau-bauan yang aneh, yang dapat dicium
oleh orang yang tidak dalam keadaan tegang. Disamping itu penciuman juga dapat
dipengaruhi oleh k el em b a ba n u da r a.P a da k el em b ab an an t a r a 40 -70 % t i d ak
mempengaruhi penciuman tetapi dibawah atau diatas kelembaban itu dapat
mempengaruhi penciuman. Pengendalian bau-bauan di lingkungan kerja dapat
dilakukan antara lain

1. Pembakaran terhadap sumber bau-bauan misalnya pembakaran butyl alkohol menjadi


butarat dan asam butarat.
2. Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara zat-zat yang
berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau masing-masing. Misalnya bau
karet dapat ditutupi atau ditiadakan dengan paraffin.
3. Absorbsi (penyerapan), misalnya penggunaan air dapat menyerap bau-bauan yang tidak
enak.
4. Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk mengubah zat yang berbau
menjadi netral (tidak berbau). Misalnya menggunakan pengharum ruangan.
5. Alat pendingin ruangan (air conditioning) disamping untuk menyejukkan ruangan
juga sebagai cara deodorisasi (menghilangkan bau-bauan yang tidak enak) di tempat kerja.
BAB III

PENUTUP
3.1Kesimpulan
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, Hal ini erat sekali
hubungannya dengan manusia, managemen kegiatan yaitu salah satu cara untuk
mengatur hazard yang nampak ini. Beberapa contoh hazard fisik adalah seperti
bangunan yang berbahan kayu, gudang yang menyimpan bahan mudah terbakar, parkir
di luar pada saat keadaan sepi, atau penggunaan bahan kimia di tempat kerja, terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas penerangan
kurang memadai, getaran, radiasi.Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu
memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi dan derajat kesehatan.
3.2 Saran dan Kritik
Masih banyaknya pekerja yang tidak menerapkan K3 dalam sehari-hari karena
kurangnya himbauan dan perhatian dari institusi tempat mereka bekerja dan
ketidaktahuan mereka menyebabkan sering terjadinya kecelakaan dan penyakit kerja
terutama disebabkan terutama oleh hazard fisik. Sebaiknya perlu adanya sosialisasi dan
himbauan tentang K3 agar pekerja dan orang lain terhindar dari kecelakaan dan
penyakit kerja. Beban kerja fisik bagi pekerja perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial
ekonomi dan derajat kesehatan. Pembebanan tidak melebihi 30 – 40% dari kemampuan
kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari. Berdasarkan hasil
beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila mengangkat dan
mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban maksimum tersebut harus
disesuaikan. Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit,
parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan
tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja. Apabila prinsip K3
telah diterapkan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
kerja.
Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Makalah Bahaya Fisik Di Lingkugan Kerja Dan Dampakna Bagi
Kesehatan. (Online).
http://sibawellbercerita.blogspot.com/2012/09/makalah-bahaya-fisik-
dilingkungan_27.html . diakses tanggal
Febriandi Rahmat. 2015. Faktor Bahaya Lingkungan Kerja. (Online).
https://febriandhy.blogspot.com/2015/03/k3-faktor-bahaya-lingkungan-kerja.html.
Diakses tanggal
Nurkamri. 2012. Identifikasi Faktor Bahaya Di Tempat Kerja. (Online).
http://nrkamri.blogspot.com/2012/10/identifikasi-faktor-bahaya-di-tempat.html.
Diakses Tanggal

Anda mungkin juga menyukai