Disusun Untuk Memenuhi UTS Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Disusun Oleh :
NIM : 181141045
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat, taufik, serta hidayahnya kepada kita semua sehingga dapat
menyusun makalah yang berjudul “Lingkungan Kerja di Instalasi Radiologi
Pada Ruangan Pesawat Sinar-X”. Makalah ini dibuat sebagai UTS mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................2
BAB 2 LANDASAN TEORI....................................................................................3
2.1 Pengertian Lingkungan Kerja.......................................................................3
2.2 Lingkungan Kerja Fisik................................................................................4
2.3 Lingkungan Kerja Kimia..............................................................................9
2.4 Lingkungan Kerja Biologi..........................................................................14
2.5 Lingkungan Kerja Fisiologi Ergonomic.....................................................16
2.6 Lingungan Kerja Psikologi & Perilaku......................................................17
BAB 3 PEMBAHASAN..........................................................................................18
3.1 Ruangan Pesawat Sinar-X .........................................................................18
3.2 Lingkungan Kerja Fisik di Ruang X-Ray..................................................19
3.3 Lingkungan Kerja Kimia di Ruang X-Ray................................................20
3.4 Lingkungan Kerja Biologi di Ruang X-Ray..............................................20
3.5 Lingkungan Kerja Fisiologi Ergonomic di Ruang X-Ray.........................20
3.6 Lingkungan Kerja Psikologi & Perilaku di Ruang X-Ray ........................21
BAB 4 PENUTUP...................................................................................................22
4.1 Simpulan.....................................................................................................22
4.2 Saran...........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui pengertian Lingkungan kerja.
2) Mengetahui faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja.
3) Mengetahui lingkungan kerja di ruang X-ray di instalasi radiologi.
4) Mengetahui lingkunan kerja yang ada di ruang X-ray instalasi radiologi
ditinjau dari lingkungan kerja fisik, kimia, biologi, fisiologi ergonomic
serta psikologi dan perilaku.
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfat bagi para pembaca untuk
memahami tentang lingkungan kerja di instalasi radiologi khususnya di ruang
X-Ray. Serta beberapa aspek tentang lingkungan kerja yang ditinjau dari fisik,
kimia, biologi, fisiologi ergonomic, psikologi dan perilaku.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
2) Lingkungan kerja kimia.
3) Lingkungan kerja biologi.
4) Lingkungan kerja fisiologi ergonomic.
5) Lingkungan kerja psikologi dan perilaku.
2.2 Lingkungan Kerja Fisik
1. Pencahayaan
Pencahayaan atau cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang
sensitif terhadap mata manusia. Definisi lainnya cahaya adalah energi
yang merambat seperti gelombang elektromagnetik. Pada saat melihat
atau mengamati suatu benda kita menggunakan mata, mata dapat melihat
karena menerima rangsangan yang berasal dari cahaya atau sinar yang
datang dari benda tersebut, baik yang di pancarkan langsung maupun
yang dipantulkan dari sumber penerangan (cahaya) yang mengenai benda-
benda tersebut.
4
memungkinkan pekerja dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara
jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Intensitas
penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya akan dapat
meningkatkan produktivitas kerja.
b. Kelelahan mental.
a. Kehilangan produktivitas
2. Kebisingan
Kebisingan menurut KEP.MENAKAER NOMOR:KEP51/MEN/1999
adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
5
Ada dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan
intensitasnya. Frekuensi dari gelombang bunyi dinyatakan dalam
banyaknya geteran perdetik, dan diukur dalam satuan Hertz (Hz). Bunyi
dapat ditemukan dalam range frequensi yang besar. Bunyi yang dapat
didengar oleh manusia antara 16 Hz sampai 20.000 Hz. Biasanya suatu
kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang
sederhana dari beraneka frekuensi. Nada dari kebisingan ditentukan oleh
frekuensi-frekuensi yang ada.
Dampak Kebisingan
3. Getaran Mekanis
Getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan
seimbang terhadap suatu titik acuan. Pemaparan getaran terhadap pekerja
merupakan efek dari peralatan mekanik yang digunakan tersebut
6
memberikan dampak yang beraneka ragam sesuai dengan jenis, posisi dan
frekwensi dan lama paparan getaran pada tenaga kerja
3. Getaran kejut atau getaran yang terjadi seketika karena terhempas atau
terjatuh dari ketinggian.
4. Radiasi
Radiasi dibedakan menjadi dua macam energi elektromagnetik yaitu: a)
Radiasi pengion (ionozing radiation) dan b) Radiasi Non Ionisasi. Radiasi
mengion (Ionizing Radiation). Ionisasi adalah proses saat sebuah atom atau
molekul keholangan atau memperoleh elektron sehingga terbetuk partikel-
partikelyang bermuatan listrik. Partikel-partikel yang bermuatan ini dikenal
sebagai ion-ion. Bersamaan dengan proses ionisasi akan terjadi pemindahan
energi ke material dimana ion-ion akan terbentuk. Radiasi Non Ionisasi
(Non Ionizing Radiation). Radiasi Non Ionisasi terbagi menjadi :
a) Radiasi ultraviolet,
b) Radiasi inframerah,
e) Radiasi LASER.
7
mungkin dan menggunakan alat pelindung diri. Selain itu untuk
pemanfaatan radiasi pengion hendaknya sejauh mungkin dari sumber
radiasi karena probabilitas timbulnya dampak negatif tersebut lebih cepat
pada paparan radiasi pengion (Pusdiklat-BATAN, 2016).
5. Temperatur
Manusia selalu berusaha mempertahankan keadaan normal tubuh
dengan sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan
dengan perubahan yang terjadi di luar tubuhnya. Tubuh manusia
menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses
konveksi, radiasi, dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan
yang membebaninya. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
temperatur luar jika perubahannya tidak melebihi 20% untuk kondisi panas
dan 35% untuk kondisi dingin terhadap temperatur normal ± 24°C
(Ramadon, dkk, 2014).
8
terendah untuk temperatur ruangan adalah 18°C dan NAB tertinggi adalah
30°C pada kelembaban nisbi udara antara 65% sampai dengan 95%.
Faktor kimia adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang
meliputi bentuk padatan (partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal
dari bahan- bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu,
awan, kabut, uap logam, dan asap ; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah
gas dan uap (pasal 1, butir 11, dan butir 12. Permennakertransi No.PER.
13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di
Tempat Kerja).
9
(iii) tata cara kerja,
(iv) sifat dasar,
(v) tempat/jalan masuk,
(vi) kerentanan individu para pekerja, dan
(vii) kombinasi faktor-faktor (i) sampai dengan (vi) akan menibulkan
situasi yang berbahaya
Bahan kimia dapat dikelompokkan berdasarkan sifat fisik racun, sifat kimia,
dan tipe bahan kimia. Berdasarkan sifat racun, bahan kimia dikelompokkan
menjadi:
2. Gas
Adalah bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam
bentuk gas pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya
dengan kombinasi penurunan suhu dan penambahan tekanan.
3. Aerosol (partikel)
Yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi
diudara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan
jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagi suspensi diudara. Perlu diingat
bahwa partikel-partikel debu selalu berupa suspensi.
4. Kabut (mist)
Adalah sebaran butir-butir cairan diudara. Kabut biasanya
dihasilkan oleh proses penyemprotan dimana cairanh tersebar, terpercik
atau menjadi busa partikel buih yang sangat kecil.
10
5. Asap (fume)
Adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi bahan-bahan
dari bentuk uap. Asap ini biasanya berhubungan dengan logam di mana uap
dari logam terkondensasi menjadi butiran-butiran padat di dalam ruangan
logam cair tersebut. Asap juga ditemui pada sisa pembakaran tidak
sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon, karbon ini
mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5 (micron)
11
Tabel.1. Beberapa titik nyala yang umum
12
– Oksidator organik : Permanganat, Perklorat, Dikromat, Hidrogen
Peroksida, Periodat, Persulfat.
– Peroksida organik : Benzil Peroksida, Asetil Peroksida, Eteroksida,
Asam Parasetat.
– Peroksida-peroksida organik dapat pula terbentuk pada
penyimpanan pelarut organik seperti eter, keton, ester, senyawa-
senyawa tidak jenuh dsb yang bersifat eksplosif.
g. Bahan kimia reaktif
Adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-
bahan lainnya, disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas yang
mudah terbakar atau keracunan, atau korosi. Sifat reaktif dari bahan-bahan
kimia dapat dibedakan atas dua jenis :
– Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah
bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah
terbakar.
– Reaktif tehadap asam, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah
bereaksi dengan asam, menghasilkan panas dan gas yang mudah
terbakar atau gas-gas beracun serta bersifat korosif.
h. Bahan reaktif terhadap air
Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, dapat
meledak atau terbakar. Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara
eksotermik (mengeluarkan panas) yang besar atau mengeluarkan gas yang
mudah terbakar, contoh :
– Alkali (Na, K) dan Alkali tanah (Ca)
– Logam Halida (Alumunium tibromida)
– Oksida logam anhidrat (CaO)
– Oksida non logam Halida (Sulfuril Halida)
Jelas bahan-bahan tersebut harus jauh dari air atau disimpan ditempat
yang kering dan bebas dari kebocoran bila hujan turun, dan bahan reaktif
diatas juga reaktif terhadap asam. Selain itu juga terdapat bahan-bahan lain
yang dapat bereaksi dengan asam secara hebat. Reaksi yang terjadi adalah
reaksi eksotermis atau menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau
13
eksplosif, contoh : Kalium Klorat/perklorat, Kalium Permanganat, Asam
Akromat (Cr₂O₃).
i. Gas bertekanan
Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun
laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena
tekanan tinggi dan juga efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian,
korosif, dan mudah terbakar.
14
Identifikasi resiko bahaya factor biologi di lingkungan tempat kerja, yaitu
melalui agents penyebab penyakit seperti:
1. Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu (i) bulat (kokus), (ii)
lengkung dan (iii) batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul
akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan
dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang
terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax (kulit
dan paru), tuberculosis (paru), burcelosis (sakit kepala,atralagia,
enokkarditis), lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya
2. Bahaya infeksi
Pekerja yang potensial mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit,
laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll.
Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella,
chlamydia, psittaci Masuknya M.O. kedalam tubuh tidak selalu
mengakibatkan infeksi, dipengaruhi oleh banyak faktor, aanata lain :
(i)Virulensi, (ii) Route of infection, (iii) Daya tahan tubuh
3. Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter.
Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel
inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus :
influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya
3. Melalui kulit
15
2.5 Lingkungan Kerja Fisologi ergonomic
Kementerian kesehatan telah menetapkan standar terkait K3, yaitu PMK
No 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
Dalam peraturan ini dijabarkan bahwa standar K3 Perkantoran meliputi
keselamatan kerja, kesehatan kerja, kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan
Ergonomi Perkantoran.
Secara garis besar, sumber bahaya lingkungan kerja oleh karena penerapan
ergonomi yang tidak tepat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Ergonomi kognitif
Ergonomi kognitif atau teknik kognitif adalah cabang muncul ergonomi
yang menempatkan penekanan khusus pada analisis proses-proses kognitif -
misalnya, diagnosis, pengambilan keputusan dan perencanaan - yang
diperlukan operator dalam industri modern (Hutabarat, 2018).
2. Ergonomi fisik
Ergonomi fisik membahas mengenai antropometri, lingkungan fisik di
tempat kerja, dan biomekanik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi
fisik antara lain: posisi tubuh (duduk, berdiri), posisi tubuh pada saat
mengangkat, menjinjing beban.
3. Ergonomi organisasi
Dalam ergonomi ini bisa dilihat mengenai komunikasi di dalam
lingkungan pekerjaan, perancangan waktu kerja, organisasi diperusahaan
yang membuat pekerja merasa nyaman dalam bekerja.
16
2.6 Lingkungan Kerja Psikologi dan Perilaku
Menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu
maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka
adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara,
duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi
berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri pekerja maupun
perusahaan. Pada diri pekerja, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya
gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999).
Konsekuensi pada pekerja ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja,
tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Yang sering menjadi sumber
tekanan psikis berupa:
d) Tanggung jawab,
f) Kerja monoton
17
BAB III
PEMBAHASAN
1. Meja pemeriksaan
2. Ruang ganti pasien
3. Air Conditioner (AC)
4. Apron
5. Trolley tindakan dll.
3.2 Lingkungan Kerja Fisik di Ruangan X-Ray
Ditinjau dari Lingkungan Kerja Fisik pada ruangan x-ray yang
berada di salah satu RSU, dapat di diketahui dari beberapa faktor sebagai
berikut:
18
1. Pencahayaan
Pencahayaan di ruangan x-ray terbilang sangat cukup dan tidak
mengganggu pekerja radiologi untuk memeriksa pasien.
2. Kebisingan
Di ruangan radiologi x-ray tidak terdapat kebisingan yang dapat
mengganggu para pekerja. Karena di ruang x-ray tidak terdapat alat yang
mengeluarkan suara keras dan lain sebagainya. Di ruang x-ray suasana
tenang sangat diperlukan. Ruang x-ray harus terbebas dari suara lain
yang bisa menganggu jalannya pemeriksaan dan konsentrasi petugas saat
bekerja.
3. Getaran Mekanis
Getaran mekanis jarang terjadi di ruangan tersebut dikarenakan
pesawat sinar-x tidak menimbulkan getaran.
4. Radiasi
Ruangan pesawat sinar-x sudah di desain dengan ketentuan yang
berlaku seperti ketebalan dinding 25 cm dan pintu yang mengandung
timbal (Pb). Jadi, efek radiasi tidak akan terpapar sampai keluar ruangan.
Selain itu juga disediakan APD (Alat Pelindung Diri) yang memadai
bagi para pekerja dan apron bagi pasien yang dapat digunakan untuk
melindungi dari paparan radiasi.
Pesawat Sinar-X tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv/tahun
(satu milisievert per tahun). Pada ruang X-ray diatur ventilasi setinggi 2
(dua) meter dari lantai sebelah luar agar orang di luar tidak terkena
paparan radiasi. Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu
merah yang menyala pada saat pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang
dilakukan penyinaran (lampu peringatan tanda bahaya radiasi).
5. Temperatur
Suhu ruang pemeriksaan biasanya 20-24 °C dan kelembaban 40 - 60 %.
19
ruangan. Beberapa bahan kimia tersebut bermanfaat sesuai dosis yang
digunakan. Contohnya seperti media kontras yang harus digunakan sesuai
takaran yang cukup tergantung dari jenis pemeriksaannya.
Penanganan dan pembuangan bahan kimia yang yang dapat
membahayakan ditampung pada bak sampah yang berbeda. Selanjutnya
diangkut ke tempat pembuangan akhir sesuai dengan jenis limbah untuk
ditangani lebih lanjut atau dimusnahkan.
20
pesawat radiologi konvensional yang menggunakan kamar gelap) Sehingga
memudahkan para pekerja untuk menjalankan tugasnya.
Guna mendukung kelancaran pelayanan radiodiagnostik dan imaging
instalasi radiologi juga memfasilitasi sarana prasarana pendukung. Dalam
ruang pemeriksaan X-ray disediakan AC agar pasien dan petugas dapat
mengatur suhu sesuai yang diinginkan. Selain itu juga terdapat meja kerja
serta kursi untuk petugas menjalankan tugasnya dengan nyaman. Di instalasi
radiologi juga terdapat ruang khusus staff yang dilengkapi loker karyawan,
meja kerja, lemari arsip dll. Di ruang ini biasanya petugas gunakan untuk
beristirahat.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam menunjang
hasil kerja yang maksimal dalam setiap pekerjaan. Jika lingkungan kerja
kurang kondusif maka dapat menyebabkan kinerja tenaga kerja menurun
ini disebabkan kurangnya motivasi kerja yang muncul dari dalam diri
tenaga kerja untuk bekerja dengan baik.
4.2 Saran
Hendaknya bagi petugas radiologi senantiasa selalu menerapkan
SOP yang berlaku di masing-masing tempat kerjanya. hal ini agar
terwujudnya suatu pelayanan yang sistematis, efektif, dan efisien. Selain
itu juga agar terhindar dari resiko kerja serta hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M. Latar. 2012. Lingkungan Kerja Faktor Kimia dan Biologi. Fakulatas
Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Univ. Esa Unggul.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Nomor 8 Tahun 2011 Tentang
keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi
Diagnostik dan Intervensional.
Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi 2019 . RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo,
Kota Mojokerto
23