Disusun Oleh :
Kelompok 9
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas limpah ramat serta
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah “BK Industri”
ini dengan lancar dan pada waktu yang telah ditentukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mudaim, M.Psi. Selaku
dosen “BK Industri” yang telah membimbing penyusunan makalah ini. Makalah ini
berjudul “Kondisi Kerja dan Psikologi Kerekayasaan” yang dibuat guna memenuhi
tugas kelompok serta merupakan tanggung jawab penyusun pada tugas yang
diberikan.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan agar kiranya dosen
pengampu dan rekan pembaca studi memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan makalah ini kedepannya.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi di berbagai bidang telah mendorong pesatnya
pertumbuhan industri serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Namun, seiring
tumbuhnya berbagai industri dengan teknologi yang canggih dan maju cenderung akan
meningkatkan risiko lebih besar yang dapat memberi dampak dalam bidang kesehatan dan
keselamatan kerja.
Melakukan pekerjaan secara efisien tidak hanya bergantung kepada kemampuan atau
keterampilan tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan prosedur kerja, uraian kerja (job
description ) yang jelas, peralatan kerja yang tepat atau sesuai lingkungan kerjanya, dan
sebagainya. Pekerjaan akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang melakukan pekerjaan itu.
Reaksi ini dapat bersifat positif misalnya senang, bergairah, dan merasa sejahtera atau reaksi
yang bersifat negatif, misalnya bosan, acuh, tidak serius, dan sebagainya.
Setiap individu dalam suatu organisasi pasti akan berinteraksi dengan segala sesuatu yang
bersifat fisik disekitarnya seperti bangunan, peralatan, dan barang-barang lainnya untuk
dimanfaatkan dan didaya gunakan (Sule,2005). Semua orang akan bekerja lebih baik apabila
mereka berada di lingkungan yang sesuai dengan pekerjaan mereka dan juga peralatannya
(Mills,1991). Faktor yang menyebabkan seorang karyawan bersikap bosan, acuh, tak bergairah
saat melakukan pekerjaannya antara lain kerena tidak cocok dengan pekerjaannya, tidak tahu
bagaimana melakukan pekerjaan dengan baik, lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, dan
sebagainya.
Makalah ini akan membahas ancangan lain terhadap proses interaksi manusia dengan
lingkungan kerjanya, yaitu pengaruh timbal balik dari berbagai kondisi kerja dengan tenaga
kerjanya dan rancangan pekerjaan (meliputi peralatan kerja, prosedur kerja), rancangan ruang
kerja (work space desaign) yang disesuaikan dengan keterampilan dan keterbatasan
manusia/tenaga kerja. Ancangan ini dikenal sebagai psikologi kerekayasaan (engineering
psychology). Istilah lain yang berdekatan artinya dengan psikologi kerekayasaan adalah
1
kerekayasaan faktor-faktor manusia (human engineering), bio mekanika (bimechanics),
ergonomika (ergonomics), psikoteknologi, psikologi eksperimen terapan (Chapanis, 1976).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penulisan
makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan?
2. Bagaimana kondisi kerja fisik dan kondisi lama waktu kerja?
3. Bagaimana kondisi kerja dalam mempengaruhi psikologis pekerja?
4. Bagaimana manfaat psikologi kerekayasaan?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulisan
makalah ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengertian kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan
2. Untuk mengetahui kondisi kerja fisik dan kondisi lama waktu kerja
3. Untuk mengetahui kondisi kerja dalam mempengaruhi psikologi pekerja
4. Untuk mengetahui manfaat psikologi kerekayasaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Menciptakan rasa kesejahteraan
3. Menghasilkan efisiensi dalam hal fisik, mental dan produksi
Peran psikologi kerekayasaan dalam kehidupan sehari-hari dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1) Perancangan produk.
2) Meningkatkan keselamatan dan higiene kerja.
3) Meningkatkan produktivitas kerja.
4
Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para tenaga kerja muda
yang menyukai gaya hidup yang lentur, yang dimungkinkan dengan
bekerja paro waktu. Mereka senang dengan peluang untuk bekerja
paro-waktu karena, disamping mendapatkan tambahan penghasilan,
dapat memenuhi kebutuhan mereka akanaktivitas yang bermakna.
3) 4 Hari Perminggu Kerja
Dengan 4 hari kerja per minggu diharapkan akan terjadi
peningkatan pada produktivitas dan efisiensi pekerja dan pengurangan
dari jumlah absensi tenaga kerja. Dari hasil-hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa, secara keseluruhan, penerapan 4 hari kerja per
minggu pada kebanyakan kasus (perusahaan) merupakan suatu
keberhasilan, namun bukan tanpa kritik. Ada tanda-tanda yang
menunjukkan adanya sedikitpenurunan dari penerapan 4 hari kerja per
minggu, digantikan dengan pengaturan waktu kerja yang lain, yaitu
jam-jam kerja lentur.
4) Jam Kerja Lentur
Adanya kemacetan lalu lintas pada jam-jam yang sibuk (pagi
karena banyak yang berangkat kerja dan sekolah) maka mulai
dipikirkan kemungkinan untuk menghindari kemacetan dengan
menerapkan jam kerja lentur ( Gleitzeit di Jerman, flexitime di Amerika
Serikat). Dalam program ini hari kerja dibagi kedalam empat bagian,
dua bagian merupakan bagian waktu kerja pilihan, dua bagian lain
merupakan bagian waktu kerja wajib.
5
Beberapa faktor yangperlu diperhatikan dalam iluminasi adalah kadar
cahaya, distribusi cahaya dan sinar yang menyilaukan. Kadar cahaya
tergantung kebutuhan pekerjaan yang sedang dilakukan
Pengaturan yang ideal adalah jika cahaya dapat didistribusikan secara
merata pada keseluruhan lapangan visual. Memberikan cahaya penerangan
pada suatu daerah kerja yang lebih tinggi kadar cahayanya daripada daerah
yang mengelilinginya akan menimbulkan kelelahan mata setelah jangka
waktu tertentu. Pada daerah yan terang pupil mata mengecil. Kalau melihat
sekeliling yang lebih gelap (hal yang wajar dilakukan) pupil mata membesar.
Kegiatan pupil mata ini yang menyebabkan timbulnya kelelahan mata.
Sinar yang menyilaukan merupakan faktor yang mengurangi efisiensi
visual dan meningkatkan ketegangan mata. Sinar dirasakan sebagai silau
karena intensitas cahaya melebihi dari intensitas cahaya yang biasa diterima
oleh mata. Silau juga dapat meningkatkan kesalahan dalam kerja rinci selama
waktu 20 menit. Selain ketegangan mata, silau juga dapat mengaburkan
pandangan. Silau ditempat kerja dapat diatasi dengan berbagai cara. Sumber
cahaya yang sangat terang dapat “ditutupi” dengan pelindung, atau diletakkan
di luar bidang pandang pekerja. Cara lain ialah dengan memberikan semacam
kelep topi (visor) atau pelindung mata (eyeshader)
b. Warna
Warna erat kaitannya dengan iluminasi yaitu penggunaan warna pada
ruangan dan peralatan kerja. Banyak orang memberikan makna yang tinggi
kepada pengguna warna atau kombinasi warna yang tepat untuk ruangan-
ruangan di rumah, dikantor, dan di pabrik. Mereka berpendapat bahwa
penggunaan warna atau kombinasi warna yang tepat dapat meningkatkan
produksi, menurunkan kecelakaan dan kesalahan, dan meningkatkan semangat
kerja.namun pandangan diatas tidak ditunjang oleh hasil-hasil penelitian. Hal
ini tidaklah berarti bahwa warna tidak mempunyai makna dalam pekerjaan.
Warna dapat digunakan sebagai:
6
1. Alat sandi atau coding device (Schultz, 1982), atau sebagai pencipta
kontras warna (Suyanto, 1985). Misalnya alat pemadam kebakaran
berwarna merah, peralatan pertolongan pertama berwarna hijau. Untuk
bagian-bagian yang kecil pada mesin tetapi penting dapat digunakan
warna-warna kuat, sehingga kontras warna yang ada memudahkan
penglihatan.
2. Upaya untuk menghindari timbulkanya ketegangan mata. Pantulan cahaya
dapat berbeda-beda tergantung dari warna yang digunakan.
3. Alat untuk menciptakan ilusi tentang besar dan suhu ruangan kerja.
Warna Efek jarak Efek suhu Efek psikis
Biru Jauh Sejuk Menenangkan
Hijau Jauh Sangat sejuk Sangat
menenangkan
Merah Dekat Panas Sangat
mengganggu
Orange Sangat dekat Sangat panas Merangsang
c. Bising
Bising biasanya dianggap sebagai bunyi atau suara yang tidak
diinginkan, yang mengganggu, yang menjengkelkan. Namun batasan tersebut
kurang memuaskan karena tidak ada dasar yang jelas untuk menyatakan
kapan suatu bunyi tidak diinginkan.
Burrows dalam Mc Cormick berpendapat bahwa dalam rangka teori
informasi, maka bising ialah that auditory stimulus or stimuli bearing no
informational relationship to the presence or completion of the immediate
task. McCormick selanjutnya menggabungkan aspek bunyi yang tidak
diinginkan dengan batasan dari Burrows dengan mengatakan bahwa
tampaknya masuk nalar dengan mengatakan bahwa bunyi atau suara yang
tidak diinginkan ialah bunyi yang tidak memiliki hubungan informasi dengan
tugas atau aktivitas yang dilaksanakan.
7
Bising dalam lingkungan kerja membuat kita menjadi mudah marah,
gelisah dan tidak bisa tidur, bahkan dapat membuat kita menjadi tuna rungu.
McCormick membedakan antara tuna rungu syarat (nerve deafness) dan tuna
rungu konduksi (conduction deafness). Kehilangan pendengaran pada tuna
rungu syaraf pada umumnya terjadi karena frekuensi yang tinggi hingga besar
daripada frekuensi yang rendah. Pengurangan normal pendengaran pada
proses menua biasa merupakan tuna rungu syaraf. Berikut ini akibat-akibat
lain dari tingkat kebisingan yang tinggi, yaitu timbulnya perubahan fisiologis
dan adanya dampak psikologi karena mengganggu kesejahteraan emosional
Kondisi kerja yang kondusif, aman, dan nyaman dapat membuat
perilaku manusia sesuai apa yang prioritaskan organisasi atau perusahaan.
Dan hal ini berkontribusi terhadap kemajuan organisasi atau perusahaan.
d. Musik dalam bekerja
Memperdengarkan musik pada saat bekerja memiliki pengaruh yang
positif dan negative. Hal tersebut tergantung dengan jenis pekerjaannya. Akan
berpengaruh positif bila diterapkan pada pekerjaan yang sederhana, rutin dan
monoton, sedangkan akan berdampak negative bila diterpkan pada pekerjaan
yang lebih membutuhkan konsentrasi yang tinggi.
Jenis musik klasik memberikan dampak yang kurang baik, pada
umumnya jenis musik ringan yang dimainkan dengan instrument saja
(instrumentalia) yang digunakan sebagai musik pengiring kerja. Suyatno
(1985), berpendapat bahwa musik pengiring kerja harus disesuaikan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Musik dalam bekerja harus menciptakan efek yang menguntungkan
pikiran
2. Musik tidak akan bernilai bila ada suara yang lebih keras
3. Musik meriah diperdengarkan secara singkat pada saat memulai pekerjaan
akan meningkatkan gairah dan diakhir pekerjaan
4. Tempo waktu jangan terlalu lambat tetapi juga jangan terlalu cepat.
8
D. Manfaat Psikologi Kerekayasaan
Manfaat psikologi kerekayasaan dalam membuat kondisi kerja yang kondusif,
aman, dan nyaman merupakan salah satu manfaat yang terlihat. Psikologi
kerekayasaan juga mempengaruhi produktivitas kerja mempermudah manusia
dalam melakukan pekerjaanya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sasaran dari psikologi kerekayasaan adalah menunjang atau menggalakkan
efektivitas penggunaan dari objek-objek fisik dan fasilitasfasilitas yang digunakan
orang dan untuk memelihara atau menunjang nilainilai manusia tertentu yang baik
dalam proses ini (misalnya: kesehatan, keselamatan, kepuasan) Kondisi atau
lingkungankerja di sekitar pekerja berhubungan langsung dengan psikologi
kerekayasaan dimana kondisi ini terdiri dari kondisi kerja fisik dan non-fisik yang
turut mempengaruhi psikologis para pekerja. Secara ringkas dapat dikatakan
bahwa kerekayasaan manusia dapat dianggap sebagai proses merancang untuk
penggunaan manusia.
B. Saran
Untuk dapat membangun tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas
perlu adanya manajemen yang baik terutama dalam bidang kesehatan dan
keselamatan kerja. Kondisi kerja harus selalu diperhatikan agar tidak
menimbulkan efek psikis yang negatif yang dapat menurunkan prokdutivitas
kerja.
10
DAFTAR PUSTAKA
11