MAKALAH
“ERGONOMI”
KATA PENGANTAR
Dengan nama Tuhan Yang Maha Esa, segala puji dan syukur kami panjatkan atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
ini disusun sebagai salah satu tugas akademik dalam rangka memenuhi mata kuliah ‘‘Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)’’.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa yang
akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan kontribusi positif dalam pemahaman mengenai
lingkungan kerja yang sehat dan produktif.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A.Latar Belakang.......................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C.Tujuan.....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................3
A. Pengertian Ergonomi..........................................................................................................3
B. Tujuan Ergonomi................................................................................................................4
C. Ruang Lingkup Ergonomi..............................................................................................4
D. Manfaat Ergonomi...........................................................................................................4
E. Metode – Metode Ergonomi...........................................................................................5
F. Aplikasi Atau Penerapan Ergonomi............................................................................5
G. Studi Kasus Tentang Ergonomi.............................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan
pokok pada lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi merupakan salah satu penunjang
yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan.
Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya
potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya antisipasi
berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan
dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara
pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
ergonomic.
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan yaitu
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja merupakan
subyek dan obyek pembangunan. Ergonomic yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja
memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek. Akan tetapi sering
kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomic bagi para pekerjanya, hal ini
tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.
Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sector kegiatan ekonomi.
Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsure hygiene perusahaan dan kesehatan kerja
(hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh
khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat perintisan.
Fungsi pembinaan ergonomic secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes
dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan
pengembangan penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-
v
kegiatannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima
ergonomic dan penerapannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi
yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal-optimalnya. (Dr.
Suma’mur P.K, M.Sc : 1989 hal 1 ). Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup
hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbale
balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
Contoh : suatu perusahaan kerajinan mengubah cara kerja duduk di lantai dengan bekerja
di meja kerja, mengatur tata ruangan menjadi lebih baik, mengadakan ventilasi, menambah
penerangan, mengadakan ruang makan, mengorganisasi waktu istirahat, menyelenggarakan
pertandingan olahraga, dan lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-keluhan tenaga kerja berkurang
dan produksi tidak pernah terganggu oleh masalah-masalah ketenagakerjaan. Dengan begitu,
produksi dapat mengimbangi perluasan dari pemasaran.
B. Tujuan Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana dan pada
tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi,
efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan system serta lingkungan yang cocok,
aman, nyaman dan sehat.
1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
5. Sosiologi
6. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot
7. Desain, dll
D. Manfaat Ergonomi
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja, penilaian
fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran lingkungan kerja
lainnya. variasi akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treathment
Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela
yang sesuai, Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja
3. Follow up
Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain.
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerjalah
dengan posisi tegak ke depan.
a. Usahakan pekerjaan terlihat dengan kepala dan badan tegak kepala agak ke depan.
b. Usahakan benda yang akan anda jangkau berada maksimal 15 cm di atas landasan
a. kerja.
c. Jika memungkinkan sediakan meja yang bisa diatur ketinggiannya.
2. Proses Kerja
ix
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja. dan
sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
Kurangi gerakan yang tidak perlu, gunakan sepatu yang senyaman mungkin.
a. Hindari postur tubuh yang tidak berubah/statis, sesekali regangkan otot-otot anda
b. Jika pekerjaan anda menuntut adanya koordinasi tangan atau mata
Maka posisi pekerjaan perlu di dekat daerah mata, sedikit di bawah ketinggian bahu,
untuk menstabilkan tangan diberi bantalan siku/pergelangan yang nyaman dengan tujuan
mengurangi beban otot bahu.
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang
berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
a. Letakkan barang-barang tersebut dalam posisi yang minimal atau terdekat dan mudah
dijangkau dan mudah terlihat
b. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari bahu,
dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun. (Duduk dengan
posisi bersandar).
4. Mengangkat Beban
- Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu :
1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin
otot
tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan
2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Penerapan :
Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang
ditetapkan ILO sbb:
1. Laki-laki dewasa 40 kg
2. Wanita dewasa 15-20 kg
3. Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
4. Wanita (16-18 th) 12-15 kg
xi
Proses pengangkutan terigu dilakukan secara manual tanpa menggunakan alat bantu
apapun masing-masing oleh satu kuli angkut. Gerakan yang dilakukan adalah menerima,
mengangkat, memindahkan, dan meletakkan karung terigu. Pertama-tama kuli angkut menerima
karung terigu dari truk supplier, dan di dalam truk biasanya sudah ada kuli angkut lainnya yang
membantu meletakkan karung terigu ke atas bahu. Selanjutnya kuli angkut akan memindahkan
karung terigu ke dalam tempat yang sudah disediakan, jarak yang ditempuh masing-masing kuli
angkut bervariasi tergantung dari letak gudang tempat penyimpanan terigu. Penilaian postur
tubuh kuli angkut terbagi menjadi tiga postur, yaitu loading. moving, dan unloading. Pembagian
ini dilakukan untuk memudahkan pennetuan sudut dan analisis penilaian risiko ergonomi. Pada
postur loading, kuli angkut akan mengambil posisi untuk menerima karung terigu dari kuli
lainnya yang berada di atas truk. Postur moving dimulai setelah karung terigu dipegang dengan
benar dan berada pada posisi tepat di bahu atau pundak kuli angkut, kemudian kuli angkut akan
berjalan membawa karung terigu ke gudang penyimpanan. Postur terakhir dari proses kerja kuli
angkut terigu adalah unloading, di mana postur ini diawali dengan dua tangan memegang karung
terigu dari bahu untuk kemudian diletakkan dan disusun dalam gudang penyimpanan.
Penilaian risiko ergonomi dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)
Metode REBA pertama kali diperkenalkan oleh McAtamney dan Hignett pada tahun 1995
untuk menilai postur tubuh pekerja secara cepat melalui pengambilan data postur pekerja dan
selanjutnya dilakukan penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan
bawah, dan pergelangan tangan. Tujuan metode REBA adalah mengembangkan. sebuah sistem
analisa postur tubuh manusia yang sensitif terhadap risiko musculoskeletal dalam berbagai
pekerjaan berdasarkan segmen tubuh manusia secara spesifik dalam gerakan tertentu (American
Industrial Hygiene Association Ergonomic Committee, 2009).
xii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ergonomi (ergonomics) berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos
yang berarti hukum, dimana ergonomi sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia
dalam kaitannya dengan pekerjaannya.
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana dan
pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi,
efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok,
aman, nyaman dan sehat.
Masalah terbesar yang dihadapi para pekerja setelah melakukan pekerjaannya adalah
kelelahan. Menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemuliham setelah istirahat. Sebab-
sebab kelelahan yang utama adalah pekerjaan yang monoton, beban dan lama kerja terlalu berat,
lingkungan pekerjaan, sakit dan gizi yang buruk, dan kurangnya waktu istirahat. Penanggulangan
terhadap kelelahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur lingkungan kerja, pengaturan
jam kerja, dan memberikan istirahat kepada pekerja. Tujuan akhir dari ergonomi adalah
menurunkan angka kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja serta meningkatkan produktivitas dari
pekerja.
B. Saran
Dengan mengatahui definisi dari ergonomi, faktor yang berpengaruh terhadap ergonomi,
dan pengendaliannya diharapkan pekerja menjadi lebih mengerti tentang ergonomi pada sahat
bekerja, selain itu sebaiknya para pekerja diberikan pengetahuan dasar tentang K3 sehingga
xiii
pekerja mampu memahami hal K3 yang nanti akan disampaikan oleh ahli HSE pada perusahaan
tersebut. Pengecekan kesehatan secara rutin juga wajib untuk dilakukan sehingga apabila terjadi
penyakit dapat segera terdiagnosis dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA