Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PRINSIP DASAR ERGONOMI PADA INDUSTRI

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah


Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan

Dosen Pengampu : DR. IR. H. M. HATTA DAHLAN, M.ENG.

Oleh: Kelompok 3

Nurul Eka Fadhila (03031181924124)


Royan Duta (03031281924050)
Tiara Kasih (03031181924016)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2020

1
Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata pelajaran Keselamatan,
Kesehatan Kerja, dan Lingkungan. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak
sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang
tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Prinsip
Dasar Ergonomi pada Industri, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini disusun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Indralaya, 11 Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan

BAB 2 ISI

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan

Daftar Pustaka

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia merancang
suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman,
dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari
dimana penekanannya adalah pada faktor manusia.
Para operator dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja mereka tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu terlalu membungkuk, jangkauan tangan yang
tidak normal. Alat yang terlalu kecil, dan lain-lain. Sehingga dari posisi kerja operator
tersebut dapat mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan yaitu kelelahan dan
rasa nyeri pada punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis tersebut, timbulnya
rasa nyeri pada bahu dan kaki akibat ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan
kerjanya.
Penyakit akibat kerja dapat mempengaruhi kemampuan kerja seorang pekerja.
Penyakit yang diakibatkan pekerjaan diartikan sebagai efek negatif dari kegiatan kerja
terhadap kesehatan fisik manusia antara lain keluhan nyeri pada berbagai otot ataupun
terjadinya kelelahan otot(fatique). Kelelahan otot dapat timbul akibat kontraksi otot
yang berlebihan atau pun kontraksi otot terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup
lama. Proporsi kasus gangguan muskuloskeletal akibat kerja berdasarkan data ILO tahun
2003 menduduki peringkat pertama yakni hampir 45% dari total kasus penyakit akibat
kerja yang dilaporkan.
Revolusi industri yang berlangsung lebih dari dua abad yang lalu telah membawa
perubahan-perubahan dalam banyak hal. Awal perubahan yang paling menyolok adalah
diketemukannya rancang bangun (rekayasa/engineering) mesin uap sebagai sumber
energi untuk berproduksi, sehingga manusia tidak lagi tergantung pada energi-otot
ataupun energi alam. Lebih jauh lagi manusia bisa menggunakan sumber energi secara
lebih fleksibel, dipindahkan ataupun ditempatkan dimanapun lokasi aktivitas produksi
akan diselenggarakan. Ditemukannya mesin uap merupakan awal dikenalnya sumber
tenaga utama (prime mover) yang mampu meningkatkan mobilitas dan produktivitas

4
kerja manusia. Hal lain yang patut dicatat adalah diterapkannya rekayasa tentang tata
cara kerja (methods engineering) guna meningkatkan produktivitas kerja yang lebih
efektif-efisien dengan menganalisa kerja sistem manusia-mesin sebagai sebuah sistem
produksi yang terintegrasi. Dari hasil para ahli Taylor, Frank & Lillian Gilbreth, Fayol,
Muntersberg, Granjean, Barnes, Mundel, Kroemer, McCormick, Sanders dan lain-lain
telah dihasilkan paradigm-paradigma baru dalam berbagai penelitian kerja dengan fokus
pada manusia sebagai penentu tercapainya produktivitas dan kualitas kerja (quality of
work life) yang lebih baik lagi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut.

(1)Apakah yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja?


(2)Bagaimana aplikasi, metode dan pengembangan ergonomi ditempat kerja?
(3)Apakah tujuan, manfaat pelaksanaan dan ruang lingkup dari ergonomi di tempat
kerja?
(4)Apa saja prinsip ergonomi?
(5)Apa saja masalah yang ditimbulkan di tempat kerja?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

(1)Mendeskripsikan definisi dari Ergonomi.


(2)Mendeskripsikan aplikasi, metode dan pengembangan ergonomi di tempat kerja
(3)Mendeskripsikan tujuan, manfaat dan ruang lingkup ergonomi
(4)Mendeskripsikan prinsip-prinsip ergonomi

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. Ruang Lingkup
Globalisasi telah membawa semua persoalan menjadi semakin kompleks,
persaingan semakin keras, dan memerlukan perubahan-perubahan baik dalam
struktur organisasi, manajemen maupun sumber daya pendukung operasional di lini
produksi. Industri yang dahulunya dioperasikan dengan konsep pemanfaatan sumber
daya (material, energi, modal, dan manusia) yang serba terbatas untuk itu sistem
produksi harus benar-benar dioperasikan secara efektif dan efisien dalam era global
ini haruslah kemudian dikembangkan dengan penguasaan infomasi (knowledge
based industry) dan jaringan kerja (networking) yang lebih baik.
Begitu juga sistem produksi yang dahulunya dikembangkan melalui konsep
produksi masal (mass-production) dengan bertumpu pada pembuatan produk-produk
standard, cenderung kemudian harus ditata kembali secara fleksibel dan responsif ke
upaya pemenuhan kepuasan customer yang sangat beragam (mass-customization)
dengan pasar yang lebih luas (mass-marketing). Begitu juga organisasi industri yang
awalnya dirancang mengikuti pola struktur hirarki-birokrasi yang menempatkan
manusia sebagai pekerja (karyawan) pabrik, selanjutnya beranjak dan bergeser maju
dalam pola struktur jaringan kerja (network). Disini aktivitas kerja manusia dan
begitu pula struktur organisasi kerjanya akan beraliansi dalam sebuah mata rantai
kerja sama dengan semangat kebersamaan (collaboration & partnership).
Untuk mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan
kompleks, maka Industri telah menunjukkan banyak perubahan maupun
penyesuaian dengan arah perkembangan yang ada salah satunya yaitu pendekatan
ergonomi. Pendekatan ergonomi dalam perancangan teknologi di industri telah
menempatkan rancangan produk dan sistem kerja yang awalnya serba rasional-
mekanistik menjadi tampak lebih manusiawi. Disini faktor yang terkait dengan fisik
(faal/fisiologi) maupun perilaku (psikologi) manusia baik secara individu pada saat
berinteraksi dengan mesin dalam sebuah rancangan sistim manusia-mesin dan
lingkungan kerja fisik akan dijadikan pertimbangan utama. Persoalan perancangan
tata cara kerja di lini aktivitas produksi nampaknya juga akan terus terarah pada
segala upaya untuk mengimplementasikan konsep “human-centered engineered
systems” dalam perancangan teknologi produk maupun proses dengan mengkaitkan
faktor manusia didalamnya.
Ergonomi atau Ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata
Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum.
Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa

6
ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia
seoptimal-optimalnya (Nurmianto, 1996).
Desain suatu pekerjaan manusia harus menjadikan manusia sebagai pusat
dalam perancangannya, berarti bahwa segala sesuatu yang dirancang seperti metode
kerja, peralatan, lingkungan fisik dan organisasi kerjanya harus dapat
mengakomodasi kemampuan dan keterbatasan manusia agar manusia dapat
melakukan pekerjaannya dengan efektif dan efisien. Sedangkan ergonomi industri
mempelajari tentang penerapan prinsip-prinsip ergonomi dalam perancangan kerja
di industri agar dapat diperoleh lingkungan kerja yang lebih aman, sehat dan
produktif. Kebutuhan untuk menerapkan ergonomi industri makin meningkat
terutama untuk menurunkan biaya produksi dengan menciptakan efisiensi kerja,
mengurangi ongkos asuransi kesehatan kerja dan dapat meningkatkan moral serta
motivasi kerja serta menciptakan keamanan kerja /work safety.
Sering dijumpai pada sebuah industri terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan
kerja tersebut disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak menajemen
perusahaan. Kecelakaan yang disebabkan oleh pihak pekerja sendiri, karena pekerja
tidak hati-hati atau mereka tidak mengindahkan peraturan kerja yang telah dibuat
oleh pihak manajemen. Sedangkan faktor penyebab yang ditimbulkan dari pihak
manajemen, biasanya tidak adanya alat-alat keselamatan kerja atau bahkan cara
kerja yang dibuat oleh pihak manajemen masih belum mempertimbangkan segi
ergonominya. Misalnya pekerjaan mengangkat benda kerja di atas 50 Kg tanpa
menggunakan alat bantu. Kondisi ini bisa menimbulkan cidera pada pekerja.
Identifikasi bahaya risiko pekerjaan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain dengan melakukan Hazard Identification and Risk Assessment Control
(HIRAC). Analisis risiko kerja dilakukan dengan mengidentifikasi semua faktor
risiko yang ada dalam proses kerja, melakukan penilaian risiko kerja dan melakukan
pengendalian faktor risiko. Menurut Neuman (2006) identifikasi faktor risiko
ergonomi dapat dilakukan dengan cara evaluasi lingkungan kerja, evaluasi sistem
kerja, evaluasi gangguan kesehatan dengan menggunakan kuisioner Nordic Body
Map, dan lain-lain. Evaluasi lingkungan kerja bertujuan untuk menilai apakah suatu
lingkungan kerja berpotensial untuk menimbulkan gangguan kesehatan ditinjau dari
aspek ergonomi. Kuisioner Nordic Body Map bertujuan untuk menilai apakah ada

7
terdapat dampak dari faktor ergonomi kerja terhadap timbulnya keluhan gangguan
muskuloskeletal pada pekerja.

Penerapan ergonomi dalam industry yaitu :


1. Posisi Kerja
Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk
dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan
tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu,
tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
1) Laki-laki dewasa 40 kg
2) Wanita dewasa 15-20 kg
3) Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
4) Wanita (16-18 th) 12-15 kg
b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
1) Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
2) Frekuensi pergerakan diminimalisasi
3) Jarak mengangkat beban dikurangi
4) Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkat tidak terlalu tinggi.
5) Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
c. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetic dari pedoman
penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :

8
 Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
 Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
1) Posisi kaki yang benar
2) Punggung kuat dan kekar
3) Posisi lengan dekat dengan tubuh
4) Mengangkat dengan benar
5) Menggunakan berat badan
d. Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
1) Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban
kerjanya
2) Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan
3) Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya
pada wanita muda dan yang sudah berumur.

Oleh karena itu penerapan prinsip ergonomi di tempat kerja diharapkan


dapat menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri pekerja
dan kinerja pekerja
2. Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja
3. Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan pekerja
saat bekerja
4. Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan kesesuaian
antara kemampuan pekerja dan persyaratan kerja.
5. Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja untuk
meningkatkan produktivitas.
6. Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja
7. Meningkatkan faktor keselamatan kerja
8. Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan kesejahteraan
untuk individu dan institusi. (www.wsib.on.ca)
Dengan melakukan penilaian ergonomi di tempat kerja dapat diperoleh 3
keuntungan yaitu:
i. Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja
ii. Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada pekerja
iii. Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja Peran ergonomi
sangat besar dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.

9
Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan untuk
mengalami beberapa keluhan antara lain :
1. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur
tubuhnya membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa
barang, pengantar barang & penerjun payung.
2. Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja
bangku, bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan pembawa/pemikul
keranjang, datarnya telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan
pemangkas rambut.
3. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para
penari, tendon para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis
pada pemoles kaca, pemain piano dan tukang kayu.
4. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi
kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan
buku, pemotong kaca, dan pengendara sepeda.

Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD (Cummulative


Trauma Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak teratur. Gejala ini muncul
karena terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk
kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit.
 Trauma pada jaringan timbul karena:
 Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.
 Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.
 Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.
 Contoh-contoh dari CTD:
 Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).
 Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pada bahu meradang).
 Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).
 Carpal Tunnel Syndrome
 Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).
 White finger (pembuluh darah di jari rusak).
Berdasarkan Antropometri, Biomekanika, Fisiologi Kerja, Pencegahan
dan Pengendalian Bahaya. Dengan diterapkannya ergonomi, sistem kerja dapat
menjadi lebih produktif dan efisien. Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil
penelitian ergonomi dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang penelitian, yaitu:
o Antropometri
o Biomekanika
o Fisiologi
o Pencegahan dan Pengendalian Bahaya
1. Antropometri
Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran dimensi

10
tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari tubuh yang relevan dengan
perancangan alat-alat/benda-benda yang digunakan manusia. Antropometri dibagi
atas dua bagian utama, yaitu:
a) Antropometri Statis (struktural). Pengukuran manusia pada posisi diam, dan
linier permukaan tubuh.
b) Antropometri Dinamis (fungsional). Yang dimaksud dengan antropometri
dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam
keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin
terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.
Yang sering disebut sebagai antropometri rekayasa adalah aplikasi dari
kedua bagian utama di atas untuk merancang workspace dan peralatan.Permasalahan
variasi dimensi antropometri seringkali menjadi faktor dalam menghasilkan
rancangan sistem kerja yang “fit” untuk pengguna. Dimensi tubuh manusia itu
sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang harus menjadi salah satu
pertimbangan dalam menentukan sampel data yang akan diambil. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Umur. Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar
20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan
berkurang setelah 60 tahun.
2. Jenis kelamin. Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar
kecuali bagian dada dan pinggul.
3. Rumpun dan Suku Bangsa
4. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.
5. Kondisi waktu pengukuran.
Metode Perancangan dengan Antropometri (Antropometric Method)
terdapat dua pilihan dalam merancang sistem kerja berdasarkan data antropometri,
yaitu:
1. Sesuai dengan tubuh pekerja yang bersangkutan (perancangan individual)
yang terbaik secara ergonomi.
2. Sesuai dengan populasi pemakai/pekerja Perancangan untuk populasi sendiri
memiliki tiga pilihan yaitu:
a) Design for extreme individuals.
b) Design for adjustable range.
c) Design for average
2. Biomekanika
Biomekanika adalah ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika dan
konsep-konsep mekanika untuk mendeskripsikan gerakan dan gaya pada berbagai
macam bagian tubuh ketika melakukan aktivitas. Faktor ini sangat berhubungan
dengan pekerjaan yang bersifat material handling, seperti pengangkatan dan

11
pemindahan secara manual, atau pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot
tubuh. Meskipun kemajuan teknologi telah banyak membantu aktivitas manusia,
namun tetap saja ada beberapa pekerjaan manual yang tidak dapat dihilangkan
dengan pertimbangan biaya maupun kemudahan.
Pekerjaan ini membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar dalam
durasi waktu kerja tertentu, misalnya penanganan atau pemindahan material secara
manual. Usaha fisik ini banyak mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun low back
pain, yang menjadi isu besar di negara-negara industri belakangan ini.
3. Fisiologi
 Pengukuran Konsumsi Energi
Secara garis besar, kegiatan-kegiatan kerja manusia dapat digolongkan
menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Pemisahan ini tidak dapat
dilakukan secara sempurna, karena terdapat hubungan yang erat antara satu dengan
lainnya. Apabila dilihat dari energi yang dikeluarkan, kerja mental murni relatif
lebih sedikit mengeluarkan energi dibandingkan kerja fisik. Kerja fisik akan
mengakibatkan perubahan pada fungsi alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui
perubahan :
a) Konsumsi oksigen.
b) Denyut jantung.
c) Pengeluaran Energi.
d) Peredaran udara dalam paru-paru.
e) Temperatur tubuh.
f) Konsentrasi asam laktat dalam darah.
g) Komposisi kimia dalam darah & air seni.
h) Tingkat penguapan, dan faktor lainnya.
Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat
dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu bekerja biasanya ditentukan
dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran :
a) Kecepatan denyut jantung
b) Konsumsi oksigen
Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dan
pokok, baik dalam penelitian lapangan maupun dalam penelitian laboratorium.
Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan
bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara
kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut
jantung pada saat istirahat. (Widyasmara, 2007).
 Pengukuran Beban Psikologis
Aspek psikologi dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap saat.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan psikologi tersebut. Faktor-

12
faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri pekerja (internal) atau dari luar diri
pekerja/lingkungan (eksternal). Baik factor internal maupun eksternal sulit untuk
dilihat secara kasat mata, sehingga dalam pengamatan hanya dilihat dari hasil
pekerjaan atau faktor yang dapat diukur secara objektif, atau pun dari tingkah laku
dan penuturan pekerja sendiri yang dapat diidentifikasikan. Pengukuran beban
psikologi dapat dilakukan dengan :
 Pengukuran beban psikologi secara objektif
a. Pengukuran denyut jantung.
Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan meningkatnya level
pembebanan kerja.
b. Pengukuran waktu kedipan mata.
Secara umum, pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi dengan
kedipan mata yang lebih sedikit, dan durasi kedipan lebih pendek.
c. Pengukuran dengan metoda lain.
Pengukuran dilakukan dengan alat flicker, berupa alat yang memiliki sumber
cahaya yang berkedip makin lama makin cepat hingga pada suatu saat sulit
untuk diikuti oleh mata biasa.
4. Pencegahan dan Pengendalian Bahaya
Menghilangkan, mengurangi, atau mengontrol adanya faktor resiko.
1. Pengendalian secara Teknik
Teknik kontrol adalah mekanisme yang lebih disukai untuk
mengendalikan bahaya ergonomis. Ini mungkin memerlukan merancang ulang
stasiun kerja, metode kerja, dan alat untuk mengurangi tuntutan pekerjaan, seperti
tenaga, pengulangan, dan posisi yang aneh. Seperti pada gambar dibawah ini salah
satu cara dalam bekerja secara ergonomis dengan cara pengadaan suatu alat (yaitu
berupa tempat duduk/kursi seperti yang ditunjukkan gambar dibawah ini).

Gambar:
Bekerja
secara
Ergonomis
(kiri) dan
Tidak
Ergonomis (kanan)
2. Pengendalian secara Administrasi
- Penggantian personil untuk berbagai macam pekerjaan dengan persyaratan fisik
yang berbeda.
- Membuat jadwal kerja / jadwal istirahat istirahat.

13
- Pelatihan personil untuk menggunakan metode kerja yang sesuai / cocok.
3. Desain Kantor Kerja. Kantor kerja harus mudah disesuaikan
untuk mengakomodasi pekerja dalam melakukan tugas.
4. Pelatihan
- Pelatihan harus memungkinkan setiap orang untuk mengenali faktor
risiko dan memahami prosedur yang digunakan untuk meminimalkan
resiko.
- Pelatihan penyegaran harus disediakan setiap tahun dan pelatihan
ulang harus dilakukan ketika personil ditugaskan ke pekerjaan baru
dengan risiko yang berbeda, atau risiko baru ditemukan.
B. Solusi Pemecahan Masalah
Ada dua prinsip utama yang harus diterapkan pada saat industri ingin
mengimplementasikan rancangan sistem kerja dengan pendekatan ergonomis, yaitu:
a. harus disadari benar bahwa faktor manusia akan menjadi kunci penentu sukses
didalam operasionalisasi sistem manusia-mesin (produk); tidak peduli apakah
sistem tersebut bersifat manual, semi-automatics (mechanics) ataupun full-
automatics, dan
b. harus diketahui terlebih dahulu sistem operasional seperti apa yang kelak dapat
dioperasikan dengan lebih baik oleh manusia; namun disisi lain dengan melihat
kekurangan, kelemahan maupun keterbatasan manusia maka barulah perlu
dipertimbangkan untuk mengalokasikan operasionalisasi fungsi tersebut dengan
menggunakan mesin/alat yang dirancang secara spesifik.
Penerapan ergonomi di indonesia masih tertinggal jauh, dibandingkan di luar
negeri. Ada beberapa prinsip dasar dalam melakukan program ergonomi yaitu :
i. Sebagai upaya proaktif untuk pencegahan terjadinya kecelakaan dan gangguan
kesehatan.
ii. Pelaksanaannya didasarkan pada hasil ilmu pengetahuan dan hasil penelitian
yang terbaik
iii. Bekerjasama dengan pekerja dan departemen terkait
iv. Fleksibel dan hindari satu ukuran untuk semua
v. Program yang dilaksanakan harus terjangkau dan sesuai kekuatan sumberdaya
yang dimiliki
vi. Program yang dilaksanakan harus jelas, singkat dan sederhana. (OSHA, 2004)
Adapun 3 langkah awal untuk membangun program ergonomi di tempat
kerja:
a. Membangun komitmen dari manajemen (ini sangat diperlukan dalam setiap
penerapan program, karena sistem yang baik harus ditunjang oleh dukungan dari
top management).

14
b. Mengadakan pelatihan ergonomi untuk mendorong adanya partisipasi dari
seluruh karyawan.(memeberikan pengetahuan kepada pekerja akan pentingnya
penerapan ergonomi demi meningkatkan produktivitas di tempat kerja).
c. Membentuk working group yang bertanggung jawab untuk penerapan program
ini ( team P2K3/ Health and Safety Executive).

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu
dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang
baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung jawab jawab terhadap
kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan
pedoman K3 di tempat kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun
lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
2. Resiko ergonomi yang menyebabkan kecelakaan kerja kebanyakan
disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak manajemen, karena
pekerja tidak hati hati atau mereka tidak mengindahkan peraturan kerja yang
telah di buat oleh pihak manajemen. Sedangkan faktor penyebab yang di
timbulkan dari pihak manajemen, biasanya tidak adanya alat alat keselamatan
kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen masih belum
mempertimbangkan segi ergonominya.
B. Saran
Dengan memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap industri harus
melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai sejauh mana kecocokan
rancangan sistem kerja yang ada (termasuk pekerjaan itu sendiri) dengan para
pekerjanya. Unsur-unsur sistem kerja yang dinilai meliputi mesin dan alat,
material, metode kerja, lingkungan fisik (pencahayaan, termal, kebisingan), tata
letak komponen dan ruang kerja (workplace and workspace). Evaluasi ergonomi
ini penting terlepas dari apa pun bentuk industri tersebut, mulai dari industri
manufaktur, industri jasa, ataupun industri proses.

16
DAFTAR PUSTAKA

Endra.Febri,2011,Penerapan Ergonomi Dalam Kesehatan,(online)


www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF
Suhadri.Bambang,2008, Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri,(online)
http://ebookbrowse.com/perancangan-sistem-kerja-dan-ergonomi-industri-pdf

Syafei. Yani,2007, Aplikasi Konsep Ergonomi dalam Pengembangan Design Produk


akan Memberikan Nilai Jual Produk yang Tinggi & Keunggulan Bersaing,
(online)
http://yanisyafei.atwiki.com/file/open/1/APLIKASIKONSEPERGONOMI.pdf

W.Sritomo,2006, Aplikasi Ergonomi dalam Peningkatan Produktivitas dan Kualitas


Kerja di Industri,(online)
http://www.its.ac.id/personal/files/pub/AplikasiErgonomidalamPengembanganPr
oduktivitas.pdf

Zuhair,2006, Pentingnya Bidang Ergonomika pada Lingkup LITBANG Menuju Era


Industrialisasi,(online) http://research.mercubuana.ac.id/proceeding/PENTINGNYA-
BIDANG-ERGONOMIKA.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai