Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ERGONOMI

ANTHROPOMETRI

Disusun oleh:
Kelompok 2 / K3-IVC

Naufal Nail 0520040092


Aulia Hamidah Hidayat 0520040093
Vida Fadhilatu Rohma 0520040094
Syariful Hakim Alfaruq 0520040095

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ergonomi merupakan cabang ilmu yang mempelajari mengenai interaksi antara
manusia dengan sistem. Ilmu ini juga mempelajari bagaimana postur dan posisi yang
tepat dalam bekerja. Alat atau sistem yang ergonomis juga dapat dijadikan branding di
pasaran oleh perusahaan – perusahaan terutama pada bidang manufaktur. Selain itu, untuk
mendukung adanya keergonomisan dari suatu sistem atau alat yang dirancang perlu
didukung dengan adanya data dari antropometri.
Anthropometri ialah ilmu yang mempelajari pengukuran terhadap dimensi-dimensi
tubuh manusia. Data dari hasil pengukuran dalam anthropometri akan menentukan
bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan perancangan produk
nantinya. Sehingga diperlukan untuk mengukur dimensi tubuh manusia dengan banyak
sampel. Karena semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya maka
semakin terlihat betapa besar variasi antara satu tubuh dengan yang lainnya baik secara
keseluruhan atau segmennya.
Saat ini aktivitas dari seorang pekerja tidak pernah lepas dari adanya alat atau barang.
Pekerjaan dapat dilakukan dengan nyaman dan diselesaikan secara cepat dengan bantuan
alat atau barang sebagai pendukung. Alat atau barang tersebut dapat berupa meja, kursi,
dan sebagainya. Dalam melakukan pekerjaannya sering sekali pekerja melakukan posisi
dan gerakan yang sama dalam waktu yang lama. Hal tersebut membuat sering terjadinya
keluhan dari pekerja mengenai sakit pada bagian tubuh tertentu seperti nyeri punggung,
nyeri pinggang, dan sebagainya.
Penyakit – penyakit yang timbul akibat adanya kerja yang tidak sesuai dengan
porsinya atau pekerjaan yang melebihi nilai ambang batas (NAB) dapat merugikan pihak
perusahaan. Anggaran biaya dari perusahaan akan ikut terganggu sebab harus melakukan
ganti rugi. Dengan adanya permasalahan tersebut, pihak perusahaan harus dapat membuat
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik. Oleh karena itu, didalam
perusahaan harus dapat diterapkan nilai keergonomisan suatu alat atau barang.
Peranan manusia pada hal ini akan berdasarkan pada kemampuan dan keterbatasan
terutama yg berkaitan dengan aspek pengamatan, kognitif, fisik maupun psikologinya.
Demikian peranan alat-alat tersebut seharusnya menunjang manusia (operator) pada
melaksanakan tugas yg ditentukan sebagai akibatnya tak menimbulkan stress tambahan
dampak beban kerja serta membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang diharapkan
tetapi berada di atas kapasitas atau kemampuan yang dimiliki manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengukur dimensi tubuh, kepala, tangan dan kaki pada masing
masing variabilitas?
2. Bagaimana cara menguji keseragaman data, korelasi dan koefisien determinasi, serta
regresi?
3. Bagaimana cara mengolah data survei terhadap produk yang akan di desain?
4. Bagaimana gambaran terhadap jenis atau tipe produk yang akan di desain?
5. Bagaimana desain dari rancangan produk atau fasilitas kerja yang akan di desain?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami cara mengukur dimensi tubuh, kepala, tangan dan kaki
pada masing masing variabilitas
2. Mahasiswa mampu memahami cara menguji keseragaman data, korelasi dan koefisien
determinasi, serta regresi
3. Mahasiswa mampu memahami cara mengolah data survei terhadap produk yang akan
di desain
4. Mahasiswa mampu memahami gambaran terhadap jenis atau tipe produk yang akan
di desain
5. Mahasiswa mampu memahami desain dari rancangan produk atau fasilitas kerja yang
akan di desain.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Ergonomi
Pengertian ergonomi menurut Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan
Kerja RI (2003) yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan mereka. Sedangkan menurut Sutalaksana, dkk (2006) ergonomi
merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan tersebut dengan
efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien.
Ergonomi juga dapat dilakukan dengan menjabarkannya dalam fokus, tujuan,
dan pendekantan mengenai ergonomi dalam jurnal dimana dalam penjelasannya
disebutkan sebagai berikut (Wijaya, 2016) :
1. Secara fokus : Ergonomi memfokuskan diri pada manusia dan interaksinya
dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan dimana sehari-
hari manusia hidup dan bekerja.
2. Secara tujuan : Tujuan ergonomi ada 2 yaitu peningkatan efektivitas dan
efisiensi kerja, serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan seperti peningkatan
keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah, dan sebagainya.
3. Secara pendekatan: Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai
keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku,
dan motivasi untuk merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas
manusia tersebut sehari-hari.
Penerapan ergonomi memiliki tujuan secara umum tersendiri agar pengguna
nyaman dalam menggunakan hasil produk penerapan ergonomi (Tarwaka, 2004) :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek teknis, ekonomis,
dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas
kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Berkaitan dengan perancangan produk, terdapat beberapa aspek
ergonomis yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan sebagai berikut :
1. Sikap dan posisi kerja
Terdapat beberapa jenis pekerjaan yang memerlukan sikap dan posisi tertentu
yang kadang-kadang membuat pekerja tidak nyaman atau mengenakkan.
Kondisi kerja tersebut memaksa pekerja selalu berada pada sikap atau posisi
yang “aneh” dan kadang-kadang juga memerlukan jangka waktu yang lama.
Hal ini pasti akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, membuat banyak
kesalahan atau menderita penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, untuk
menghindari sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman ini pertimbangan-
pertimbangan ergonomis antara lain :
a. Mengurangi posisi kerja operator yang sering membungkuk dengan
frekuensi kegiatan yang seringa tau jangka waktu yang lama. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka stasiun kerja harus dirancang dengan
data antropometri agar operator dapat menjaga sikap dan posisi kerja tetap
tegak dan normal. Ketentuan ini sangat ditekankan pada pekerjaan-
pekerjaan yang dilakukan dalam posisi berdiri.
b. Saat bekerja operator tidak dianjurkan menggunakan jarak jangkauan
maksimum yang dapat dilakukan, pengaturan posisi kerja dalam hal ini
dilakukan dalam jangkauan normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan).
Posisi ini juga dapat memberikan sikap atau posisi yang nyaman dan akan
mempengaruhi aspek-aspek ekonomi gerakan. Oleh karena itu, operator
harus mampu dan cukup leluasa untuk mengatur tubuhnya saat bekerja,
agar memperoleh sikap dan posisi kerja yang lebih mengenakkaan
(Sritomo, 2006).
2. Kondisi lingkungan kerja
Pekerja diharapkan dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan
fisik kerja yang bervariasi dalam hal temperatur, kelembapan, getaran,
kebisingan dan lain-lain. Dengan adanya lingkungan fisik kerja yang bising,
panas atau atmosfir yang tercemar akan memberikan dampak negatif terhadap
performa maupun moral dan motivasi pekerja.
3. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja
Perancangan sistem kerja haruslah mempertimbangkan prosedur-prosedur
untuk mengkombinasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki
efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip
ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja dari suatu
industri. Oleh karena itu, hal ini akan memudahkan modifikasi yang
diperlukan terhadap prosedur kerja dan lain-lain.

2.2 Anthropometri
Anthropometri merupakan cabang dari human science yang berhubungan
dengan pengukuran tubuh manusia (Pheasant, 2015). Manusia berbeda-beda dalam
dimensi, ukuran dan karakteristik lain, desain produk atau fasilitas kerja
membutuhkan ilmu tentang variabilitas ini. Produk/fasilitas kerja seharusnya di desain
menyesuaikan dengan ukuran tubuh operator (Helander, 2006). Data Anthropometri
ini kita perlukan dalam proses rancang bangun fasilitas yang ergonomis.
Di dalam pengambilan data antropometri dapat dilakukan dengan
menggunakan dua pengukuran, seperti :
1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension) Pengukuran ini
dilakukan dengan posisi diam dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna).
Pengukuran dimensi struktur tubuh ini juga dikenal dengan istilah static
anthropometry.
2. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimension) Pengukuran ini
dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat melakukan gerakan - gerakan tertentu
yang berkaitan dengan gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi yang dinamis.
2.3 Jenis Pengukuran Anthropometri
Antropometeri terdiri atas dua cara pengukuran yaitu antropometri statis dan
antropometeri dinamis. Berikut merupakan penjelasan dari dua cara pengukuran
antropometri antara lain yaitu :

1. Anthropometri Statis
Pengukuran yang dilakukan pada antropometri statis yaitu dilakukan pada
tubuh manusia yang berada dalam posisi diam. Antropometri statis umumnya
juga disebut dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam
keadaan diam atau dalam posisi standar. Dimensi yang diukur dengan posisi
tetap yaitu antara lain berat badan, tinggi badan, ukuran kepala, panjang
lengan, panjang kaki, dan lain-lain. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
dimensi tubuh manusia yaitu diantaranya :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa
d. Pekerjaan
2. Anthropometri Dinamis
Pada pengukuran antropometri dinamis dilakukan saat tubuh manusia sedang
bergerak, sehingga lebih kompleks dan sulit untuk diukur. Antropometri
dinamis juga berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang
mungkin terjadi saat pekerjaan tersebut melaksanakan kegiatannya. Terdapat
tig akelas pengukuran dinamis, yaitu :
a. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti
keadaan mekanis dari suatu aktivitas. Contohnya yaitudalam
mempelajari performa atlet.
b. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Contohnya
yaitu jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang
dilakukan dengan berdiri atau duduk.
c. Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya yaitu analisis kinematika dan
kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator
komputer.

2.4 PenyebabVariabelitas
2.4.1 Usia
Digolongkan atas beberapa kelompok usia, yaitu:
 Balita
 Anak-anak
 Remaja
 Dewasa dan
 Lanjut usia
Usia jelas berpengaruh terutama jika desain sebuah produk diperuntukkan
untuk anthropometri anak-anak. Anthropometri manusia akan cenderung terus
meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa,
tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun yang antara
lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral
discs). Selain itu juga berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
2.4.2 Jenis Kelamin
Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita. Oleh
karenanya data anthropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu
disajikan secara terpisah
2.4.3 Rumpun dan Suku Bangsa
Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak
kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari
satu negara ke negara yang lain.
2.4.4 Faktor Kehamilan Pada Wanita
Faktor satu ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan
dengan analisis perancangan produk (APP) dan analisis perancangan kerja
(APK).
2.4.5 Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawan atau stafnya. Seperti misalnya: pekerja bidang militer diharuskan
memiliki tubuh yang lebih besar disbanding pekerja kantoran biasa
2.4.6 Cacat Tubuh
Factor ini jelas memngakibatkan perbedaan anthropometri dibandingkan
manusia normal. Masalah yang sering timbul, misalnya: keterbatasan jarak
jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk desain meja kerja,
lorong atau jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam lavatory,
jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, super
market dan lain-lain.
2.4.7 Keacakan atau Random
Walaupun pernah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas
sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya,
namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai
macam masyarakat.
2.4.8 Pakaian
Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh
bervariasinya iklim atau musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang
lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu
musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan
ukuran yang relatif lebih besar disbanding musim lainnya.

2.5 Dimensi Tubuh Anthropometri


Berikut merupakan penetapan pengukuran antropometri statis mata ukur dimensi
anggota tubuh posisi berdiri dan duduk sesuai Permenaker No.5 tahun 2018, yaitu
antara lain :

Tabel 2.4.1 Dimensi Tubuh Manusia


Tabel 2.4.2 Anthropometri Tubuh

2.4.3 Dimensi Tangan Manusia

2.4.4 Anthropometri Tangan


2.4.5 Dimensi Kepala Manusia

2.4.6 Anthropometri Kepala

2.4.7 Dimensi Kaki Manusia & Anthropometri Kaki


Perbedaan dalam ukuran tubuh disebabkan oleh faktor jenis kelamin dan genetik.
Laki-laki secara rata-rata memounyai ukuran 13 cm lebih besar daripada wanita, dan
cenderung lebih besar dalam sebagian besar ukuran tubuh (Helander, 2006). Perbedaan
genetik terlihat dari perbandingan individu yang hidup di negara yang berbeda.

Ukuran anthropometri biasanya ditunjukkan dalam persentile. Data anthropometri


biasanya merupakan data yang berdistribusi normal. Distribusi normal ditunjukkan
dengan nilai rata-rata dan standar deviasinya. Dengan mengetahui nilai rata-rata dan
standar deviasi, nilai persentil dapat dihitung.

Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dimensi tubuh. Untuk
memprediksi ukuran tubuh dari dimensi tubuh utama, dilakukan uji regresi

2.6 Uji Keseragaman Data Antropometri


Pengujian keseragaman data adalah tahap statistik yang dilakukan terhadap suatu
range untuk mengetahui jumlah data yang berada dalam batas in control dan out of
control. Data in control adalah data yang berada pada batas kontrol atas dan batas
kontrol bawah. Sedangkan data out of control adalah data yang berada diluar batas
kontrol atas dan kontrol bawah. Dengan menggunakan peta kontrol maka secara
langsung dapat melihat data yang berada dalam batas kontrol atas (BKA) dan batas
kontrol bawah (BKB). Uji keseragaman data berfungsi untuk memperkecil varian
yang ada dengan membuang data ekstrim. Jika terdapat data yang berada di luar batas
kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut harus dihapus (Bayu,
2014). Berikut merupakan langkah-langkah perhitungan uji keseragaman data :
1. Langkah pertama dalam uji keseragaman data pada antropometri yaitu
menghitung rata-rata dari setiap hasil pengamatan, dengan persamaan
berikut:

Keterangan :
xi = Jumlah data
n = Banyaknya pengamatan
2. Langkah kedua yaitu menghitung standar deviasi dengan persamaan berikut :
Keterangan :
s = Standar deviasi dari populasi
n = Banyaknya jumlah pengamatan
x = Data hasil pengukuran
3. Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas
kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data
ekstrim dengan menggunakan persamaan berikut:
BKA = X + kσ
BKB = X −kσ
Keterangan
X = rata-rata
σ = standar deviasi
k = nilai indeks pada tabel distribusi normal yang besarnya tergantung tingkat
kepercayaan yang diambil. Tingkat kepercayaan dapat dibagi menjadi :
a. Tingkat kepercayaan 0% - 68% harga k adalah 1
b. Tingkat kepercayaan 69% - 95% harga k adalah 2
c. Tingkat kepercayaan 96% - 100% harga k adalah 3

2.7 Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi atau menerangkan variasi dari
variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien determinasi, semakin baik nilai
variable independen dalam mempengaruhi variable independen. Nilai koefisien
determinasi berkisar antara 0 < R2 < 1. Misal, jika r = 0,98572, maka R2 = 0.97165 =
97 % . Nilai R = 97% menunjukkan bahwa 97% proporsi keragaman nilai peubah Y
dapat dijelaskan oleh nilai perubah X melalui hubungan linier, sisanya, yaitu 3 %
dijelaskan oleh hal-hal lain.

2.8 Melakukan Uji Regresi


Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk
model hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y) dengan satu atau lebih
variabel bebas (independent, prediktor, X). Apabila banyaknya variabel bebas hanya
ada satu, maka disebut sebagai regresi linier sederhana, sedangkan apabila terdapat
lebih dari 1 variabel bebas, disebut sebagai regresi linier berganda. Analisis regresi
setidak-tidaknya memiliki 3 kegunaan, yaitu: untuk tujuan deskripsi dari fenomena
data atau kasus yang sedang diteliti, untuk tujuan kontrol, serta untuk tujuan prediksi.
Yang akan dilakukan uji regresi linear hanya antar dimensi tubuh yang
memiliki R2 > 0,5. Untuk melakukan regresi linear, masukkan data mentah hasil
pengukuran. Independent variable (X) adalah dimensi tubuh utama dan dependent
variable (Y) adalah dimensi tubuh.
Jika menggunakan software SPSS, maka langkah penggunaan adalah, regresi
linier: analyze ► regression ► linier
2.9 Perancangan Produk
Perancangan produk yaitu suatu kebutuhan manusia yang berasal dari
pemikirannya. Perancangan produk diawali dengan pembuatan konsep awal dari hasil
pemikiran tersebut, dan selanjutnya masuk dalam tahap perancangan, tahap
pengembangan, dan tahap penyempurnaan. Setelah produk disempurnakan maka
produk akan masuk tahap pembuatan dan berakhir pada tahap pendistribusian produk.
Konsumen akan memilih produk yang nyaman untuk digunakan. Pada perancangan
produk membutuhkan prinsip desain. Prinsip desain dengan mempertimbangkan
antropometri manusia. Produk yang dihasilkan dari memperhatikan antropometri akan
nyaman dan mudah digunakan.

2.10 Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Produk

Menurut Wignjosoebrot (2006) data antropometri ini digunakan dalam


pengukura berbagai anggota tubuh baik yang diukur dalam posisi tetap (structural
body dimension), pada posisi bergerak dinamis sesuai dengan fungsi yang bisa
dikerjakan oleh anggota tubuh tersebut (functional body dimension) dan
dikelompokan berdasarkan nilai persentil dari populasi tertentu.
Pada saat proses pengaplikasian data antropometri yakni pada saat tahap
perancangan, persoalannya yang biasa terjadi yaitu ada dalam hal penentuan yang
tepat untuk dimensi ukuran untuk rancangan yang ingin dibuat agar bisa
mengakomodasikan/mencakup dari mayoritas dan potensial populasi yang akan
menggunakan/mengoperasikan hasil rancangan tersebut. Dalam hal ini ada dua
dimensi rancangan yang akan dijadikan dasar menentukan minimum atau maksimum
ukuran yang umum ingin ditetapkan, yaitu :
a. Dimensi jarak ruangan (clearance dimensions)
Dimensi jarak ruangan adalah dimensi yang diperlukan untuk menentukan
minimum ruang (space) yang diperlukan orang untuk dengan leluasa melaksanakan
aktivitas dalam sebuah stasiun kerja baik pada saat mengoperasikan maupun harus
melakukan perawatan dari fasilitas kerja (mesin dan peralatan) yang ada. Jarak
ruangan (clearance) dalam hal ini dirancang dengan menetapkan dimensi ukuran
tubuh yang terbesar (upper percentile) dari populasi pemakai yang diharapkan.
Sebagai contoh pada saat kita merancang ukuran lebar jalan keluar-masuk (personal
aisle) ke sebuah areal kerja, maka disini dimensi ukuran lebar jalan akan ditentukan
berdasarkan data antropometri (lebar badan) dengan persentil terbesar (95th atau
97.5th persentil) dari populasi.
b. Dimensi jarak jangkauan (reach dimension)
Dimensi jarak jangkauan adalah dimensi yang diperlukan untuk menentukan
maksimum ukuran yang harus ditetapkan agar mayoritas populasi akan mampu
menjangkau dan mengoperasikan peralatan kerja (tombol kendali, keyboard, dan
sebagainya) secara mudah dan tidak memerlukan usaha (effort) yang terlalu
memaksa. Disini jarak jangkauan akan ditetapkan berdasarkan ukuran tubuh terkecil
(lower percentile) dari populasi pemakai yang diharapkan dan biasanya memakai
ukuran 2.5th atau 5th persentil.
Berdasarkan dua dimensi rancangan diatas pada pengaplikasian data
antropometri ini agar bisa menghasilkan rancangan produk. Sehingga pada
penerapannya ini harus mengikuti beberpa prinsip agar rancangan suatu produk
nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya
Berikut merupakan prinsip-prinsip penggunaan data antropometri :
1. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu dengan Ukuran yang Ekstrim
Pada prinsip ini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi sasaran produk, yaitu :
a. Bisa untuk memenuhi ukuran tubuh manusia yang ekstrim dalam arti terlalu
besar atau terlalu kecil dibandingkan ukuran rata-rata.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas
dari populasi yang ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan
ditetapkan dengan cara:
a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan
produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar yaitu 90th,
95th atau 99th persentil.
b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai
percentile yang paling rendah 1th, 5th atau 10th percentile.
2. Prinsip Perancangan Produk yang Bisa Dioperasikan Diantara Rentang Ukuran
Tertentu
Pada prinsip ini rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup
fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran
tubuh. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam
inimaka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai
5-th s/d 95-th persentil.
3. Prinsip Perancangan Produk dengan Ukuran Rata -Rata
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia,
disini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-
rata. Berkaitan denga aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses
perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/
rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah seperti berikut:
a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana
nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut;
dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data
structural body dimension ataukah functional body dimension.
c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi
diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk
tersebut.
d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti.
e. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti; 90-th, 99-th ataukah nilai
persentil yang lain yang dikehendaki.
2.11 Pendekatan Ergonomi dalam Perancangan Stasiun Kerja
Berdasarkan dengan perancangan area atau stasiun kerja dalam industri, maka
ada beberapa aspek ergonomi yang harus dipertimbangkan seperti apa yang dijelaskan
oleh Sritomo (1995) sebagai berikut:
2.11.1 Sikap dan Posisi Kerja
Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang kurang sesuai ini, pertimbangan
- pertimbangan ergonomi antara lain menyarankan hal-hal berikut:
a. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan posisi membungkuk
dengan frekuensi yang sering dalam waktu lama.
b. Dirancang agar operator dapat menjaga sikap dan posisi kerjanya tetap
tegak dan normal.
c. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang
bisa dilakukan, harusnya dilakukan dalam jarak jangkauan normal.
d. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu
yang lama dalam sikap atau posisi miring.
e. Operartor tidak seharusnya bekerja dengan tangan atau lengan berada dalam
posisi diatas level siku normal dalam waktu yang lama.
2.11.2 Anthropometri dan Dimensi Ruang Kerja
Anthropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau
fungsi dari tubuh manusia termasuk disini ukuran linier, berat, volume, ruang
gerak, dan lain-lain. Data anthropometri ini akan sangat bermanfaat didalam
perencanaan peralatan kerja atau fasilitas – fasilitas kerja. Persyaratan
ergonomi mensyaratkan agar peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan orang
yang menggunakannya.
Dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu situasi fisik dan
situasi kerja yang ada. Di dalam menentukan dimensi ruang kerja perlu
diperhatikan hal hal seperti jarak jangkauan yang bisa dilakukan oleh operator,
batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan keleluasaan gerak
operator, dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan
tertentu.
2.11.3 Kondisi Lingkungan Kerja
Adanya lingkungan fisik kerja yang bising, bergetar, panas, atau
atmosfir yang tercemar akan memberikan dampak negatif terhadap performa
pekerja. Suara-suara bising dapat menyebabkan pendengaran pekerja menurun
dan juga dapat menyebabkan terganggunya sinyal peringatan untuk kondisi-
kondisi darurat. Jadi, penggunaan prinsip-prinsip ergonomi sangatlah penting
untuk mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan fisik kerja yang memiliki
potensi bahaya pada saat proses perancangan stasiun kerja dan sistem
pengendaliannya. Dengan demikian kondisi-kondisi bahaya tersebut bisa
diantisipasi dan diberi tindakan-tindakan preventif sebelumnya.
2.10.4 Efisiensi Ergonomi Gerak dan Pengaturan Fasilitas Kerja
Beberapa ketentuan-ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip ekonomi gerak yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan stasiun
kerja ialah sebagai berikut:
1. Mengorganisasi fasilitas kerja sehingga operator secara mudah akan
mengetahui lokasi penempatan material dan, peralatan kerja yang
dibutuhkan.
2. Membuat rancangan fasilitas kerja dengan dimensi yang sesuai data
anthropometri dalam range 5th s/d 95th percentile agar operator bisa
bekerja dengan leluasa dan tidak mudah lelah.
3. Mengatur suplai material ataupun peralatan secara teratur ke stasiun-
stasiun kerja agar operator tidak mengambil secara mandiri.
4. Membakukan rancangan lokasi dari peralatan kerja untuk model atau tipe
yang sama. Hal ini agar menghindari pelatihan ulang yang tidak perlu dan
human error.
5. Membuat rancangan kerja yang menciptakan keseimbangan kerja antara
tangan dan kaki.
6. Mengatur tata letak pabrik sesuai aliran proses produksinya dengan cara
mengatur letak fasilitas kerja yang disesuaikan dengan alur produksi. Hal
ini dilakukan untuk meminimalkan jarak pemindahan material selama
proses produksi berlangsung terutama untuk fasilitas-fasilitas yang
frekuensi perpindahannya cukup besar.
7. Mengkombinasikan lebih dari 1 peralatan kerja yang sudah berada dalam
posisi yang sesuai sehingga akan lebih efisien.
2.12 Dimensi Tubuh yang Digunakan
Persoalan dasar dalam pengaplikasian data anthropometri ialah dalam proses
perancangan ialah mengenai bagaimana bisa menemukan dimensi ukuran yang tepat
untuk rancangan yang ingin dibuat agar dapat mengakomodasikan mayoritas populasi
yang akan menggunakan hasil rancangan produk tersebut. Dalam hal ini dimensi yang
digunakan, yaitu:
a. Tinggi badan pada posisi duduk
b. Tinggi bahu pada posisi duduk
c. Tinggi siku pada posisi duuk
d. Tinggi lutut
e. Lebar bahu
f. Jarak lipat pantat ke lutut
g. Jarak dari siku ke ujung jari
h. Dimensi jarak ruangan (clearance dimensions)
2.13 Faktor Allowance
Faktor allowance merupakan nilai toleransi atas yang diperlukan dalam
perancangan produk sebagai pertimbangan perlu atau tidaknya penambahan ukuran
suatu produk dimana factor allowance mempengaruhi ukuran produk tersebut.
2.14 Kuesioner Nordic Body Map
Tujuan dari pengisian kuesioner yaitu untuk mengetahui ketidaknyamanan
para pekerja saat melakukan pekerjaannya. Kuesioner ini digunakan untuk
mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja.kuesioner ini yang paling sering
digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada pengguna produk karena sudah
terstandarisasi dan tersusun rapi. Melalui pendekatan nordic body map dapat
diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai
dari rasa tidak sakit hingga sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh
maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh
pengguna.
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis pada keluhan. musculoskeletal
disorder dengan menggunakan kuesioner nordic body maps. Nordic Body Maps
adalah sebuat alat berupa kuesioner yang digunakan untuk menganalisis keluhan yang
dirasakan pekerja pada musculoskeletal secara subjektif. Penilaian skor kuesioner ini
didasarkan pada pengelompokan skor ≤ 28 untuk tidak terdapat keluhan, skor 29 – 56
untuk keluhan ringan, skor 57 – 84 untuk keluhan sedang, dan skor 85 – 112 untuk
keluhan tinggi. Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang dibagi dalam
28 bagian seperti yang tampak pada gambar dibawah.
Gambar 2.14 Kuesioner Nordic Body Maps
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Anthropometri
1. Anthropometer
2. Meteran
3. Mistar
4. Jangka Sorong
3.1.2 Perancangan Produk
1. Software AutoCAD
2. Nordic Body Map menggunakan google formular
3.2 Prosedur Praktikum
3.2.1 Anthropometri
1. Menyiapkan lembar observasi untuk masing-masing pengukuran (tubuh, tangan,
kaki, kepala).
2. Mengambil data anthropometri semua praktikan .
3. Kelompok yang mendapat kesempatan pengambilan data, membagi tugas
menjadi :
 1 orang sebagai objek yang diukur.
 1 orang sebagai pengukur.
 1 orang sebagai pencatat data
(menyesuaikan dengan jumlah praktikan).
4. Proses pengukuran dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
a.) Tahap pertama (Anthropometri tubuh)
 Mempersiapkan alat ukur yaitu Anthropometer dan meteran
 Mengukur dimensi tubuh praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi
tubuh yang diukur 26 buah.
b.) Tahap kedua (Anthropometri tangan)
 Mempersiapkan alat pengukur yaitu anthropometer
 Mengukur dimensi tangan praktikan yang menjadi objek, dimana
dimensi tangan yang diukur sebanyak 20 buah.
c.) Tahap ketiga (Anthropometri kepala)
 Mempersiapkan alat pengukur yaitu anthropometer.
 Mengukur dimensi kepala praktikan yang menjadi objek, dimana
dimensi kepala yang diukur sebanyak 14 buah.
d.) Tahap keempat (Anthropometri kaki)
 Mempersiapkan alat pengukur yaitu anthropometer.
 Mengukur dimensi kaki praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi
kaki yang diukur sebanyak 8 buah.
5. Mengumpulkan data-data yang telah didapat dari kelas K3-4B dan K3-4C. Data
yang dihilangkan adalah data yang didapat dari kelompoknya sendiri.
6. Mengolah data sesuai dengan petunjuk pada sub Lembar Kerja.
7. Menyimpulkan dan menganalisa hasil data yang telah diolah.
3.2.2 Perancangan Produk
1. Praktikan menentukan objek yang ingin dibidik, bisa berupa perancangan dan
perbaikan produk atau fasilitas kerja.
a.) Objek boleh berupa produk jadi yang telah ada atau fasilitas kerja yang
telah ada.
b.) Objek merupakan suatu produk atau fasilitas kerja yang tidak ergonomis.
Hal ini bisa diketahui dengan survey pendahuluan dengan bantuan kuisioner
ataupun nordic body map.
c.) Cari data dimensi yang berhubungan dengan produk tersebut (tinggi awal,
lebar awal, dll).
2. Menentukan data ergonomi dan dimensi utama yang digunakan dalam
perancangan
a.) Tentukan dimensi tubuh mana yang menjadi fokus perhatian
b.) Tentukan data yang akan digunakan dalam perancangan, dengan asumsi
populasi yang dipakai adalah populasi kelas praktikan
c.) Perhatikan juga faktor allowance
3. Menentukan prinsip perancangan
a.) Pilih 1 diantara 3 prinsip perancangan yang telah ada, yaitu :
 Perancangan dengan ukuran ekstrim
 Perancangan yang bisa dioperasikan antara rentang ukuran tertentu
 Perancangan dengan ukuran rata-rata
b.) Pilih data-data mana saja yang dipakai
4. Gambar desain rancangan (before dan after) dalam ukuran dimensi skala.
Penggambaran bisa menggunakan program autocad, video, coreldraw, dll.
a.) Gambar produk awal dengan dimensi yang berskala
b.) Gambar roduk akhir rancangan beserta dimensinya
3.3 Flowchart
3.3.1 Anthropometri

Mulai

Mempersiapkan
lembar observasi

Mengambil data
anthropometri

Anthropometri tubuh: Anthropometri Anthropometri Anthropometri kaki:


1. Mempersiapkan tangan: kepala: 1. Mempersiapkan
anthropometer dan 1. Mempersiapkan 1. Mempersiapkan anthropometer dan
meteran anthropometer anthropometer meteran
2. Mengukur 26 2. Mengukur 20 2. Mengukur 14 2. Mengukur 8
dimensi tubuh dimensi tangan dimensi kepala dimensi kaki

Mengumpulkan data
anthropometri

Mengolah data

Menyimpulkan dan
menganalisa

Selesai
3.3.2 Perancangan Produk

Mulai

Menentukan objek yang ingin dibidik, dapat


berupa perancangan atau perbaikan produk

Menentukan data ergonomi dan dimensi utama


yang digunakan

Menentukan prinsip perancangan

Menggambar desain rancangan (before dan after)


dalam ukuran dimensi skala

Selesai

Anda mungkin juga menyukai