ANTHROPOMETRI
Disusun oleh:
Kelompok 2 / K3-IVC
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami cara mengukur dimensi tubuh, kepala, tangan dan kaki
pada masing masing variabilitas
2. Mahasiswa mampu memahami cara menguji keseragaman data, korelasi dan koefisien
determinasi, serta regresi
3. Mahasiswa mampu memahami cara mengolah data survei terhadap produk yang akan
di desain
4. Mahasiswa mampu memahami gambaran terhadap jenis atau tipe produk yang akan
di desain
5. Mahasiswa mampu memahami desain dari rancangan produk atau fasilitas kerja yang
akan di desain.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Ergonomi
Pengertian ergonomi menurut Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan
Kerja RI (2003) yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan mereka. Sedangkan menurut Sutalaksana, dkk (2006) ergonomi
merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan tersebut dengan
efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien.
Ergonomi juga dapat dilakukan dengan menjabarkannya dalam fokus, tujuan,
dan pendekantan mengenai ergonomi dalam jurnal dimana dalam penjelasannya
disebutkan sebagai berikut (Wijaya, 2016) :
1. Secara fokus : Ergonomi memfokuskan diri pada manusia dan interaksinya
dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan dimana sehari-
hari manusia hidup dan bekerja.
2. Secara tujuan : Tujuan ergonomi ada 2 yaitu peningkatan efektivitas dan
efisiensi kerja, serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan seperti peningkatan
keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah, dan sebagainya.
3. Secara pendekatan: Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai
keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku,
dan motivasi untuk merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas
manusia tersebut sehari-hari.
Penerapan ergonomi memiliki tujuan secara umum tersendiri agar pengguna
nyaman dalam menggunakan hasil produk penerapan ergonomi (Tarwaka, 2004) :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek teknis, ekonomis,
dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas
kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Berkaitan dengan perancangan produk, terdapat beberapa aspek
ergonomis yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan sebagai berikut :
1. Sikap dan posisi kerja
Terdapat beberapa jenis pekerjaan yang memerlukan sikap dan posisi tertentu
yang kadang-kadang membuat pekerja tidak nyaman atau mengenakkan.
Kondisi kerja tersebut memaksa pekerja selalu berada pada sikap atau posisi
yang “aneh” dan kadang-kadang juga memerlukan jangka waktu yang lama.
Hal ini pasti akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, membuat banyak
kesalahan atau menderita penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, untuk
menghindari sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman ini pertimbangan-
pertimbangan ergonomis antara lain :
a. Mengurangi posisi kerja operator yang sering membungkuk dengan
frekuensi kegiatan yang seringa tau jangka waktu yang lama. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka stasiun kerja harus dirancang dengan
data antropometri agar operator dapat menjaga sikap dan posisi kerja tetap
tegak dan normal. Ketentuan ini sangat ditekankan pada pekerjaan-
pekerjaan yang dilakukan dalam posisi berdiri.
b. Saat bekerja operator tidak dianjurkan menggunakan jarak jangkauan
maksimum yang dapat dilakukan, pengaturan posisi kerja dalam hal ini
dilakukan dalam jangkauan normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan).
Posisi ini juga dapat memberikan sikap atau posisi yang nyaman dan akan
mempengaruhi aspek-aspek ekonomi gerakan. Oleh karena itu, operator
harus mampu dan cukup leluasa untuk mengatur tubuhnya saat bekerja,
agar memperoleh sikap dan posisi kerja yang lebih mengenakkaan
(Sritomo, 2006).
2. Kondisi lingkungan kerja
Pekerja diharapkan dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan
fisik kerja yang bervariasi dalam hal temperatur, kelembapan, getaran,
kebisingan dan lain-lain. Dengan adanya lingkungan fisik kerja yang bising,
panas atau atmosfir yang tercemar akan memberikan dampak negatif terhadap
performa maupun moral dan motivasi pekerja.
3. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja
Perancangan sistem kerja haruslah mempertimbangkan prosedur-prosedur
untuk mengkombinasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki
efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip
ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja dari suatu
industri. Oleh karena itu, hal ini akan memudahkan modifikasi yang
diperlukan terhadap prosedur kerja dan lain-lain.
2.2 Anthropometri
Anthropometri merupakan cabang dari human science yang berhubungan
dengan pengukuran tubuh manusia (Pheasant, 2015). Manusia berbeda-beda dalam
dimensi, ukuran dan karakteristik lain, desain produk atau fasilitas kerja
membutuhkan ilmu tentang variabilitas ini. Produk/fasilitas kerja seharusnya di desain
menyesuaikan dengan ukuran tubuh operator (Helander, 2006). Data Anthropometri
ini kita perlukan dalam proses rancang bangun fasilitas yang ergonomis.
Di dalam pengambilan data antropometri dapat dilakukan dengan
menggunakan dua pengukuran, seperti :
1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension) Pengukuran ini
dilakukan dengan posisi diam dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna).
Pengukuran dimensi struktur tubuh ini juga dikenal dengan istilah static
anthropometry.
2. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimension) Pengukuran ini
dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat melakukan gerakan - gerakan tertentu
yang berkaitan dengan gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi yang dinamis.
2.3 Jenis Pengukuran Anthropometri
Antropometeri terdiri atas dua cara pengukuran yaitu antropometri statis dan
antropometeri dinamis. Berikut merupakan penjelasan dari dua cara pengukuran
antropometri antara lain yaitu :
1. Anthropometri Statis
Pengukuran yang dilakukan pada antropometri statis yaitu dilakukan pada
tubuh manusia yang berada dalam posisi diam. Antropometri statis umumnya
juga disebut dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam
keadaan diam atau dalam posisi standar. Dimensi yang diukur dengan posisi
tetap yaitu antara lain berat badan, tinggi badan, ukuran kepala, panjang
lengan, panjang kaki, dan lain-lain. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
dimensi tubuh manusia yaitu diantaranya :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa
d. Pekerjaan
2. Anthropometri Dinamis
Pada pengukuran antropometri dinamis dilakukan saat tubuh manusia sedang
bergerak, sehingga lebih kompleks dan sulit untuk diukur. Antropometri
dinamis juga berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang
mungkin terjadi saat pekerjaan tersebut melaksanakan kegiatannya. Terdapat
tig akelas pengukuran dinamis, yaitu :
a. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti
keadaan mekanis dari suatu aktivitas. Contohnya yaitudalam
mempelajari performa atlet.
b. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Contohnya
yaitu jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang
dilakukan dengan berdiri atau duduk.
c. Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya yaitu analisis kinematika dan
kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator
komputer.
2.4 PenyebabVariabelitas
2.4.1 Usia
Digolongkan atas beberapa kelompok usia, yaitu:
Balita
Anak-anak
Remaja
Dewasa dan
Lanjut usia
Usia jelas berpengaruh terutama jika desain sebuah produk diperuntukkan
untuk anthropometri anak-anak. Anthropometri manusia akan cenderung terus
meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa,
tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun yang antara
lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral
discs). Selain itu juga berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
2.4.2 Jenis Kelamin
Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita. Oleh
karenanya data anthropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu
disajikan secara terpisah
2.4.3 Rumpun dan Suku Bangsa
Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak
kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari
satu negara ke negara yang lain.
2.4.4 Faktor Kehamilan Pada Wanita
Faktor satu ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan
dengan analisis perancangan produk (APP) dan analisis perancangan kerja
(APK).
2.4.5 Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawan atau stafnya. Seperti misalnya: pekerja bidang militer diharuskan
memiliki tubuh yang lebih besar disbanding pekerja kantoran biasa
2.4.6 Cacat Tubuh
Factor ini jelas memngakibatkan perbedaan anthropometri dibandingkan
manusia normal. Masalah yang sering timbul, misalnya: keterbatasan jarak
jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk desain meja kerja,
lorong atau jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam lavatory,
jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, super
market dan lain-lain.
2.4.7 Keacakan atau Random
Walaupun pernah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas
sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya,
namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai
macam masyarakat.
2.4.8 Pakaian
Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh
bervariasinya iklim atau musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang
lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu
musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan
ukuran yang relatif lebih besar disbanding musim lainnya.
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dimensi tubuh. Untuk
memprediksi ukuran tubuh dari dimensi tubuh utama, dilakukan uji regresi
Keterangan :
xi = Jumlah data
n = Banyaknya pengamatan
2. Langkah kedua yaitu menghitung standar deviasi dengan persamaan berikut :
Keterangan :
s = Standar deviasi dari populasi
n = Banyaknya jumlah pengamatan
x = Data hasil pengukuran
3. Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas
kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data
ekstrim dengan menggunakan persamaan berikut:
BKA = X + kσ
BKB = X −kσ
Keterangan
X = rata-rata
σ = standar deviasi
k = nilai indeks pada tabel distribusi normal yang besarnya tergantung tingkat
kepercayaan yang diambil. Tingkat kepercayaan dapat dibagi menjadi :
a. Tingkat kepercayaan 0% - 68% harga k adalah 1
b. Tingkat kepercayaan 69% - 95% harga k adalah 2
c. Tingkat kepercayaan 96% - 100% harga k adalah 3
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Mempersiapkan
lembar observasi
Mengambil data
anthropometri
Mengumpulkan data
anthropometri
Mengolah data
Menyimpulkan dan
menganalisa
Selesai
3.3.2 Perancangan Produk
Mulai
Selesai