Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia
merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada
sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan
itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan
interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan
pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor
manusia.
Para karyawan dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja mereka tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu terlalu membungkuk, jangkauan
tangan yang tidak normal. Sehingga dari posisi kerja tersebut dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan yaitu kelelahan dan rasa nyeri
pada punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis tersebut, timbulnya rasa
nyeri pada bahu dan kaki akibat ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan
kerjanya.
Untuk itu dalam penelitian ini bergerak dalam bidang perkantoran dan objek
penelitian pada stasiun kerja bagian administrasi dalam perancangan ulang meja
kantor. Obyek penelitian ini akan dilakukan perancangan ulang (redesign) meja
dan kursi kantor dengan kondisi yang dapat menunjang peningkatan kerja
dari karyawan. Karena dengan kondisi kerja aman, nyaman, tentram dan
menyenangkan, manusia sebagai pekerja akan mencapai produktivitas yang tinggi
serta dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, berdasarkan uraian tersebut,
maka kami menerapkan ergonomi dengan analisis ergonomi terhadap rancangan

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana merancang atau redesign meja
dan kursi kantor pada bagian administrasi dengan memperhatikan aspek-aspek
ergonomis.
1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


 Mengetahui dan memahami tata cara pengukuran antropometri.
 Membekali praktikan dengan konsep-konsep mengenai
perancangan suatu sistem kerja/produk, yang berhubungan
dengan data-data atau informasi mengenai sifat, keterbatasan dan
kemampuan manusia.
 Menganalisa, menilai dan memperbaiki serta merancang suatu
sistem kerja yang berhubungan dengan manusia sebagai pemakai.
Manfaat
 Meningkatkan kenyamanan bagi pekerja dalam melakukan
aktifitas kerjanya dibagian administrasi, sehingga dapat
meningkatkan produktivitas dari perkerjaan tersebut.

1.4. Pembatasan Masalah

Agar praktikum ini tidak terlalu luas, sehinga dapat dikemukakan beberapa
pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut :
 Pengumpulan data antropometri yang dibutuhkan untuk
perancangan atau redesign meja kerja bagian administrasi
 Evaluasi ergonomi yang dilakukan hanya berkaitan dengan
analisa antropometri.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Ergonomi

Istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi


aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun
yang sebelumnya. Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu “Ergon”
dan “Nomos“ (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang
aspek – aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, managemen dan desain atau
perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi,
kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di
rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang
ergonomi dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja
dengan manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human Factor”.
Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli atau professional
pada bidangnya masing-masing, misalnya seperti : ahli anatomi,
arsitektur, perancangan produk ergonomi, fisika, fisioterapi, terapi
pekerjaan, psikologi dan teknik ergonomi.
Ergonomi adalah ilmu yang memanfaatkan informasi mengenai sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja.
Dengan ergonomi, diharapkan manusia yang berperan sentral dalam suatu
sistem kerja dapat bekerja lebih efektif dan optimal.
Tujuan ergonomi adalah untuk menambah efektifitas penggunaan
objek fisik dan fasilitas yang digunakan manusia dan merawat atau
menambah nilai tertentu yang layak, misalnya kesehatan, keselamatan,
kenyamanan, dan kepuasan pada proses penggunaan tersebut.
Berkenaan dengan bidang-bidang penyelidikan yang tersebut diatas,
maka terlihat sejumlah disiplin dalam ergonomi, yaitu :
 Anatomi dan fisiologi, yang mempelajari struktur dan fungsi tubuh
manusia.
 Antropometri, yaitu ilmu mengenai ukuran/dimensi tubuh manusia.
 Fisiologi psikologi, yang mempelajari sistem saraf dan otak manusia.
 Psikologi eksperimen, yang mempelajari tingkah laku manusia.

Dari definisi dan tujuan ergonomi tersebut, maka dapat kita katakan
bahwa dimana ada manusia disitu ergonomi berperan. Dalam kehidupan
sehari-hari peran ergonomi dapat terbagi dalam tiga kelompok :
 Peranan ergonomi dalam pendesainan produk.
 Peran ergonomi dalam upaya meningkatkan keselamatan dan
hygiene kerja.
 Peran ergonomi dalam upaya meningkatkan produktivitas

Diharapkan dengan memberlakukan ergonomi di tempat kerja (perkantoran)


dapat menghindarkan pegawainya dari kecelakaan yang dapat terjadi di suatu
kantor. Untuk itu ada setidaknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan
seorang pegawai pada saat akan bekerja yakni Cara Duduk yang Benar. Ada
beberapa prinsip yang berhubungan dengan cara duduk yang baik, diantaranya
yaitu :
 Posisi duduk pada otot rangka,
 Posisi duduk pada tulang belakang, dan posisi duduk pada pinggang
hendaknya harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari
nyeri dan cepat lelah.
 Posisi kaki harus berada pada alas kaki yang dapat bebas bergerak dan
fleksibel.
 Posisi duduk harus relaksasi sehingga tekanan tulang belakang tidak
meningkat dan tidak menjadi kaku.
2.2. Manusia dan Karakteristiknya

Kinerja suatu sistem kerja di dalam suatu perusahaan atau unit produksi
sangat tergantung pada interaksi antara elemen-elemen sistem kerjanya. Bila
interaksi antara elemen-elemen tersebut baik, maka kegiatan produksi berjalan
baik, sehingga dapat menghasilkan tingkat output yang diharapkan. Elemen-
elemen tersebut antara lain peralatan, lingkungan kerja, tempat kerja dan tenaga
kerja. Dari semua elemen ini yang terpenting adalah elemen manusia, karena
manusia merupakan pelaksana dari pekerjaan, sedangkan elemen yang lainya
merupakan elemen pendukung. Elemen-elemen pendukung perlu dirancang
sedemikian rupa untuk menjamin optimalitas manusia dalam melakukan
pekerjaanya. Prinsip ini disebut dengan Human Centered Design, atau
perancangan yang berpusat pada manusia.
Untuk menilai pengaruh kondisi kerja terhadap performansi kerja manusia
diperlukan kriteria yang jelas. Kriteria yang dapat digunakan dalam menguji
pengaruh kondisi kerja terhadap manusia adalah; kriteria fisiologi,kriteria
psikologi dan kriteria performansi kerja (Tiffin dalam Oesman, 2007). Adapun
penjelasanya sebagai berikut:

1. Kriteria Fisiologis Kemampuan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan


digambarkan sebagai aktifitas otot-otot tubuh. Pengurangan energi potensial
dalam otot ini disebut kelelahan fisiologis.
2. Kriteria Psikologis Perubahan psikologis terjadi dalam pekerjaaan atau
kondisi tertentu. Ukuran dan karateristik perubahan-perubahan psikologis
belum tergambarkan dengan jelas, tetapi ada alasan untuk mempercayai
bahwa terdapat dua variabel yang berpengaruh, yaitu kebosanan (boredom)
dan perasaan kelelahan atau keletihan, yang disebut kelelahan obyektif/
psikologis .
3. Kriteria Hasil Kerja Kriteria performansi kerja atau hasil kerja merupakan
indikator performansi kerja seseorang. Penurunan kerja ditandai oleh
pengurangan hasil kerja dari waktu ke waktu atau dari satu kondisi ke
kondisi yang lain . Kecenderungan penurunan hasil atau output kerja ini
biasa disebut sebagai kelelahan industri (industrial fatique).
Kelelahan (fatique) adalah suatu keadaan yang menunjukan penurunan efisiensi
dalam melakukan suatu pekerjaan. Kelelahan dibedakan dalam 2 bagian
(grandjean, 1993) yaitu :

1. Kelelahan Otot (muscular fatique) Kelelahan otot adalah suatu gejala


kesakitan yang dirasakan pada otot yang muncul akibat otot terlalu tegang.
Pada saat otot diberi stimulus misalnya dengan mengangkat, hal tersebut
akan menjadikan berkontraksi dan terjadi ketegangan. Jika stimulus tersebut
diberikan secara terus menerus maka dalam jangka waktu lama
performansinya akan menurun, yaitu pada kekuatan otot dan gerakan
semakin lambat. Kelelahan otot mengakibatkan hilangnya kemampuan
koordinasi gerakan alat-alat tubuh, serta meningkatnya kecenderungan
kesalahan dan kecelakaan yang menyertai kelelahan otot.

2. Kelelahan Umum (General Fatique) Salah satu gejala kelelahan umum


adalah munculnya perasaan letih. Suatu perasaan kelelahan akan teratasi jika
diadakan istirahat. Berdasarkan penyebabnya gejala keletihan umum dapat
dibedakan menjadi (grandjean, 1993): Visual fatique, General
bodly fatique, Mental fatique, Nervous fatique, Kelelahan kronis,
dan Circadian fatique. Jika kelelahan tidak disembuhkan, maka pada suatu
saat akan terjadi kelelahan kronis yang menyebabkan:

 Meningkatnya ketidak stabilan psikis (perilaku)


 Depresi
 Tidak semangat dalam bekerja.
 Meningkatnya kecenderungan sakit Prestasi yang diukur pada output
industri merupakan petunjuk yang pertama kali dipakai untuk menilai
akibat dari kelelahan. Perubahan prestasi atau performansi kerja berubah
secara teratur selama hari kerja dan selama minggu kerja yang
berkorelasi dengan perubahan ketegangan dan kelelahan (Grandjean,
1993).
2.3. Pengertian Anthropometri

Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri berasal


dari " anthro " yang berarti manusia dan " metri " yang berarti ukuran. Secara
definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi
yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada
dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dll. Yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses
perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan
interaksi manusia.
Dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompokan
ke dalam lima bidang penelitian yaitu : ( Sutalaksana, Teknik tata cara kerja)
 Anthropometri
 Biomekanika
 Fisiologi
 Pengindraan
 Lingkungan Fisik Kerja
Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai
pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun
sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil
diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
 Perancangan areal kerja
 Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas ( tools)
dan sebagainya.
 Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian , kursi, meja,
komputer dan lain-lain.
 Perancangan lingkungan kerja fisik.
Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu :
 Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam
keadaan diam/posisi diam/ tidak bergerak.
 Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai
posisi tubuh yang sedang bergerak.

Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linear (lurus)
dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif , maka
pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu. Faktor-
faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya :
1. Umur
Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir hingga kira-kira
berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Pada saat tersebut
ukuran tubuh manusia tetap dan cenderung untuk menyusut setelah kurang
lebih berumur 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin manusia yang bebeda akan mengakibatkan dimensi anggota
tubuhnya berbeda. Perbedaan dimensi tubuh ini dikarenakan fungsi yang
berbeda.
3. Suku bangsa
Suku bangsa juga memberikan ciri khas mengenai dimensi tubuhnya.
4. Jenis pekerjaan atau latihan
Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering dipekerjakan
akan mengakibatkan otot tersebut bertambah lebuh besar. Misalnya : dimensi
seorang buruh pabrik. Dimensi seorang binaragawan dan sebagainya.
5. Posisi Tubuh
Sikap (posture) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran
tubuh. Oleh sebab itu, posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survey
pengukuran.
Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran, yaitu:
 Pengukuran dimensi struktur tubuh (structure body dimension)
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan
tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh
dengan cara ini dikenal dengan static anthropometry.
Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat
badan, tinggi tubuh, dan posisi berdiri/duduk, panjang lengan, dan
sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu, seperti 5,
50, dan 95.
 Pengukuran dimensi fungsional tubuh (fungtional bodydimensions)
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat
berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan
kegiatan yang harus diselasaikan. Hal ini pokok yang
ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah
mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan era dengan gerakan-
gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu. Berbeda dengan cara pengukuran pertama, structural body
dimensions, yang mengukur tubuh dalam posisi tetap/statis (fixed), maka cara
pengukuran kali ini dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan
kerja atau dalam posisi yang dimanis. Cara
pengukuran semacam ini akan menghasilkan data dynamicanthropometry.
Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya ataupun ruang
kerja.

Untuk mengukur antropometri dinamis, terdapat tiga kelas pengukuran, yaitu:


1. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk
mengerti kedaaan mekanis dari suatu aktifitas, contohnya
mempelajari performasi seseorang,
2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja dan
3. Pengukuran variabilitas kerja.
2.4. Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Anthropometri

Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga


rata-rata (mean, x ) dan simpangan standardnya (standard deviation, sx ) dari data
yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka “percentiles” dapat ditetapkan sesuai
dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan persentil, maka yang
dimaksudkan di sini adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase dari orang
yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th
persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran
tersebut, sedangkan 5-th persentil akan menunjukkan 5% populasi akan berada
pada atau di bawah ukuran tersebut. Dalam anthropometri, angkan 95-th akan
menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan 5-th persentil sebaliknya
akan menunjukkan ukuran “terkecil”. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu
mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka di sini diambil rentang
2,5-th dan 97,5-th persentil sebagai batas-batasnya.
Pemakai nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan
data anthropometri dapat dijelaskan dalam tabel seperti berikut ini :
2.5. Aplikasi Data Anthropometri

Data anthropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam


anggota tubuh manusia dalam percentil tertentu akan sangat bermanfaat dalam
merancang suatu produk/fasilitas kerja. Prinsip-prinsip yang harus diambil dalam
dalam menerapkan data anthropometri :

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrem.


Perancangan produk dibuat agar dapat memenuhi 2 sasaran produk, yaitu :
 Sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim,
 Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas
dari populasi yang ada)

Agar dapat memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan
ditetapkan dengan cara :
a) Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan
produk umumnya didasarkan pada nilai percentile yang terbesar yaitu
seperti 90-th, 95-th, atau 99-th persentil.
b) Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai
persentil yang paling rendah (1-th, 5-th, atau 10-th persentil).

Pada umumnya aplikasi data anthropometri untuk perancangan produk/fasilitas


kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum, dan 95-th
untuk dimensi minimumnya.

2. Prinsip perancangan produk yang dapat dioperasikan diantara rentang tertentu


Di sini rancangan dapat diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksible
dioperasikan oleh tiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.
Pada umumnya aplikasi data anthropometri untuk perancangan produk/fasilitas
kerja akan menetapkan nilai 5-th s/d 95-th percentile.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata -rata


Prinsip perancangan produk didasarkan pada rata-rata ukuran manusia.
Permasalahan pokok yang ada disini adalah sedikit sekali mereka yang berbeda
dalam ukuran rata-rata. Mereka yang berada dalam ukuran ekstrim akan
dibuatkan rancangan tersendiri.
(Sritomo Wignjosoebroto, 1995, hal 67-69)
2.6. Tahapan Perancangan (Work Space) dalam Kaitannya dengan Data
Antropometri

Data antropometri sangat diperlukan untuk pertimbangan ergonomis.


Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses
perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/rekomendasi
yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah seperti berikut :

a. Mengidentifikasi anggota tubuh mana yang nantinya akan difungsikan


untuk mengoperasikan rancangan tersebut.

b. Menentukan dimensi anggota tubuh yang telah diidentifikasi tersebut,


dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data
antropometri statis ataukah data antropometri dinamis

c. Menetapkan populasi terbesar yang harus diakomodasikan dan menjadi


target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini disebut juga
sebagai segmentasi pasar.

d. Menetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti atau diantisipasi, yakni


apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang
ukuran yang fleksible (adjustable), ataukah ukuran rata-rata.

e. Memilih prosentase populasi yang akan diikuti, yaitu memilih persentil


yang dikehendaki.

f. Menghitung datanya sesuai persentil yang dikehendaki pada poin e. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 2.1 di atas. Aplikasikan data tersebut dan
tambahkan faktor kelonggaran bila diperlukan , seperti misalnya :
tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian, penggunaan hak sepatu,
dll.
Data Antropometri yang Diperlukan untuk Perancangan Produk/Fasilitas Kerja

Keterangan :

1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala)

2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).

6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat
sampai dengan kepala).

7. Tinggi mata dalam posisi duduk.

8. Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9. Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

10. Tebal atau lebar paha.


11. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.

12. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis.

13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.

14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan
paha.

15. Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).

16. Lebar pinggul/pantat.

17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak dalam gambar).

18. Lebar perut.

19. Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.

20. Lebar kepala.

21. Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.

22. Lebar telapak tangan.

23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar ke samping kiri-
kanan (Tidak ditunjukkan dalam gambar).

24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai
sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus ke atas. (vertikal).

25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya
no. 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar).

26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai
ujung jari tangan.

(Sritomo Wignjosoebroto, 1995, hal 69)


BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Alat

1. Kursi
2. Meteran
3. Lembar pengamatan
4. Kalkulator
5. Komputer/Laptop

3.2. Prosedur

Langkah-langkah dalam melakukan praktikum pengukuran Antropometri


adalah sebagai berikut, para praktikan melakukan pengukuran dimensi yang telah
ditentukan, yang dibantu oleh teman kelompoknya dan juga asisten dengan
menggunakan alat yang sesuai dan juga petunjuk dari gambar yang tersedia.
Setelah melakukan pengukuran, maka buat rancangan produk yang meja kantor
dengan menggunakan dimensi tubuh hasil pengukuran seluruh peserta praktikum
yang telah dihitung uji keseragaman data, uji kecukupan data, uji kenormalan data
serta persentil.
Adapun pengukuran yang dilakukan dalam praktikum Ergonomi &
Anthropometri adalah pengukuran dimensi tubuh dengan posisi berdiri, posisi
duduk. Para praktikan tidak diperbolehkan menggunakan pakaian dari bahan yang
tebal seperti: jeans dan lain-lain. Pengukuran untuk wanita dilakukan dan dibantu
oleh wanita juga demikian pula hal dengan pria. Pedoman Pengukuran Data
Antropometri dengan :
1. Pengukuran Dimensi Tubuh Posisi Berdiri
Pengukuran postur berdiri dengan standar :
 Subjek berdiri tegak
 Pandangan lurus ke depan
 Bahu dalam keadaan normal (relax)
 Lengan berada disisi tubuh dan dalam keadaan santai
 Posisi berdiri bebas dari tembok, alat ukur dan lain-lain

Cara Pengukuran
Data Yang Diukur
Jangkauan tangan Ukur jarak horisontal dari punggung samapi ujung jari tengah,
(JT) subjek berdiri tegak dengan betis, pantat dan punggung
merapat ke dinding, tangan direntangkan secara horizontal ke
depan.
Rentang tangan Ukur jarak horizontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri
(RT) sampai ujung jari terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri
tegak dan kedua tangan direntangkan horizontal ke samping
sejauh mungkin.
Tebal badan (TB) Subjek berdiri tegak, ukur jarak dari dada (bagian hulu hati)
samapai punggung secara horizontal.

2. Pengukuran Dimensi Tubuh Posisi Duduk


Pengukuran postur duduk dengan standar :
 Posisi duduk tegak
 Pandangan lurus ke dapan
 Bahu dalam keadaan santai
 Lengan atas vertikal, sedangkan lengan bawah dalam posisi horizontal
(membentuk 90°)
 Paha dalam posisi horizontal dan betis vertikal

Data Yang Diukur Cara Pengukuran


Tinggi Siku Duduk Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung
(TSD) bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas
vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut
siku-siku dengan lengan bawah.
Tinggi popliteal Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha.
(TPL)
3. Pengambilan Data Antropometri
Pengambilan data yang penulis lakukan yaitu Mahasiswa STT Bandung &
Karyawan PT Papandayan Cocoa Industries

a) Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil)


b) Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan
pemilihan persentil yang akan dipakai
c) Penyiapan alat ukur yang dipakai

Sebelum merancang meja dan kursi kantor, terlebih dahulu melakukan


pengukuran . berikut dimensi-dimensi tubuh (antropometri) yang akan digunakan
untuk merancang meja kantor :

a) Jangkauan Tangan (JT)


Data ini berguna untuk menentukan lebar dari meja kantor
b) Jangkauan Tangan ke Bawah (JTK)
Data ini digunakan untuk menentukan tinggi/kedalaman dari laci meja
kantor
c) Rentangan Tangan (RT)
Data ini berguna untuk menetapkan panjang dari meja kantor
d) Tebal Badan (TB)
Data ini digunakan untuk menentukan lebar dari meja kantor
e) Tinggi Siku Duduk (TSD)
Data ini digunakan untuk menentukan tinggi meja kantor
f) Tinggi Popliteal (TPL)
Data ini berguna untuk menentukan tinggi meja dari alas
4. Merancang Desain Meja dan Kursi Kantor

Perancangan Meja Kantor mempertimbangkan parameter berikut ini :

a. Ketinggian Meja

Ketinggian meja kantor harus sesuai. Bila terlalu tinggi, akan menyebabkan
bahu akan sering terangkat pada saat melakukan pekerjaan atau meletakan
tangan diatas meja sedangkan bila terlalu rendah maka sikap tubuh akan
membungkuk pada saat bekerja. Sifst tubuh yang seperti ini dapat
menyebabkan sakit pada otot-otot pinggang atau punggung dan sakit pada
otot-otot leher dan bahu.

b. Lebar & Panjang Meja

Meja kantor yang digunakan oleh karyawan dalam bekerja tidak seharusnya
menggunakan jarak jangkauan dan rentangan tangan maksimum yang bisa
dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak
jangkauan dan rentangan tangan minimum.

c. Ketinggian Laci Meja

Ketinggian laci pada Meja kantor yang digunakan oleh karyawan dalam
bekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan tangan ke bawah
maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan ketinggian laci dilakukan dalam
jarak jangkauan tangan ke bawah minimum. Disamping pengaturan ini bisa
memberikan sikap dan posisi yang nyaman juga akan mempengaruhi aspek-
aspek ekonomi gerakan. Selain itu dengan jangkauan tangan minimum
menyebabkan karyawan mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar
memperoleh sikap dan posisi kerja yang lebih nyaman.

d. Lebar Laci Meja

Lebar laci meja harus memperhatikan lebar dari kursi kantor serta diberikan
kelonggaran agar karyawan mendapatkan keleluasaan pada saat melakukan
pekerjaannya.
3.3. Pengumpulan Data

3.1.1 Preancangan Produk Berdasarkan Anthropometri dengan Produk :


Meja kerja

3.1.2 Sampel Data Anthropometri Manusia

NO NAMA JTDP JT B RT TB TSD TP


1 Adittiya 65 54 160 20 25 45
2 Ajidin 63 52 159 19 23 44
3 Ari w 65 54 160 19 25 45
4 Bagas E.F. 65 54 162 19 25 44
5 Dede Y 68 57 165 19 25 44
6 Hendi A 70 59 168 19 24 46
7 Iim S 70 59 167 19 23 46
8 Ilham B 63 52 158 20 22 44
9 Indra M 65 54 165 20 24 44
10 M Arif H 65 54 160 19 25 45
11 M Jenal 70 59 169 19 23 46
12 Ma'arizki 70 59 168 19 23 46
13 Maulana R 70 59 168 19 23 46
14 Rexy I 65 54 165 21 23 44
15 Riyanto 63 52 159 22 24 44
16 Sofian S 70 59 169 19 25 46
17 Stanislaus 70 59 169 19 25 46
18 Tomi R 70 59 169 19 25 46
19 Useo S 68 57 168 19 23 44
20 Vino A 70 59 165 20 24 46
21 Yusuf H 70 59 169 19 22 46
22 Roni M 65 54 160 19 25 45
23 Arif I 62 51 158 19 21 45
24 M Firdan 62 51 158 19 25 45
25 Rizal a 63 52 159 20 25 44
26 Hendra R 65 54 165 21 23 44
27 Deni H 68 57 168 19 24 44
28 Aji G 65 54 160 19 21 45
29 Asrul 65 54 165 20 23 44
30 Rinaldy h 68 57 168 19 22 44
31 Rudi r 70 59 168 19 24 46
32 M ramadan 65 53 160 20 25 45
33 Edim 68 56 168 21 22 44
34 Asep Syaripudin 68 56 167 22 21 46
35 Dede Muman 67 55 168 21 22 46
36 Yulius Ersa S 69 57 165 22 23 44
37 Asep Enang 70 58 168 22 24 44
38 Firman Jayusman 68 56 166 22 24 46
39 Amer Winarya 65 53 165 22 25 46
40 Yuni Wilda N 67 55 165 23 22 46
41 Rahmat Purwanto 69 57 168 19 23 44
42 Jajang Alimudin 65 53 167 20 25 46
43 Erwin Hermawan 65 53 165 21 22 46
44 Sena Andriana 65 53 159 22 21 45
45 Jenal Mutakin 69 57 159 22 22 45
46 Wiwit Gunawan 68 56 168 20 25 45
47 Anwar Huda 70 58 162 19 22 44
48 Akhmad Masuni 70 58 162 20 23 44
Herman
49 Suherman 68 56 163 19 25 44
50 Ramdhani 69 57 164 19 25 45
51 Nana Kosasih 70 58 166 19 25 44
52 Mansur Sudrajat 68 56 165 20 22 44
53 Supriatna 67 55 165 20 24 46
54 Hari Suhariadi 64 52 168 22 25 45
55 Teguh Riyanto 68 56 159 22 23 44
56 Yudi Darusman 69 57 160 20 23 44
57 Tono Sumartono 70 58 160 21 23 44
58 Dindin D 65 53 162 21 24 46
59 Faedulloh Fahmi 66 54 166 20 21 44
60 Saeful Saleh 69 57 165 21 21 45
61 Opik Kustira 68 56 163 20 22 46
62 Fitrah 70 58 165 22 25 45
63 Saini Mulyadin 70 58 165 22 24 46
64 Chaeru Rohman 70 58 162 20 23 44
65 Asep Kusnandar 70 58 169 20 23 45

Keterangan :
 TJDP = Tinggi Jangkauan Depan
 TJB = Tinggi Jangkauan Bawah
 RT = Rentang Tangan
 TB = Tebal Badan
 TSD = Tinggi Siku Duduk
 TP = Tinggi Politeal
3.3. Pengolahan Data

3.3.1 Uji Keseragaman, Kenormalan dan Kecukupan Data


1. Uji Keseragaman Data Menggunakan SPSS

Anda mungkin juga menyukai