Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi
Ergonomi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman
interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem, profesi yang menerapkan
teori, prinsip, data dan metode dalam merancang untuk mengoptimalkan
kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan. Secara hakiki
ergonomi berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk
menunjukkan kinerja yang terbaik dan mengurangi kelelahan manusia (Operator)
dalam bekerja. Kelelahan kerja dilakukan dengan analisa subyektifitas dan beban
kerja (Andriani, 2014).
Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan).
Definisi ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan alat, cara
kerja dan lingkungan pada kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga
diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien
sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya. Kemampuan manusia
sangat ditentukan oleh faktor-faktor profil, kapasitas fisiologi, kapasitas psikologi
dan kapasitas biomekanik, sedangkan tuntutan tugas dipengaruhi oleh
karakteristik dari materi pekerjaan, tugas yang harus dilakukan, organisasi dan
lingkungan dimana pekerjaan itu dilakukan (Mustika, Sutajaya, 2016).
Istilah “Ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula
dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di
tempat kerja, di rumah maupun tempat rekreasi. Didalam ergonomi dibutuhkan
studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan
manusianya. Ergonomi disebut juga dengan “Human Factors” (Rochman, dkk.
2012)
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan
elemen-elemen lain dalam suatu sistem, serta profesi yang mempraktekkan teori,
prinsip, data, dan metode dalam perancangan untuk mengoptimalkan sistem agar
sesuai dengan kebutuhan, kelemahan, dan keterampilan manusia. Menurut Zeki,
dkk (2017) Faktor-faktor risiko Ergonomi secara garis besaryang menyebabkan
resiko MSDs dapat dipaparkan adalah sebagai berikut:
 Gerakan Berulang
 Postur Canggung
 Tekanan/Stres
 Getaran
 Pengerahan tenaga yang berlebihan
 Durasi
 Postur Statis
 Lingkungan Fisik (Suhu dan Penerangan)
 Dan kondisi lainnya
Ergonomi memiliki tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja
dengan manusianya. Ergonomi disebut juga “Human Factors”. Ergonomi juga
digunakan oleh berbagai macam ahli profesional pada bidangnya misalnya: ahli
anatomi, arsitektur, perancangan produk industri,fisika, fisioterapi, terapi
pekerjaan, psikologi dan teknik industri. (Definisi diatas adalah berdasar pada
International Ergonomics Association). Selain itu ergonomi juga dapat
diterapkanuntuk bidang fisiologi, psikologi, perancangan, analisis, sintesis,
evaluasi proses kerja danproduk bagi wiraswastawan, manajer, pemerintahan,
militer, dosen dan mahasiswa Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan
aktivitas rancang bangun (desaign)ataupun rancang ulang (redesaign). Hal ini
dapat meliputi perangkat keras seperti misalnyaperkakas kerja (tools), bangku
kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem
pengendali (controls), alat peraga (displays), jalan/lorong (acces ways),pintu
(doors), jendela (windows), dan lain-lain. Ergonomi juga memberikan peranan
penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya:
desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem
kerangka dan otot manusia, desainstasiun kerja untuk alat peraga (visual display
unit station). Menurut Tarwaka (2004) salah satu tujuan dari penerapan ergonomi
yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. Tujuan ergonomi adalah
menambah efektivitas penggunaan objek fisik dan fasiltas yang digunakanoleh
manusia dan merawat atau menambah nilai tertentu, misalnya kesehatan,
kenyamanan, dan kepuasan, pada proses penggunaan tersebut.
Menurut suma’mur (2009) Ergonomi memiliki dua tujuan, yaitu:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan dan aktivitas-aktivitas
lain, termasuk meningkatkan kenyamanan penggunaan untuk mengurangi
kelelahan (penyebab kesalahan) dan meningkatkan produktivitas.
2. Meningkatkan nilai-nilai kualitatif yang dapat diamati dan dirasakan
namun sulitdiukur, seperti keamanan, mudah diterima oleh pemakai,
kepuasan kerja dan kualitas hidup.
Pemanfaatan prinsip-prinsip ergonomi dalam mendesain suatu produk
membuat produk tersebut menjadi lebih sesuai dengan pemakai (users friendly),
memuaskan, nyaman dan aman. Ergonomi dapat dilakukan dengan
menjabarkannya dalam fokus, tujuan, dan pendekatan mengenai ergonomi
(Wijayadkk, 2016) dalam jurnal dimana dalam penjelasannya disebutkan sebagai
berikut:
1. Secara fokus :Ergonomi memfokuskan diri pada manusia dan interaksinya
dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan dimana sehari-
hari manusia hidup dan bekerja.
2. Secara tujuan :Tujuan ergonomic ada 2, yaitu peningkatan efektivitas dan
efisiensi kerja, serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan seperti peningkatan
keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah, dsb.
3. Secara pendekatan :Pendekatan ergonomic adalah aplikasi informasi mengenai
keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku,
dan motivasi untuk merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas
manusia tersebut sehari-hari.
Menurut Iridiastadi dkk., (2014) ada beberapa sub-disiplin ergonomi
yaitu, sebagai berikut :
1. Antropometri yaitu Bidang yang mengkaji dimensi fisik tubuh manusia,
termasuk usia, tinggi berdiri, bobot panjang jangkauan lengan, tinggi duduk,
dan lain sebagainya. Data antropometri banyak dimanfaatkan dalam
perancangan produk, peralatan, serta tempat kerja.
2. Biomekanika kerja yaitu bidang yang memfokuskan pada proses mekanika
(gaya, momen, kecepatan, percepatan, serta tekanan) yang terjadi pada tubuh
manusia, terkait dengan aktivitas fisik yang dilakukan pekerja. Contoh
penerapan biomekanika adalah dalam penentuan bobot beban maksimal yang
boleh diangkat oleh seseorang, dengan meminimalkan risiko cedera pada
tulang belakang, atau dalam memahami bagaimana proses terpeleset/terjatuh
dapat terjadi.
3. Fisiologi kerja yaitu bidang yang mengkaji respons fungsi-fungsi tubuh
(misalnya sistem kardiovaskular), yang terjadi ketika sedang bekerja.
Aplikasinya dapat berupa penentuan besar beban kerja (energi yang
dikeluarkan) bila dibandingkan dengan kemampuan metabolik pekerja
(misalnya kapasitas aerobic maksimal), serta penentuan jadwal kerja istirahat
optimal yang meminimalkan stress dan kelelahan.
4. Human Information Processing yaitu bidang ergonomi yang mempelajari
bagaimana manusia merangsang informasi dari lingkungannya, dimulai dari
tahap mengindra adanya stimulus dan mempresepsikannya, sampai dengan
mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Bidang ini
mempelajari proses persepsi, mengingat, pemberian perhatian, serta
pengambilan keputusan. Bidang ini sangat bermanfaat, sebagai contoh, dalam
memahami bagaimana seorang operator mengartikan data yang diberikan oleh
suatu display, dalam menentukan moda yang terbaik (lisan, tulisan, atau berupa
gambar), dalam menyampaikan informasi kritis kepada pengguna, atau dalam
menentukan besarnya beban mental seoarang operator.
5. Human-Computer Interaction (HCI) yaitu bidang ergonomi yang mengkaji
tentang pengguna dan sistem komputer, dengan salah satu tujuannya Antara
lain meminimalkan kesalahan, meningkatkan kinerja sistem operasi, serta
meningkatkan kepuasan pengguna. Dalam penerapannya, pada bidang ini
dikaji rancangan perangkat keras maupun lunak seperti apa yang sesuai dengan
karakteristik (psikologis dan mental) dari penggunannya.
6. Display dan controls yaitu bidang ergonomi yang mengkaji tentang rancangan
display maupun kontrol yang cocok dengan karakteristik penggunanya. Contoh
aplikasinya Antara lain : penentuan jenis display (misalnya analog versus
digital), display untuk mesin-mesin industry, display dan control pada kabin
pesawat, maupun ACT (Air Traffic Controller), dan lain-lain.
7. Lingkungan kerja yaitu bidang ergonomi yang memfokuskan respons manusia
terhadap lingkungan kerja fisik, termasuk kebisingan, temperatur,
pencahayaan, getaran, dan lain sebagainya. Informasi yang diperoleh dari
bidang kajian ini dapat dimanfaatkan dalam menentukan, contohnya,
penempatan lampu penerangan, lama waktu istirahat, dampak rotasi kerja, serta
efek penggunaan alat pelindung diri.
8. Ergonomi makro, berangkat dari konsep sosio-teknologi, bidang ini merupakan
suatu pendekatan sistem dalam mengkaji kesesuaian Antara individu,
organisasi, teknologi, serta proses interaksi yang terjadi. Tujuannya adalah
tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan berkelanjutan melalui evaluasi
organisasi kerja. Dengan demikian, perbaikan tidak difokuskan pada operator
dan pekerjaannya, namun lebih pada perancangan sistem secara keseluruhan
sebagai upaya yang efisien dalam mencapai tujuan organisasi. Manfaat bidang
ini Antara lain berupa perbaikan sistem kerja yang bersifat bottom-up,
peningkatan quality of work life, serta meminimasi biaya yang terkait dengan
implementasi teknologi baru.
2.2 Beban Kerja
Menurut Tarwaka, dkk. (2004) dalam Handika, dkk (2020) beban kerja
merupakan beban setiap pekerjaan bagi yang bersangkutan. Selanjutnya Mutia
(2016) menyatakan bahwa secara garis besar kegiatan manusia dapat digolongkan
dalam dua komponen utama yaitu kerja fisik dan mental. Kerja fisik
menggunakan otot sebagai kegiatan sentral dan kerja mental menggunakan otak
sebagai pencetus. Kedua kegiatan ini tidak dapat dipisahkan secara sempurna
mengingat terdapat hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya.
Sehingga setiap beban kerja yang diterima harus sesuai dan seimbang dengan
kemampuan fisik maupun mental pekerja agar tercapai produktifitas dan efisiensi
dalam bekerja.
Dalam Wulandari (2017) Beban kerja dapat didefinisikan sebagai suatu
perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan
yang harus dihadapi, Meshkati (1988) dalam Tarwaka (2014:104). mengingat
kerja manusia bersifat fisik dan mental, maka masing masing punya tingkat
pembebanan yang berbeda-beda. Faktor beban kerja fisik secara umum hubungan
antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
sangat komplek, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Penilaian beban
kerja Fisik berdasarkan kebutuhan kalori menurut Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi melalui Permenakertrans Nomor: 51 tahun 2011 tentang NAB
Faktor Fisika dan Kimia menetapkan kategori beban kerja menurut kebutuhan
kalori sebagai berikut:

 Beban kerja ringan: 100-200 Kilo kalori/jam


 Beban kerja sedang : >200-350 Kilo kalori/jam
 Beban kerja berat : >350-500 Kilo kalori/jam

2.2.1 Beban Kerja Fisik


Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik yang disebut
manual operation sebagai sumber tenaga (power). Kerja fisik juga dapat
dinotasikan dengan dengan kerja berat atau kerja kasar karena kegiatan tersebut
memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung.
Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan tolak
ukur penentu berat atau ringannya suatu pekerjaan. Pengukuran beban kerja fisik
merupakan pengukuran beban kerja yang dilakukan secara objektif dimana
sumber data yang diolah adalh denyut nadi dan konsumsi energi. (Meutia, 2014)
Kepastian energi yang mampu dihasilkan oleh seesorang juga akan
dipengaruhi oleh faktor usia dengan kapasitas maksimum seorang pekerja adalah
pada usia antar 20-30 tahun (100%). Dimana dengan meningkatnya usia,
kemampuan tersebut juga akan menurun dengan persentase sebagai berikut:

Tabel 2.1 Persentase Kemampuan Sesorang Pekerja terhadap Usianya


Usia (tahun) Persentase Kemampuan (%)

20-30 100%

40 96%

50 90%

60 80%

65 75%

Sumber:Meutia (2014)
Kaitan ergonomi dengan kerja manusia tidak hanya untuk mengevaluasi
dan merancang kembali tata kerja yang harus diaplikasikan agar penggunanya
dapat bekerja dengan efektif dan efisien yang tinggi, tetapi juga mengevaluasi
penggunaan energi kerja terhadap aktivitas pekerja dalam rancangan fasilitas
tersebut. Penggunaan energi manusia ditentukan oleh gejala perubahan yang
tampak dan bisa diukur lewat fisik tubuh manusia seperti laju detak jantung,
tekanan darah, temperatur badan, laju pengeluaran keringat, konsumsi oksigen
yang dihirup, kandungan kimiawi dalam darah. Hubungan antara beban kerja dan
kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai 2 faktor yaitu internal dan eksternal.
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh
pekerja. Yeng termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task), organisasi dan
lingkungan kerja.

2.2.2 Beban kerja Fisiologi


Beban Kerja Fisiologi disebut juga dengan beban kerja mental. Untuk
mengukur beban kerja mental, salah satu metode digunakan adalah National
Aeronautics and Space Administration Task load Index (NASA-TLX). Salah satu
kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah kebutuhan akan oksigen yang
dibawa oleh darah keotot untuk pembakaran zat dalam menghasilkan energi.
Sehingga jumlah oksigen ang digunakan oleh tubuh untuk bekerja merupakan
indikator pembebanan selama bekerja. Adapun kategori beban kerja menurut
kebutuhan kalori sebagai berikut (Nugroho, 2017):
Beban kerja ringan : 100-200 Kkal/jam
Beban kerja sedang : >200-350 Kkal
Beban kerja berat : >350-500 Kkal/jam

Tabel 2.2 Klasifikasi Beban Kerja dan Reaksi Fisiologis


Energi Denyut Konsumsi
Expenditur jantung Oksigen
Tingkat
Kkal/menit Kkal/8jam Denyut/menit Liter/menit
Pekerjaan
Unduly Heavy >12,5 >6000 >175 >2,5
Very Heavy 10-12,5 4800-6000 150-175 2-2,5
Heavy 7,5-10 3600-4800 125-150 1,5-2
Moderate 5-7,5 2400-3600 100-125 1-1,5
Light 2,5-5 1200-2400 60-100 0,5-1
Very light <2,5 <1200 <60 <0,5
Sumber: Nugroho (2017)
2.3 Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah gangguan dan atau terjadinya
kerusakan pada sistem otot dan rangka tubuh manusia yang diakibatkan oleh
ketidakseimbangan beban aktivitas terhadap kemampuan otot dan rangka yang
secara signifikan langsung maupun tidak langsung mengurangi produktifitas
bekerjaProporsi terbesar dari nyeri persisten disebabkan oleh MSDs dengan
proporsi sepertiga hingga setengah dari persentasi multi-morbiditas.Di Indonesia,
proses produksi yang melibatkan tingginya kegiatan manual handling
(Pemindahan material secara manual), mendorong/menarik dan gerakan berulang
menimbulkan47% dari klaim terkait masalah musculoskeletal.(Laksana, dk.
2020)
Musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan suatu gangguan pada
system muskuloskeletal yang mengakibatkan gejala seperti nyeri akibat kerusakan
pada nervus, dan pembuluh darah pada berbagai lokasitubuh seperti leher, bahu,
pergelangan tangan, pinggul, lutut, dan tumit. WHO menyatakan bahwa gangguan
muskuloskeletal disebabkan oleh kontribusi dari berbagai faktor risiko yang juga
dapat memperberat gangguan ini. Faktor risiko tersebut antara lain faktor
individu, faktor pekerjaan atau biomekanik dan factor psikososial. Faktor
pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal dapat berasal dari
pajanan ergonomi berupa postur janggal, gerakan statis dan berulang juga dapat
berupa pajanan fisik seperti suhu dan getaran. Faktor psikososial berupa gerakan
kerja yang monoton, sedikit interaksisosial, lingkungan kerja yang terisolasi,
tuntutan performa kerja yang tinggi, kurangnya kontrol kerja, dan rendahnya
hubungan pengawas dengan pegawai berhubungan dengan timbulnya keluhan
musculoskeletal pada pekerja, sedangkan faktor individu yang berhubungan
dengan gangguan muskuloskeletal berupa sosiodemografis (jenis kelamin dan
umur) dan karakterisitik personal seperti antropometri, kelas sosial, tingkat
pendidikan, status merokok, konsumsi alkohol, kebiasaan olah raga dan masa
kerja.(Mayasari, dk. 2016)
Menurut Roberta (2017) Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada
bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan
sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara
berulang dan dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang
biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau
cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera
hilang apabila pembebanan dihentikan,dan
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terusberlanjut.

2.4 Biomekanika
Biomekanika adalah uraian suatu peristiwa yang berhubungan dengan
gerakan tubuh dan gaya-gaya yang dihasilkan secara mendalam agar suatu
gerakan tersebut menjadi efektif dan efisien, Biomekanika juga ilmu yang
menggunakan hukum-hukum fisika dan mekanika teknik untuk mendeskripsikan
gerakan pada bagian tubuh (kinematik) dan memahami efek gaya dan momen
yang terjadi pada tubuh (kinetik). Biomekanika juga merupakan keilmuan yang
mengombinasikan hukum-hukum fisika dan konsep-konsep teknik dengan
pengetahuan dari keilmuan biologi dan perilaku manusia. Mekanika dalam tubuh
mengikuti hukum newton mengenai gerak, kesetimbangan gaya dan
kesetimbangan. (Nugroho. 2015)
Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian
informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang
mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari
bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan
kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut. Dalam
biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan berkaitan untuk dapat
menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas dari
kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini. Disiplin ilmu ini tidak
terlepas dari kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini.
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Biostatis
Biostatis adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis
tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan
seragam (uniform).
2. Biodinamis
Biodinamis adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan–gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang terjadi
(kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh
(kinetik).
Biomekanika adalah suatu ilmu pengetahuan yang merupakan kombinasi
dari ilmu fisika (khususnya mekanika) dan teknik, dengan berdasar pada biologi
dan juga pengetahuan lingkungan kerja. Biomekanika umum adalah bagian dari
biomekanika yang berbicara mengenai hukum-hukum dasar yang mempengaruhi
tubuh organik manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Biostatik adalah
bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisa bagian tubuh dalam
keadaan diam maupun bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam
(uniform). Biodinamik adalah bagian dari biodinamika umum yang berkaitan
dengan gerakan-gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi
(kinematik) dan gaya yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).
Analisis biomekanika ada 2 (dua) yaitu secara statis berupa analisis besarnya
gaya dan momen yang terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu, saat tubuh
dalam kondisi tanpa gerakan. Sedangkan analisis biomekanika secara dinamis
adalah analisis besarnya gaya dan momen yang terjadi pada bagian-bagian tubuh
tertentu saat tubuh dalam kondisi bergerak atau melakukan pekerjaan (Sukania,
dkk. 2013).
Dengan demikian gerak tubuh merupakan sebuah sistem biologis yang
dapat diakui sebagai hasil interaksi sistem biologis dengan lingkungan
sekelilingnya. Interaksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Struktur dari lingkungan (bentuk dan stabilitas).
2. Medan dari gaya (arah relatif terhadap gravitasi, kecepatan gerakan).
3. Struktur dari sistem (susunan tulang, aktifitas otot, susunan segmen dari
tubuh, ukuran, integrasi motoric yang dibutuhkan untuk mendukung
postur).
4. Peranan dari keadaan psikologis (level keaktifan, motivasi).
5. Bentuk gerakan yang akan dikerjakan (kerangka dan organisasi gerakan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi biomekanika yaitu:
1. Keacakan random. Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok
populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa,
kelompok usia dan pekerjaanya, namun sudah masih akan ada perbedaan
yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat.
2. Jenis kelamin. Ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh pria dan
wanita. Untuk kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan
signifikan di antara mean dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan.
Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badanya daripada wanita
sehingga data antropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu
disajikan secara terpisah.
3. Suku bangsa. V ariasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah
menjadi hal yang tidak kalah pentingnya karena meningkatnya jumlah
angka migrasi dari satu negara ke negara lain.
4. Usia. Digolongkan atas berbagai kelompok usia yaitu:
a. Balita,
b. Anak-anak,
c. Remaja,
d. Dewasa dan lanjut usia
Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk
antropometri anak-anak. Antropometrinya cenderung terus meningkat
sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi
badan manusia mempunyaikecenderungan menu-run yang disebabkan
oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral discs) dan
berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
5. Jenis pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya
persyaratan dalam seleksi karyawannya, misalnya: buruh dermaga harus
mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan
karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan
jenis pekerjaan militer.

6. Pakaian. Hal ini juga merupakan sumber keragaman karena disebabkan


oleh bervariasinya iklim atau musim yang berbeda dari satu tempat ke
tempat yang lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim.
Misalnya pada waktu musim dingin manusia akan memakai pakaian yang
relatif lebih tebal dan ukuran yang relative lebih besar. Ataupun untuk
para pekerja di pertambangan, pengeboran lepas pantai, pengecoran
logam. Bahkan para penerbang dan astronout pun harus mempunyai
pakaiankhusus.
7. Faktor kehamilan pada wanita. Faktor ini sudah jelas mempunyai
pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan dengan wanita yang
tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan produk
dan analisis perancangankerja.
8. Cacat tubuh secara fisik. Suatu perkembangan yang menggembirakan
pada dekade terakhir yaitu dengan diberikannya skala prioritas pada
rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh
secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta merasakan “kesamaan”
dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di dalam pelayanan
untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul misalnya: keterbatasan
jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk desain meja
kerja, lorong atau jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam
lavatory, jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran, kampus, hotel,
restoran, supermarket danlain-lain.(Siska, 2012)
Biomekanika merupakan cabang hasil penelitian ergonomi. Biomekanika
menggambarkan beban yang dibawa pekerja dan meminimumkannya sehingga
dapat mengurani kecelakaan dan kesehatan kerja. Biomekanika mengukur
kekuatan fisik yang dimiliki tenaga kerja seperti kekuatan daya fisik dan
kemampuan tubuh manisia secara mekanis pada saat melakukan aktivitas dan
cara kerja serta fasilitas dan peralatan dirancang agar sesuai dengan kemampuan
tubuh manusia ketika melakukan pekerjaan. (Wijaya dk, 2018)

2.4.1 Maximum Permissible Limit (MPL)


Maximum Permissible Limit (MPL) menurut Purwaningsih (2007)
merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan
pengangkatan dalam satuan Newton yang distandarkan oleh NIOSH (National
Institute of Occupational Safety and Health). Besar gaya tekannya adalah dibawah
6500N pada L5/S1 sedangkan batasan gaya angkat normal (Action Limit) sebesar
3500N pada L5/S1 sehingga:
1. Fc < AL dikategorikan aman
2. AL < Fc < MPL dikategorikan perlu hati-hati
3. Fc > MPL dikategorikan berbahaya
Keterangan:
Fc = Gaya kompresi pada segmen vartebrae 5/Sacrum 1 (L5/S1)
AL = Batasan gaya angkat normal (Action Limit)
MPL = Batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1

Gambar 2.1 Presentase Persegmen Tubuh


Tabel 2.3 Lokasi Pusat Massa Setiap Segmen Tubuh
Segmen Jarak Titik Massa dari Jarak Titik Massa dari
Bagian Bawah (%) Bagian Atas (%)
Telapak kaki 57,1 42,9
Kaki 56,7 43,3
Paha 53,7 43,3
Kaki Badan dan Kepala 39,6 60,4
Lengan atas 56,4 43,6
Lengan bawah 57 43
Telapak tangan 50,6 49,4

Teknik perhitungan perhitungan keseimbangan gaya pada setiap segmen


tubuh manusia didapat moment resultan pada L5/S1. Keseimbangan tubuh dapat
tercapai pada aktivitas pengangkatan, moment pada L5/S1 dapat mengimbangi
gaya otot pada spinal erector (FM) yang cukup besar dan gaya perut (FA) sebagai
pengaruh tekanan perut (FA) sebagai pengaruh tekanan perut (PA) atau
Abdominal Pressure yang berfungsi untuk membantu kestabilan badan karena
pengaruh moment dan gaya.

Menurut Silviana (2019) Besarnya gaya tekan terhadap L5/S1 dapat dihitung
dengan dengan cara menghitung total gaya yang terjadi dirumuskan sebagai
berikut:
Wtot = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + Wt...............................................(2.1)
Wo = Mbenda x g..................................................................................(2.2)
Wbadan = Mbadan x g...............................................................................(2.3)
WH = 0,6 % x Wbadan...........................................................................(2.4)
WLA = 1.7 % x Wbadan.........................................................................(2.5)
WUA = 2.8 x Wbadan ............................................................................(2.6)
WT ==50 % x Wbadan...........................................................................(2.7)
Keterangan:
Wtot = Total gaya yang terjadi (Newton)
W0 = Berat beban (Newton)
WH = Berat telapak tangan (Newton)
WLA= Berat lengan bawah (Newton)
WUA= Berat lengan atas (Newton)
Wt = Berat pungung (Newton)
Menurut Dita (2020) Gaya perut (FA) dapat dicari dengan mencari terlebih
dahulu Tekanan Perut (PA) dengan persamaan:
−4
PA=10 ¿ ¿

FA =PA x AA.......................................................................(2.9)

Keterangan:

PA = Tekanan Perut
ƟH = Sudut inklinasi perut
ƟT = Sudut inklinasi kaki
AA = Luas diafragma (465 cm2)
Menurut Tayyari (1997) dalam Benedikta (2018) Keseimbangan gaya pada
setiap segmen tubuh manusia, didapat momen resultan pada L5/S1. Resultan
tersebut dioerhitungkan mulai dari perhitungan resultan ditangan, lengan bawah,
lengan atas, dan punggung. Persamaan yang digunakan untuk menghitung gaya
dan momen adalah:
1. Telapak Tangan
Fyw = W0/2 + WH.......................................................................(2.10)
Mw = (W0/2 + WH) x SL1 x CosƟ1...........................................(2.11)

Gambar 2.2 Pengukuran Telapak Tangan


Sumber: Tayyari (1997)
2. Lengan Bawah
Fye = Fyw + WLA................................................................................(2.12)
Me = Mw + (WLA x λ2 x SL2 x Cos Ɵ2) + (Fyw x SL2 + Cos Ɵ2)...(2.13)

Gambar 2.3 Pengukuran Lengan Bawah


Sumber: Benedikta (2018)
3. Lengan Atas
Fyx = Fye + Wua..............................................................................(2.14)

Ms = Me + (WUA x λ3 x SL3 x CosƟ3) + (Fye x SL3 x CosƟ3).....(2.15)

Gambar 2.4 Pengukuran Lengan Atas


Sumber: Nukhe Andrian Silviana (2019)
4. Punggung
Fyt = 2Fys + WT................................................................................(2.16)
MT =2Ms + (WT x λ4 x SL4 x CosƟ4) + (2Fys x SL4 x CosƟ4).....(2.17)

Gambar 2.5 Pengukuran Punggung


Sumber: sofiyanurriyanti dkk (2020)

Gambar 2.6 Model Sederhana dari Punggung Bawah (Low Back)


5. Gaya Perut dan Tekanan Perut
−4
PA=10 ¿ ¿

6. Gaya otot (FM) pada spinal erector


ML 5 S1−FAxD
FM = .......................................(2.19)
E
Gaya otot pada spinal erector dirumuskan sebagai berikut:
FM = Gaya otot pada spinal erector (Newton)
E = Panjang lengan momen otot spinal erector dari L5/S1
M(L5/S1) = Momen resultan pada L5/S1
D = Jarak dari gaya perut ke L5/S1(0,11m = 11cm)
7. Gaya Compres
Gaya kompres /tekan pada L5/S1 dapat dirumuskan sebagai berikut:
Fc = Wtot x CosƟ4 – FA + FM...................................(2.20)

Ketereangan:
Fc = Gaya kompresi pada L5/S1
Kategori untuk Fc:
Fc < AL dikategorikan aman
AL <Fc < MPL dikategorikan perlu hati hati
Fc > MPL dikategorikan berbahaya
Dimana AL = 3.500 N dan MPL = 6500 N

2.4.2 Recommanded Weight Limit (RWL)


Recommended Weight Limit (RWL) merupakan rekomendasi batas beban
yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan
tersebut dilakukan secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama.
RWL ini ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat. Persamaan
NIOSH berlaku pada keadaan (Muslimah, dkk. 2019):
1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun
pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.
2. Beban diangkat dengan kedua tangan.
3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8
jam.
4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau
berlutut.
5. Tempat kerja tidak sempit.
Menurut Zen (2014) Recommended Weight Limit (RWL)adalah suatu
perhitungan yang dilakukan untuk menentukan batas angkatan beban atau batasan
berat yang direkomendasikan dalam satu proses kerja terutama untuk pemindahan
material atau manual material handling dengan suatu posisi pengangkatan
tertentu. Persamaan dari RWL adalah sebagai berikut:

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM............................(2.21)
Keterangan:

RW = Batas beban yang direkomendasikan


LC = (Lifting Constanta) Konstanta pembebanan = 23kg
AM = (H1orizontal Multiplier) Faktor pengali horizontal = 25/H
VM = (Vertical Multiplier) Faktor pengali vertikal = 1 – 0,003[V – 75]
DM = (Distance Multiplier)Faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D
AM = (Acymentric Multiplier)Faktor pengali asimentrik = 1 - 0,0032A
FM = (Frequency Multiplier)Faktor pengali frekuensi
CM = (Coupling Multiplier) Faktor pengali kopling (handle).
Nuraini (2012) menyatakan nahwa RWL (RecommendedWeight Limit)
merupakan batas beban yang diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera
meskipun pekerjaan dilakukan dalam durasi waktu tertentu dan dalam jangka
waktu yang cukup lama. Metode RWL hanya dapat digunakan untuk
pengangkatan dengan menggunakan dua tangan, kemudian untuk menentukan
nilai dari metode RWL didapat dari pengali-pengali yang akan digunakan.
Berikut pengali-pengali yang akan digunakan:
1. Pengali Horizontal
Variabel yang digunakan untuk menghitung pengali horizontal adalah
Horizontal Location (L) yang diukur dari titik tengah garis yang menghubungkan
tulang pergelangan kaki bagian dalam ke titik yang diproyeksikan di lantai tepat
di bawah titik tengah dari genggam tangan. Berikut Tabel 2.4 Penggali
horizontal.

Tabel 2.4 Pengali Horizontal.

H (cm) HM
≤ 25 1.00
28 0.89
30 0.83
32 0.78
34 0.74
36 0.69
38 0.66
40 0.63
42 0.60
44 0.57
46 0.54
48 0.52
50 0.50
52 0.48
54 0.46
56 0.45
58 0.43
60 0.42
63 0.40
>63 0.00
Sumber: Denny Astrie Anggraini, Riko Ahmad Daus 2016

2. Pengali Vertikal
Variabel yang digunakan untuk menghitung pengali vertikal adalah
Vertical Location (V) didefinisikan sebagai ketinggian vertikal dari tangan di atas
lantai. (V) diukur secara vertikal dari lantai ke titik tengah di antara genggaman
tangan. Berikut Tabel 2.5 Penggali Vertikal

Tabel 2.5 Pengali Vertikal

V (cm) VM
0 0.78
10 0.81
20 0.84
30 0.87
40 0.90
50 0.93
60 0.96
70 0.99
80 0.99
90 0.96
100 0.93
110 0.90
120 0.87
130 0.84
140 0.81
150 0.78
160 0,75
170 0.72
175 0.70
>175 0.00
Sumber: Denny Astrie Anggraini, Riko Ahmad Daus 2016

Gambar 2.7 Untuk Menghitung Vertical Location (V)


Sumber: Denny Astrie Anggraini, Riko Ahmad Daus 2016

3. Pengali Jarak
Variabel yang digunakan untuk menghitung pengali jarak adalah Vertical
Travel Distance (D) yang didefinisikan sebagai vertikal jarak perjalanan tangan
antara asal dan tujuan lift. Berikut Tabel 2.6 Penggali Jarak

Tabel 2.6 Penggali Jarak


D (cm) DM
≤ 25 1.00
40 0.95
55 0.90
70 0.88
85 0.87
100 0.87
115 0.86
130 0.86
145 0.85
160 0.85
175 0.85
>175 0.00
Sumber: Denny Astrie Anggraini, Riko Ahmad Daus 2016

4. Pengali Asimetris
Variabel yang digunakan untuk menghitung pengali asimetris adalah
Asymmetric Angle (A) yang didefinisikan sebagai sudut antara garis asimetris dan
garis mid-sagital. Tabel 2.7 Penggali Asimetris

Tabel 2.7 Pengali Asimetris


A (*) AM
0 1.00
15 0.95
30 0.90
45 0.86
60 0.81
75 0.76
90 0.71
105 0.66
120 0.62
135 0.57
>135 0.00
Sumber:Denny Astrie Anggraini, Riko Ahmad Daus 2016
Gambar 2.8. Cara Menghitung Posisi Asimetris
Sumber: Denny Astrie Anggraini, Riko Ahmad Daus 2016

5. Penggali Frekuensi
Variabel yang digunakan untuk menghitung pengali frekuensi adalah
Lifting Frequency (F) mengacu pada jumlah rata-rata lift dibuat per menit, yang
diukur selama periode 15 menit. Berikut Tabel 2.8 Penggali Frekuensi.
Tabel 2.8 Penggali Frekuensi

Frekuensi Durasi Kerja


angk < 1 jam 1 jam < t < 2 jam 2 jam <t < 8jam
tn/mnt (F) V<30 V>30 V<30 V >30 V<30 V>30
< 0.2 1.00 1.00 0.95 0.95 0.85 0.85
0.5 0.97 0.97 0.92 0.92 0.81 0.81
1 0.94 0.94 0.88 0.88 0.75 0.75
2 0.91 0.91 0.84 0.84 0.65 0.65
3 0.88 0.88 0.79 0.79 0.55 0.55
4 0.84 0.84 0.60 0.60 0.45 0.45
5 0.80 0.80 0.50 0.50 0.35 0.35
6 0.75 0.75 0.42 0.42 0.27 0.27
7 0.70 0.70 0.35 0.35 0.22 0.22
8 0.60 0.60 0.30 0.30 0.18 0.18
9 0.52 0.52 0.26 0.26 0.00 0.15
10 0.45 0.45 0.00 0.23 0.00 0.13
11 0.41 0.41 0.00 0.21 0.00 0.00
12 0.37 0.37 0.00 0.00 0.00 0.00
13 0.00 0.34 0.00 0.00 0.00 0.00
14 0.00 0.31 0.00 0.00 0.00 0.00
15 0.00 0.28 0.00 0.00 0.00 0.00
>15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Sumber: Denny Astrie Anggraini, Riko Ahmad Daus 2016

6. Penggali Coupling
Untuk menentukan nilai pengali coupling terlebih dahulu harus ditentukan
klasifikasi dari coupling suatu pengangkatan. Berikut klasifikasi coupling dapat
dilihat pada Tabel 2.9
Tabel 2.9 Penggali Coupling
Coupling Multiplier
Coupling
V<30 inches V>30 inches
Type
(75 cm) (75 cm)
Good 1.00 1.00
Fair 0.95 1.00
Poor 0.90 0.95
Sumber: Denny Astrie Anggraini, Riko Ahmad Daus 2016

Adapun batasan batasan yang harus dipenuhu oleh masing masing faktor
yaitu:
H diantara 25 cm hingga 63 cm
V diantara 0 cm hingga 175 cm
D diantara 25 cm hingga 175 cm
A diantara 0 hingga 135 derajat
V diantara 0,2 hingga 15 kali permenit
Jika satu tangan lebih dominan mengankat beban dari jari fleksi paada 90 0
dibawah beban makan kopling dinilai sebagai “fair”.

2.4.3 LI (Lifting Index)


LI (Lifting Index) adalah estimasi sederhana terhadap resiko cedera yang
diakibatkan oleh overexertion berdasarkan beban beban dari nilai RWL dapat
ditentukan besarnya LI. Aktifitas mengangkat dengan L1>1 (moderately stressfull
task), akan meningkatkan resiko terhadap keluhan sakit pinggang (low back
pain), oleh karena itu, maka beban kerja harus didesain sedemikian rupa sehingga
nilai L1≤1. Beban kerja dengan nilai L1>1, mengandung resiko keluhan sakit
pinggang, sedangkan untuk nili L1>3 (Highly stressfull task), sudah dapat
dipastikan terjadinya over exertion.
Waters et al, (1993) dalam Sanjaya et.al, (2017 ) Untuk mengetahui indeks
pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang, dengan
persamaan:
Load Weight
LI = ......................................(2.25)
RWL

Keterangan: L = Berat beban yang akan dipindahkan

Ketentuan:
Jika LI ≤ 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cedera tulang
belakang. Jika LI > 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang
belakang.
Standar metode RWL adalah L1≤1, maka aktivitas tersebut tidak
mengandung resiko cidera tulang belakang sedangkan jika LI>1, maka aktivitas
tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang. Kelemahan metode ini
adalah postur kerja tidak diperhatikan secara detail hanya gaya dan beban yang
dianalisa, untuk penggunaan tenaga otot (statis/repetitif) dan postur leher belum
dianalisa (Zen, 2014)

2.5 Manual Material Handling (MMH)


Manual material handling (MMH) berhubungan dengan pemindahan
beban di mana pekerja menggunakan gaya otot untuk mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik, membawa, menggenggam objek. (Sutalaksana dkk, 1979).
Manual Material Handling (MMH) merupakan aktivitas pemindahan
bahan secara manual yang meliputi aktivitas mendorong, menurunkan,
mengangkat, menarik dan membawa adalah penyebab utama keluhan karyawan
di industri. Sebagian besar pekerja dalam melakukan pekerjaannya, postur
kerjanya tidak ergonomis atau tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu
tulang belakang terlalu membungkuk, jangkauan yang melebihi panjang
jangkauan tangan pekerja, peralatan kerja yang kurang sesuai dengan ukuran
antropometri sehingga dapat menimbulkan ketidaksesuaian antara pekerja,
peralatan dan lingkungan kerjanya. (Krishna, dkk.2018)
Aktivitas manual material handling merupakan aktivitas memindahkan
beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Occupational
Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual
material handling menjadi lima yaitu:
1. Mengangkat/menurunkan (lifting/lowering)
Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi
yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Sebaliknya, menurunkan adalah
memindahkan barang dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah.

Gambar 2.9 Kegiatan mengangkat dan menurunkan


Sumber: Muslimah (2008)

2. Mendorong/menarik (push/pull)
Mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha
bertujuan untuk memindahkan objek. Kegiatan menarik searah arah tubuh
dengan usaha bertujuan untuk memindahkan objek.

Gambar 2.10 Kegiatan mendorong dan menarik


Sumber: Muslimah (2008)
3. Memutar (Twisting)
Kegiatan memutar merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke dua sisi,
sementara tubuh bagian bawah berada dalam keadaan tetap. Kegiatan memutar
dapat dilakukan dalam keadaan tubuh diam.

Gambar 2.11 Kegiatan memutar


Sumber: Muslimah (2008)

4. Membawa (carrying)
Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan
memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.

Gambar 2.12 Kegiatan membawa


Sumber : Muslimah (2008)

5. Menahan (holding)
Kegiatan ini merupakan kegiatan memegang objek saat tubuh berada dalam
keadaan diam (statis).
Gambar 2.13 Kegiatan menahan
Sumber: Muslimah (2008)
Manual Material Handling (MMH) merupakan pekerjaan yang
meliputibeberapa aktivitas mulai dari kegiatanmengangkat (lifting), mendorong
(pushing),menarik (pulling), membawa (carrying), memindahkan (moving), atau
memegang (holding) suatu benda. Menurut American Material Handling Society
bahwa MMH dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan
(handling), pemindahan (moving), pengepakan (packaging), penyimpanan
(storing), dan pengawasan (controlling) dari material dengan segala bentuknya.
Beberapa pekerjaan yang dilakukan secara manual dengan cara yang berbahaya
dapat menyebabkan gangguan-gangguan pada bagian-bagian tertentu. Beberapa
pekerjaan manual dilakukan dengan cara yang berbahaya sehingga dapat
menyebabkan keluhan.(Adiyanto,dkk 2019)
Siska (2018) mengatakan bahwa Manual Material Handling (MMH)
adalah suatu kegiatan transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih
dengan melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik,
mengangkut, dan memindahkan barang. Selama ini pengertian MMH hanya
sebatas pada kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek kekuatan vertical.
Padahal kegiatan MMH tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih ada
kegiatan pushing dan pulling di dalam kegiatan MMH. Kegiatan MMH yang
biasa dilakukan oleh pekerja di dalam industri antara lain:
1. Kegiatan pengangkatan benda (LiftingTask)
2. Kegiatan pengantaran benda (Caryying Task)
3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task)
4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task)
2.5.1 Batas Beban Angkat
Batasan angkat beban secara Internasional menurut Masidah, dkk (2009)
adalah sebagai berikut:
1. Pria usia dibawah 16 tahun , maksimum angkat 14 kg
2. Pria usia diantara 16 tahun dan 18 tahun, maksimum angkat 18 kg
3. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat
4. Wanita usia diantara 16 tahun dan 18 tahun, maksimum angkat 11 kg
5. Wanita usia lebih dari 18 tahun maksimum angkat 18 kg
Batasan angkat di Indonesia di tetapkan melalui Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. PER/01/Men/1978 tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dalam bidang Penebangan dan Pengangkutan Kayu. Beban angkat
ditetapkan dengan dasar perhitungan 5/7 dikali berat badan, contohnya seorang lelaki
dengan berat badan 70 kg berarti beban yang dapat diangkat sebesar 50 kg. Batasan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10 Batasan angkat untuk orang Indonesia
Aktivitas Dewasa Tenaga Kerja Muda
Mengangkat Laki-laki Wanita (kg) Laki-laki (kg) Wanita (kg)
(kg)
Sekali-kali 40 10 15 10-12
Terus- 15-18 10 10-15 6-9
menerus

Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada
tulang belakang. Di samping itu akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang
belakang terutama bagi operator kerja berat. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja
di Amerika pada tahun 1997 juga telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan
dengan tata cara pengangkatan material/beban kerja
2.6 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.11
Tabel 2.11 Daftar Penelitian Terdahulu
Nama Judul penelitian Metode Hasil
peneliti
Alex Analisis Biomekan Nilai berat kesuluruhan
Alfandianto, Biomekanika ika dengan mengalikan 2 nilai
Pada Postur dan
Margaretta pada bagian-bagian berta
Gerak Tubuh
Hernita Erni Operator Book tertentu sehingga dapat dicari
Dwi Putri Lift Guna nilai berat total pada HA yaitu
Mengidentifikasi
sebesar 441,2 N dan pada AA
Risk of
Musculoskeletal sebesar 453,7 N, sehingga
Disorders semua yang dibutuhkan untuk
mencari keamanan dalam
melakukan suatu pekerjaan
nantinya dapat diminimalisir
dengan adanya perhitungan
Muhammad Analisis Efektifitas Biomekan 1. Perhitungan
Zeki, Kerja ika recommended weight limit
Iskandar, dan Pengangkatan factual tanpa alat bantu
Mohd Iqbal Beban Pada diperoleh nilai batas
Bagian beban yang dapat
Pengantongan Di diangkat rata-rata sebesar
PT. Pupuk 0,33 Kg, namun setelah
Krueng Geukuh dilakukan perbaikan kerja
dengan menggunakan alat
bantu maka batas beban
minimal yang dapat
diangkat adalah 4,885 Kg
hal ini disebabkan posisi
angkat dimulai dari posisi
paling atas sedangkan
beban maksimal adalah
12,19 Kg peningkatan ini
terjadi karena operator
mengangkat dimulai dari
batas pinggang rata-rata
orang dewasa.
2. persentase terbesar yang
mengalami keluhan
terjadi pada bagian
punggung dan pinggang
yakni dengan persentase
sebesar 86,7% dan 9,33%
3. Pekerjaan bongkar muat
di PT.Pupuk Krueng
Geukuh digolongkan
kepada beberapa kategori
kerja yakni kategori
Light, Moderate, Heavy,
Very Heavy, dari 30
orang sampel yang
diamati terdapat 2 orang
bekerja dengan kondisi
Light, 12 orang bekerja
dengan kondisi Moderate
(sedang), 12 orang
bekerja dengan kondisi
Heavy (berat) dan 4 orang
bekerja dengan kondisi
Very Heavy (sangat
berat).
4. Desain meja kerja yang
dapat bergerak fleksibel
maju dan mundur yang
dapat ditempatkan di
dalam truk yang
melakukan bongkar muat.
Untung Analisis BIomekani 1. Kinerja forehand
Nugroho Biomekanika ka groundstroke tenis lapangan
Forehand atlet yunior DIY pada tahap
Groundstruke persiapan secara
biomekanika tenis lapangan
dengan kategori baik.
2. Kinerja forehand
groundstroke tenis lapangan
atlet yunior DIY pada tahap
backswing secara
biomekanika tenis lapangan
dengan kategori cukup baik.
Komang Ayu Sikap Kerja Lebih Gaya kompresi padaL5/S1
Cintya Dewi, Ergonomis sebesar 73,79% dan pada
Ketut Menurunkan Gaya L4/L5 sebesar 64,34%,
Tirtayasa , dan Kompresi menurunkan
Luh Made Tulang Belakang keluhanmuskuloskeletal
Indah Sri dan Keluhan sebesar 4,92%, dan
Handar Muskuloskeletals meningkatkan produktivitas
erta sebesar 5,97% pada
Meningkatkan pekerjabangunan di Denpasar
Produktivitas Bali.
Wayan Identifikasi Biomekan Berdasarkan kuesioner
Sukania , Keluhan ika nordic bodymap, ditemui
Lamto Biomekanik dan keluhan operator di bagian
Widodo, Kebutuhan pemindahan produk ke
Desica Natalia Operator Proses pallet. Keluhan tersebut
Packingdi PT X terjadi pada leher, tangan,
pinggang dan punggung. Hal
ini mengindikasikan bahwa
stasiun dan metode kerja
belum ergonomis.

Anda mungkin juga menyukai