Jl.Raya Cilegon No.Km. 5, Taman Drangong, Kec. Taktakan Kota Serang, Banten
*Email: ekirifats@gmail.com
Abstrak
Tingkat persaingan dalam dunia kerja yang semakin ketat dan seiring dengan semakin
pesatnya perkembangan teknologi, dunia kerja menuntut tersedianya tenaga kerja yang
menguasai pekerjaannya dengan baik, terampil, bertanggung jawab dan
professional.Pengukuran Beban kerja merupakan kemampuan tubuh pekerja dalam
menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima
seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis
pekerja yang menerima beban kerja tersebut beban kerja mental dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu pengukuran secara objektif dapat dilakukan dengan beberapa anggota tubuh
antara lain denyut jantung, kedipan mata dan ketegangan otot. Pengukuran beban kerja
mental secara subjektif merupakan teknik pengukuran yang paling banyak digunakan
karena mempunyai tingkat validitas yang tinggi dan bersifat langsung dibandingkan
dengan pengukuran lain. Pengukuran beban kerja mental secara subjektif memiliki tujuan
yaitu untuk menentukan skala pengukuran terbaik berdasarkan perhitungan eksperimental,
menentukan perbedaan skala untuk jenis pekerjaan dan mengidentifikasi faktor beban kerja
yang berhubungan secara langsung dengan beban kerja mental. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui Bagaimana klasifikasi beban kerja mental operator di PT. Bina Cipta
Jaya? Dan Berapa skor beban kerja mental pada operator PT. Bina Cipta Jaya. Metode yang
digunakan yaitu National Aeronautics and Space Administration-Task Index (NASA-TLX).
Dari hasil diketahui Skor beban kerja Pada karyawan PT. Bina Cipta Jaya yang berjumlah
7 orang, rata-rata beban kerja mental yang dialami adalah tergolong tinggi dan sedang. Hal
ini dikarenakan aktifitas kerja yang kontiniu pada jam kerja, adanya pekerjaan
rangkap/ganda, berdasarkan pengolahan data pada beban kerja mental yang dialami oleh
karyawan rata-rata memiliki beban yang tinggi pada usaha karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
30
PENDAHULUAN
Tingkat persaingan dalam dunia kerja yang semakin ketat dan seiring dengan
jawab dan professional. Perusahaan adalah salah satu organisasi yang menaungi
Pada dasarnya, aktivitas manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik (otot)
dan kerja mental (otak). Meskipun tidak dapat dipisahkan, namun masih dapat
aktivitas mental. Aktivitas fisik dan mental ini menimbulkan konsekuensi, yaitu
munculnya beban kerja. Beban kerja merupakan kemampuan tubuh pekerja dalam
menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang
diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun
psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. (Linda, dkk. 2014). Jika
kemampuan pekerja lebih tinggi dari pada tuntutan pekerjaan, akan muncul
perasaan bosan. Sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah dari pada
tuntutan pekerjaan, maka akan muncul kelelahan yang berlebih. Hal ini dapat terjadi
pada berbagai jenis pekerjaan tanpa terkecuali, seperti halnya seorang karyawan
31
KERANGKA TERORITIS
manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara kualitas menjadi
lebih baik. Keilmuan ergonomi yang dapat diterapkan salah satunya adalah
Istilah ergonomi pertama kali digunakan di Inggris oleh Prof. Murrel pada
tahun 1949 sebagai judul bukunya. Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu bekerja
(Ergos) dan hukum alam (Nomos), bermakna sebagai: ilmu yang meneliti tentang
perkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya. (The scientific study of the
relationship between man and his working environment). Sasaran dari ergonomis
sudah jelas, yaitu bahwa agar tenaga kerja dapat mencapai prestasi kerja yang tinggi
(efektif) tetapi dalam suasana yang tentram, aman dan nyaman (Sukania, 2013)
merancang suatu sistem sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu
dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan
efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien (ENASE). Postur kerja terjadi karena
tuntutan pekerjaan dan rancangan area kerja. Postur menyebabkan kebutuhan usaha
otot untuk melakukan pekerjaan dan sebarapa cepat otot mengalami fatigue. Postur
cukup penting ketika pekerjaan berat dan atau berulang terjadi atau
32
mempertahankan postur statis. Postur kerja penting untuk mencegah cedera
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu “Ergon” dan “Nomos“ dapat
kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang
Ergonomi disebut juga sebagai “Human Factor”. Ergonomi juga digunakan oleh
terapi pekerjaan, psikologi dan teknik ergonomi. (Kristanto dan Manopo, 2010)
kerja dan interaksi manusia secara lebih baik.sehingga orang dapat hidup dan
bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui
33
perancangan kerja, riset terpakai dan cybernetika, namun kekhususan utamanya
adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan
peralatannya. Dalam hal ini, diperlukan kerjasama diantara peneliti dan teknisi serta
maka usaha sebaiknya dimulai dari perencanaan oleh suatu tim ergonomi yang
persyaratan. Ergonomi dapat diterapkan pada semua tingkatan dari lokal sampai
antara manusia dan elemen lain dari sistem, profesi yang menerapkan teori, prinsip,
dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menunjukkan kinerja yang
kerja dilakukan dengan analisa subyektifitas dan beban kerja. Analisa dilakukan
lebih baik dari sistem kerja yang telah ada merupakan salah satu tujuan yang ingin
dicapai dalam suatu industri (Wignjosoebroto, 2008 dalam Andriani dan Dewiyana
2015)
34
Ergonomi adalah disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam
waktu, akan tetapi berbagai masalah baru juga muncul. Ergonomi telah diterapkan
produktivitas hanya dapat dicapai dengan cara analisis sistematik dan optimasi
semua proses produksi. Proses perbaikan adalah sejumlah tindakan yang dilakukan
dalam suatu organisasi untuk membuat sasaran dan tujuan baru, tindakan ini sering
mengikuti metode atau pendekatan khusus untuk mencapai hasil yang optimal.
Proses produksi yang baik dan tempat kerja yang didesain seceara ergonomis
memberikan dasar bagi produk manufaktur secara konsiten berkualitas tinggi dan
Karakteristik kerja yang disebut faktor risiko ergonomi termasuk: (Sudarmojo, dkk.
2016).
1. Task yaitu interaksi antara pekerja dengan alat dan cara kerja yang meliputi
segmental.
35
2. Organisasi meliputi tim kerja, penggiliran kerja, pengaturan jam kerja dan jam
istirahat.
antropometri.
Beban Kerja
pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima
seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis
pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja
fisik dan beban kerja psikologis. Lingkungan kerja merupakan kondisi-kondisi fisik
(seperti tata ruang kantor yang nyaman, lingkungan yang bersih, pertukaran udara
yang baik, warna, penerangan yang cukup maupun musik yang merdu), dan kondisi
psikologis yang ada dalam organisasi (seperti suasana kerja pegawai, kesejahteraan
pimpinan, serta tempat ibadah), (Kartono, 2004 dalam Linda, dkk. 2014)
Menurut Meshkati (1988) dalam Widyanti, dkk (2010) Beban kerja dapat
pekerjaan. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan
muncul perasaan bosan. Sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah daripada
pekerja dengan tuntutan pekerjaan (Meshkati, 1988). Jika kemampuan pekerja lebih
36
tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan. Sebaliknya, jika
kemampuan pekerja lebih rendah dari pada tuntutan pekerjaan, maka akan muncul
kelelahan yang berlebih. Perhitungan Beban kerja setidaknya dapat dilihat dari 3
aspek, yakni fisik, mental, dan penggunaan waktu. Aspek fisik meliputi perhitungan
Menurut Menpan (1997) dalam Linda, dkk. (2014) pengertian beban kerja
adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit
Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul
oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja
dan norma waktu. Dengan demikian pengertian beban kerja adalah sebuah proses
atau kelompok jabatan yang dilaksanakan dalam keadaan normal dalam suatu
Menurut Tayyari & Smith (1997) dalam Hima, dkk. (2011), Beban kerja atau
kapasitas kerja fisik berhubungan dengan kapasitas maksimum dari sistem fisiologi
dalam menghasilkan energi untuk kerja otot. Untuk orang normal, beban kerja
untuk kerja otot dan untuk membuang limbah metabolisme. Pengujian sederhana
untuk mengetahui beban kerja tetap yang diterima manusia adalah dengan
37
menggunakan treadmill atau ergocycle. Untuk subjek yang tidak terlatih, beban
kerja yang didapatkan dari ergocycle sekitar 3-5%. Sedangkan jika menggunakan
Menurut tawarka, pengukuran beban kerja dapat digunakan untuk beberapa hal
2. Keselamatan kerja
5. Evaluasi jabatan
38
Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja
berikut: (Aisyah,2014)
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh
pekerja. Aspek beban kerja eksternal sering disebut sebagai stresor. Yang
a. Tugas-tugas (tasks). Tugas ada yang bersifat fisik seperti, tata ruang kerja,
stasiun kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja dan alat bantu
kerja. Tugas juga ada yang bersifat mental seperti, kompleksitas pekerjaan
lingkungan kerja biologis (bakteri, virus dan parasit) dan lingkungan kerja
39
2. Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tersebut
Beban kerja mental adalah beban kerja yang merupakan selisih antara
tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental
2014)
Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
antara lain denyut jantung, kedipan mata dan ketegangan otot. Pengukuran beban
kerja mental secara subjektif merupakan teknik pengukuran yang paling banyak
digunakan karena mempunyai tingkat validitas yang tinggi dan bersifat langsung
40
langsung dengan beban kerja mental (Pheasant S.,1991 dalam Simanjuntak dan
Situmorang, 2010).
Kerja mental adalah kondisi kerja dimana informasi yang masih harus
diproses di dalam otak (Widyanti, 2010). Kerja mental meliputi kerja otak dalam
pengertian sempit dan pemrosesan informasi. Kerja otak dalam pengertian sempit
membuat rencana produksi, mempelajari file dan menulis laporan. Beban kerja
mental yaitu selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas
dari dalam diri sendiri (internal) atau dari luar diri sendiri seperti pekerjaan dan
lingkungan (eksternal). Baik faktor internal maupun eksternal sulit dilihat dari
kasat mata sehingga dalam pengamatan hanya dilihat dari hasil pekerjaan atau
faktor yang dapat diukursecara obyektif ataupun dari tingkah laku dan penuturan
seseorang dapat saja berubah sebagai akibat dari praktek terhadap pekerjaan
dukungan fisik dan mental, perbedaan latihan, dan perbedaan pekerjaan. Menurut
(Mutia,2014)
41
1. Keharusan untuk menjaga tingkat kewaspadaan yang tinggi selama periode
tertentu
berikut:
Kelelahan mental pada seorang pekerja terjadi akibat adanya reaksi fungsionil dari
tubuh dan pusat kesadaran. Pendekatan yang bisa dilakukan antara lain: (Widyanti,
dkk. 2010)
a. Pengukuran selang waktu kedipan mata (eye blink rate) Durasi kedipan
mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja yang dialami oleh seseorang.
Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi kedipan
matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan (tidak
manusia, melalui perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai
42
c. Pengukuran kadar asam saliva Memasang alat khusus untuk mengetahui
dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar liur utama yang terletak diluar rongga
mulut.
motion study.
Measurement).
Pengukuran beban kerja mental secara subjektif yaitu pengukuran beban kerja
di mana sumber data yang diolah adalah data yang bersifat kualitatif. Pengukuran
ini merupakan salah satu pendekatan psikologi dengan cara membuat skala
psikometri untuk mengukur beban kerja mental. Cara membuat skala tersebut dapat
dilakukan baik secara langsung (terjadi secara spontan) maupun tidak langsung
43
1. The National Aeronautical and Space Administration Task Load Index
TLX) adalah salah satu metode pengukuran beban kerja mental yang sering
memberikan kuantifikasi beban kerja yang berdasarkan pada rata-rata bobot rating
sulit, sederhana atau kompleks, pekerjaan tersebut pasti atau penuh toleransi.
b. Kebutuhan Fisik atau Physical Demand (PD): Pekerjaan dalam hal fisik
apakah pekerjaan tersebut ringan atau berat, lambat atau cepat, cukup istirahat
atau tidak.
c. Kebutuhan Waktu atau Temporal Demand (TD): Ada tidaknya tekanan waktu
e. Usaha atau Effort (EF): Seberapa besar usaha yang dikeluarkan (secara
Stress atau Frustation Level (FR): Seberapa tidak amannya, stres-nya dan
44
Dalam pengukuran beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA
1. Pembobotan Pada proses ini responden diminta untuk melingkari salah satu
dari dua indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja
∑(Bobot ×Rating)
Skor= ( .........................................................(1)
15
45
Tabel 4.2 Klasifikasi Beban Kerja
Skor Beban Kerja Klasifikasi Beban Kerja
0-20 Sangat Rendah
21-40 Rendah
41-60 Sedang
61-80 Tinggi
81-100 Sangat Tinggi
(Sumber: Umyati, dkk. 2016)
Menurut Hancock dan dan Meskhati (1988) dalam Poerwanto dan Gunawan (2015)
46
Seberapa keras kerja mental dan fisik yang
Rendah,
Effort (EF) dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
Tinggi
tersebut.
Seberapa berhasil anda dalam memenuhi
Tidak tujuan pekerjaan yang telah ditetapkan oleh
Performance
Tepat, anda. Seberapa puas anda terhadap
(OP)
Sempurna performansi kerja dalam memenuhi target
tersebut.
Seberapa tidak aman, stress (tekanan), dan
termotivasinya pekerja, dibandingkan
Frustation Level Rendah,
dengan perasaan aman, puas, nyaman dan
(FR) Tinggi
kepuasan diri yang dirasakan selama
menyelesaikan pekerjaan.
(Sumber: Poerwanto dan Gunawan, 2015)
Situmorang, 2010)
dikembangkan oleh Gary Reid dari Divisi Human Engineering pada Armstrong
Laboratory, Ohio USA digunakan analisis beban kerja yang dihadapi oleh
seseorang yang harus melakukan aktivitas baik yang merupakan beban kerja fisik
mengkuantitatifkan beban kerja dari aktivitas yang harus dilakukan oleh pekerja.
SWAT akan menggambarkan sistem kerja sebagai model multi dimensional dari
beban kerja, yang terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu beban waktu (time load),
47
beban mental (mental effort load), dan beban psikologis (psychological stress load).
a. Time Load: adalah yang menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam
Metodologi Penelitian
berikut:
48
Mulai
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Batasan Masalah
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
1. Data Responden
1. Data Responden
2. Kuisioner Pengukuran
2. Kuisoner Beban Kerja
Pengukuran BebanMental
Kerja dengan NASA
TLX Mental dengan NASA TLX
Pengolahan Data
1. Perhitungan Skor Beban Kerja Mental
- perhitungan rating
- perhitungan bobot
Selesai
49
4.2.1 Deskripsi Metodologi Penelitian
1. Mulai
metode NASA-TLX.
biasanya bersumber pada jurnal, buku dan berbagai referensi lainnya. Studi
permasalahan apa saja yang ada dalam penelitian yang akan dilakukan.
3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Batasan Masalah
50
6. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dari hasil penelitian
7. Pengolahan Data
harus diolah. Pengolahan data yang dilakukan antara lain yaitu perhitungan
dan pembahasan sesuai dengan hasil perhitungan beban kerja mental pada
masing-masing karyawan.
hasil pengolahan data dan analisa data. Saran dapat ditujukan pada
51
10. Selesai
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan Data
Berikut ini merupakan pengumpulan data pada penelitian beban kerja mental pada
Pada penelitian ni, terdapat 6 indikator penilaian beban kerja mental yaitu,
mental demand (MD), physical demand (PD), Temporal demand (TD), effort (EF),
adalah pembobotan. Pada tahap ini, responden diminta untuk menentukan salah
satu dari dua indikator yang dirasa lebih dominan menimbulkan beban kerja mental
52
dalam melakukan aktivitas kerja. pada pembobotan ini, terdapat 15 pasang
berdasarkan pilihan responden yang sesuai dengan pasangan indikator yang ada.
respoden diminta untuk memberikan tingkatan beban kerja mental yang dirasakan.
Tingkatan ini dilakukan dari skala 0 hingga 100. Dimana skala 0 menyatakan low,
sedangkan skala 100 menyatakan high. Berikut ini adalah hasil peratingan yang
53
Tabel 4.6 Peratingan Beban Kerja Mental
Kategori Rating
MD 80
PD 80
TD 50
OP 80
EF 75
FR 55
Sumber: Pengumpulan Data (2021)
kerja mental yang dirasakan oleh Al Imron. Untuk itu dilakukan perkalian nilai
rating sesuai dengan tabel no 6 dan bobot sesuai dengan tabel no 5 yang telah
diperoleh dari tahap sebelumnya. Selanjutnya, total nilai dibagi dengan jumlah
bobot. Berikut ini merupakan hasil perhitungan skor beban kerja mental pada Al
Imron.
54
beban kerja yang dialami Al Imron tergolong dalam kategori tinggi karena berada
Untuk beban kerja operator lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
masing operator dengan mengalikan nilai rating dan bobot. Setelah itu, Skor beban
Keterangan:
MD+PD+TD+OP+EF+FR
Total = ....................................................(2)
15
55
5 Mastuhi 240 240 320 100 160 75 1135 75,66
6 Sella Adhistya 150 100 160 150 240 75 875 58,33
7 Sanwani 75 200 240 100 160 80 855 57
Sumber: Pengumpulan Data (2021)
= 80+225+100+320+300+55
= 1080
∑Karyawan 1
Skor Beban Kerja = 15
1080
= 15
= 72
Pada Al Imron memiliki skor beban kerja mental 72 dengan klasifikasi beban kerja
yang tinggi. Dari tabel 9 dapat dilihat rating paling tinggi yaitu indikator
yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa
56
Pada Haerul yang memiliki skor beban kerja mental 66 dengan klasifikasi
beban kerja yang sangat tinggi. Dari tabel 9 dapat dilihat rating paling tinggi yaitu
indikator Mental Demand (MD) menunjukkan seberapa besar gabungan dari usaha
Berdasarkan hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa Haerul mengalami usaha
yang keras untuk melakukan pekerjaan. Rohmat memiliki skor beban kerja mental
78,33 dengan klasifikasi beban kerja yang sangat tinggi. Dari tabel 9 dapat dilihat
rating paling tinggi yaitu indikator Performance (OP) menunjukkan seberapa besar
Berdasarkan hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa Rohmat mengalami usaha
Pada Mian memiliki skor beban kerja mental 76,33 dengan klasifikasi beban
kerja yang tinggi. Dari tabel 9 dapat dilihat rating paling tinggi yaitu indikator
Frustation Level (EF) menunjukkan seberapa besar gabungan dari usaha tidak aman
dan stres yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Berdasarkan hasil
yang didapat dapat disimpulkan bahwa Mian mengalami usaha yang kerasa untuk
melakukan pekerjaan. Pada Mastuhi memiliki skor beban kerja mental 75,66
dengan klasifikasi beban kerja yang tinggi. Dari tabel 9 dapat dilihat rating paling
hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa Mastuhi merasa aktivitas fisik yang
57
Pada Sella memiliki skor beban kerja mental 58,33 dengan klasifikasi beban
kerja yang sangat tinggi. Dari tabel 9 dapat dilihat rating paling tinggi yaitu
indikator Effort (EF). EF menunjukkan seberapa besar gabungan dari usaha mental
dan fisik yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Berdasarkan hasil
yang didapat dapat disimpulkan bahwa Sella mengalami usaha yang kerasa untuk
melakukan pekerjaan. Pada Sanwani memiliki skor beban kerja mental 57 dengan
klasifikasi beban kerja yang sangat tinggi. Dari tabel 9 dapat dilihat rating paling
tinggi yaitu indikator Temporal Demand (TD) menunjukkan seberapa besar tekanan
yang dialami dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Berdasarkan hasil yang didapat
dapat disimpulkan bahwa Sanwani mengalami usaha yang keras untuk melakukan
pekerjaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan uraian hasil perhitungan beban kerja pada
1. Klasifikasi beban kerja mental pada Al Imron tinggi pada indikator OP.
Klasifiksi beban kerja mental pada Haerul sangat tinggi pada indikator MD.
Klasifiksi beban kerja mental pada Rohmat sangat tinggi pada indikator OP.
Klasifikasi beban kerja mental pada Mian tinggi pada indikator FR. Klasifikasi
beban kerja mental pada Mastuhi tinggi pada indikator TD. Klasifikasi beban
kerja mental pada Sella tinggi pada indikator EF. Klasifikasi beban kerja
2. Skor beban kerja Pada karyawan PT. Bina Cipta Jaya yang berjumlah 7 orang,
rata-rata beban kerja mental yang dialami adalah tergolong tinggi dan sedang.
58
Hal ini dikarenakan aktifitas kerja yang kontiniu pada jam kerja, adanya
mental yang dialami oleh karyawan rata-rata memiliki beban yang tinggi pada
telah ditetapkan oleh perusahaan menyebabkan karyawan PT. Bina Cipta Jaya
untuk mencapai tujuan dari pekerjaan tersebut. Karyawan PT. Bina Cipta Jaya
Operating Procedure (SOP) karena jika tidak, karyawan PT. Bina Cipta Jaya
akan mengalami hal yang bisa merugikan bagi diri sendiri maupun bagi
perusahaan. Hal tersebut merupakan pemicu dari beban kerja yang dialami
5.2 Saran
Berikut ini merupakan saran dari penelitian:
1. Untuk penelitian selanjutnya mencari apa saja penyebab yang dapat memicu
beban kerja dari sisi lain seperti dari sisi ergonomis posisi duduk,
59
DAFTAR PUSTAKA
Theoretical Research, San Jose State University, California Nasa Task Load
Index (TLX)
Suhanto, 1999, Analisis Beban Kerja Psikis Dengan Metode SWAT dan Usulan
Susetyo, J., Simanjuntak, R. A., & Wibisono, R.C. (2012). Pengaruh Beban Kerja
Widyanti, A., Johnson, A., & Waard, D. d. (2010). Pengukuran Beban Kerja Mental
Hidayat, T. F., Pujangkoro, S., Anizar. (2013). Pengukuran Beban Kerja Perawat
60
Hendrawan B (2013). Pengukuran Dan Analisis Beban Kerja Pegawai Bandara
Mariawati, Ade Sri. (2013). Penilaian Beba Kerja Psikologis Operator Stasiun
Tirtayasa.
Muria Kudus.
223 – 231.
61
Puspitasari, D. (2009). Penerapan Metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process
Indonesia.
Beban Kerja Mental. Jurnal Teknik Industri. Volume 15 (No. 1), 80-87.
Susanti, S., Pawennari, A., Afiah, I. N., Dahlan, M., & Rauf, N. (2017).
Analisis Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Unit Gawat Darurat dengan
62