TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ERGONOMI
2.1.1 Definisi Ergonomi
Dalam International Ergonomics Association dijelaskan bahwa ergonomi
berasal dari kata ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum atau
aturan, dimana kedua kata tersebut berasal dari bahasa Yunani dan dapat
didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen, dan desain atau perancangan. Selanjutnya untuk lebih memahami
pengertian mengenai ergonomi, maka penulis akan menjabarkan berbagai macam
definisi ergonomi dari beberapa literatur, antara lain:
Seorang pakar keselamatan dan kesehatan kerja Indonesia Suma’mur
(1989) menyatakan bahwa ergonomi adalah ilmu yang penerapannya
berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang
atau yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia
seoptimal-optimalnya, hal ini meliputi penyerasiaan pekerjaan terhadap
tenaga kerja secara timbal balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
Ergonomi adalah suatu istilah yang berlaku untuk dasar studi dan desain
hubungan antara manusia dan mesin untuk mencegah penyakit dan cidera
serta meningkatkan prestasi atau performa kerja (ACGIH, 2007).
Manusia > Mesin : Tindakan pengendalian dasar Anatomi : postur tubuh, pergerakan,
yang dilakukan manusia dalam menggunakan mesin. besaran kekuatan, durasi dan frekuensi
Aplikasinya berupa penggunaan kekuatan yang besar, pergerakan, kelelahan otot.
penanganan material, perawatan, dan lain sebagainya. Fisiologi : work rate (konsumsi
oksokan dan detak jantung),
kebugaran, dan kelelahan fisiologi
Psikososial : Persyaratan kemampuan,
beban mental, proses informasi yang
pararel/berkelanjutan.
Manusia > Lingkungan : Efek dari manusia Fisik: Pengukuran obyektif dari
terhadap lingkungan. Manusia mengeluarkan lingkungan kerja. Implikasinya berupa
karbondioksida, kebisingan, panas, dan lain pemenuhan standar yang berlaku
sebagainya.
Mesin > Manusia : Umpan balik dan display Anatomi: Desain dari kendali dan alat
informasi. Mesin dapat memberikan efek tekanan Fisik: Pengukuran obyektif dari
terhadap manusia berupa getaran, percepatan, dan getaran, reaksi kekuatan dari tenaga
lain sebagainya. Permukaan mesin yang panas atau mesin, kebisingan dan temperature
dingin dapat mengancam kesehatan manusia. permukaan lingkungan kerja.
Fisiologi: Aplikasi dari prinsip
pengelompokan desain dari faceplates,
panel dan display grafik
Mesin > Lingkungan: Mesin dapat mengubah Umumnya ditangani oleh teknisi
lingkungan kerja dengan mengeluarkan kebisingan, lapangan dan industrial hygienist.
panas, dan buangan gas
Lingkungan > Manusia: Lingkungan juga dapat Fisik–Fisiologi : kebisingan,
mempengaruhi kemampuan manusia dalam pencahayaan dan temperatur.
berinteraksi dengan mesin atau sistem kerja
( dikarenakan oleh asapa, kebnisingan, panas, dan
lain
sebagainya)
Lingkungan > Mesin: Lingkungan dapat Ditangani oleh teknisi lapangan,
mempengaruhi fungsi dari mesin dengan personil perawatan, fasilitator
menimbulkan pemanasan atau pembekuan komponen manajemen dan lain sebagainya.
mesin.
( > causal direction )
Sumber : Bridger, 2003
Dalam upaya menciptakan suatu kondisi kerja yang aman dan nyaman,
maka diperlukan interaksi yang baik dari ketiga komponen yang telah disebutkan
di atas, yaitu manusia, mesin, dan lingkungan kerja. Dalam ergonomi, manusia
merupakan komponen yang paling utama yang harus diperhatikan dengan segala
keterbatasan yang dimilikinya, karena manusia dalam hal ini yang menjadi
operator dari pekerjaannya. Ini berarti hal yang diperbaiki adalah mengenai
workstation yang akan menyesuaikan pekerjanya. Sebagai contoh, desain
pembuatan kursi kerja berkisar antara 43-50 cm (Oborne, 1995). Kursi kerja yang
didesain dengan menambahkan sandaran punggung (backrest) dilakukan dengan
tujuan agar memberikan kesempatan relaksasi pada otot punggung secara berkala
(Kroemer dan Grandjean, 1997). Contoh lainnya adalah mengenai desain meja
kerja. Menurut Kroemer dan Grandjean (1997), tinggi meja yang disarankan
untuk pekerjaan berat adalah sekitar 75-90 cm dari lantai (untuk pria) dan 70-85
cm dari lantai (untuk wanita), untuk pekerjaan ringan berkisar antara 90-95 cm
dari lantai (untuk pria) dan 85-90 cm dari lantai (untuk wanita), serta pekerjaan
yang membutuhkan ketelitian berkisar 100-110 cm dari lantai (untuk pria) dan 95-
105 cm dari lantai (untuk wanita).
MaterialTask/Work CharacteristicsPlace
Characterist
ics
TASK DEMANDS
OrganizationalEnvironment Characteristicsal
Characterist
ics
Personal Physiologic
Capacity al Capacity
WORK
CAPACITY
Psycological Biomechani
Capacity cal
Capacity
PERFORMANCE
QualityStress
FatigueAccident
DiscomfortDiseases
InjuryProductivity
Keterangan:
Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh:
1. Personal Capacity (karakteristik pribadi), meliputi faktor usia,
sangat kompleks. Contoh sambungan tulang yang sederhana ada pada siku dan
lutut. Siku dan lutut merupakan sambungan yang membatasi gerakan fleksi.
Tangan manusia mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam gerakannya. Akan
tetapi jika ada gerakan berulang (repetitive), maka harus mempertimbangkan hal
yang lebih penting, misalnya seperti efisiensi penggunaan otot dan konsumsi
energinya (Nurmianto, 2004).
2.2.2 Sistem Otot
Sistem otot (muskular) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung
jawab atas gerakan tubuh (Watson, 1997). Otot terbentuk atas fiber yang
berukuran panjang dari 10 hingga 400 mm dan berdiameter 0,01 hingga 0,1 mm.
Pengujian mikroskopis menunjukkan bahwa fiber terdiri dari myofibril yang
tersusun atas sel-sel filament dari molekul myosin yang saling tumpang tindih
dengan filament dari molekul aktin. Serabut otot bervariasi antara satu otot
dengan yang lainnya. Beberapa diantaranya mempunyai gerakan yang lebih cepat
dari yang lainnya dan hal ini terjadi pada otot yang dipakai untuk
mempertahankan kontraksi badan, seperti otot pembentuk postur tubuh
(Nurmianto, 2004).
Dalam Watson (1997) dijelaskan bahwa otot utama tubuh terdiri atas: otot
kepala, otot leher, otot tubuh, otot anggota gerak atas, dan otot anggota gerak
bawah. Untuk mengetahui jenis-jenis otot yang telah disebutkan di atas lebih
lanjut, maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
beban otot statis ataupun karena aliran darah yang tidak cukup mensuplai oksigen
dan glikogen, akan melepaskan asam laktat.
b. Aerobik
Aerobik yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi dengan
bantuan oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot
dioksidasi dengan cepat menjadi karbondioksida dan H2O dalam kondisi aerobic,
sehingga beban pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan akan dapat berlangsung
cukup lama. Selain itu, aliran darah yang cukup akan mensuplai lemak,
karbohidrat, dan oksigen ke dalam otot. Akibat dari kondisi kerja yang terlalu
lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun drastis di
bawah normal dan kebalikannya kadar asam laktat akan meningkat. Apabila sudah
demikian, maka cara terbaik adalah menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat
dan makan makanan yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah.
memegang objek, atau postur tubuh saat memindahkan barang yang kurang baik.
Cidera dapat terjadi seketika maupun secara berangsur-angsur selama beberapa
tahun. Cidera yang dihasilkan dari aktivitas pada pekerjaan yang dilakukan ini
berkaitan dengan gangguan pada sistem muskuloskeletal. Untuk selanjutnya,
maka akan dijelaskan mengenai gangguan muskuloskeletal serta faktor risikonya.
adanya intervensi stressor dari lingkungan. Berikut ini adalah beberapa jenis
MSDs yang dapat diakibatkan oleh postur janggal, yaitu:
1. Low Back Pain, yaitu rasa sakit akut dan kronis dari tulang belakang pada
daerah lumbosacral, pantat dan kaki bagian atas yang biasanya terjadi karena
penipisan intervertebral disk atau berkurangnya cairan pada disk. Biasanya
terjadi pada pekerja yang suka mengangkat (Bridger, 2003)
2. Carpal Tunnel Syndrome, yaitu tendon pada carpal tunnel membengkak
karena penggunaan yang cepat dan berulang pada jari dan tangan.
menyebabkan nyeri, rasa terbakar, dan kemampuan menggenggam menurun.
Biasanya terjadi pada typist (Humantech, 1989,1995)
3. Bursitis, yaitu rongga yang berisi cairan pelumas sendi membengkak dan
inflamasi sehingga menyebabkan nyeri dan keterbatasan gerak (Bridger, 2003)
4. Epicondylitis, yaitu inflamasi pada otot dan jaringan penghubung yang berada
di sekitar siku karena adanya rotasi dan putaran yang terlalu sering. Biasanya
sering terjadi pada petenis (Bridger, 2003)
5. Sprain dan strains, terjadi saat ligamen atau otot terlalu tertekan karena
adanya postur yang memberi beban terhadap tubuh (Bridger, 2003)
6. Ganglion Cyst, yaitu benjolan di bawah kulit yang disebabkan karena
akumulasi cairan pada lapisan tendon. Ini biasanya ditemukan pada tangan dan
pergelangan tangan (Humantech, 1989, 1995)
7. Tendinitis, yaitu inflamasi pada tendon biasanya terjadi pada tangan dan
pergelangan tangan karena pekerjaan menggunakan postur yang tidak biasa
secara terus-menerus (Bridger, 2003)
8. Tenosynovitis, terjadi karena adanya inflamasi tendon dan pelapisnya dengan
pembengkakan pada pergelangan tangan aktifitas yang berlebihan pada tendon
yang disebabkan oleh beban dan pergerakan yang berulang (Pulat, 1997).
9. Trigger Finger, yaitu keadaan kaku dan gemetar pada jari karena gerakan
berulang dan penggunaan yang berlebihan dari jari, ibu jari atau pergelangan
tangan yang terus-menerus (Bridger, 2003)
Postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan (kiri dan kanan)
Faktor risiko pada tangan dan pergelangan tangan adalah melakukan
pekerjaan dengan posisi memegang benda dengan cara mencubit (pinch
grip), tekanan pada jari terhadap objek (finger press), menggenggam
dengan kuat (power grip), posisi pergelangan tangan yang fleksi dan
ekstensi dengan sudut >450, serta posisi pergelangan tangan yang deviasi
selama lebih dari10 detik, dan frekuensi > 30/menit (Humantech,
1989,1995).
2. Postur dinamis, yaitu postur yang terjadi dimana sebagian besar anggota tubuh
bergerak. Jenisnya adalah:
a. Carrying, yaitu aktivitas mengangkat beban sambil berjalan
b. Pulling, yaitu tarikan pada benda agar benda bergerak
c. Pushing, yaitu memindahkan benda dengan memberikan gaya agar benda
berpindah.
b. Frekuensi
Postur yang salah dengan frekuensi pekerjaan yang sering dapat
mengakibatkan tubuh kekurangan suplai darah, asam laktat yang terakumulasi,
inflamasi, tekanan pada otot, dan trauma mekanis. Frekuensi terjadinya postur
janggal terkait dengan terjadinya repetitive motion dalam melakukan pekerjaan.
Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja terus-
menerus tanpa melakukan relaksasi (Bridger, 2003). Secara umum, semakin
banyak pengulangan gerakan dalam suatu aktivitas kerja, maka akan
mengakibatkan keluhan otot semakin besar. Pekerjaan yang dilakukan secara
repetitif dalam jangka waktu lama maka akan meningkatkan risiko MSDs apalagi
bila ditambah dengan gaya/beban dan postur janggal (OHSCO, 2007).
c. Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi dapat dilihat
sebagai menit-menit dari jam kerja/hari pekerja terpajan risiko. Durasi juga dapat
dilihat sebagai pajanan/tahun faktor risiko atau karakteristik pekerjaan
berdasarkan faktor risikonya. Secara umum, semakin besar pajanan durasi pada
faktor risiko, semakin besar pula tingkat risikonya. Durasi diklasifikasikan
sebagai berikut :
Sedangkan bentuk objek yang baik harus memiliki pegangan, tidak ada
sudut tajam dan tidak dingin atau panas saat diangkat. Mengangkat objek tidak
boleh hanya dengan mengandalkan kekuatan jari, karena kemampuan otot jari
terbatas sehingga dapat cidera pada jari (Kumar, 1996). Semakin berat objek yang
ditangani, tenaga yang dibutuhkan akan meningkat. Dapat disimpulkan, semakin
besar gaya yang dikeluarkan untuk menangani suatu objek, maka semakin tinggi
risiko terkait gangguan otot rangka apabila hal tersebut dilakukan dengan postur
yang salah dan berat objek melampaui batas maksimum yang diperbolehkan.
Pajanan terkait MSDs tersebut tidak hanya disebabkan oleh salah satu
faktor saja, melaikan adanya keterkaitan atau gabungan dari berbagai faktor risiko
ergonomi yang ada serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya.
Gangguan terhadap muskuloskeletal tersebut akan timbul semakin cepat apabila
suatu aktivitas kerja yang dilakukan dengan postur yang tidak tepat dengan beban
yang berat dan dilakukan secara repetitif dalam jangka waktu yang cukup lama.
dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima
beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon.
Keluhan inilah yang biasanya disebut sebagai muskuloskeletal disordes (MSDs)
atau cidera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993). Secara garis besar
keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
otot menerima beban statis, tetapi keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap
meskipun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut (Tarwaka, 2004).
1. Rekayasa teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa
alternatif sebagai berikut:
Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang
bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.
Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan yang baru yang aman,
menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur
penggunaan peralatan.
Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja,
sebagai contoh memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang kerja
lainnya, pemasangan alat peredam getaran, dan sebagainya.
Ventilasi, yaitu menambah ventilasi untuk mengurangi risiko sakit,
misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.
2. Rekayasa manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai
berikut:
Pendidikan dan pelatihan
Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami
lingkungan dan alat kerja, sehingga diharapkan dapat melakukan
penyesuaian dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap risiko
sakit akibat kerja
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang maksudnya adalah
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan,
sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber
bahaya
Pengawasan yang intensif
Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara
lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit akibat kerja
(Tarwaka, 2004).
4. Consideration of action
QEC secara cepat dapat mengidentifikasikan tingkat pajanan dari
punggung, bahu/lengan tangan, pergelangan tangan dan leher. Hasil
dari metode ini juga merekomendasikan intervensi ergonomi yang
efektif untuk mengurangi tingkat pajanan
Metode QEC ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
metode ini, antara lain adalah:
1. mencakup beberapa faktor risiko fisik terbesar terkait WMSDs
2. mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan dapat digunakan oleh
peneliti yang belum berpengalaman
3. mempertimbangkan kombinasi dan interaksi berbagai macam faktor
risiko di tempat kerja
4. menyediakan tingkat sensitivitas dan kegunaan yang baik
5. realibilitas dapat diterima secara luas
6. mudah dipelajari dan cepat digunakan
Disamping berbagai keuntungan tersebut, metode ini juga memiliki
beberapa kekurangan, antara lain :
1. metode hanya berfokus pada faktor fisik di tempat kerja
2. hipotesis skor pajanan yang disarankan pada action level
membutuhkan validasi
3. pelatihan dan praktek tambahan diperlukan oleh penggunan yang
belum berpengalaman untuk pengembangan reliabilitas pengukuran
(Stanton, dkk, 2005).
Tingkat risiko dihitung dalam skor 1 yang berarti memiliki tingkat risiko
rendah hingga skor 7 yang berarti memiliki tingkat risiko tinggi. Skor tersebut
disatukan ke dalam empat kategori action level yang mengindikasikan jangka
waktu yang tepat untuk dilakukannya tindakan pengendalian yang disarankan.
RULA biasanya digunakan pada pekerjaan di depan komputer, manufaktur atau
retail dimana pekerja duduk atau berdiri tanpa adanya pergerakan. Tujuan dari
RULA adalah sebagai berikut:
1. Mengukur risiko muskuloskeletal, biasanya sebagai bagian dari sebuah
investigasi ergonomi
2. Membandingkan beban muskuloskeletal yang terjadi dan memodifikasi desain
tempat kerja
3. Mengevaluasi hasil, seperti produktivitas atau kesesuaian peralatan
4. Mendidik pekerja terhadap risiko muskuloskeletal yang ada di berbagai postur
kerja yang berbeda
Prosedur menggunakan RULA terbagi ke dalam tiga langkah, yaitu:
1. Memilih postur yang akan dinilai
2. Postur dinilai dengan menggunakan lembar penilaian, diagram bagian tubuh,
dan tabel
3. Nilai diubah ke dalam kategori action level dari angka 1hingga 4 (Stanton,
dkk, 2005).
Seperti metode penilaian ergonomi yang lain, RULA juga memiliki
kelebihan. Kelebihan RULA adalah sebagai berikut:
1. Panduan cepat dan mudah untuk mendeterminasi keberadaan WMSDs
2. Efektif untuk menilai postur bagian atas
3. Sudah mencakup postur, tekanan, dan frekuensi
4. Dapat mengidentifikasi pada bagian tubuh mana yang berisiko paling besar
pada suatu pekerjaan
5. Score pada RULA dilengkapi dengan action level yang menggambarkan
prioritas tindakan.
diuji, sehingga penelitian dapat diterima secara ilmiah. Selain itu, metode ini juga
tidak membutuhkan waktu yang lama dalam penelitiannya dan mudah untuk
digunakan. Metode ini tentu saja bukanlah metode yang paling baik digunakan,
namun mungkin lebih sesuai untuk penelitian ini. Berikut merupakan kelebihan
dan kekurangan dari metode ini.
OPERASIONAL
terdapat pada pekerjaan terkait dengan risiko terjadinya MSDs, yaitu: postur,
Postur
Frekuensi
Faktor risiko MSDs
Durasi
Beban
Entire Body Assesment). Dalam metode ini, terdapat beberapa faktor risiko
pekerjaan yang menjadi penelitian, yaitu: postur, beban, coupling, durasi, dan
frekuensi. Selain itu, digunakan Nordic Body Map dalam penelitian untuk melihat
4
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia
Penilaian Posisi Kaki:
4
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia
3. Poor = +2
4. Unacceptable = +3
4
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia