Anda di halaman 1dari 17

MODUL

DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


(KSM 115)

MODUL SESI 9
DASAR ERGONOMI

DISUSUN OLEH
DECY SITUNGKIR, SKM, M.K.K.K

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


TAHUN 2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 17
ERGONOMI

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Mahasiswa menjelaskan konsep ergonomi
2. Mahasiswa menjelaskan ruang lingkup ergonomi
3. Mahasiswa menguraikan interaksi mesin-manusia

B. Uraian dan Contoh

1. Pengertian Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa yunani yaitu ergon artinya kerja atau
usaha dan nomos artinya aturan. Secara harafiah, dapat disimpulkan
ergonomi adalah aturan kerja. Ergonomi diperkenalkan oleh K.F.H Murrel
pada akhir tahun 1949. Menurut Murrel ergonomi adalah suatu studi
ilmiah tentang hubungan antara orang dengan lingkungan kerjanya.
Banyak defenisi ergonomi menurut para ahli antara lain :
Tabel 1.1 Defenisi Ergonomi Menurut Para Ahli
Pheasant Ergonomics is the aplication of scientific
information about human being (and
scientific methods of acquiring such
information) to the problems of design
Corlett & Clark Ergonomics is the study of human abilities
and characteristics which affect the design
of
equipment, systems and job
Annis & Ergonomics is the ability to apply
McConville information regarding human characters,
capacities,
and limitation to the design of human tasks,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 17
machine system, living spaces, and
environment so that people can live, work
and play safely, comfortably and efficiently
Manuaba Ergonomic design is the application of
human factors, information to the design of
tools, machines, systems, tasks, jobs and
environments for productive, safe,
comfortable and effective human
functioning
Kromer et al Ergonomi merupakan aplikasi dari prinsip-
prinsip ilmiah, metode dan data yang
diambil dari berbagai disiplin ilmu untuk
pengembangan sistem dimana manusia
memegang peranan penting
Sutalaksana et al Ergonomi suatu cabang ilmu yang
sistematis yang memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan dan
keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat
hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, efektif dan efisien.

Ergonomi merupakan kajian interaksi antara manusia dan mesin, serta


faktor-faktor yang memengaruhinya. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kinerja sistem secara keseluruhan (Bridger, 2003). Ergonomi
merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk
menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,
kebolehan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat
berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari
sudut pandang ergonomi, antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus
selalu dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang
tinggi. Dengan kata lain, tuntutan tugas pekerjaan tidak boleh terlalu rendah

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 17
(underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan (overload). Karena
keduanya, baik underload maupun overload akan menyebabkan stres
(Tarwaka, 2014).
Dari uraian tersebut maka selanjutnya kita dapat mendefinisikan
ergonomi sebagai berikut: “Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan
teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas
yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik”.

Gambar 2.1 Konsep Keseimbangan dalam Ergonomi


Sumber : Tarwaka dkk., (2004)

 Kemampuan Kerja.
Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh:
1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi faktor usia,
jenis kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial,
agama dan kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh, dsb

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 17
2. Physiological capacity (Kemampuan fisiologis); meliputi
kemampuan dan daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca
indera, dsb.
3. Psycological Capacity (Kemampuan psikologis); berhubungan
dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi,
stabilitas emosi, dsb.
4. Biomechanical Capacity (Kemampuan Bio-mekanik) berkaitan
dengan kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon
dan jalinan

 Tuntutan Tugas.
Tuntutan tugas pekerjaan/aktivitas tergantung pada:
i. Task and material Characteristics (karakteristik tugas dan
material); ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin,
tipe, kecepatan dan irama kerja, dsb.
ii. Organization Characteristics; berhubungan dengan jam kerja
dan jam istirahat, kerja malam dan bergilir, cuti dan libur,
manajemen, dsb.
iii. Environmental Characteristics; berkaitan dengan manusia
teman setugas, suhu dan kelembaban, bising dan getaran,
penerangan, sosio-budaya, tabu, norma, adat dan kebiasaan,
bahan-bahan pencemar, dsb.

 Performansi.
Permormansi atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada
rasio dari besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan
yang bersangkutan. Dengan demikian, apabila:
1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan
seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi
penampilan akhir berupa: ketidaknyamanan, “Overstress”,
kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, dan tidak
produktif.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 17
2. Sebaliknya, bila tuntutan tugas lebih rendah daripada
kemampuan seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan
terjadi penampilan akhir berupa: “understress”, kebosanan,
kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif
3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya
keseimbangan dinamis antara tuntutan tugas dengan
kemampuan yang dimiliki sehingga tercapai kondisi dan
lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan produktif.

2. Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja
fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang
tinggi.

3. Dasar Keilmuan
Munculnya ergonomic tentu berawal dari berbagai ilmu dasar yang
mepelajari manusia seperti anatomi, fisiologi, kedokteran, ortopedi,
psikologi serta sosiologi. Kemudian ergonomi tumbuh dan berkembang
pesat. Adapun sub-disiplin ergonomi antara lain :
(1) Antropometri yaitu bidang yang mengkaji dimensi fisik tubuh manusia
termasuk usia, tinggi berdiri, bobot, panjang jangkauan lengan dan
sebagainya. Tujuannya untuk digunakan dalam perancangan produk,
peralatan, dan tempat kerja

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 17
(2) Biomekanika kerja yaitu bidang yang memfokuskan pada proses
mekanika yang terjadi pada tubuh manusia terkait aktivitas fisik yang
dilakukan pekerja
(3) Fisiologi kerja yaitu bidang ergonomic yang mengkaji respons fungsi-
fungsi tubuh yang terjadi pada saat bekerja
(4) Human information processing dan ergonomic kognitif yaitu bidang
ergonomic yang mempelajari bagaimana manusia memproses
informasi dari lingkungannya.
(5) Ergonomic makro yaitu bidang yang fokus dalam mengkaji kesesuaian
antara individu, organisasi, teknologi serta interaksi yang terjadi.
(6) Human computer interaction yaitu bidang yang mengkaji dan
merancang interaksi antara pengguna dan sistem computer dengan
tujuan meminimalkan kesalahan.

4. Penerapan Teknologi Ergonomi


Dalam perkembangannya penerapan teknologi ergonomic dapat
diklasifikasikan menjadi :
(a) Hardware ergonomics/ Human-Machine Interface Technology
Teknologi ini berkembang sejak 3 dekade pertama perkembangan
profesi ergonomi. Teknologi ini dikenal dengan ergonomi fisik.
Teknologi ini menitikberatkan pada studi tentang :
 Fisik manusia
 Karakteristik perseptual manusia
 Aplikasi ilmu untuk analisa, disain, evaluasi dari control, display,
workspace arrangement
(b) Environmental ergonomics/ Human-Environment Interface
Technology
Teknologi ergonomi ini meitikberatkan keterkaitan antara
kemampuan, keterbatasan manusia dengan berbagai kondisi
lingkungan seperti pencahayaan, panas, bisin, vibrasi dan lain-lain.
Penerapannya digunakan untuk kepentingan mendisain lingkungan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 17
manusia untuk meminimalkan stres yang berdampak pada kinerja
manusia yang diakibatkan lingkungan kerja.
(c) Cognitive ergonomics/ Human-software Interface
Cognitive ergonomics menitikberatkan kepada bagaimana manusia
memberikan konsep dan mengolah suatu informasi. Teknologi ini
banyak diterapkan untuk mendisain dan memodifikasi suatu software
sistem untuk lebih meningkatkan kegunaannya. Cognitive ergonomics
mengalami pesat sekali sejalan dengan perkembangan teknologi
komputer. Ergonomi kognitif utamanya berkaitan dengan proses
mental, seperti: persepsi, memori, penalaran, dan respons motorik,
karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi manusia dan interaksi di
antara unsur-unsur lain dari suatu sistem kerja.
(d) Macroergonomics/Human-Organization Interface Technology
Makroergonomi adalah komponen yang terbaru dalam profesi
ergonomi. Fokus sentral pada 3 teknologi ergonomi terdahulu adalah
pada operator individual, team operator atau subsistem, maka
penerapan utamanya adalah tingkatan mikroergonomi. Lain halnya
dengan makroergonomi dimana ia berhadapan dengan seluruh
struktur dalam sistem kerja dalam tingkatan makro. Ia berkaitan
dengan manusia dan teknologi sebagai sistem.

5. Hubungan K3 dengan Ergonomi


Seperti yang kita bahas di pertemuan sebelumnya, defenisi
keselamatan dan kesehatan kerja adalah paya atau pemikiran serta
penerapannya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja. Dengan kata lain keselamatan dan kesehatan kerja adalah
upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Sedangkan ergonomi adalah adalah ilmu, seni dan penerapan
teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 17
yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Menerapkan
ergonomi sehingga pekerja merasa nyaman dalam bekerja dimana pada
akhirnya membuat pekerja sehat dan selamat dan menjadi produktif. Dalam
hal ini ergonomi merupakan multidispilin ilmu yang mendukung tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja yaitu mencegah terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (keluhan muckuloskeletal).

6. Faktor Risiko Ergonomi


1. Faktor pekerjaan
 Postur Kerja
Menurut Santoso (2004), postur kerja adalah proses kerja yang
sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang
digunakan pada saat bekerja. Postur kerja merupakan
pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda
akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat
bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga
dapat meminimalisasi timbulnya cidera muskuloskeletal.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh,
maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan sistem
muskuloskeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya
karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

 Beban Kerja
Beban dapat diartikan sebagai muatan (berat) dan kekuatan pada
struktur tubuh. Satuan beban dinyatakan dalam newton atau
pounds, atau dinyatakan sebagai sebuah proporsi dari kapasitas
kekuatan individu (NIOSH, 1997). Menurut Health and Safety
Executive (2016) beban yang aman untuk mengangkat dan
berpindah bagi perempuan adalah 7 kg atau 10 newton. Dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 17
beban maksimal bagi perempuan dengan posisi siku ditekuk dan
beban ditangan adalah 7 kg. Penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati dkk., 2017), menyatakan terdapat hubungan antara
berat beban kerja dengan keluhan nyeri leher pada porter di
pelabuhan Merak Banten tahun 2017.

 Durasi
Durasi adalah ukuran lamanya pajanan terhadapat faktor risiko.
Tentu saja, asumsi adalah bahwa semakin lama durasi paparan,
semakin besar risiko cedera. Durasi dapat diukur dalam
hitungan detik, menit, jam, hari, mimggu, bulan bahkan
bertahun-tahun (OHSA, 2000). Durasi dibagi sebagai berikut:
a) Durasi singkat : <1 jam/hari
b) Durasi sedang : 1-2 jam/hari
c) Durasi lama : >2 jam/hari
Setyowati dkk., (2017), menyebutkan terdapat hubungan antara
durasi kerja dengan keluhan nyeri pada porter di pelabuhan
Merak Banten tahun 2017.

 Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya gerakan yang dilakukan dalam
satu periode waktu. Jika aktivitas pekerjaan dilakukan secara
berulang, maka disebut sebagai gerakan repetitif. Keluhan
muskuloskeletal terjadi karena otot menerima tekanan akibat
kerja terus menerus tanpa ada kesempatan untuk berelaksasi
(Bridger, 2008). Secara umum, semakin banyak pengulangan
gerakan dalam suatu aktivitas kerja, maka akan mengakibatkan
keluhan otot semakin besar.

 Masa Kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorang bekerja di perusahaan. Terkait dengan hal tersebut

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 17
MSDs merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu
lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama
waktu bekerja atau semakin lama sesorang terpajan faktor risiko
MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk MSDs (How-
Ran dkk., 2004). Hal ini sejalan dengan penelitian Marcilin &
Situngkir (2020) menunjukkan bahwa menunjukkan adanya
hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs.

2. Faktor individu
 Usia
Usia mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk mengalami
MSDs. Otot memiliki kekuatan maksimal pada saat mencapai
usia 20-29 tahun, lalu setelah usia mencapai 60 tahun kekuatan
otot akan menurun hingga 20%. Berdasarkan faktor tersebut dan
dikombinasikan dengan sikap yang tidak ergonomis akan
menyebabkan terjadinya MSDs (Tarwaka, 2010).
Sedangkan menurut Bridger (2008), sejalan dengan
meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan
keadaan ini mulai terjadi di saat seseorang berusia 30 tahun.
Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan
jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut,
pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan
stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.

 Jenis kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot.
Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita
memang lebih rendah dari pada pria (Tarwaka, 2014). Astrand
& Rodahl menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya
sekitar 2/3 dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria
pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Tarwaka, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Ariska dan Santosa (2018),

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 17
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja batik di
kecamatan Sokaraja Banyumas menemukan bahwa perempuan
lebih banyak mengalami keluhan MSDs dari pada laki-laki.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa jenis kelamin juga
mempunyai hubungan dengan kejadian Musculoskeletal
Disorders (MSDs).

 Indeks masa tubuh


Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang
dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan
berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit
degenaritf (WHO, 2005).
Pada individu yang overweight ataupun obesitas ditemukan
terdapat kerusakan pada sistem muskuloskeletal yang yang
bermanifestasi sebagai nyeri dan discomfort. Keluhan MSDs
yang umum terjadi pada individu yang obesitas seperti nyeri
leher, tendinitis rotator cuff, osteoatritis pada lutut, nyeri kaki,
dan cedera tendon Achilles (O’Malley, 2011).

 Kebiasaan olahraga
Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada
seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai
cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam
kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan
pengerahan tenaga yang besar, disisi lain tidak mempunyai
waktu yang cukup istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi
keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh
tingkat kesegaran tubuh (Tarwaka, 2014). Komponen kesegaran

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 17
jasmani yang berkaitan dengan kesehatan termasuk kesegaran
aerobic atau kardiovaskuler, komposisi tubuh, dan kesegaran
musculoskeletal (termasuk kekuatan, daya tahan dan kelenturan
otot) (Agustini, 2006). Bagi pekerja dengan kesegaran jasmani
yang rendah, risiko keluhan menjadi tiga kali lipat dibandingkan
yang memiliki kekuatan fisik tinggi (Suriyatmini, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Marcilin & Situngkir (2020)
menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan olahraga
dengan keluhan MSDs yang dialami pekerja pada unit sortir di
PT. Indah Kiat.

 Kebiasaan merokok
Rokok dapat merusak jaringan otot dan mengurangi respon
syaraf terhadap rasa sakit. Berdasarkan hasil survei oleh
Annuals of Rheumatic Diseases diperoleh hubungan antara
perokok dengan munculnya keluhan MSDs dan dilaporkan
bahwa perokok memiliki risiko 50 % lebih besar untuk
merasakan MSDs (Tarwaka et al., 2004).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2010),
didapatkan hasil bahwa ada hubungan bermakna antara
kebiasaan merokok dengan terjadinya keluhan LBP. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tarwaka (2004)
bahwa semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok,
semakin tinggi pula keluhan yang dirasakan.

 Ukuran tubuh
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan,tinggi badan
dan massa tubuh juga merupakan faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal
Tarwaka, (2014). Vessy et al.,(1990) dalam Tarwaka (2014),
menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai resiko dua
kali lipat dibandingkan dengan wanita kurus. Hal ini diperkuat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 17
oleh Werner et al.,(1994) dalam Tarwaka (2014), yang
menyatakan bahwa bagi pasien yang gemuk (obesitas dengan
indeks masa tubuh >29) mempunyai resiko 2,5 lebih tinggi
dibandingkan dengan yang kurus (indeks masa tubuh <20),
khususnya untuk otot kaki. Temuan lain menyatakan bahwa
pada tubuh yang tinggi umumnya sering menderita keluhan sakit
punggung, tetapi tubuh tinggi tidak mempunyai pengaruh
terhadap keluhan pada leher, bahu dan pergelangan tangan.

3. Faktor lingkungan
 Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi
otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran
darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan
akhirnya timbul rasa nyeri otot, disini nyeri otot merupakan
salah satu keluhan yang dapat menimbulkan terjadinya MSDs
(Tarwaka, 2014).

 Suhu
Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat
menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja
sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan
kekuatan otot menurun. Beda suhu lingkungan dengan suhu
tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian besar energi
yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk
beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan
terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya,
peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun,
proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi
penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri
otot (Tarwaka, 2014)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 17
7. Cedera Ergonomi
Ketika tidak menerapkan ergonomi maka faktor-faktor risiko di atas
akan menyebabkan berbagai cedera ergonomi, diantaranya: (Irisdiastadi &
Yassierli, 2016)
(a) Carpal Tunnel Syndrom biasa disingkat dengan CTS yaitu kondisi
yang menyebabkan mati rasa, geli, kelemahan, dan nyeri di tangan
yang disebabkan oleh tekanan pada saraf median, yang terletak di
pergelangan tangan yang dikelilingi jaringan dan tulang.
(b) Tendinitis merupakan peradangan (pembengkakan) hebat atau iritasi
pada tendon, biasanya terjadi pada titik dimana otot melekat pada
tulang.
(c) Low back pain atau nyeri punggung bawah adalah nyeri yang
terbatas pada regio lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak
hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari
diskus intervertebralis lumbal. Salah satu penyebab nyeri punggung
adalah bergesernya bantalan tulang belakang sehingga menekan saraf
belakang
C. Latihan

1. Sebutkan tujuan dari ergonomi!


2. Sebutkan ruang lingkup ergonomi!
3. Bagaimana hubungan K3 dengan ergonomi?

D. Kunci Jawaban

1. Tujuan dari ergonomi :


1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan
beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan
kepuasan kerja.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 17
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas
kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat
guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu
usia produktif maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu
aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap
sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan
kualitas hidup yang tinggi

2. Ruang lingkup ergonomi antara lain :


 Lingkup Kajian Ergonomi Fisik
 Lingkup Kajian Ergonomi Kognitif
 Lingkup Kajian Ergonomi Organisasi Kerja
 Lingkup Kajian Ergonomi Lingkungan Kerja

3. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk


mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sedangkan
ergonomi adalah adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang
digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental
sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Menerapkan ergonomi sehingga pekerja merasa nyaman dalam bekerja
dimana pada akhirnya membuat pekerja sehat dan selamat dan menjadi
produktif. Dalam hal ini ergonomi merupakan multidispilin ilmu yang
mendukung tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (keluhan
muckuloskeletal).
E. Daftar Pustaka

1. Bridger S. R. (2003). Introduction To Ergonomics. New York: Routledge


Taylor & Francis Group.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 17
2. Grandjean. (1993). Fitting The Task To Man (4TH ed.). London: Taylor &
Francis.
3. Irisdiastadi, H., & Yassierli. (2016). Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
4. Manuaba. (1998). Stres and Strain. In Bunga Rampai Ergonomi Volume I.
Denpasar: Program Studi Ergonomi Fisiologi Universitas Udayana.
5. Nala. (2001). Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program
Pascasarjana, Prodi Fisiologi Olahraga UNUD.
6. Tarwaka. (2014). Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press.
7. Tarwaka, Bakri, S. H. A., & Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Harapan
Press.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 / 17

Anda mungkin juga menyukai