MODUL SESI 9
DASAR ERGONOMI
DISUSUN OLEH
DECY SITUNGKIR, SKM, M.K.K.K
1. Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa yunani yaitu ergon artinya kerja atau
usaha dan nomos artinya aturan. Secara harafiah, dapat disimpulkan
ergonomi adalah aturan kerja. Ergonomi diperkenalkan oleh K.F.H Murrel
pada akhir tahun 1949. Menurut Murrel ergonomi adalah suatu studi
ilmiah tentang hubungan antara orang dengan lingkungan kerjanya.
Banyak defenisi ergonomi menurut para ahli antara lain :
Tabel 1.1 Defenisi Ergonomi Menurut Para Ahli
Pheasant Ergonomics is the aplication of scientific
information about human being (and
scientific methods of acquiring such
information) to the problems of design
Corlett & Clark Ergonomics is the study of human abilities
and characteristics which affect the design
of
equipment, systems and job
Annis & Ergonomics is the ability to apply
McConville information regarding human characters,
capacities,
and limitation to the design of human tasks,
Kemampuan Kerja.
Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh:
1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi faktor usia,
jenis kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial,
agama dan kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh, dsb
Tuntutan Tugas.
Tuntutan tugas pekerjaan/aktivitas tergantung pada:
i. Task and material Characteristics (karakteristik tugas dan
material); ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin,
tipe, kecepatan dan irama kerja, dsb.
ii. Organization Characteristics; berhubungan dengan jam kerja
dan jam istirahat, kerja malam dan bergilir, cuti dan libur,
manajemen, dsb.
iii. Environmental Characteristics; berkaitan dengan manusia
teman setugas, suhu dan kelembaban, bising dan getaran,
penerangan, sosio-budaya, tabu, norma, adat dan kebiasaan,
bahan-bahan pencemar, dsb.
Performansi.
Permormansi atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada
rasio dari besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan
yang bersangkutan. Dengan demikian, apabila:
1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan
seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi
penampilan akhir berupa: ketidaknyamanan, “Overstress”,
kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, dan tidak
produktif.
2. Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja
fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang
tinggi.
3. Dasar Keilmuan
Munculnya ergonomic tentu berawal dari berbagai ilmu dasar yang
mepelajari manusia seperti anatomi, fisiologi, kedokteran, ortopedi,
psikologi serta sosiologi. Kemudian ergonomi tumbuh dan berkembang
pesat. Adapun sub-disiplin ergonomi antara lain :
(1) Antropometri yaitu bidang yang mengkaji dimensi fisik tubuh manusia
termasuk usia, tinggi berdiri, bobot, panjang jangkauan lengan dan
sebagainya. Tujuannya untuk digunakan dalam perancangan produk,
peralatan, dan tempat kerja
Beban Kerja
Beban dapat diartikan sebagai muatan (berat) dan kekuatan pada
struktur tubuh. Satuan beban dinyatakan dalam newton atau
pounds, atau dinyatakan sebagai sebuah proporsi dari kapasitas
kekuatan individu (NIOSH, 1997). Menurut Health and Safety
Executive (2016) beban yang aman untuk mengangkat dan
berpindah bagi perempuan adalah 7 kg atau 10 newton. Dan
Durasi
Durasi adalah ukuran lamanya pajanan terhadapat faktor risiko.
Tentu saja, asumsi adalah bahwa semakin lama durasi paparan,
semakin besar risiko cedera. Durasi dapat diukur dalam
hitungan detik, menit, jam, hari, mimggu, bulan bahkan
bertahun-tahun (OHSA, 2000). Durasi dibagi sebagai berikut:
a) Durasi singkat : <1 jam/hari
b) Durasi sedang : 1-2 jam/hari
c) Durasi lama : >2 jam/hari
Setyowati dkk., (2017), menyebutkan terdapat hubungan antara
durasi kerja dengan keluhan nyeri pada porter di pelabuhan
Merak Banten tahun 2017.
Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya gerakan yang dilakukan dalam
satu periode waktu. Jika aktivitas pekerjaan dilakukan secara
berulang, maka disebut sebagai gerakan repetitif. Keluhan
muskuloskeletal terjadi karena otot menerima tekanan akibat
kerja terus menerus tanpa ada kesempatan untuk berelaksasi
(Bridger, 2008). Secara umum, semakin banyak pengulangan
gerakan dalam suatu aktivitas kerja, maka akan mengakibatkan
keluhan otot semakin besar.
Masa Kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorang bekerja di perusahaan. Terkait dengan hal tersebut
2. Faktor individu
Usia
Usia mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk mengalami
MSDs. Otot memiliki kekuatan maksimal pada saat mencapai
usia 20-29 tahun, lalu setelah usia mencapai 60 tahun kekuatan
otot akan menurun hingga 20%. Berdasarkan faktor tersebut dan
dikombinasikan dengan sikap yang tidak ergonomis akan
menyebabkan terjadinya MSDs (Tarwaka, 2010).
Sedangkan menurut Bridger (2008), sejalan dengan
meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan
keadaan ini mulai terjadi di saat seseorang berusia 30 tahun.
Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan
jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut,
pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan
stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.
Jenis kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot.
Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita
memang lebih rendah dari pada pria (Tarwaka, 2014). Astrand
& Rodahl menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya
sekitar 2/3 dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria
pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Tarwaka, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Ariska dan Santosa (2018),
Kebiasaan olahraga
Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada
seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai
cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam
kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan
pengerahan tenaga yang besar, disisi lain tidak mempunyai
waktu yang cukup istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi
keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh
tingkat kesegaran tubuh (Tarwaka, 2014). Komponen kesegaran
Kebiasaan merokok
Rokok dapat merusak jaringan otot dan mengurangi respon
syaraf terhadap rasa sakit. Berdasarkan hasil survei oleh
Annuals of Rheumatic Diseases diperoleh hubungan antara
perokok dengan munculnya keluhan MSDs dan dilaporkan
bahwa perokok memiliki risiko 50 % lebih besar untuk
merasakan MSDs (Tarwaka et al., 2004).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2010),
didapatkan hasil bahwa ada hubungan bermakna antara
kebiasaan merokok dengan terjadinya keluhan LBP. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tarwaka (2004)
bahwa semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok,
semakin tinggi pula keluhan yang dirasakan.
Ukuran tubuh
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan,tinggi badan
dan massa tubuh juga merupakan faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal
Tarwaka, (2014). Vessy et al.,(1990) dalam Tarwaka (2014),
menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai resiko dua
kali lipat dibandingkan dengan wanita kurus. Hal ini diperkuat
3. Faktor lingkungan
Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi
otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran
darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan
akhirnya timbul rasa nyeri otot, disini nyeri otot merupakan
salah satu keluhan yang dapat menimbulkan terjadinya MSDs
(Tarwaka, 2014).
Suhu
Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat
menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja
sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan
kekuatan otot menurun. Beda suhu lingkungan dengan suhu
tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian besar energi
yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk
beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan
terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya,
peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun,
proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi
penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri
otot (Tarwaka, 2014)
D. Kunci Jawaban