(KKK 353)
MODUL SESI 14
REVIEW ERGONOMI
DISUSUN OLEH
DECY SITUNGKIR, SKM, M.K.K.K
1. Ergonomi
Kemampuan Kerja.
Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh:
1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi faktor usia,
jenis kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial,
agama dan kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh, dsb
2. Physiological capacity (Kemampuan fisiologis); meliputi
kemampuan dan daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca
indera, dsb.
3. Psycological Capacity (Kemampuan psikologis); berhubungan
dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi,
stabilitas emosi, dsb.
4. Biomechanical Capacity (Kemampuan Bio-mekanik) berkaitan
dengan kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon
dan jalinan
Performansi.
Permormansi atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada
rasio dari besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan
yang bersangkutan. Dengan demikian, apabila:
1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan
seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi
penampilan akhir berupa: ketidaknyamanan, “Overstress”,
kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, dan tidak
produktif.
2. Sebaliknya, bila tuntutan tugas lebih rendah daripada
kemampuan seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan
terjadi penampilan akhir berupa: “understress”, kebosanan,
kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif
3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya
keseimbangan dinamis antara tuntutan tugas dengan
kemampuan yang dimiliki sehingga tercapai kondisi dan
lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan produktif.
1. Faktor pekerjaan
Postur Kerja
Menurut Santoso (2004), postur kerja adalah proses kerja yang
sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang
digunakan pada saat bekerja. Postur kerja merupakan
pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda
akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat
bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga
dapat meminimalisasi timbulnya cidera muskuloskeletal.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh,
maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan sistem
muskuloskeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya
karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
Beban Kerja
Beban dapat diartikan sebagai muatan (berat) dan kekuatan pada
struktur tubuh. Satuan beban dinyatakan dalam newton atau
pounds, atau dinyatakan sebagai sebuah proporsi dari kapasitas
kekuatan individu (NIOSH, 1997). Menurut Health and Safety
Executive (2016) beban yang aman untuk mengangkat dan
berpindah bagi perempuan adalah 7 kg atau 10 newton. Dan
beban maksimal bagi perempuan dengan posisi siku ditekuk dan
beban ditangan adalah 7 kg. Penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati dkk., 2017), menyatakan terdapat hubungan antara
berat beban kerja dengan keluhan nyeri leher pada porter di
pelabuhan Merak Banten tahun 2017.
Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya gerakan yang dilakukan dalam
satu periode waktu. Jika aktivitas pekerjaan dilakukan secara
berulang, maka disebut sebagai gerakan repetitif. Keluhan
muskuloskeletal terjadi karena otot menerima tekanan akibat
kerja terus menerus tanpa ada kesempatan untuk berelaksasi
(Bridger RS, 2008). Secara umum, semakin banyak
pengulangan gerakan dalam suatu aktivitas kerja, maka akan
mengakibatkan keluhan otot semakin besar.
Masa Kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorang bekerja di perusahaan. Terkait dengan hal tersebut
MSDs merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu
lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama
waktu bekerja atau semakin lama sesorang terpajan faktor risiko
MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk MSDs (How-
Ran dkk., 2004). Hal ini sejalan dengan penelitian Marcilin &
2. Faktor individu
Usia
Usia mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk mengalami
MSDs. Otot memiliki kekuatan maksimal pada saat mencapai
usia 20-29 tahun, lalu setelah usia mencapai 60 tahun kekuatan
otot akan menurun hingga 20%. Berdasarkan faktor tersebut dan
dikombinasikan dengan sikap yang tidak ergonomis akan
menyebabkan terjadinya MSDs (Tarwaka, 2010).
Sedangkan menurut Bridger (2008), sejalan dengan
meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan
keadaan ini mulai terjadi di saat seseorang berusia 30 tahun.
Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan
jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut,
pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan
stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.
Jenis kelamin
Astrand & Rodahl menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita
hanya sekitar 2/3 dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan
otot pria pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Tarwaka,
2014). Penelitian yang dilakukan oleh Ariska dan Santosa
(2018), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja batik di
kecamatan Sokaraja Banyumas menemukan bahwa perempuan
lebih banyak mengalami keluhan MSDs dari pada laki-laki.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa jenis kelamin juga
mempunyai hubungan dengan kejadian Musculoskeletal
Disorders (MSDs).
Kebiasaan olahraga
Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada
seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai
cukup waktu untuk istirahat. Sebaiknya, bagi yang dalam
kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan
pengerahan tenaga yang besar, disisi lain tidak mempunyai
waktu yang cukup istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi
keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga snagat dipengaruhi oleh
tingkat kesegaran tubuh (Tarwaka, 2014). Berdasarkan hasil
penelitian Marcilin & Situngkir (2020) menyatakan bahwa ada
hubungan antara kebiasaan olahraga dengan keluhan MSDs
yang dialami pekerja pada unit sortir di PT. Indah Kiat.
Kebiasaan merokok
Rokok dapat merusak jaringan otot dan mengurangi respon
syaraf terhadap rasa sakit. Berdasarkan hasil survei oleh
Annuals of Rheumatic Diseases diperoleh hubungan antara
Ukuran tubuh
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan,tinggi badan
dan massa tubuh juga merupakan faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan sistem musculoskeletal
Tarwaka, (2014). Vessy et al.,(1990) dalam Tarwaka (2014),
menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai resiko dua
kali lipat dibandingkan dengan wanita kurus. Hal ini diperkuat
oleh Werner et al.,(1994) dalam Tarwaka (2014), yang
menyatakan bahwa bagi pasien yang gemuk (obesitas dengan
indeks masa tubuh >29) mempunyai resiko 2,5 lebih tinggi
dibandingkan dengan yang kurus (indeks masa tubuh <20),
khususnya untuk otot kaki. Temuan lain menyatakan bahwa
pada tubuh yang tinggi umumnya sering menderita keluhan sakit
punggung, tetapi tubuh tinggi tidak mempunyai pengaruh
terhadap keluhan pada leher, bahu dan pergelangan tangan.
3. Faktor lingkungan
Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi
otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran
darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan
akhirnya timbul rasa nyeri otot, disini nyeri otot merupakan
Suhu
Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat
menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja
sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan
kekuatan otot menurun. Beda suhu lingkungan dengan suhu
tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian besar energi
yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk
beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan
terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya,
peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun,
proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi
penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri
otot (Tarwaka, 2014).
3. Antropometri
Antropometri berasal dari bahasa Yunani yaitu “Anthropos” yang
berarti manusia dan “Metron” yang berarti pengukuran, dengan demikian
antropometri mempunyai arti sebagai pengukuran tubuh manusia (Bridger ,
2003). Antropometri adalah ilmu yang berhubungan dgn aspek ukuran fisik
manusia. Antropometri adalah cabang ilmu tentang manusia yang
berhubungan dengan pengukuran tubuh: terutama dengan pengukuran
ukuran tubuh, bentuk, kekuatan dan kapasitas kerja, yang dapat digunakan
dalam klasifikasi dan perbandingan antropologis.
Beberapa faktor yang paling mempengaruhi ukuran tubuh manusia,
sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus
memperhatikannya antara lain ((Nurmianto, 2008); (Irisdiastadi & Yassierli,
2016)) :
b. Jenis kelamin
Selain faktor umur, variabilitas dimensi tubuh manusia dipengaruhi
oleh faktor jenis kelamin. Secara kodrati tinggi badan laki-laki dewasa
mempunyai rerata lebih tinggi dibandingkan dengan dimensi tubuh
perempuan dewasa. Secara umum laki-laki dewasa mempunyai dimensi
tubuh yang lebih besar dibanding perempuan untuk sebagian besar
dimensi tubuh.
e. Pakaian
Pakaian merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh
bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat
lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada
waktu musim dingin anusia akan memakai pakaian yang relatif tebal dan
ukuran yang relatif lebih besar. Atau untuk pekerja di pertambangan,
pengeboran lepas pantai, pengecoran logam.
B. Tendinitis
Tendinitis merupakan peradangan (pembengkakan) hebat atau iritasi pada
tendon, biasanya terjadi pada titik dimana otot melekat pada tulang.
Keadaan tersebut akan semakin berkembang ketika tendon terus menerus
digunakan untuk merngerjakan hal-hal yang tidak biasa (penggunaan
berlebih atau postur janggal pada tangan, pergelangan, lengan, dan bahu)
seperti tekanan yang kuat pada tangan, membengkokan pergelangan tangan
selama bekerja, atau menggerakkan pergelangan tangan secara berulang,
D. Nyeri Leher
Leher ---> bagian tubuh yg perlindungannya lebih sedikit dibandingkan
batang tubuh yang lain. Sehingga leher rentan terkena trauma atau kelainan
yang menyebabkan nyeri pada leher dan gangguan gerakan terutama bila
dilakukan gerakan yang mendadak dan kuat
E. Nyeri Bahu
Faktor risiko : aktifitas yg mengangkat beban berat, bukan desebabkan oleh
proses degerasi tetapi terjadi bila lengan harus diangkat sebatas atau
melebihi akronion. Posisi tersebut bila berlangsung secara terus-menerus
akan menyebabkan terjadinya iskemia pada tendon. Gejala : nyeri,
pembengkakan, gangguan fungsi, kerusakan jaringan kolagen dan jaringan
lunak.
C. Latihan
D. Kunci Jawaban
E. Daftar Pustaka