Anda di halaman 1dari 17

MODUL ERGONOMI

(KKK 353)

MODUL SESI 14
REVIEW ERGONOMI

DISUSUN OLEH
DECY SITUNGKIR, SKM, M.K.K.K

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


TAHUN 2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 17
REVIEW ERGONOMI

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan konsep ergonomi
2. Menjelaskan faktor risiko ergonomi
3. Menguraikan perancangan stasiun kerja
4. Menguraikan cedera ergonomi akibat faktor risiko ergonomi

B. Uraian dan Contoh

1. Ergonomi

Ergonomi merupakan kajian interaksi antara manusia dan mesin, serta


faktor-faktor yang memengaruhinya. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kinerja sistem secara keseluruhan (Bridger, 2003). Ergonomi
didefenisikan sebagai suatu disiplin yang mengkaji keterbatasan, kelebihan
serta karakteristik manusia dan memanfaatkan informasi tersebut dalam
rancangan produk, mesin, fasilitas, lingkungan dan bahkan sistem kerja,
dengan tujuan utamanya tercapainya kualitas kerja yang terbaik tanpa
mengabaikan aspek kesehatan, keselamatan serta kenyamanan manusia
penggunanya (Irisdiastadi & Yassierli, 2016).
Dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan tugas dengan kapasitas
kerja harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi
kerja yang tinggi. Dengan kata lain, tuntutan tugas pekerjaan tidak boleh
terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan
(overload). Karena keduanya, baik underload maupun overload akan
menyebabkan stres (Tarwaka, 2014).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 17
Gambar 2.1 Konsep Keseimbangan dalam Ergonomi
Sumber : Tarwaka dkk., (2004)

 Kemampuan Kerja.
Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh:
1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi faktor usia,
jenis kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial,
agama dan kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh, dsb
2. Physiological capacity (Kemampuan fisiologis); meliputi
kemampuan dan daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca
indera, dsb.
3. Psycological Capacity (Kemampuan psikologis); berhubungan
dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi,
stabilitas emosi, dsb.
4. Biomechanical Capacity (Kemampuan Bio-mekanik) berkaitan
dengan kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon
dan jalinan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 17
 Tuntutan Tugas.
Tuntutan tugas pekerjaan/aktivitas tergantung pada:
i. Task and material Characteristics (karakteristik tugas dan
material); ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin,
tipe, kecepatan dan irama kerja, dsb.
ii. Organization Characteristics; berhubungan dengan jam kerja
dan jam istirahat, kerja malam dan bergilir, cuti dan libur,
manajemen, dsb.
iii. Environmental Characteristics; berkaitan dengan manusia
teman setugas, suhu dan kelembaban, bising dan getaran,
penerangan, sosio-budaya, tabu, norma, adat dan kebiasaan,
bahan-bahan pencemar, dsb.

 Performansi.
Permormansi atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada
rasio dari besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan
yang bersangkutan. Dengan demikian, apabila:
1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan
seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi
penampilan akhir berupa: ketidaknyamanan, “Overstress”,
kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, dan tidak
produktif.
2. Sebaliknya, bila tuntutan tugas lebih rendah daripada
kemampuan seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan
terjadi penampilan akhir berupa: “understress”, kebosanan,
kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif
3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya
keseimbangan dinamis antara tuntutan tugas dengan
kemampuan yang dimiliki sehingga tercapai kondisi dan
lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan produktif.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 17
2. Faktor Risiko Ergonomi

1. Faktor pekerjaan
 Postur Kerja
Menurut Santoso (2004), postur kerja adalah proses kerja yang
sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang
digunakan pada saat bekerja. Postur kerja merupakan
pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda
akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat
bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga
dapat meminimalisasi timbulnya cidera muskuloskeletal.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh,
maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan sistem
muskuloskeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya
karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

 Beban Kerja
Beban dapat diartikan sebagai muatan (berat) dan kekuatan pada
struktur tubuh. Satuan beban dinyatakan dalam newton atau
pounds, atau dinyatakan sebagai sebuah proporsi dari kapasitas
kekuatan individu (NIOSH, 1997). Menurut Health and Safety
Executive (2016) beban yang aman untuk mengangkat dan
berpindah bagi perempuan adalah 7 kg atau 10 newton. Dan
beban maksimal bagi perempuan dengan posisi siku ditekuk dan
beban ditangan adalah 7 kg. Penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati dkk., 2017), menyatakan terdapat hubungan antara
berat beban kerja dengan keluhan nyeri leher pada porter di
pelabuhan Merak Banten tahun 2017.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 17
 Durasi
Durasi adalah ukuran lamanya pajanan terhadapat faktor risiko.
Tentu saja, asumsi adalah bahwa semakin lama durasi paparan,
semakin besar risiko cedera. Durasi dapat diukur dalam
hitungan detik, menit, jam, hari, mimggu, bulan bahkan
bertahun-tahun (OHSA, 2000). Durasi dibagi sebagai berikut:
a) Durasi singkat : <1 jam/hari
b) Durasi sedang : 1-2 jam/hari
c) Durasi lama : >2 jam/hari
Setyowati dkk., (2017), menyebutkan terdapat hubungan antara
durasi kerja dengan keluhan nyeri pada porter di pelabuhan
Merak Banten tahun 2017.

 Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya gerakan yang dilakukan dalam
satu periode waktu. Jika aktivitas pekerjaan dilakukan secara
berulang, maka disebut sebagai gerakan repetitif. Keluhan
muskuloskeletal terjadi karena otot menerima tekanan akibat
kerja terus menerus tanpa ada kesempatan untuk berelaksasi
(Bridger RS, 2008). Secara umum, semakin banyak
pengulangan gerakan dalam suatu aktivitas kerja, maka akan
mengakibatkan keluhan otot semakin besar.

 Masa Kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorang bekerja di perusahaan. Terkait dengan hal tersebut
MSDs merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu
lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama
waktu bekerja atau semakin lama sesorang terpajan faktor risiko
MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk MSDs (How-
Ran dkk., 2004). Hal ini sejalan dengan penelitian Marcilin &

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 17
Situngkir (2020) menunjukkan bahwa menunjukkan adanya
hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs.

2. Faktor individu
 Usia
Usia mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk mengalami
MSDs. Otot memiliki kekuatan maksimal pada saat mencapai
usia 20-29 tahun, lalu setelah usia mencapai 60 tahun kekuatan
otot akan menurun hingga 20%. Berdasarkan faktor tersebut dan
dikombinasikan dengan sikap yang tidak ergonomis akan
menyebabkan terjadinya MSDs (Tarwaka, 2010).
Sedangkan menurut Bridger (2008), sejalan dengan
meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan
keadaan ini mulai terjadi di saat seseorang berusia 30 tahun.
Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan
jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut,
pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan
stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.

 Jenis kelamin
Astrand & Rodahl menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita
hanya sekitar 2/3 dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan
otot pria pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Tarwaka,
2014). Penelitian yang dilakukan oleh Ariska dan Santosa
(2018), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja batik di
kecamatan Sokaraja Banyumas menemukan bahwa perempuan
lebih banyak mengalami keluhan MSDs dari pada laki-laki.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa jenis kelamin juga
mempunyai hubungan dengan kejadian Musculoskeletal
Disorders (MSDs).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 17
 Indeks masa tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang
dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan
berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit
degenerative (WHO, 2005).
Pada individu yang overweight ataupun obesitas ditemukan
terdapat kerusakan pada sistem muskuloskeletal yang yang
bermanifestasi sebagai nyeri dan discomfort. Keluhan MSDs
yang umum terjadi pada individu yang obesitas seperti nyeri
leher, tendinitis rotator cuff, osteoatritis pada lutut, nyeri kaki,
dan cedera tendon Achilles (O’Malley, 2011).

 Kebiasaan olahraga
Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada
seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai
cukup waktu untuk istirahat. Sebaiknya, bagi yang dalam
kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan
pengerahan tenaga yang besar, disisi lain tidak mempunyai
waktu yang cukup istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi
keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga snagat dipengaruhi oleh
tingkat kesegaran tubuh (Tarwaka, 2014). Berdasarkan hasil
penelitian Marcilin & Situngkir (2020) menyatakan bahwa ada
hubungan antara kebiasaan olahraga dengan keluhan MSDs
yang dialami pekerja pada unit sortir di PT. Indah Kiat.

 Kebiasaan merokok
Rokok dapat merusak jaringan otot dan mengurangi respon
syaraf terhadap rasa sakit. Berdasarkan hasil survei oleh
Annuals of Rheumatic Diseases diperoleh hubungan antara

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 17
perokok dengan munculnya keluhan MSDs dan dilaporkan
bahwa perokok memiliki risiko 50 % lebih besar untuk
merasakan MSDs (Tarwaka et al., 2004).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2010),
didapatkan hasil bahwa ada hubungan bermakna antara
kebiasaan merokok dengan terjadinya keluhan LBP. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tarwaka (2004)
bahwa semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok,
semakin tinggi pula keluhan yang dirasakan.

 Ukuran tubuh
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan,tinggi badan
dan massa tubuh juga merupakan faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan sistem musculoskeletal
Tarwaka, (2014). Vessy et al.,(1990) dalam Tarwaka (2014),
menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai resiko dua
kali lipat dibandingkan dengan wanita kurus. Hal ini diperkuat
oleh Werner et al.,(1994) dalam Tarwaka (2014), yang
menyatakan bahwa bagi pasien yang gemuk (obesitas dengan
indeks masa tubuh >29) mempunyai resiko 2,5 lebih tinggi
dibandingkan dengan yang kurus (indeks masa tubuh <20),
khususnya untuk otot kaki. Temuan lain menyatakan bahwa
pada tubuh yang tinggi umumnya sering menderita keluhan sakit
punggung, tetapi tubuh tinggi tidak mempunyai pengaruh
terhadap keluhan pada leher, bahu dan pergelangan tangan.
3. Faktor lingkungan
 Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi
otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran
darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan
akhirnya timbul rasa nyeri otot, disini nyeri otot merupakan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 17
salah satu keluhan yang dapat menimbulkan terjadinya MSDs
(Tarwaka, 2014).

 Suhu
Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat
menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja
sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan
kekuatan otot menurun. Beda suhu lingkungan dengan suhu
tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian besar energi
yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk
beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan
terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya,
peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun,
proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi
penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri
otot (Tarwaka, 2014).

3. Antropometri
Antropometri berasal dari bahasa Yunani yaitu “Anthropos” yang
berarti manusia dan “Metron” yang berarti pengukuran, dengan demikian
antropometri mempunyai arti sebagai pengukuran tubuh manusia (Bridger ,
2003). Antropometri adalah ilmu yang berhubungan dgn aspek ukuran fisik
manusia. Antropometri adalah cabang ilmu tentang manusia yang
berhubungan dengan pengukuran tubuh: terutama dengan pengukuran
ukuran tubuh, bentuk, kekuatan dan kapasitas kerja, yang dapat digunakan
dalam klasifikasi dan perbandingan antropologis.
Beberapa faktor yang paling mempengaruhi ukuran tubuh manusia,
sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus
memperhatikannya antara lain ((Nurmianto, 2008); (Irisdiastadi & Yassierli,
2016)) :

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 17
a. Umur
Sebuah rancangan akan nyaman digunakan jika sesuai dengan umur
pengguna. Rancangan peralatan untuk anak-anak akan berbeda dengan
rancangan peralatan untuk orang dewasa. Dengan demikian umur
merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan
produk/fasilitas, dikarenakan variabilitas dimensi tubuh manusia salah
satunya dipengaruhi oleh umur. Pertumbuhan manusia berawal dari
manusia lahir sampai usia dewasa, dan akan berhenti pada usia tertentu.
Laki-laki dan perempuan mempunyai batasan pertumbuhan yang berbeda,
dimana pertumbuhan tinggi badan laki-laki biasanya berhenti pada 20
tahun. Sedangkan untuk perempuan akan berhenti lebih awal
dibandingkan laki-laki.

b. Jenis kelamin
Selain faktor umur, variabilitas dimensi tubuh manusia dipengaruhi
oleh faktor jenis kelamin. Secara kodrati tinggi badan laki-laki dewasa
mempunyai rerata lebih tinggi dibandingkan dengan dimensi tubuh
perempuan dewasa. Secara umum laki-laki dewasa mempunyai dimensi
tubuh yang lebih besar dibanding perempuan untuk sebagian besar
dimensi tubuh.

c. Faktor Kehamilan pada Wanita


Faktor ini sudah sangat jelas akan mempengaruhi yang berarti jika
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil terutama yang berkaitan
dengan analisis perancangan produk (APP) dan analisis perancangan
pekerjaan (APK).

d. Cacat Tubuh Secara Fisik


Akhir-akhir ini, sudah banyak diterapkan pemberian prioritas
kepada penderita cacat tubuh sehingga mereka dapat ikut merasakan
kesamaan dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi untuk
pelayanan masyarakat, hanya saja masih ada masalah yang timbul

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 17
misalnya keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkannya ruang kaki untuk
desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi roda dan lain-lain.

e. Pakaian
Pakaian merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh
bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat
lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada
waktu musim dingin anusia akan memakai pakaian yang relatif tebal dan
ukuran yang relatif lebih besar. Atau untuk pekerja di pertambangan,
pengeboran lepas pantai, pengecoran logam.

f. Suku / Ras asli


Variabilitas dimensi tubuh manusia disebabkan juga karena
perbedaan ras dan kelompok etnis. Adanya perpindahan penduduk baik
tetap atau sementara dari suatu negara ke negara lainnya seringkali
menimbulkan masalah dalam hal rancangan produk atau fasilitas kerja
terutama bila perpindahannya dikaitkan dengan masalah pekerjaaan.

g. Variabilitas jenis pekerjaan atau profesi


Perbedaan dimensi tubuh dapat dilihat pada jenis pekerjaan atau
profesi yang dilakukan. Seorang petani yang pekerjaannya mencangkul
mempunyai lengan lebih besar dibandingkan dengan pegawai negeri sipil.
Hal ini dikarenakan seorang petani lebih banyak menggunakan lengan
untuk aktivitas kerja. Perbedaan ini dikarenakan tuntutan profesi. Dengan
demikian profesi seringkali mensyaratkan dimensi tubuh yang
dikehendaki. Hal ini ditujukan untuk kenyamanan dan keamanan pekerja
dalam menggunakan peralatan yang ada

4. Perancangan Desain Stasiun Kerja


Menurut Das dan Sengupta (1993) dalam Tarwaka dkk., (2004)
pendekatan secara sistemik untuk menentukan dimensi stasiun kerja dapat
dilakukan dengan cara berikut :

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 17
(a) Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada
etnik, jenis kelamin dan umur
(b) Mendapatkan data antropometri yang relevan dengan populasi pemakai
(c) Dalam pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pakaian,
sepatu dan posisi normal
(d) Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama
(e) Tata letak dari peralatan, kontrol harus dalam kisaran jangkauan
optimum
(f) Menempatkan displai yang tepat sehingga operator dapat melihat objek
dengan pandangan yang tepat dan nyaman
(g) Review terhadap desain stasiun kerja secara berkala

5. Jenis Cidera Ergonomi

A. Carpal Tunnel Syndrome


Carpal Tunnel Syndrome atau biasa disingkat dengan CTS yaitu kondisi
yang menyebabkan mati rasa, geli, kelemahan, dan nyeri di tangan yang
disebabkan oleh tekanan pada saraf median, yang terletak di pergelangan
tangan yang dikelilingi jaringan dan tulang. Penekanan tersebut disebabkan
oleh pembengkakan dan iritasi dari tendon dan penyelubung tendon.
Gejalanya seperti rasa sakit pada pergelangan tangan, perasaan tidak
nyaman pada jari-jari, dan mati rasa/kebas. CTS dapat menyebabkan
seseorang kesulitan menggenggam (Martha & Sander, 2004).

B. Tendinitis
Tendinitis merupakan peradangan (pembengkakan) hebat atau iritasi pada
tendon, biasanya terjadi pada titik dimana otot melekat pada tulang.
Keadaan tersebut akan semakin berkembang ketika tendon terus menerus
digunakan untuk merngerjakan hal-hal yang tidak biasa (penggunaan
berlebih atau postur janggal pada tangan, pergelangan, lengan, dan bahu)
seperti tekanan yang kuat pada tangan, membengkokan pergelangan tangan
selama bekerja, atau menggerakkan pergelangan tangan secara berulang,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 17
jika ketegangan otot tangan ini terus berlangsung, akan menyebabkan
tendinitis. Beberapa jenis pekerjaan yang berpotensi menyebabkan tendinitis
ialah pekerjaan kontruksi banguan, pekerjaan perakitan alat elektronik, atau
perakitan manufaktur lainnya, pekerjaan entri data pada komputer, dan
pekerjaan jahit, dan sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut mempunyai
karateristik berulang-ulang dengan waktu siklus yang singkat dan hanya
melibatkan otot dan tendon tertentu secara terus-menerus dalam bekerja
(Irisdiastadi & Yassierli, 2016).

C. Low Back Pain


Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal, tetapi
gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf,
namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal. Salah satu
penyebab nyeri punggung adalah bergesernya bantalan tulang belakang
sehingga menekan saraf belakang. Sendi atau ruas tulang belakang memiliki
komponen inti yang disebut nukleus, yang berbentuk seperti agaragar dan
berfungsi sebagai bantalan dan peredam kejut. Akibat pembebanan terus
menerus, misanya pada buruh angkut, nucleus tertekan atau pecah dan
menekan ujung sraf atau sumsum tulang belakang. Kondisi ini
menimbulkan sakit yang luar biasa. Penyebab lain nyeri punggung adalah
spondilosis, yakni kerusakan pada sendi tulang belakang (intervetebral disc)
akibat aus atau terkikisnya tulang rawan yang melindungi ruas tulang
belakang. Hasil studi kami baru-baru ini menunjukkan banyak sopir alat-alat
berat tambang yang mengalami gangguan ini yang diakibatkan oleh paparan
getaran/ whole body vibration (Irisdiastadi & Yassierli, 2016).

D. Nyeri Leher
Leher ---> bagian tubuh yg perlindungannya lebih sedikit dibandingkan
batang tubuh yang lain. Sehingga leher rentan terkena trauma atau kelainan
yang menyebabkan nyeri pada leher dan gangguan gerakan terutama bila
dilakukan gerakan yang mendadak dan kuat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 17
aktifitas pergerakan lengan atas dan leher yang berulang-ulang, beban statis
pada otot leher dan bahu, serta posisi leher yang ekstrem saat bekerja.

E. Nyeri Bahu
Faktor risiko : aktifitas yg mengangkat beban berat, bukan desebabkan oleh
proses degerasi tetapi terjadi bila lengan harus diangkat sebatas atau
melebihi akronion. Posisi tersebut bila berlangsung secara terus-menerus
akan menyebabkan terjadinya iskemia pada tendon. Gejala : nyeri,
pembengkakan, gangguan fungsi, kerusakan jaringan kolagen dan jaringan
lunak.

C. Latihan

1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi?


2. Apakah yang dimaksud dengan antropometri?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dalam desain stasiun kerja?
4. Sebutkan jenis-jenis cidera ergonomi!

D. Kunci Jawaban

1. Ergonomi didefenisikan sebagai suatu disiplin yang mengkaji


keterbatasan, kelebihan serta karakteristik manusia dan memanfaatkan
informasi tersebut dalam rancangan produk, mesin, fasilitas,
lingkungan dan bahkan sistem kerja, dengan tujuan utamanya
tercapainya kualitas kerja yang terbaik tanpa mengabaikan aspek
kesehatan, keselamatan serta kenyamanan manusia penggunanya

2. Antropometri adalah cabang ilmu tentang manusia yang berhubungan


dengan pengukuran tubuh: terutama dengan pengukuran ukuran tubuh,
bentuk, kekuatan dan kapasitas kerja, yang dapat digunakan dalam
klasifikasi dan perbandingan antropologis

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 17
3. Prinsip desain stasiun kerja antara lain :
(a) Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada
etnik, jenis kelamin dan umur
(b) Mendapatkan data antropometri yang relevan dengan populasi pemakai
(c) Dalam pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pakaian,
sepatu dan posisi normal
(d) Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama
(e) Tata letak dari peralatan, kontrol harus dalam kisaran jangkauan
optimum
(f) Menempatkan displai yang tepat sehingga operator dapat melihat objek
dengan pandangan yang tepat dan nyaman
(g) Review terhadap desain stasiun kerja secara berkala

4. Jenis cidera ergonomi antara lain :


A. Carpal Tunnel Syndrome
B. Tendinitis
C. Low Back Pain
D. Nyeri Leher
E. Nyeri Bahu

E. Daftar Pustaka

1. Bridger RS. (2008). Intrduction to Ergonomics. New York: CRC Press.


2. Bridger S. R. (2003). Introduction To Ergonomics. New York: Routledge
Taylor & Francis Group.
3. How-Ran Guo, Ya-Ching Chang, Wen-Yu Yeh, Chun-Wan Chen, Y. L. G.
(2004). Prevalence of Musculoskeletal Disorder among Workers in Taiwan: A
Nationwide Study. Journal of Occupational Health.
https://doi.org/https://doi.org/10.1539/joh.46.26
4. Irisdiastadi, H., & Yassierli. (2016). Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
5. Marcilin, M., & Situngkir, D. (2020). FAKTOR-FAKTOR YANG

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 17
BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL
DISORDERS PADA UNIT SORTIR DI PT. INDAH KIAT PULP AND
PAPER TANGERANG. TBK TAHUN 2018. Journal of Industrial Hygiene
and Occupational Health, 4(2).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v4i2.3482
6. Nurmianto, E. (2008). Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya:
Penerbit Guna Widya.
7. Santoso, G. (2004). Ergonomi, Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta:
CV Haji Masagung.
8. Setyowati, Baju Widjasena, & Siswi Jayanti. (2017). Hubungan Beban Kerja,
Postur dan Durasi Jam Kerja dengan Keluhan Nyeri Leher pada Porter di
Pelabuhan Penyeberangan Ferry Merak-Banten. 5(2).
9. Tarwaka. (2014). Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press.
10. Tarwaka, Bakri, S. H. A., & Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Harapan Press.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 / 17

Anda mungkin juga menyukai