Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

POSISI STATIS YANG MENGGANGGU KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK V

INTAN FAUZI

MELINDA ROSE

MAWARDAH ABDULLAH

ASLINDA DESTRIANA

TRI YANOVA

AKADEMI ANALIS KESEHATAN

PUTRA JAYA BATAM

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan
nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang
aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya, dan ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau
perancangan. Ergonomic berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi,
kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di
rumah, dan di tempat rekreasi. Ergonomic adalah penerapan ilmu biologis
tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi.
Untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia
terhadap pekerjaannya, yang manfaatnya diukur dengan efisiensi dan
kesejahteraan kerja.
Ergonomic merupakan ilmu yang penerapannya berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya,
dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi setinggi-tingginya
melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal mungkin. Ergonomic
merupakan pertemuan dari berbagai ilmu seperti antropologi, biometrika,
faal kerja, hygiene perusahaan dan kesehatan kerja, perencanaan kerja
dan cybernetrica, namun kekhususan utamanya adalah perencanaan dari
cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya.
Penerapan ergonomic pada umumnya merupakan rancang
bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi
perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja, bangku kerja, kursi,
pegangan alat kerja, sistem pengendali, alat peraga, jalan/lorong, pintu,
jendela, dan lain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal tersebut, adalah
bahasan mengenai rancang bangun lingkungan kerja,
karena jika system perangkat keras berubah, maka akan berubah pula
lingkungan kerjanya
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian sikap kerja
b. Untuk mengetahui macam sikap kerja
c. Untuk mengetahui dampak sikap kerja yang tidak sesuai ergonomis
dan rekomendasi yang sesuai agar dapat meminimalisir dampak yang
ditimbulkan.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada masa globalisasi, perusahaan begitu memerlukan sumber


daya manusia yang mempunyai tingkat ketrampilan spesifik juga
mempunyai kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, serta berakhlak mulia yang bisa diraih lewat
pendidikan. Pendidikan berpartisipasi membina keselamatan serta
kesehatan kerja tiap-tiap individu hingga bisa membuat pribadi yang baik.

Instrumen yang memproteksi pekerja, lingkungan hidup,


perusahaan, serta orang-orang sekitaran dari bahaya karena kecelakaan
kerja di sebut dengan Keselamatan serta kesehatan kerja (K3).
Perlindungan itu adalah hak asasi yang harus dipenuhi oleh perusahaan.

K3 mempunyai tujuan menghindar, kurangi, bahkan juga


menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Penyakit karena kerja
yang menggunakan banyak cost (biaya) perusahaan, sehingga aplikasi
rencana ini tidak bisa dipandang jadi usaha mencegah kecelakaan kerja,
tetapi mesti dipandang jadi bentuk investasi periode panjang yang berikan
keuntungan yang berlimpah pada saat mendatang.
2.2 Potensi Kecelakaan Kerja Dalam Posisi Statis Yang Mengganggu
Kesehatan

1. Faktor Manusia

 Umur

Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi


kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang.
Umur pekerja juga diatur oleh Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-
Undang tanggal 6 Januari 1951 No.1 Pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan,
2003:48). Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat,
dinamis, dan kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab,
cenderung absensi, dan turnover-nya rendah (Malayu S. P. Hasibuan,
2003:54). Umum mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti
penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia
30 tahun atau lebih. Sebaliknya mereka lebih berhati-hati, lebih dapat
dipercaya dan lebih menyadari akan bahaya dari pada tenaga kerja usia
muda. Efek menjadi tua terhadap terjadinya kecelakaan masih terus
ditelaah. Namun begitu terdapat kecenderungan bahwa beberapa jenis
kecelakaan kerja seperti terjatuh lebih sering terjadi pada tenaga kerja
usia 30 tahun atau lebih dari pada tenaga kerja berusia sedang atau
muda. 22 Juga angka beratnya kecelakaan rata-rata lebih meningkat
mengikuti pertambahan usia ( Suma’mur PK., 1989:305 ).

 Jenis Kelamin

Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda.


Pembagian kerja secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan
perbedaan terjadinya paparan yang diterima orang, sehingga penyakit
yang dialami berbeda pula. Kasus wanita lebih banyak daripada pria (Juli
Soemirat, 2000:57). Secara anatomis, fisiologis, dan psikologis tubuh
wanita dan pria memiliki perbedaan sehingga dibutuhkan penyesuaian-
penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja, diantaranya yaitu hamil
dan haid. Dua peristiwa alami wanita itu memerlukan penyesuaian
kebijakan yang khusus.

 Masa kerja

Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga


kerja bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja
baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila
dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman
dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh
negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul
kebiasaan pada tenaga kerja.

Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton


atau berulang-ulang. Masa kerja dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1. Masa
Kerja baru : < 6 tahun 2. Masa Kerja sedang : 6 – 10 tahun 3. Masa Kerja
lama : < 10 tahun (MA. Tulus, 1992:121).

 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan alat pelindung diri yaitu penggunaan seperangkat


alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh
tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak
secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat
mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Penggunaan alat
pelindung diri dapat mencegah kecelakaan kerja sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap dan praktek pekerja dalam penggunaan alat
pelindung diri.

 Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan


kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam
masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang yang dihadapkan
pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang
datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal
(Achmad Munib, dkk., 2004:33). Pendidikan adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok
atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
mereka cenderung untuk menghindari potensi bahaya yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan.

 Perilaku

Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang


mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja,
kecelakaan dan praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting
karena ternyata lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja
yang ceroboh dibandingkan dengan mesin-mesin atau karena
ketidakpedulian karyawan. Pada satu waktu, pekerja yang tidak puas
dengan pekerjaannya dianggap memiliki tingkat kecelakaan kerja yang
lebih tinggi. Namun demikian, asumsi ini telah dipertanyakan selama
beberapa tahun terakhir. Meskipun kepribadian, sikap karyawan, dan
karakteristik individual karyawan tampaknya berpengaruh pada
kecelakaan kerja, namun hubungan sebab akibat masih sulit dipastikan.

 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses


belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem
pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan
metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori, dalam hal ini
yang dimaksud adalah pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja.
Timbulnya kecelakaan bekerja biasanya sebagai akibat atas kelalaian
tenaga kerja atau perusahaan. Adapun kerusakan-kerusakan yang timbul,
misalnya kerusakan mesin atau kerusakan produk, sering tidak
diharapkan perusahaan maupun tenaga kerja. Namun tidak mudah
menghindari kemungkinan timbulnya risiko kecelakaan dan kerusakan.
Apabila sering timbul hal tersebut, tindakan yang paling tepat dan harus
dilakukakan manajemen tenaga kerja adalah melakukan pelatihan.
Penyelenggaraan pelatihan dimaksudkan agar pemeliharaan terhadap
alat-alat kerja dapat ditingkatkan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai
adalah mengurangi timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan, dan
peningkatan pemeliharaan terhadap alat-alat kerja.

 Peraturan K3

Peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang


mewajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan,
konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan
cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan,
supervisi medis, P3K dan perawatan medis. Ada tidaknya peraturan K3
sangat berpengaruh dengan kejadian kecelakaan kerja. Untuk itu,
sebaiknya peraturan dibuat dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan

2. Faktor Lingkungan

 Kebisingan

Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan . Kebisingan pada


tenaga kerja dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu
komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi konsentrasi,
menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, Intensitas kebisingan yang
dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja (Tabel 3).

 Suhu Udara

Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja


manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur
sekitar 24°C- 27°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan
kaku dan kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat
menurunkan prestasi kerja pekerja, mengurangi kelincahan,
memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan,
mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf
perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang.

Sedangkan menurut Grandjean dkondisi panas sekeliling yang


berlebih akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi
kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Hal ini akan
menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan panas
dengan jumlah yang sangat sedikit.

 Penerangan

Penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber cahaya


yang menerangi benda-benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja
beserta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh
tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin
terjadi.

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek


yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu.
Penerangan adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam
lingkungan fisik pekerja. Beberapa penyelidikan mengenai hubungan
antara produksi dan penerangan telah memperlihatkan bahwa
penerangan yang cukup dan diatur sesuai dengan jenis pekerjaan yang
harus dilakukan secara tidak langsung dapat mengurangi banyaknya
kecelakaan.

Faktor penerangan yang berperan pada kecelakaan antara lain


kilauan cahaya langsung pantulan benda mengkilap dan bayang-bayang
gelap (ILO, 1989:101). Selain itu pencahayaan yang kurang memadai
atau menyilaukan akan melelahkan mata. Kelelahan mata akan
menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan
mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyebabkan
kecelakaan (Depnaker RI, 1996:45).

 Lantai licin

Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras,
tahan air dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228).
Karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi
besar terhadap terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset.

2.3. Pengendalian Kecelakaan Kerja Dalam Posisi Statis Yang Mengganggu


Kesehatan

1. Akibat Kecelakaan Kerja

Kecelakaan dapat menimbulkan 5 jenis kerugian, yaitu:


Kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelalaian dan
cacat, dan kematian. Heinrich (1959) dalam ILO (1989:11) menyusun
daftar kerugian terselubung akibat kecelakaan sebagai berikut:

1. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan yang luka,


2. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja
karena rasa ingin tahu, rasa simpati, membantu menolong karyawan yang
terluka,
3. Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para mandor, penyelia atau para
pimpinan lainnya karena membantu karyawan yang terluka, menyelidiki
penyebab kecelakaan, mengatur agar proses produksi ditempat karyawan
yang terluka tetap dapat dilanjutkan oleh karyawan lainnya dengan
memilih dan melatih ataupun menerima karyawan baru.
4. Kerugian akibat penggunaan waktu dari petugas pemberi pertolongan
pertama dan staf departemen rumah sakit,
5. Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya atau
oleh karena tercemarnya bahan-bahan baku,
6. Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan memenuhi
pesanan pada waktunya, kehilangan bonus, pembayaran denda ataupun
akibat-akibat lain yang serupa,
7. Kerugian akibat pelaksanaan sistem kesejahteraan dan maslahat bagi
karyawan,
8. Kerugian akibat keharusan untuk meneruskan pembayaran upah penuh
bagi karyawan yang dulu terluka setelah mereka kembali bekerja,
walaupun mereka (mungkin belum penuh sepenuhnya) hanya
menghasilkan separuh dari kemampuan normal
9. Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari
produktivitas karyawan yang luka dan akibat dari mesin yang
menganggur.
10. Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral kerja
karena kecelakaan tersebut,
11. Kerugian biaya umum (overhead) per-karyawan yang luka.

2. Pencegahan Kecelakaan

Suatu pencegahan kecelakaan kerja yang efektif memerlukan


pelaksanaan pekerjaan dengan baik oleh setiap orang ditempat kerja.
Semua pekerja harus mengetahui bahaya dari bahan dan peralatan yang
mereka tangani, semua bahaya dari operasi perusahaan serta cara
pengendaliannya. Untuk itu diperlukan pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja atau
dijadikan satu paket dengan pelatihan lain (Depnaker RI, 1996:48).

Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang sebab


kecelakaan. Sebab disuatu perusahaan diketahui dengan mengadakan
analisa kecelakaan. Pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin,
alat kerja, perkakas kerja, dan manusia (Suma’mur PK., 1996:215).

Menurut Bennett NB. Silalahi (1995:107) ditinjau dari sudut dua


sub sistem perusahaan teknostruktural dan sosio proseksual, teknik
pencegahan kecelakaan harus didekati dari dua aspek, yakni aspek
perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak dan sebagainya)
dan perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan).

Menurut Julian B. Olishifski (1985) dalam Gempur Santoso


(2004:8) bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan
kerja professional dapat dilakukan dengan memperkecil (menekan)
kejadian yang membahayakan, memberikan alat pengaman, memberikan
pendidikan (training), dan Memberikan alat pelindung diri.

Menurut ILO dalam ILO (1989:20) berbagai cara yang umum


digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja bidang industri
dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut:

 Peraturan

Peraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi mengenai


hal-hal yang seperti kondisi kerja umum, perancangan, kontruksi,
pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan
industri, kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan
kesehatan, pertolongan pertama, dan pemeriksaan kesehatan.

 Standarisasi

Yaitu menetapkan standar resmi, setengah resmi, ataupun tidak


resmi, misalnya mengenai konstruksi yang aman dari jenis peralatan
industri tertentu seperti penggunaan alat keselamatan kerja, kebiasaan
yang aman dan sehat, ataupun tentang alat pengaman perorangan.

 Pengawasan

Untuk meningkatkan keselamatan kerja perlu dilakukan


pengawasan yang berupa usaha penegakan peraturan yang harus
dipatuhi. Hal ini dilakukan supaya peraturan yang ada benar-benar
dipatuhi atau tidak dilanggar, sehingga apa yang menjadi sasaran
maupun tujuan dari peraturan keselamatan kerja dapat tercapai. Bagi
yang melanggar peraturan tersebut sebaiknya diberikan sanksi atau
punishment.

 Riset Teknis

Hal yang termasuk dalam riset teknis berupa penyelidikan


peralatan dan ciri-ciri dari bahan berbahaya, penelitian tentang
perlindungan mesin, pengujian masker pernafasan, dan sebagainya.
Riset ini merupakan cara paling efektif yang dapat menekan angka
kejadian kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.

 Riset medis

Termasuk penyelidikan dampak fisiologis dan patologis dari faktor


lingkungan dan teknologi, serta kondisi fisik yang amat merangsang
terjadinya kecelakaan. Setelah diketahui faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya kecelakaan, maka seseorang dapat menghindari dan
lebih berhati-hati dengan potensi bahaya yang ada.

 Riset Psikologis

Sebagai contoh adalah penyelidikan pola psikologis yang dapat


menyebabkan kecelakaan. Psikologis seseorang sangat membawa
pengaruh besar dengan kecelakaan. Karena apa yang dirasakan/sedang
dialami cenderung terus menerus berada dalam pikiran, hal inilah yang
dapat mempengaruhi konsentrasi saat bekerja sehingga adanya bahaya
kadang terabaikan.

 Riset Statistik

Digunakan untuk mengetahui jenis kecelakaan yang terjadi,


berapa banyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban,
dalam kegiatan seperti apa, dan apa saja yang menjadi penyebabnya.
Riset seperti ini dapat dijadikan sebagai pelajaran atau acuan agar dapat
terhidar dari kecelakaan, kerena belajar dari pengalaman yang terdahulu.

 Pendidikan

Hal ini meliputi pengajaran subyek keselamatan sebagai mata


ajaran dalam akademi teknik, sekolah dagang ataupun kursus magang.
Pemberian pendidikan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada
usia sekolah diharapkan sebelum siswa terjun ke dunia kerja sudah
memiliki bekal terlebih dahulu tentang bagaimana cara dan sikap kerja
yang yang aman dan selamat, sehingga ketika terjun ke dunia kerja
mereka mampu menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan
celaka.

 Pelatihan

Salah satu contoh pelatihan yaitu berupa pemberian instruksi


praktis bagi para pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal
keselamatan kerja. Perlunya pemberian pelatihan karena pekerja baru
cenderung belum mengetahui hal-hal yang ada di perusahaan yang baru
ditempatinya. Karena setiap tempat kerja mempunyai kebijakan dan
peraturan yang tidak sama dengan tempat kerja lain. Bahaya kerja yang
ada juga sangat berbeda.

 Persuasi

Penerapan berbagai metode publikasi dan imbauan untuk


mengembangkan ”kesadaran akan keselamatan” dapat dijadikan sebagai
contoh dari persuasi. Persuasi dapat dilakukan anatar individu maupun
melalui media seperti poster, spanduk, dan media lainnya.

 Asuransi

Dapat dilakukan dengan cara penyediaan dana untuk untuk


meningkatkan upaya pencegahan kecelakaan. Selain itu asuransi juga
dapat digunakan untuk membantu meringankan beban korban
kecelakaan karena sebagian dari biaya di tanggung asuransi.

 Tindakan Pengamanan oleh Masing-masing Individu.

Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kesadaran tiap individu


terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Peningkatan kesadaran
dimulai dari diri sendiri kemudian menularkannya kepada orang lain.
BAB III

HASIL

3.1 Posisi Kerja

Posisi duduk sangat penting sebagai dasar pola posisi ergonomis


yang mana banyak aktivitas kerja dalam posisi duduk .beberapa
penelitian telah menjelaskan kaitan posisi duduk yang dapat
mempengaruhi kesehatan, apalagi jika duduk di lakukan dalam waktu
lama .duduk dalam waktu yang lama biasa di lakukan oleh jenis
pekerjaan tertentu seperti pegawai administrasi, supir, teller bank, dll.
salah satu gangguan akibat posisi duduk yang salah dalam jangka waktu
lama adalah low back pain (LBP) . menurut perhimpunan dokter syaraf
indonesia (PERDOSSI). prevalensi LPB di indonesi belum di
ketahui pasti, namun perkiraan 40% penduduk pulau jawa tengah
berusia 65 tahun mengalami LBP ,laki-laki 10,2 % sedangkan pada
wanita 13,6 % . selain LBP ada beberapa dampak kesehatan akibat
posisi duduk yang salah .beberapa gangguan kesehatan
tersebut membuat produktifitas pekerja menjadi menurun . oleh
karenanya perlu penerapan posisi duduk yang ketika bekerja . berikut
penjelasan posisi duduk yang salah serta ketentuan posisi duduk yang
ergonomis .

a. Ergonomi

Ergonomi merupakan pendekatan multi dan interdisip ilmu yang


berupaya menyerasaikan alat , cara dan lingkungan kerja terhadap
keempuan kebolehan dan batasan tenaga kerja sehingga tercipta kondisi
kerja yang sehat ,aman, nyaman, selamat, dan efisien , tujuan ilmu
ergonomi adalah berupaya menciptakan kesehatan dan keselamatan
kerja bagi tenaga kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas
kerjanya . ilmu ergonomi salh satunya menjelaskan tetap sikap kerja yang
baik yang termasuk di dalamnya posisi duduk yang saat bekerja .
b. Akibat posisi duduk yang salah

1. Kelelahan ( fatigue )

Duduk dalam waktu jangka lama dan posisi statis, justru biasanya
menimbulklan gangguan pada leher,behu,punggung dan lengan . hal ini
di karenakan pada sikap kerja statis terjadi kontraksi otot yang kuat dan
lama tanpa cukup kesehatan pemulihan dan aliran darah ke otot
terhambat . akibatnya , timbul rasa lelah dan nyeri pada otot tubuh
.bagian tubuh yang sering paling sering terjadi fatigue bagian belakang
tubuh hingga leher yang di sebut juga varicose veins .

2. Low back pain

Low back pain merupakan suatu gangguan neuromuskuloskeletal,


gangguan organ visceral dan gangguan vaskuler yang di rasakn bagain
punggung bawah .World Health Organization (WHO),LBP merupakan
ketidak nyamanan yang sering di keluhkan oleh pegawai kantoran yang
umumnya melaksakan 6 jam waktu bekerja , beberapa aktivitas yang
berhubungan dengan komputer di sebagian waktu kerja , memasukkan
data dan mengangkat telpon. aktivitas tersubut membuat pegawai
kantoran untuk duduk dalam waktu yang lama sehingga resiko untuk
terjadinya LBP meningkat .

3. Kifosis

Kifosis adalah kelainan pada tulang belakang melengkung ke


belakang .sehingga tubuh bungkuk, hal ini terjadi apabila posisi duduk
terlalu menunduk .

4. Skoliosis

Skoliosis adalah kelainan pada tulang belakang melengkung ke


samping . hal ini terjadi posisi duduk menyamping terlalu lama .
5. Lordosis

Lordosis adalah kelainan pada tulang belakang bagian perut


melengkung ke depan sehinnga bagian perut maju. Hal ini dimungkinkan
terjadi apabila posisi bersandar ketika duduk dilakukan terlalu lama .

c. Posisi duduk ergonomis

Berikut ini hal-hal penting yang harus diperhatikan:

 posisi duduk

-posisi paha horizontal sejajar dengan lantai

-posisi telapak kaki menepak ketanah, bila tidak.berarti posisi duduk


anda terlalu tinggi

-bantalan kursi menopang pada bagian bawah , sehingga punggung


tetap tegak

-rubah posisi duduk anda secara berkala ketika bekerja , karena


duduk dalam posisi yang tetap dalam jangka waktu yang lama membuat
ketidaknyamanan.

-punggung santai tapi tidak membungkuk

-kepala tak membungkuk atau condong kedepan

3.2 Sikap Kerja


Manusia di muka bumi ini untuk dapat makan harus bekerja, sikap tubuh saat
melakukan setiap pekerjaan dapat menentukan atau berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu pekerjaan. Mungkin kita beranggapan keberhasilan pekerjaan
hanya dinilai dari produktivitas, di sisi lain melupakan tingkat kelelahan atau risiko
lainnya pasca melakukan pekerjaan agar siap untuk pekerjaan berikutnya. Mari
kita mempelajari bagaimana sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produk
yang maksimal.
Menurut Anies (2005), sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi
oleh bentuk, susunan, ukuran dan tata letak peralatan, penempatan alat petunjuk,
cara memperlakukan peralatan seperti macam gerak, arah dan kekuatan.
Dari
sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.
Namun dari sudut tulang lebih baik tegak, agar punggung tidak bungkuk dan
otot perut tidak lemas. Untuk itu, dianjurkan memiliki sikap duduk yang tegak,
diselingi istirahat dengan sedikit membungkuk. Arah penglihatan untuk
pekerjaan yang berdiri adalah 23 –
37 derajat ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32 – 44 derajat ke
bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat,
sehingga tidak mudah lelah (Anies, 2005).
Gerakan ritmis seperti memutar roda, mengayuh, mendayung, memerlu
kan frekuensi optimal, yaitu 60x per menit. Beban tambahan akibat
lingkungan harus di tekan sekecil mungkin. Batas kesanggupan kerja sudah
tercapai, apabila bilangan nadi kerja menjadi 30 per menit di atas bilangan nadi
istirahat. Menurut Anies (2005) yang dikutip oleh Sinambela (2006) ada
beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam
melakukan pekerjaan, yaitu :
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap
berdiri secara bergantian.
2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini
tidak memungkinkan hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil.
3. Tempat duduk yang dibuat harus sedemikian rupa sehingga tidak
membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang
sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada
tubuh (paha).
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi
darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat
mengganggu aktivitas.
Suyatno (1985) mengatakan bahwa sikap anggota badan yang dapat
menghasilkan kekuatan terbesar pada gerakan tertentu tercatat seperti berikut,
putaranke dalam dari telapak tangan paling berkekuatan kalau telapak itu
awalnya dalam keadaan mengilir keluar maksimal (supinasi), putaran keluar
dari telapak tangan paling berkekuatan kalau diawali oleh telapak yang
mengilir ke dalam maksimal (pronasi), pelurusan siku paling berkekuatan kalau
diawali dengan posisi menekuk penuh; tekukan
siku (dengan tangan terbuka) paling kuat pada sudut 900 (efek
ungkit), jika sedang
duduk dan mendorong dengan tangan kekuatan bisa paling besar pada siku
yang 150-
1600 dan dengan genggaman tangan yang berjarak sekitar 70 cm dari sandaran
punggung.
Menurut Nurmianto (1996), sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja
yang
menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,
misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terang
kat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi
tubuh, semakin tinggi
pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini
pada umumnya karena karakteritik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

2. Berkaitan dengan sikap kerja


1) Sikap kerja yang ideal
a. Kerja otot statis sedikit
b. Dalam melakukan tugas dengan memakai tangan, mudah dan alamiah
c. Muskuler effort kecil dapat dipertahankan
d. Sikap kerja berubah/dinamis lebih baik dari pada sikap statis tegang
2) Perbandingan sikap kerja duduk dan berdiri ditinjau dari epidemiologi
a. Pada pekerja dengan sikap duduk, risiko meningkatnya kanker usus 1,6 – 4,0
kali lebih besar dari pada sikap kerja berdiri
b. Fungsi paru (VC : FeV) menurun pada sikap duduk
c. Sikap duduk sering terjadi trombosis vena dalam
d. Venus return lebih besar/baik sikap berdiri dari pada sikap duduk
e. Berdiri terlalu lama dapat meningkatkan volume tungkai 2 – 5%, karena
edema
f. Duduk terlalu lama menyebabkan vericosa vena
3) Kekurangan kerja statis
· Memerlukan tenaga/energi yang lebih tinggi, pada kerja yang sama
· Denyut nadi meningkat lebih tinggi & cepat lelah
· Otot memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama
4) Tujuh prinsip dasar mengatasi sikap tubuh (Pheasant ’86)
· Cegah inklinasi kedepan pada leher dan kepala
· Cegah inklinasi kedepan pada tubuh
· Cegah penggunaan anggota gerak bagian atas, dalam keadaan terangkat
· Cegah pemutaran badan dalam sikap asimetris (terpilin/twisting)
· Sendi hendaknya dalam range 1/3 dari gerakan maximum
· Sediakan sandaran punggung & pinggang (waist) pada semua tempat duduk
· Jika menggunakan otot hendaknya dalam posisi yang mengakibatkan
kekuatan maximum
5) Kasus umum yang berkaitan dengan sikap kerja
· Leher dan kepala inklinasi ke depan karena medan display terlalu rendah dan
objek terlalu kecil
· Sikap kerja membungkuk, karena medan kerja terlalu rendah dan objek diluar
medan jangkauan
· Lengan terangkat yang diiringi dengan bahu terangkat, fleksi dan abduksi pada
muskulus trapesius dan levator pada skapula seratus anterior, m. deltoid dan
supra spinator bisep. Ketentuan bahu terangkat dan terabduksi, jangan melebihi
60 derajad
· Pada sikap asimetris terjadi perbedaan beban pada kedua sisi tulang
belakang.
6) Kelainan bentuk pada posisi tubuh (Postural deformitas), yang disebabkan oleh
sikap yang salah antara lain
· Pada posisi asimetris terjadi Lordosis & Khiposis berat, contoh pada penjahit,
masinis, dokter gigi, dokter bedah, pelukis, pematung, dll
· Orang yang bodinya tinggi, risiko kelainan vertebrae lebih besar.
7) Sikap kerja saat mengangkat/mengangkut, hal yang perlu diperhatikan antara
lain Risiko cedera :
· Risiko over exertion (meregang terlalu keras)
· Risiko kerusakan kumulatif
8) Load Momant artinya : Terjadinya risiko berbanding lurus dengan beban yang
diangkat (beratnya) dan jarak antara beban dengan beban.
9) Peningkatan risiko berbanding lurus dengan peningkatan jarak antara badan
dengan beban, karena:
· Pembebanan pada tulang belakang dan otot meningkat
· Kekuatan mengangkut menurun
· Tubuh kehilangan kontrol/keseimbangan
· Terjadi refleksi pada vertebrae
10) Beberapa sikap kerja yang umumnya dipakai, dengan kelebihan dan
kekurangannya antara lain

a. Berdiri
Berdiri seimbang ditandai dengan :
· garis vertikal berada dalam bidang tumpuan
· gaya pada masing-masing sendi = 0
· keseimbangan tergantung pada tinggi pusat gaya berat & besarnya bidang
tumpuan
Ada dua macam berdiri
· simetris : kedua tungkai bebannya sama
· asimetris : kedua tungkai beban tidak sama
Jika berdiri tegang, paling efisien dalam hal
· berubah posisi
· kebutuhan energinya peling sedikit, kadang-kadang = BMR
Centre of gravity saat berdiri tegak, sedikit dibawah pusar
b. Duduk
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Duduk
memerlukan sedikit energy daripada berdiri, karena hal itu mengurangi
banyaknya beban otot kaki.
Posisi yang baik
· Fleksi lutut : 90 derajat
· Fleksi badan – paha : 90 derajad
· Rotasi ke belakang pelvis lebih besar atau sama dengan 30 derajad
Pada saat duduk terjadi hal-hal
· terjadi deformitas discus inter vertebralis
· terjadi peningkatan ketegangan pada annulus
· terjadi peningkatan ketegangan pd nukleus.
· Anderson (’74), tekanan intra discus meningkat 40% dari pada berdiri.
· Tekanan pada discus = tekanan osmotik nukleus.
· Peningkatan tekanan pada diskus karena proses dehidrasi.
· Penurunan tekanan pada diskus saat rehidrasi diskus.

Tekanan intra diskus dipengaruhi oleh :


· Berat tubuh bagian atas
· Deformasi bagian diskus
· Ketegangan otot bagian belakang
Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah-masalah
punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada
bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat
pada saat duduk, dibandingkan pada saat berdiri ataupun berbaring. Sikap
duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat syaraf
belakang daripada sikap duduk yang condong ke depan.
Selain akibat diatas, bekerja sambil duduk dapat menyebabkan :
a. Melembeknya otot perut
b. Melengkungnya punggung
c. Tidak baik bagi alat-alat dalam, khususnya peralatan pencernaan jika posisi
duduk dilakukan secara membungkuk
d. Keluhan sakit pada punggung bagian bawah (law back pain)
Keluhan-keluhan yang sering muncul berkaitan dengan ketidaktepatan kursi yang
dipakai anatar lain :
1. Keluhan kepala
2. Keluhan leher dan bahu
3. Keluhan pinggang
4. Keluhan pantat
5. Keluhan lengan dan tangan
6. Keluhan lutut dan kaki
7. Keluhan pada paha

c. Berbaring
· Jika berbaring lordosis dipertahankan
· Posisi yang paling baik adalah “semi Fowler” yaitu berbaring dengan paha dan
lutut 450
· Membantu venous return
· Otot perut (Illiopsus) relaks
· Bantal, menjadikan kepala & leher netral. Bantal bulu/kapuk lebih baik dari
pada spon
d. Jongkok
Posisi : lutut fleksi max, paha, badan fleksi max dan lumbal juga fleksi max.
Menurut HR Farnil (’75) menyatakan jongkok lebih baik, karena :
· Mencegah lordosis
· Orang Afrika & Oriental yang lebih banyak jongkok dalam melakukan
aktivitasnya, terhindar dari sakit pinggang
· Dapat membantu pengosongan usus besar
Prinsip kerja secara Ergonomis, agar terhindar dari cedera
1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus
dukurangi/dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan
dan bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.
2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsip-
prinsip ergonomi.
3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila payah harus
istirahat (jangan dipaksa) dan bla lapar/haus harus makan/minum (jangan
ditahan).
4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah max. yang
diperbolehkan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja
selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk
dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama
yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di
Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor
terkait dalam pembinaannya. Ergonomi secara tehnis merupakan bagian dari
hygiene kesehatan dan keselamatan kerja, namun sampai saat ini
pengembangannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan
masyarakat untuk menerima ergonomi dan penerapannya. Untuk mendapat
manfaat dari ergonomi perlu dibuat suatu program untuk menggerakkan baik
masyarakat industry maupun tradisional agar ergonomic diterapkan secara luas.
Program demikian meliputi kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Kegiatan penyuluhan yang ditujukan kepada kelompok yang penerapan
ergonominya adalah khusus
2. Evaluasi dan koreksi keadaan ergonomi di tempat-tempat kerja melalui
kunjungan-kunjungan perusahaan oleh tim-tim teknis.
3. Standarisasi dalam ergonomi atas dasar data-data yang diperoleh dari evalusi
dan perbaikan
Kegiatan-kegitan tersebut ditingkatkan dari tahun ketahun secara bertahap
dalam program jangka pendek dan jangka menengah.Dengan terciptanya
program ini bagian terpenting program jangka pendek telah terselesaikan.
Setelah program jangka menengah dilalui, pembudayaan ergonomic lebih lanjut
dapat diselenggarakan antara lain melalui pendidikan masyarakat dan
pendidikan formal. Bagi pengembangan ergonomic, penelitian memegang
peranan penting. Untu pelaksanaannya, perlu kerja sama interdisipliner antar
lembaga-lembaga seperti perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian dan
badan-badan lainnya. Hasil-hasil penelitian tersebut perlu disebarluaskan dan
dituangkan dalam standar-standar bagi penyelenggaran praktik selanjutnya.
4.2 Saran
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki
performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy,
keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan
serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin
ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya
manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan
manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak
seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja)
dengan tugas-tugas yang manusiawi.
Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi
yang sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan
karakteristik dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan
lingkungan kerja yang dipakai.

Anda mungkin juga menyukai