DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
INTAN FAUZI
MELINDA ROSE
MAWARDAH ABDULLAH
ASLINDA DESTRIANA
TRI YANOVA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
1. Faktor Manusia
Umur
Jenis Kelamin
Masa kerja
Tingkat Pendidikan
Perilaku
Peraturan K3
2. Faktor Lingkungan
Kebisingan
Suhu Udara
Penerangan
Lantai licin
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras,
tahan air dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228).
Karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi
besar terhadap terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset.
2. Pencegahan Kecelakaan
Peraturan
Standarisasi
Pengawasan
Riset Teknis
Riset medis
Riset Psikologis
Riset Statistik
Pendidikan
Pelatihan
Persuasi
Asuransi
HASIL
a. Ergonomi
1. Kelelahan ( fatigue )
Duduk dalam waktu jangka lama dan posisi statis, justru biasanya
menimbulklan gangguan pada leher,behu,punggung dan lengan . hal ini
di karenakan pada sikap kerja statis terjadi kontraksi otot yang kuat dan
lama tanpa cukup kesehatan pemulihan dan aliran darah ke otot
terhambat . akibatnya , timbul rasa lelah dan nyeri pada otot tubuh
.bagian tubuh yang sering paling sering terjadi fatigue bagian belakang
tubuh hingga leher yang di sebut juga varicose veins .
3. Kifosis
4. Skoliosis
posisi duduk
a. Berdiri
Berdiri seimbang ditandai dengan :
· garis vertikal berada dalam bidang tumpuan
· gaya pada masing-masing sendi = 0
· keseimbangan tergantung pada tinggi pusat gaya berat & besarnya bidang
tumpuan
Ada dua macam berdiri
· simetris : kedua tungkai bebannya sama
· asimetris : kedua tungkai beban tidak sama
Jika berdiri tegang, paling efisien dalam hal
· berubah posisi
· kebutuhan energinya peling sedikit, kadang-kadang = BMR
Centre of gravity saat berdiri tegak, sedikit dibawah pusar
b. Duduk
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Duduk
memerlukan sedikit energy daripada berdiri, karena hal itu mengurangi
banyaknya beban otot kaki.
Posisi yang baik
· Fleksi lutut : 90 derajat
· Fleksi badan – paha : 90 derajad
· Rotasi ke belakang pelvis lebih besar atau sama dengan 30 derajad
Pada saat duduk terjadi hal-hal
· terjadi deformitas discus inter vertebralis
· terjadi peningkatan ketegangan pada annulus
· terjadi peningkatan ketegangan pd nukleus.
· Anderson (’74), tekanan intra discus meningkat 40% dari pada berdiri.
· Tekanan pada discus = tekanan osmotik nukleus.
· Peningkatan tekanan pada diskus karena proses dehidrasi.
· Penurunan tekanan pada diskus saat rehidrasi diskus.
c. Berbaring
· Jika berbaring lordosis dipertahankan
· Posisi yang paling baik adalah “semi Fowler” yaitu berbaring dengan paha dan
lutut 450
· Membantu venous return
· Otot perut (Illiopsus) relaks
· Bantal, menjadikan kepala & leher netral. Bantal bulu/kapuk lebih baik dari
pada spon
d. Jongkok
Posisi : lutut fleksi max, paha, badan fleksi max dan lumbal juga fleksi max.
Menurut HR Farnil (’75) menyatakan jongkok lebih baik, karena :
· Mencegah lordosis
· Orang Afrika & Oriental yang lebih banyak jongkok dalam melakukan
aktivitasnya, terhindar dari sakit pinggang
· Dapat membantu pengosongan usus besar
Prinsip kerja secara Ergonomis, agar terhindar dari cedera
1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus
dukurangi/dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan
dan bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.
2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsip-
prinsip ergonomi.
3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila payah harus
istirahat (jangan dipaksa) dan bla lapar/haus harus makan/minum (jangan
ditahan).
4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah max. yang
diperbolehkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja
selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk
dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama
yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di
Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor
terkait dalam pembinaannya. Ergonomi secara tehnis merupakan bagian dari
hygiene kesehatan dan keselamatan kerja, namun sampai saat ini
pengembangannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan
masyarakat untuk menerima ergonomi dan penerapannya. Untuk mendapat
manfaat dari ergonomi perlu dibuat suatu program untuk menggerakkan baik
masyarakat industry maupun tradisional agar ergonomic diterapkan secara luas.
Program demikian meliputi kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Kegiatan penyuluhan yang ditujukan kepada kelompok yang penerapan
ergonominya adalah khusus
2. Evaluasi dan koreksi keadaan ergonomi di tempat-tempat kerja melalui
kunjungan-kunjungan perusahaan oleh tim-tim teknis.
3. Standarisasi dalam ergonomi atas dasar data-data yang diperoleh dari evalusi
dan perbaikan
Kegiatan-kegitan tersebut ditingkatkan dari tahun ketahun secara bertahap
dalam program jangka pendek dan jangka menengah.Dengan terciptanya
program ini bagian terpenting program jangka pendek telah terselesaikan.
Setelah program jangka menengah dilalui, pembudayaan ergonomic lebih lanjut
dapat diselenggarakan antara lain melalui pendidikan masyarakat dan
pendidikan formal. Bagi pengembangan ergonomic, penelitian memegang
peranan penting. Untu pelaksanaannya, perlu kerja sama interdisipliner antar
lembaga-lembaga seperti perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian dan
badan-badan lainnya. Hasil-hasil penelitian tersebut perlu disebarluaskan dan
dituangkan dalam standar-standar bagi penyelenggaran praktik selanjutnya.
4.2 Saran
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki
performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy,
keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan
serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin
ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya
manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan
manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak
seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja)
dengan tugas-tugas yang manusiawi.
Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi
yang sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan
karakteristik dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan
lingkungan kerja yang dipakai.