Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

MENENTUKAN MEDIA YANG DIGUNAKAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK V

INTAN FAUZI

MELINDA ROSE

MAWARDAH ABDULLAH

ASLINDA DESTRIANA

TRI YANOVA

AKADEMI ANALIS KESEHATAN

PUTRA JAYA BATAM

2018

BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Di dalam lingkungan kerja, berbagai faktor dapat
mempengaruhi j a l a n n y a suatu pekerjaan. Faktor-faktor ini
perlu diperhatikan bukan hanya karena bersifatwajar atau
manusiawi, tetapi karena tidak diperhatikan akan dapat
menimbulkan berbagai kerugian, sebaliknya apabila diperhatikan dan
diatur dengan baik, makad a p a t m e m b e r i k a n k e u n t u n g a n
bagi perusahaan. Salah satu faktor
y a n g mempengaruhi suatu pekerjaan adalah komponen
penyusun dari sistem k e r j a tersebut. Untuk itu di dalam
perancangan sistem kerja yang melibatkan manusia harus
diperhatikan kelebihan dan kekurangan dari manusia itu sendiri baik dari
segifisik maupun psikologisnya. elebihan dan kekurangan manusia dari
segi fisik harusdapat diselesaikan dengan komponen dari sistem
kerja yang berupa fasilitas kerjadan tempat kerjanya. !
enyesuaian komponen sistem kerja terhadap fisik manusia y a n g
menggunakan komponen tersebut akan sangat membantu
kerja manusiat e r s e b u t sehingga sistem akan
berjalan dengan optimal. Untuk itulah
s a n g a t diperlukan suatu pengukuran pengukuran merupakan
pengukuran yang dilakukan terhadap dimensi-dimensi tubuh manusia.
hasil dari pengukuran ini kemudian dapatdiaplikasikan pada sistem
kerja yang melibatkan manusia saat melakukan
interaksid e n g a n komponen sistem kerja tersebut,
b a i k s e c a r a l a n g s u n g m a u p u n t i d a k   langsung. Dalam
melakukan perancangan dalam suatu fasilitas dan tempat kerja
did a l a m suatu sstem sangat diperlukan pengetahuaan
tentang dan untuk dapat menghasilkan suatu rancangan
yang tepat d a n optimal dengan memanfaatkan data-data
pengukuran dimensi tubuh manusia yangakan berinteraksi
dengan dengan fasilitas dan tempat kerja tersebut.
Diharapkann a n t i n y a d e n g a n a d a n y a p e n g e t a h u a n t e n t a n g
fasilitas d a n tempat kerja dapat membuat keadaan kerja lebih
produktif dan nyaman.Data mengenai perancangan fasilitas kerja,
maupun lokasi dan perpindahan,ditentukan oleh karakteristik
tubuh manusia. membicarakanukuran tubuh manusia dan aspek-
aspek segala gerakan manusia maupun postur dang a y a - g a y a y a n g
d i k e l u a r k a n . D e n g a n b a n t u a n d a s a r - d a s a r maupun aspek-
aspek pandangan dan medan dapat membantu mengurangi beban kerja
dan memperbaiki untuk kerja. Dengan cara menyediakan tata
letak t e m p a t k e r j a y a n g o p t i m a l , t e r m a s u k p o s t u r k e r j a
y a n g b a i k d a n l a n d a s a n y a n g dirancang dengan baikmerupakan
bagian dari yang akan secarakhusus mempelajari ukuran tubuh
yang meliputi dimensi, meliputi juga dan aspek lain dari gerakantubuh.
berasal dari kata yang artinya manusia dan yang artinya
ukuran. jadi dapat disimpulkan arti dari
katasecara luas akan digunakan sebagai
p e r t i m b a n g a n -  pertimbangan ergonomis yang memerlukan
interaksi manusia dan yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara
luas, antara lain di a r e a k e r j a . p e r a l a t a n m e s i n p e r k a k a s .
produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja komputer.
l i n g k u n g a n k e r j a f i s i k . 'leh karena itu dalam kaitan ini makan
perancangan produk harus mampumengakomodasikan dimensi
tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan  produk
hasil rancangan tersebut. 2 contoh dari adalah pengukuran tinggi badan,
berat badan, lingkar lengan atas, pengukuran lemak tubuh,dan lain-lain.
apabila kita merasa kurang nyaman atau kurang percaya diri
karena berat badan kita atau tinggi badan kita, maka itulah salah satu
efek dari seseorang yang telah melakukan pengukuran Data yang
diperoleh nantinya akan menentukan bentuk,u k u r a n , d i m e n s i , y a n g
tepat dan berkaitan dengan produk yang akan dirancang
sehingga manusia yang akan menggunakan atau
mengoperasikan produk tersebut.

1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan ini adalah sebagai berikut.

1)      Untuk mengkaji masalah pembelajaran  ditinjau dari sudut pandang


ergonomi.

2)      Untuk mencari alternatif dan solusi yang tepat dalam


menanggulangi masalah pembelajaran yang tidak ergonomis secara
efektif dan efisien.

3)      Untuk mengetahui kendala-kendala yang mungkin akan dihadapi


dalam upaya untuk mengatasi masalah ruang belajar yang tidak
ergonomis.
BAB II

Dasar Teori

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Ergonomi

Ruang belajar yang ergonomis tentunya akan membuat seseorang


merasa nyaman di dalam melakukan aktivitasnya di ruang tersebut.
Ergonomi sesuai dengan mottonya “sehat, aman, nyaman, selamat,
efektif dan efisien” mengupayakan agar ruang belajar betul-betul dalam
kondisi yang mengakibatkan orang yang beraktivitas di ruangan tersebut,
energinya hanya digunakan untuk belajar bukan untuk mengatasi kondisi
ruangan yang tidak nyaman. Dengan demikian berarti ergonomi memang
sangat diperlukan di dalam mendesain ruang belajar. Sikap kerja siswa/
mahasiswa pada saat proses pembelajaran hendaknya dalam posisi
fisiologis dan tidak menimbulkan sikap paksa (Grandjean, 2000). Sikap
alamiah dapat mencegah kontraksi otot dan peregangan tendo
berlebihan. Antisipasi terhadap perubahan sikap tubuh pada saat
pembelajaran adalah (a)  ukuran alat kerja dan stasiun kerja disesuaikan
dengan antropometri siswa/ mahasiswa, sehingga dapat mengurangi
keluhan muskuloskeletal; (b) mencegah otot berkontraksi dalam waktu
lama sehingga perlu istirahat aktif,  karena istirahat aktif dapat
mempercepat waktu pemulihan (Nala, 2002).  Sehingga dengan demikian
maka dalam mendesain ruang belajar perlu disesuaikan antara
antropometri orang yang akan belajar di tempat tersebut dengan meja
dan kursi yang akan digunakan. Tinggi meja hendaknya disesuaikan
dengan tinggi siku orang yang akan menggunakannya, sedangkan tinggi
tempat duduk hendaknya disesuaikan dengan tinggi poplitea-nya.
Seandainya banyak orang yang menggunakan meja dan tempat duduk
tersebut, maka ukuran antropometri mereka ditetapkan berdasarkan
persentil (dalam hal ini digunakan persentil 5). Kedalaman kursi mengacu
kepada panjang buttock poplitea pemakai, juga menggunakan persentil 5.
Lebar kursi mengacu kepada lebar buttock dengan menggunakan
persentil 95. Tinggi sandaran mengacu kepada tinggi bahu yang diukur
dari bidang yang diduduki dengan menggunakan persentil 5. Sedangkan
lebar sandaran mengacu kepada lebar bahu, dengan menggunakan
persentil 95. Dengan mengikuti kaidah-kaidah tersebut diharapkan tidak
ada lekuk-lekuk tubuh yang tertekan atau tidak terjadi sikap tubuh yang
tidak alamiah. Penempatan papan tulis di ruang kuliah atau ruang belajar
di sekolah-sekolah belum mengacu kepada kaidah-kaidah ergonomi,
padahal penempatan papan tulis yang tidak tepat dapat mengganggu
kesehatan siswa atau mahasiswa yang belajar di tempat tersebut. Dalam
hal ini penempatan papan tulis yang salah dapat mengganggu akomodasi
mata saat membaca informasi yang tertera di papan tulis tersebut atau
sering menimbulkan sikap  tubuh yang tidak alamiah terutama pada leher
yang tentunya dapat menimbulkan gangguan otot pada organ tersebut.
Terkait dengan masalah tersebut maka dalam mendesain ruang belajar
khususnya dalam menempatkan papan tulis hendaknya mengacu kepada
tinggi mata siswa/ mahasiswa dalam posisi duduk. Dengan demikian
informasi di papan tulis tidak lebih dari 50 di atas horizontal plane dan 300
di bawah horizontal plane. Sikap kerja yang bertentangan dengan sikap
alami tubuh, akan menimbulkan kelelahan dan cedera otot-otot. Dalam
sikap yang tidak alamiah tersebut akan banyak terjadi gerakan otot yang
tidak fisiologis sehingga  boros energi. Hal itu akan menimbulkan strain
dan cedera otot-otot skeletal (Adiputra, 2008).

Permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan otot pada  proses


pembelajaran masih bersifat statis, karena proses tersebut bersifat
teacher centered sehingga pembelajaran didominasi oleh pengajar. Pada
proses pembelajaran sebagian besar pengajar masih menggunakan
metode ceramah.  Siswa/ mahasiswa duduk statis dalam jangka waktu
lama, aktivitas bersifat  monoton dan tidak disertai dengan istirahat aktif.   
Setiap otot memanjang atau memendek akan membutuhkan energi, 
energi berasal dari simpanan energi dalam tubuh. Simpanan energi
tersebut berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi
sebelumnya. Manusia bekerja dengan tugas berat akan membutuhkan
energi lebih besar dibandingkan dengan bekerja dengan tugas ringan
(Adiputra, 2008). Selama kontraksi otot diperlukan tersedianya ATP
secara kontinyu. Ketersediaan  energi tergantung pada ketersediaan
oksigen dan nutrisi yang dihantarkan oleh sistem sirkulasi.  Kontraksi otot
statis (isometrik) dalam waktu relatif lama menyebabkan sirkulasi darah
tidak optimal,  sehingga mengurangi asupan oksigen dan zat makanan.
Dengan demikian asupan energi berkurang sehingga mempercepat
timbulnya kelelahan. Disamping itu akumulasi asam laktat merangsang
reseptor rasa nyeri sehingga dirasakan sebagai keluhan muskuloskeletal.
Dengan demikian kerja otot statis mempercepat timbulnya kelelahan dan
keluhan muskuloskeletal (Guyton & Hall, 2000).  Untuk mengantisipasi
masalah ini dalam proses pembelajaran maka stasiun kerja dan alat kerja
harus disesuaikan dengan antropometri siswa/ mahasiswa. Teknik
pembelajaran  diupayakan agar aktivitas siswa/ mahasiswa menjadi lebih
dinamis dengan jalan  kontraksi otot statis diubah menjadi dinamis
(Sutajaya, 2005).

Aspek lingkungan kerja sangat menentukan prestasi kerja seseorang.


Lingkungan yang tidak kondusif di tempat kerja, akan memberikan beban
tambahan bagi tubuh,  padahal  tubuh sedang melaksanakan beban
utama yaitu aktivitas yang sedang dilaksanakan. Demikian juga
lingkungan dingin, kelembaban relatif, penipisan kadar oksigen, adanya
zat pencemar dalam udara juga akan mempengaruhi penampilan kerja.
Permasalahan mikroklimat di ruang belajar juga sering diabaikan,
sehingga siswa atau mahasiswa yang belajar di tempat tersebut akan
teraniaya oleh mikroklimat yang tidak adekuat. Konsekuensinya energi
yang mereka keluarkan tidak sepenuhnya untuk kegiatan belajar, akan
tetapi akan ada energi yang dikeluarkan untuk melawan mikroklimat yang
tidak adekuat tersebut. Ventilasi silang sangat diperlukan untuk
mengatasi panas di ruang belajar, karena dengan ventilasi silang dapat
meningkatkan sirkulasi udara di dalam ruangan. Masalah intensitas
pencahayaan juga masih kurang.  Padahal Grandjean (2000)
mempersyaratkan 350 – 700 lux untuk kegiatan membaca dan menulis.
Kondisi tersebut diprediksi dapat menimbulkan kelelahan mata pebelajar.
Disamping itu Adiputra (2008) menyatakan bahwa  penerangan di tempat
kerja, adanya kebisingan, lingkungan kimia, biologi dan lingkungan sosial
di tempat kerja berpengaruh terhadap prestasi dan produktivitas kerja.
Kaidah-kaidah ergonomi yang diterapkan untuk mengatasi mikroklimat di
ruang belajar harus diterapkan sejak perencanaan, sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk hal itu bisa diminimalkan.

Kondisi waktu  perlu diperhatikan agar pada diri siswa/ mahasiswa tidak
terjadi kelelahan yang berlebihan, dan perlu penyesuaian antara lama
pembelajaran dengan jumlah waktu istirahat.  Permasalahan yang
dijumpai terkait dengan kondisi waktu adalah belum diterapkan istirahat
aktif,   sehingga mahasiswa duduk dalam jangka waktu lama saat
beraktivitas. Padahal Nala (2002) menyarankan agar  pembelajaran
dengan pendekatan ergonomi memberlakukan  istirahat aktif, karena
istirahat aktif dapat mempercepat  pemulihan terhadap kelelahan.

Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi informasi adalah jarang


ditemukan adanya papan kerja yang berfungsi sebagai tempat untuk
menempel informasi hasil kerja siswa/ mahasiswa. Demikian pula
informasi yang disampaikan dalam bentuk media pembelajaran oleh
pengajar ke siswa/ mahasiswa belum memenuhi kaidah-kaidah ergonomi,
seperti ukuran huruf  dan penempatannya. Penggunaan huruf di papan
tulis ukurannya tidak beraturan dan tidak konsisten atau  tidak sesuai
dengan rumus huruf yang ergonomis.    Aturan dalam membuat tulisan di
plastik transparansi dengan menerapkan kaidah-kaidah ergonomi
tampaknya belum banyak diketahui dan diterapkan, sehingga terkadang
banyak kita jumpai tulisan-tulisan di plastik transparansi yang mirip tulisan
di koran yaitu tulisannya kecil-kecil, jaraknya rapat dan jumlah baris
dalam satu plastik transparansi sangat banyak. Demikian pula pada
pembuatan  slide power point, belum mengikuti kaidah-kaidah ergonomi.
Hal ini akan mengakibatkan keengganan orang untuk membaca informasi
yang ada di tulisan tersebut. Untuk itu perlu dikaji lebih jauh tentang hal
itu, sehingga informasi yang ingin disampaikan melalui tulisan di plastik
transparansi tersebut bisa efektif dan efisien yang tentunya pada akhirnya
membuat orang yang menerima informasi tersebut merasa nyaman saat
membacanya. Ukuran tulisan dan jumlah baris tulisan dari atas ke bawah
dengan jarak yang ergonomis tentu akan membuat orang yang membaca
tulisan tersebut akan merasa senang dan ada keinginan untuk membaca.
Jika kaidah-kaidah ergonomi tidak diterapkan dalam membuat tulisan
tersebut tentunya akan mengakibatkan munculnya kelelahan mata dan
kebosanan  (Pardede, 2008).

Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi sosial budaya adalah


hubungan  antara sesama siswa/ mahasiswa dan hubungan antara siswa/
mahasiswa dengan  pengajar pada saat pembelajaran  belum harmonis.
Hal ini disebabkan karena  pembelajaran didominasi oleh guru/ dosen
dengan menggunakan metode ceramah.  Dalam rangka untuk membina
dan meningkatkan motivasi kerja siswa/ mahasiswa dalam melaksanakan
tugas-tugasnya,  ternyata kondisi sosial seperti  pemberian  penghargaan
bagi yang berhasil dan  hukuman  bagi yang salah belum dilakukan oleh
pengajar, karena orientasinya hanya hasil pembelajaran. Kondisi sosial
seharusnya banyak dimanfaatkan oleh pimpinan tempat kerja untuk
membina dan membangkitkan motivasi kerja, seperti sistem penghargaan
bagi yang berhasil dan hukuman bagi yang salah dan lalai bekerja
(Adiputra, 2008). Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa/ mahasiswa
dengan orang lain baik dengan pengajar dan orang tuanya maupun
dengan temannya dapat mempengaruhi konsentrasi dan kegiatan
belajarnya.

2.2. Potensi Kecelakaan Kerja pada ergonomi

Ada beberapa macam jenis bahaya kerja (hazard) seperti yang


dijelaska .Namun ternyata diantara jenis-jenis bahaya kerja tersebut ada
satu jenis yang nampaknya sederhana tapi justru berperan besar dalam
mayoritas kecelakaan kerja, jenis bahaya tersebut adalah behavioral
hazards / bahaya perilaku. Perhatikan statistik berikut: 80 dari 100
kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia yang mengakibatkan
kecelakaan. Kesalahan manusia ini erat kaitannya dengan perilaku yang
tidak aman (unsafe behavior). Tindakan atau perilaku yang tidak aman ini
menyebabkan kecelakaan kerja empat kali dari kecelakaan atau cidera
yang diakibatkan kondisi yang tidak aman.
Ada banyak alasan mengapa kecelakaan terjadi. Kebanyakan orang
cenderung melihat sesuatu untuk disalahkan ketika terjadinya
kecelakaan, karena lebih mudah dibandingkan mencari penyebab
kecelakaan seperti daftar dibawah ini. Pertimbangkan penyebab
kecelakaan yang dijelaskan di bawah ini :

 Mengambil jalan pintas: tiap hari kita mengambil keputusan dan


berharap akan membuat pekerjaan lebih cepat dan lebih efisien.
Tetapi apakah waktu yang mengamankan tiap resiko keselamatan
Anda? Jalan pintas menurunkan keselamatan anda dalam bekerja
dan meningkatkan kemungkinan Anda cidera. Percaya atau tidak,
sebenarnya perilaku yang safe lah yang paling efisien dan efektif.
Berbicara mengenai keefektifan dan keefesienan, ergonomi atau
K3 sangat berperan penting untuk mengeliminasi waste (hal-hal
yang mengganggu keefesienan).
 Percaya diri yang berlebih: percaya diri itu bagus. Tetapi terlalu
percaya diri kadang tidak terlalu bagus. Perilaku seperti ini dapat
menyebabkan prosedur, perkakas atau metode kerja yang tidak
benar dalam pekerjaan Anda. Hal ini dapat menyebabkan Anda
cidera.
 Memulai tugas dengan instruksi yang tidak tuntas: untuk
melakukan pekerjaan dengan aman dan benar pertama kali Anda
perlu informasi yang tuntas. Pernahkan Anda melihat seorang
pekerja disuruh melakukan pekerjaan, hanya diberikan sebagian
instruksi kerja? Jangan malu bertanya untuk dijelaskan tentang
prosedur kerja dan peringatan keselamatan. Hal ini tidaklah
membuat Anda bodoh bertanya tentang hal ini tetapi Anda salah
jika tidak bertanya.
 Kerapian yang buruk: ketika klien, manajer, atau petugas
keselamatan melewati area kerja Anda, kerapian adalah indikator
yang akurat menilai perilaku seseorang tentang qualitas,
produktifitas dan keselamatan. Kerapihan yang buruk
menimbulkan berbagai tipe bahaya. Area kerja yang rajin, rapih
dan dirawat membuat kebanggaan, kenyamanan dan
keselamatan meningkat. Kerapian ini dalam industri sering disebut
dengan 5S atau 5R.
 Tidak memperdulikan prosedur keselamatan: dengan sengaja
tidak memperdulikan prosedur keselamatan dapat
membahayakan Anda dan rekan kerja Anda. Anda digaji untuk
mengikuti kebijakan keselamatan perusahaan bukan membuat
aturan Anda sendiri.
 Ganguan mental dari pekerjaan: memiliki hari yang buruk di rumah
dan cemas dengan permasalahan di rumah ketika di tempat kerja
adalah kombinasi yang berbahaya. Mental yang jatuh dapat
membuat fokus anda buyar untuk mengikuti prosedur kerja yang
aman.
 Gagal merencanakan pekerjaan: banyak referensi yang
mengatakan tentang analisa bahaya kerja JSA adalah cara yang
efektif untuk menemukan cara yang pintar dalam bekerja dengan
aman dan efisien. Bekerja dengan tergesa-gesa saat memulai
pekerjaan, atau tidak berfikir tentang proses kerja dapat
menempatkan anda melakukan cara yang berbahaya. Lebih baik
rencanakan pekerjaan anda kemudian bekerjalah sesuai recana
tersebut.
BAB III
Hasil

3.1. Potensi Kecelakaan Kerja di Laboratorium Kimia

Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut hal hal
sebagai berikut :

1.  Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk laboratorium, untuk


mencegah hal yang tidak diinginkan.
2. Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi
mengenai bahaya bahan kimia, alat alat dan cara pemakaiannya.
3. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya
untuk memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja
laboratorium .
4. Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye
shower, respirator dan alat keselamatan kerja yang lain.
5. Setiap laboran /Pekerja laboratorium harus tau memberi pertolongan
darurat (P3K).
6. Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan
dihapalkan saja
7. Dilarang makan minum dan merokok di lab, bhal ini berlaku juga
untuk laboran dan kepala Laboratorium.
8. Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika
bekerja di laboratorium
9. Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas,hand phone dan benda lain
dari atas meja kerja.

Tata cara melakukan pemanasan tabung reaksi adalah :

1. Isi tabung reaksi sebagian saja, sekitar sepertiganya.


2. Api pemanas terletak pada bag bawah larutan.
3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
4. Arah mulut tabung reaksi pada tempat yang kosong agar percikannya
tidak
5. mengenai orang lain

Pemanasan yang dilakukan menggunakan gelas kimia ( bukan tabung


reaksi) maka harus memperhatikan aturan sebagai berikut :

 Gunakan kaki tiga sebagai penopang gelas kimia tersebut.


 Letakkan batang gelas atau batu didih pada gelas kimia untuk
menghindari pemanasan mendadak.
 Jika gelas kimia tersebut berfungsi sbg penagas air , isikan air
seperempatnya saja supaya tidak terjadi tumpahan.

Bekerja dengan alat alat kimia juga berpotensi terjadinya kecelakaan


kerja, oleh karena itu harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :

 Botol reagen harus dipegang dengan cara pada bagian label ada
pada telapak tangan . Banyak peralatan terbuat dari gelas , hati
hati kena pecahan kaca.
 Bila memasukkan gelas pada prop-karet gunakan sarung tangan
sebagai pelindung.
 Ketika menggunakan pembakar spritus hati hati jangan sampai
tumpah di meja
 karena mudah terbakar. Jika digunakan bunsen amati keadaan
selang apakah masih baik atau tidak.
 Hati hati bila mengencerkan asam sulfat pekat, asam sulfatlah
yang dituang
 sedikit demi sedikit dalam air dan bukan sebaliknya

Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena itu
perlu penanganan khusus :

1. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan .


2. Buang pada tempat yang disediakan
3. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur
ulang.
4. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang
ditempat khusus.
5. Limbah yang tidak berbahaya (Misal : detergen) boleh langsung
dibuang
6. pengenceran air yang cukup banyak.
7. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.
8. Limbah cair yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan
pada botol dan diberi label yg jelas.

Terkena bahan kimia, bila hal itu terjadi maka perhatikan hal hal sebagai
berikut :

1. Jangan panik .
2. Mintalah bantuan rekan anda yg ada didekat anda, oleh
karenanya dilarang bekerja sendirian di laboratorium.
3. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dengan
bahan tersegut, bila memungkinkan bilas sampai bersih
4. Bila kena kulit, jangan digaruk , supaya tidak merata.
5. Bawaah keluar ruangan korban supaya banyak menghirup
oksigen.
6. Bila mengkawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedik
secepatnya. Terjadi Kebakaran Kebakaran bisa saja terjadi di
laboratorium, karena di dalamnya banyak tersimpan bahan yang
mudah terbakar.

Yang termasuk dalam lingkup kerja kimiawi yaitu semua bahan kimia
yang dipakai dalam sistem kerja di lingkungan kerja yang berupa : 

 Debu (asbes, berilium, biji timah putih, dan lain-lain)


 Uap (Uap logam)
 Gas (Sianida, gas asam sulfida, CO, dan lain-lain)
 Larutan (asam kuat atau basa kuat)

 
Bahaya bahan kimia dapat datang dari : 

 Desinfektans pensuci hama (misalnya ruang Bedah, Obsgyn, dan


lain-lain) dapat mengakibatkan masalah pernapasan, dermatitis
 Uap zat anaestesi (misalnya ruang Operasi) dapat menyebabkan
gangguanpernafasan
 Mercuri (Tensimeter pecah, termometer dan lain-lain) dapat
mengakibatkan kecelakaan misalnya luka.
 Debu zat kimia (Gudang obat, desinfektan dan lain-lain) dapat
mengakibatkan Masalah Pernapasan yang bisa jadi Kanker paru-
paru dalam periode panjang
 Keracunan (zat desinfektan, Insektisida)
 Ledakan/kebakaran oleh zat kimia/gas O2, dan lain-lain. 

Contoh symbol :
3.2. Potensi Kecelakaan Kerja di Laboratorium Biologi dalam Ergonomi

1. BAKTERI. Penyakit yang bisa dikarenakan oleh bakteri, misalnya :


penyakit antraks, Penyakit TBC, dll 
2. VIRUS. Penyakit yang dpt dikarenakan oleh virus, misalnya : Hepatitis
(nakes di RS), Rabies (petugas laboratorium), dll 
3. JAMUR, misalnya : Dermatofitosis terdapat pada pemulung, tukang
bersihkan, dan lain-lain. 
4. PARASIT, misalnya : Ankilostomiasis, tripanosomiasis yang biasanya
terkena oleh pekerja diperkebunan, pertanian, kehutanan, dll 

 Aspek Faal ergonomic biasanya dikarenakan oleh perlengkapan kerja


yang tidak cocok dengan ukuran badan atau anggota tubuh (tidak
ergonomik). Hal semacam ini dapat menyebabkan kelelahan dengan
cara fisik dan ada keluhan-keluhan dan masalah kesehatan,
misalnya : Carpal tunnel syndrome, tendinitis, tenosynovitis, dan lain
sebagainya.
 Aspek Psikologi Yakni suasana kerja yg tidak serasi misalnya
pekerjaan monoton, gaji yg kurang, jalinan atasan-bawahan yg kurang
baik, dan lain-lain. Hal itu Dapat menyebabkan stres kerja dengan
tanda-tanda psikosomatis berbentuk mual, muntah, sakit kepala, nyeri
ulu hati, jantung berdebar-debar, dan lain-lain. 
BAB IV
Kesimpulan

Dari hasil kajian tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

1)      Penerapan ergonomi mutlak diperlukan pada proses pembelajaran,


sehingga diperoleh kondisi pembelajaran yang sehat, aman, nyaman, efisien dan
efektif yang pada akhirnya diperoleh produktivitas belajar yang setinggi-tingginya.

2)      Ruang belajar yang ergonomis dapat menambah kenyamanan belajar,


sehingga energi yang dikeluarkan dapat sepenuhnya dimanfaatkan untuk
kegiatan belajar dan bukan untuk mengatasi kondisi ruang belajar yang tidak
ergonomis.

3)      Ada beberapa kendala yang tampaknya agak sulit untuk diatasi di dalam
mendesain ruang belajar yang ergonomis, karena menyangkut masalah dana
dan perilaku atau keinginan untuk berubah.

Anda mungkin juga menyukai