Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dunia usaha yang semakin berkembang pesat, baik yang bergerak dibidang jasa,
perdagangan maupun manufaktur selalu berhadapan dengan masalah-masalah pengelolaan
perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Agar perusahaan dapat bertahan dan
berkembang dengan baik, diperlukan upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi
produktivitas, efisiensi serta efektifitas pencapaian tujuan yang baik.
Seiring dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka kegiatan dan masalah
yang dihadapi perusahaan akan semakin kompleks sehingga semakin sulit untuk mengawasi
seluruh kegiatan dan operasi perusahaan, terkhususnya pada perkembangan teknologi yang
dipakai pada pabrik industri saat ini merupakan peralatan yang sudah menjadi kebutuhan
pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan
penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk

berbagai jenis

pekerjaan. Jika tidak diperhatikan dan diantisapasi dengan baik maka akan mempengaruhi
pekerja dalam berbagai kondisi, alat dan bahan kerja, cara kerja, tempat kerja, dll yang
terkadang dapat menimbulkan bahaya. Sehingga dalam keadaan tertentu risiko bahaya akan
terjadi dan harus dilakukan tindakan pengendalian baik oleh pekerja maupun pengusaha
Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada
menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
Bahaya-bahaya ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap kondisi fisik
dan psikis serta psikososial karyawan sehari-hari. Jika seorang karyawan tidak dapat
mengatasi beban bahaya ini dengan baik, maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi
bosan, jenuh, stres, dan lambat laun akan mengalami gangguan serta keluhan-keluhan
penyakit serta menurunkan produktifitas kerja karyawan.
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi dari berbagai risiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan
terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan
kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini
harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Dengan tujuan
1

ergonomi adalah bagaimana mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan rasa aman, selamat, efisien, efektif dan produktif, disamping juga rasa nyaman serta
terhindar dari bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hazard ergonomi?
2. Bagaimana implementasi ergonomi pada dunia kerja?
3. Apa tujuan serta manfaat dari implementasi ergonomi?
4. Apa yang dimaksud dengan psikososial kerja?
5. Bagaimana penyebab terjadinya psikososial serta pencegahan yang dilakukan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep hazard ergonomic
2. Untuk memahami penerapan ergonomic pada dunia kerja
3. Untuk mengetahui tujuan serta manfaat dari penerapan ergonomic
4. Untuk memahami maksud dari psikososial kerja
5. Untuk mengetahui penyebab terjadinya psikososial serta pencegahannya

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori


Bahaya berbeda dengan resiko. Bahaya (hazard) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan
cedera pada manusia atau kerusakan pada alat atau lingkungan. Pada pengertian lain bahaya
adalah sumber, situasi, atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau menimbulkan
penyakit, ataupun kombinasi keduanya (OHSAS 18001:2007).

Sedang resiko (risk)

didefinisikan sebagai peluang terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya (hazard).
Hazard dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Biological Hazard (bahaya biologi), yang termasuk kedalam kategori ini antara lain,
virus, jamur, bakteri, tanaman, burung, binatang

yang dapat menginfeksi atau

memberikan reaksi negative kepada manusia.


2. Chemical Hazard (bahaya kimia), adalah bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia
seperti toksisitas bahan kimia, daya ledak bahan kimia, penyebab kanker, oksidasi, bahan
kimia mudah terbakar.
3. Ergonomic Hazard (bahaya ergonomi), yang termasuk didalam kategori ini antara lain
desain tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat melakukan aktifitas,
desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang berulang-ulang.
4. Physical Hazard (bahaya fisika), yang termasuk didalam kategori ini antara lain
kebisingan, tekanan, suhu, getaran, dan radiasi.
5. Psychological Hazard (bahaya psikososial), yang termasuk kategori ini adalah stress kerja
yang diakibatkan oleh beberapahal seperti jam kerja yang terlalu lama, pimpinan yang
terlalu galak, lingkungan kerja yang tidak nyaman, dan sebagainya.
Bahaya-bahaya (hazards) di tempat kerja tersebut harus ditangani dengan prinsip ergonomi
yakni menyesuaikan kerja dengan keterbatasan atau kapasitas manusia (fit the task to the
worker).
Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergos yang berarti kerja/bekerja, sedangkan
Nomos yang berarti aturan/hukum alam. Jadi, Ergonomi adalah aturan/tatacaradalambekerja.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
3

dengan segala aspek dan ruang lingkupnya. Definisi ergonomic terangkumkan dalam definisi
yang dikemukakan

Chapanis (1985), yaitu ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan
informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan
karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan
lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas
pekerjaan manusia.

Iftikar Z. Sutalaksana (1979) yang mendefinisikan ergonomi sebagai suatu

cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,


kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga
orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik.
Bahaya Psychosocial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul karena adanya interaksi
dari aspek-aspek job description, disain kerja dan organisasi serta managemen di tempat kerja
serta konteks lingkungan sosial yang berpotensi menimbulkan ganggua fisik, sosial dan
psikologi. Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar
produktivitas kerja dapat tetap terjaga. Hal ini dapat ditinjau dari dua faktor yaitu:

Dari aspek Kesehatan adalah untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang
timbul karena faktor-faktor yang ada di tempat kerja.

Dari aspek Keselamatan adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan karena orang
yang terkena stress memiliki risiko yang lebih besar untuk terjadinya kecelakaan.

dengan mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress kerja, kita bisa mengetahui dampak apa
saja yang ditimbulkannya. Dengan begitu kita bisa melakukan pencegahan agar dampak
tersebut tidak terjadi.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hazard Ergonomi
4

Hazard ergonomi adalah potensi bahaya yang disebabkan terjadi karena tidak
efisiennya hubungan alat kerja dengan manusianya, biasanya berhubungan dengan prilaku
kerja manusia dengan alatnya. Disini ini adalah yang memicu munculnya kecelakaan akibat
kerja karena kesalahan-kesalahan dalam prilaku penggunaan alat kerjanya. Ada beberapa
macam jenis bahaya kerja (hazard) seperti yang terjadi. Namun ternyata diantara jenis-jenis
bahaya kerja tersebut ada satu jenis yang nampaknya sederhana tapi justru berperan besar
dalam mayoritas kecelakaan kerja, jenis bahaya tersebut adalah behavioral hazards / bahaya
perilaku. Dimana si pekerja yang tidak mau menaati tata cara kerja (ergonomi) yang telah
dibuat yang berwenang, namun pekerja malah bekerja dengan kehendak sendiri, maka dari
itulah disebutkan bahwa bahaya yang paling tidak diharapkan adalah behavioral hazard yang
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pada pekerja. Ada banyak alasan mengapa
kecelakaan terjadi. Kebanyakan orang cenderung melihat sesuatu untuk disalahkan ketika
terjadinya kecelakaan, karena lebih mudah dibandingkan mencari penyebab kecelakaan
seperti daftar dibawah ini.
1. Mengambil jalan pintas: tiap hari kita mengambil keputusan dan berharap akan membuat
pekerjaan lebih cepat dan lebih efisien. Tetapi apakah waktu yang mengamankan tiap
resiko keselamatan Jalan pintas menurunkan keselamatan anda dalam bekerja dan
meningkatkan kemungkinan cidera.
2. Percaya diri yang berlebih: percaya diri itu bagus. Tetapi terlalu percaya diri kadang tidak
terlalu bagus. Perilaku seperti ini dapat menyebabkan prosedur, perkakas atau metode
kerja yang tidak benar dalam suatu pekerjaan. Hal ini dapat menyebabkan cidera.
5

3. Memulai tugas dengan instruksi yang tidak tuntas: untuk melakukan pekerjaan dengan
aman dan benar pertama kali diperlukan informasi yang tuntas. Jangan malu bertanya
untuk dijelaskan tentang prosedur kerja dan peringatan keselamatan. Hal ini tidaklah
membuat kita bodoh bertanya tentang hal ini tetapi kita salah jika tidak bertanya.
4. Kerapian yang buruk: ketika klien, manajer, atau petugas keselamatan melewati area
kerja, kerapian adalah indikator yang akurat menilai perilaku seseorang tentang qualitas,
produktifitas dan keselamatan. Kerapihan yang buruk menimbulkan berbagai tipe bahaya.
Area kerja yang rajin, rapih dan dirawat membuat kebanggaan, kenyamanan dan
keselamatan meningkat.
5. Tidak memperdulikan prosedur keselamatan: dengan sengaja tidak memperdulikan
prosedur keselamatan dapat membahayakan serta rekan kerja. Kita digaji untuk mengikuti
kebijakan keselamatan perusahaan bukan membuat aturan kita sendiri.
6. Ganguan mental dari pekerjaan: memiliki hari yang buruk di rumah dan cemas dengan
permasalahan di rumah ketika di tempat kerja adalah kombinasi yang berbahaya. Mental
yang jatuh dapat membuat fokus buyar untuk mengikuti prosedur kerja yang aman.
7. Gagal merencanakan pekerjaan: banyak referensi yang mengatakan tentang analisa
bahaya kerja adalah cara yang efektif untuk menemukan cara yang pintar dalam bekerja
dengan aman dan efisien. Bekerja dengan tergesa-gesa saat memulai pekerjaan, atau tidak
berfikir tentang proses kerja dapat menempatkan anda melakukan cara yang berbahaya.
Lebih baik rencanakan pekerjaan, kemudian bekerjalah sesuai recana tersebut.
Jadi apabila para pekerja dapat bersikap baik dapat menaati aturan yang ada maka bahayabahaya yang terjadi dapat terhindari. Dimana diperlukan kehati-hatian yang khusus agar
terhindar dari bahaya yang terjadi pada dunia kerja terutama yang bekerja di pabrik industri.
Berikut bahaya-bahaya yang dapat terjadi pada dunia kerja :
1. Bahaya Kimia
Bahaya kimia adalah potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga
kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran
pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya
6

debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh. Semua bahan
kimia mengandung resiko terhadap kesehatan dalam batas tertentu. Tidak ada bahan kimia
yang entirely safe. Tetapi setiap bahan kimia dapat digunakan secara aman.
Bahaya Kimia di Lingkungan Kerja meliputi :

Korosi

Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana
terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum
terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.

Iritasi

Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa
menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang
hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak ).

Reaksi Alergi

Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ
pernapasan
2. Bahaya Fisik
Bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan
terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu
ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi. Dapat
dicegah dengan memakai pelindung fisik.

3. Bahaya Biologi
Bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman
penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang
menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang
berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
Agen penyebab biohazards :

Bakteri : Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan
batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi
yang buruk,makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak
dengan hewan atau orang yang terinfeksi.

Virus : Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus
tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas.
Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan
sebagainyaJamur / Fungi : Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi
berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi
dari jaringan y f)

Bahaya Psikologi

Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi
aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan
perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi
tenaga kerja yang tidak sesuai, Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya
stress akibat kejang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.

3.2 Ergonomi
Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain
meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbale balik untuk efisiensi dan
kenyamanan kerja.
Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia.
Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara
8

singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi
tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu
upaya yang dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh
agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Di dalam lingkup pembahasannya ilmu ergonomic membahas seputar aspek-aspek
yang dapat mendukung pekerjan manusia itu sendiri seperti, teknik, fisik, pengalaman psikis,
anatomi utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendiaan,
anthropometri, sosiologi, fisiologi, terutama yang berhubungan dengan temperatur tubuh dan
desain dari alat atau stasiun alat.
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan
pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan
efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan
kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
3.3 Implementasi Ergonomi
Dari pengalaman para pekerja, setiap aktivitas atau pekerjaan yang tidak dilakukan secara
ergonomis akan berakibat tak nyaman, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
meningkat. Akibatnya perfomansi kerja menurun akhirnya terjadi penurunan efisiensi dan
daya kerja. Perusahaan mana yang menginginkan hal seperti ini? Pada akhirnya tentu akan
berdampak pada penurunan produktivitas dan jelas tujuan perusahaan untuk mendapat
keuntungan tidak tercapai. Contoh dari masalah ergonomi adalah Seorang karyawati yang
bekerja sebagai di salah satu kantor konsultan mengeluh dari bahu hingga jari-jari tangannya
nyeri dan sulit digerakkan. Awalnya mulai terasa pegal dan kemudian dibiarkan, sekarang
rasa nyeri itu telah berlangsung tiga bulan dan semakin lama semakin menyulitkannya untuk
menyelesaikannya pekerjaannya yang setiap hari harus berhadapan dengan komputer.
Penyakit ini dikategorikan sebagai penyakit akibat kerja (PAK). Pekerjaan mengetik setiap
hari dengan posisi tangan yang tidak nyaman, menjadi pemicu awal timbulnya nyeri sehingga
dengan ini harus adanya penerapan.

Inilah pentingnya penerapan ergonomi dalam dunia

kerja.
Contoh penerapan ergonomi tersebut adalah:

Apabila

posisi kerja kita

lebih banyak duduk, maka menurut Sanders & Mc.

Cormick

Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik. Landasan kerja
harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari bahu, dengan lengan bawah
mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun. Duduklah dengan posisi bersandar,
ketinggian landasan kerja tak memerlukan menekuk tulang belakang yang berlebihan, jika
pekerjaan kita menuntut diskriminasi penglihatan dan koordinasi tangan atau mata (contoh:
mengetik dengan komputer) maka posisi pekerjaan perlu di dekat daerah mata, sedikit di
bawah ketinggian bahu, untuk menstabilkan tangan diberi bantalan siku/pergelangan yang
nyaman dengan tujuan mengurangi beban otot bahu, sesekali lakukan disguised pauses,
istirahat sekedar untuk mengurangi konsentrasi pada pekerjaan misalnya: merubah posisi
duduk, berdiri sebentar dari kursi atau berjalan-jalan sebentar

Apabila posisi kerja Anda lebih banyak berdiri maka:

10

Bekerjalah dengan posisi tegak ke depan. Usahakan pekerjaan terlihat dengan kepala dan
badan tegak, kepala agak ke depan. Kurangi gerakan yang tidak perlu, gunakan sepatu yang
senyaman mungkin. Manfaatkan waktu istirahat semaksimal mungkin agar kerja dan istirahat
seimbang. Hindari postur tubuh yang tidak berubah/statis, sesekali regangkan otot-otot Anda

Apabila Anda memerlukan aktivitas menjangkau atau mengangkat barang tertentu

maka letakkan barang-barang tersebut dalam posisi yang minimal atau terdekat dan mudah
dijangkau dan mudah terlihat, usahakan benda yang akan Anda jangkau berada maksimal 15

11

cm di atas landasan kerja,t inggi landasan kerja dengan kisaran antara 90cm-120cm,
merupakan ketinggian yang paling tepat dan baik untuk posisi duduk maupun berdiri
Jika kita menerapkan prinsip kerja ergonomis, diharapkan kecelakaan maupun penyakit
akibat kerja dapat dihindari.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja
tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak
sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem
kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,
antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan
efisiensi sistem manusia-mesin.
Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7.

Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.

8. Kepuasan kerja meningkat.

3.4 Psikososial kerja


12

Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah-masalah
Psikososial adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal
balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat
yang dapat menimbulkan gangguan jiwa.
Dalam rangka menuju ke zaman industri, pola penyuluhan di lingkungan industri dan
perusahaan akan bergeser dari penyuluhan pekerjaan yang disebabkan oleh stresor fisik dan
biologik kepada penyuluhan yang berkaitan dengan stressor psikososial. Karyawan makin
banyak terpapar limbah psikososial ketimbang limbah debu, pasir, zat beracun dan lain-lain.
Masalah kesehatan jiwa dan masalah psikososial dalam perusahaan akan mempengaruhi
sumber daya manusia yang berakibat menurunnya produktivitas dan keinginan sumber daya
manusia, dana dan materi.
Indonesia belum memiliki data tentang gangguan mental di tempat kerja. Perusahaanperusahaan di Indonesia pun sangat jarang, bahkan mungkin tidak pernah mengalokasikan
dana untuk peningkatan kesehatan jiwa pekerja. Jaminan kesehatan secara umum,yang
biasanya tidak bersifat optimal, tidal dapat mengatasi masalah kesehatan jiwa di tempat kerja.
Pengertian dan penyebab Masalah kesehatan jiwa di tempat kerja merupakan masalah
kesehatan yang berkaitan dengan stresor psikososial.
Penyebab Masalah Psikososial di Tempat Kerja

13

1. Rasa tidak puas di tempat kerja : kebosanan, kesejahteraan dan gaji yang tidak
memadai.
2. Hubungan kerja yang tidak baik.
3. Keadaan kerja yang mononton.
4. Pegawai/karyawan yang sulit menyesuaikan diri di lingkungan kerjanya dan Penata
laksanaan.
5. Perasaan minder atas ketidak mampuan menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Masalah kesehatan jiwa tidaklah sama dengan masalah kedokteran, namun merupakan
masalah profesi kesehatan dengan pihak-pahak terkait.
Pencegahan dalam mengatasi psikososial pada pekerja :

Pelaksanaan hidup sehat melalui olahraga yang teratur dan makanan dengan menu
seimbang,

memperkenalkan

(dengan

melalui

pendekatan

karyawan/pekerja)

lingkungan kerjanya sehingga mereka mampu dan mau beradaptasi

Meningkatkan keterampilan pekerja


14

KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)

Pemeriksaan dan penilaian kesehatan jiwa yang meliputi seleksi dan perencanaan
karir

Konseling (di tempat kerja yang memungkinkan misalnya : departemen, perusahaan


dan lain-lain)

Pengaturan fasilitas fisik kerja yang memadai sehingga membuat kenyamanan dalam
bekerja

Mempertimbangkan penambahan beban kerja secara gradual

Mengubah suasana lingkungan kerja, seperti misalnya memperlambat kecepatan


kerja, mengurangi kebiasaan, menghindari sikap mengayomi secara berlebihan,
melibatkan semua dalam kegiatan sosial, serta memberikan penghargaan seimbang
terhadap pretasi kerja siapapun.

Berusaha untuk membuka diri dengan rekan kerja.

Optimis dalam mengerjakan tugas , semangat dan meningkatkan etos kerja.

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) dapat berperan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan permasalahan psikososial yang ada di masyarakat yaitu dengan
meningkatkan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (practice) petugas
Puskesmas terhadap setiap permasalahan psikososial yang timbul.

15

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Hazard merupakan suatu keadaan/kondisi yang dapat mengakibatkan (berpotensi)
menimbulkan kerugian (injury/penyakit) bagi pekerja. Dampak psikososial kerja juga
merupakan bahaya yang harus dihindari. Bahaya-bahaya (hazards) di tempat kerja tersebut
harus ditangani dengan prinsip ergonomi yakni menyesuaikan kerja dengan keterbatasan atau
kapasitas manusia. Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja
selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.

4.2 Saran
Hendaknya untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan
kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat,
membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja serta menjalin
kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

16

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2011. Apa itu Hazard. (online)


https://belajark3.wordpress.com/category/ergonomi/, diakses pada tanggal 15 september 2015
Hernendi, syafrill. 2009. Bahaya di Tempat Kerja. (onine)
http://syafrilhernendi.com/2009/11/11/sumber-hazard-bahaya-di-tambang-dan-tempat-kerjalain/, diakses pada tanggal 15 september 2015
MissG. 2010. Kaitan antara ergonomic dan psikologi. (online) http://missgkaitanergonomidanplingpriska.blogspot.co.id/2010/05/kaitan-antara-ergonomi-denganpsikologi.html, diakses pada tanggal 15 september 2015
Thika,

mardhiyah.

2010.

Persepsi

Lingkungan

Psikososial

Kerja.

(online)

http://thikanusyumi.blogspot.co.id/2010/10/blog-post_9163.html, diakses pada tanggal 15


september 2015

17

Anda mungkin juga menyukai