DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah pengolahan limbah dengan judul
makalah Electrostatic Precipitator.
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum pada mata
kuliah Pengolahan Limbah.
Semoga tugas ini dapat diterima dan bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2. Tujuan..................................................................................... 1
BAB 3 PENUTUP
Abu adalah material padat yang tersisa setelah terjadinya proses pembakaran.
Dalam jumlah banyak, abu menjadi salah satu polutan yang sangat berbahaya jika
bercampur dengan atmosfer. Salah satu penghasil polusi abu yang cukup tinggi
adalah boiler. Setiap boiler yang menggunakan bahan bakar fosil (kecuali gas alam)
pasti menghasilkan emisi abu. Bahan bakar fosil yang paling banyak mengandung
abu adalah batubara. Kandungan abu di dalam batubara berkisar antara 5-30%
tergantung dari jenisnya serta proses penambangannya.
Ada dua jenis abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara di dalam boiler,
yakni fly ash dan bottom ash. Fly ash adalah abu yang berukuran cukup kecil,
sehingga ia bercampur dengan gas-gas hasil pembakaran (flue gas) dan akan keluar
melalui cerobong asap boiler. Sebagian dari abu yang dihasilkan dari proses
pembakaran akan menempel pada dinding-dinding pipa boiler, terakumulasi,
memadat, dan suatu saat ia akan jatuh ke bagian bawah boiler. Abu yang jatuh ini
dikenal dengan sebutan bottom ash. Kuantitas terbentuknya kedua jenis abu ini
tergantung dari jenis batubara yang digunakan, serta jenis boiler itu sendiri.
Boiler yang menggunakan pulverizer batubara, 70-90% abu akan keluar
bersamaan dengan gas buang dan sisanya berupa bottom ash. Boiler kecil berjenis
stoker-fired, 40% abu akan keluar sebagai fly ash. Pada boiler dengan tipe
pembakaran tangensial, akan menghasilkan fly ash hanya 15-40% dari keseluruhan
abu. Sedangkan boiler yang menggunakan sistem fluidized-bed, keseluruhan abu
akan ikut terbawa oleh flue gas tanpa terjadi pembentukan bottom ash. Jenis boiler
yang digunakan juga mempengaruhi bentuk serta ukuran dari abu yang dihasilkan
boiler. Boiler dengan pulverizer menghasilkan abu yang halus dengan ukuran 7-12
mikron. Pada boiler dengan metode pembakaran tangensial, akan dihasilkan bentuk
abu yang bulat. Boiler tipe stoker-fired akan menghasilkan abu dengan ukuran yang
paling besar jika dibandingkan dengan boiler tipe lain.
Berdasarkan penelitian, komponen abu boiler tersusun atas berbagai senyawa
oksida beracun diantaranya silikon oksida, titanium oksida, ferit oksida, aluminium
oksida, kalsium oksida, magnesium oksida, sodium oksida, potasium oksida, sulfur
trioksida, difosfor pentoksida, serta beberapa senyawa lain. Proporsi jumlah dari
senyawa-senyawa penyusun abu dapat bervariasi tergantung dari jenis dan lokasi
penambangan batubara yang digunakan.
2.2. Abu yang dihasilkan dari Boiler dengan Pulverized Fuel; Pembesaran
1000x
Figure 2. Abu
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2009, fly
ash atau abu yang dihasilkan oleh proses pembakaran dari boiler, dikategorikan
sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sehingga penanganan abu ini harus
sesuai dengan regulasi pemerintah agar tidak mencemari lingkungan. Ada beberapa
teknologi yang dapat digunakan untuk mengontrol emisi fly ash yang dihasilkan dari
proses pembakaran boiler. Alat pengontrol emisi abu ini bertugas untuk
menghilangkan kandungan abu dari gas buang boiler, menjaga abu tersebut agar tidak
masuk kembali bercampur dengan udara pembakaran, serta mengontrol proses
pembuangannya agar sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku. Ada beberapa
jenis teknologi yang dapat digunakan untuk mengontrol fly ash, diantaranya adalah
electrostatic precipitator, sistem filter, kolektor abu mekanik, dan venturi scrubbers.
Masing-masing jenis teknologi tersebut memiliki ciri khas dan fungsi sendiri-sendiri.
Namun yang paling umum digunakan pada boiler di dunia industri adalah
electrostatic precipitator (ESP) tipe kering. Teknologi ini akan menjadi fokus
pembahasan pada kesempatan kali ini.
5. Rapper.
Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, sistem rapper berfungsi untuk
menjatuhkan abu yang terkumpul pada permukaan CE ataupun DE agar jatuh ke
hopper. Biasanya motor penggerak rapper terletak di bagian atas ESP, dan
dihubungkan ke bagian pemukul dengan sebuah poros yang terinsulasi untuk
menghindari short circuit.
Alat yang berfungsi untuk men-supply energi listrik ke sistem ESP disebut
dengan Transformer Rectifier (TR). Sumber energi listrik berasal dari listrik AC
bertegangan 480 Volt, yang ditingkatkan menjadi 55.000 sampai 75.000 Volt
sebelum diubah menjadi tegangan DC negatif yang akan dihubungkan dengan
discharge electrode. Karena secara elektris ESP merupakan beban kapasitif, maka
sumber tegangannya didesain untuk menahan beban kapasitif tersebut. Selain itu,
sumber tegangan ini didesain harus tahan terhadap gangguan arus yang terjadi akibat
adanya loncatan listrik (sparking) dari abu fly ash.
Mekanisme dari electro static precipitator (ESP) adalah (1) melewatkan gas
buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge
electrode dengan collector plate, flue gas yang mengandung butiran debu pada
awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati medan listrik, partikel debu
tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif (-
). (2) Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-) kemudian menempel pada
pelat-pelat pengumpul (collector plate), lihat gambar . Debu yang dikumpulkan di
collector plate dipindahkan kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu
getaran (rapping). Debu ini kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper), lihat
gambar 1 dan 2, dan ditransport (dipindahkan) ke fly ash silo dengan cara di vakum
atau dihembuskan.
Vp =
dimana k adalah konstanta empiris yang bergantung pada aplikasi. Oleh karena itu,
persamaan Deutsch-Andersen dapat dinyatakan sebagai berikut:
= 1 [ ]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Electrostatic Precipitator adalah alat yang digunakan untuk menangkap
partikel-partikel (misal: debu) dengan menggunakan prinsip electrostatic
2. jenis-jenis electrostatic precipitation adalah negatively charged dry
precipitators,positively charged two-stage precipitators,negatively charged
wetted-wall precipitator.
3. Teknik yang digunakan adalah dengan menjebak partikel halus menggunakan
listrik bertegangan tinggi dan menampungnya di wadah khusus
4. Prinsip kerja presipitator adalah Presipitator difungsikan dengan memberikan
muatan listrik pada partikel. Partikel yang telah bermutan listrik tersebut
selanjutnya dilewatkan pada plat yang bermuatan listrik berlawanan dengan
partikel sehingga partikel akan menempel pada plat. Bila partikel yang sudah
banyak selanjutnya alat akan digoyang sehingga partikel yang menempel
akan jatuh
3.2 Saran
1. Sebaiknya masyarakat lebih memprhatikan kegiatan-kegiatan yang
menimbulkan pencemaran udara
2. Sebaiknya industry menggunakan teknologi tepat guna dalam pengendalian
pencemaran udara yang mempunyai dampak terhadap kesehatan
DAFTAR PUSTAKA