PENDAHUUAN
1.1 Latar Belakang
Air bersih tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan karena tanpa air bersih
manusia sulit memperoleh sumber air minum. Salah satu sumber air bersih yang
banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia adalah air tanah. Sumur gali
adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk
mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumahrumah perorangan sebagai
air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Berdasarkan hasil
uji laboratorium kandungan zat besi (Fe) pada salah satu air sumur warga di
Kumai Hilir, Kecamatan Kumai, Kalimantan Tengah adalah 5,02 mg/l, yang
berarti kadar Fe untuk sumur warga tersebut melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan oleh pemerintah melalui PERMENKES No.416/Menkes/Per/ IX/1990
tentang persyaratan kualitas air bersih bahwa kadar maksimum yang
diperbolehkan untuk Fe adalah 1,0 mg/I.
Adanya kandungan Fe dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah
menjadi kuning coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Disamping
dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau kurang enak serta
menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada
pakaian. Kondisi inilah yang dikeluhkan oleh warga pemilik air sumur gali
tersebut.
Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan
dapat dibentuk. Zat besi terdapat dimana-mana baik di dalam air maupun di dalam
tanah dalam berbagai bentuk. Tetapi sejauh ini bentuk umum yang sering
ditemukan di sumber mata air adalah Ferrous bicarbonat dan tak berwarna.
Zat besi dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam
bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk koloid atau dalam
keadaan
bergabung
dengan
senyawa
organik.
Oleh
karena
itu
cara
pengolahannyapun harus disesuaikan dengan bentuk senyawa besi dalam air yang
akan diolah.
Adanya kandungan alkalinity (HCO3 - ) yang cukup besar dalam air akan
menyebabkan senyawa besi berada dalam bentuk senyawa ferro bikarbonat
Fe(CO3 ) 2 , oleh karena CO2 lebih stabil daripada (HCO3) maka senyawa
bikarbonat cenderung berubah menjadi senyawa karbonat: Fe(CO3)2 --> FeCO3
+ CO2 + H2O Dari reaksi tersebut dapat dilihat jika CO2 berkurang maka reaksi
akan bergeser ke kanan dan selanjutnya reaksi akan menjadi sebagai berikut:
FeCO3 + CO2 --> Fe(OH)2 + CO2
Hidroksida besi II (Fe(OH)2 ) mempunyai kelarutan yang besar sehingga
jika terus dilakukan oksidasi dengan udara atau aerasi akan terjadi reaksi ion
sebagai berikut: 4 Fe2+ + O2 + 10H2O --> 4 Fe(OH)3 + 8H+ Sesuai dengan
reaksi tersebut maka untuk mengoksidasi setiap 1 mg/liter zat besi dibutuhkan
0,14 mg/liter oksigen. Pada pH rendah, kecepatan oksidasi besi dengan oksigen
(udara) relatif lambat, sehingga pada praktiknya untuk mempercepat reaksi
dilakukan dengan cara menaikkan pH air yang akan diolah.
1.2 TUJUAN
1. Dapat menjelaskan pengertian aerasi.
2. Dapat menjelaskan penurunan kandungan Fe dalam air.
3. Dapat mengetahui efektifitas cascade aerator dan bubble aerator dalam
menurunkan kadar Fe pada air sumur gali
4. Dapat memenuhi tugas mata kuliah satuan proses.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aerasi
Aerasi adalah pemambahan oksigen ke dalam air sehingga oksigen terlarut
di dalam air semakin tinggi. Pada prinsipnya aersi itu mencampurkan air dengan
udara atau bahan lain sehingga air yang beroksigen rendah kontak dengan oksigen
atau udara. Aerasi termasuk pengolahan secara fisika, karena lebih mengutamakan
unsur mekanisasi dari pada unsur biologi. Aerasi merupakan proses pengolahan
dimana air dibuat mengalami kontak erat dengan udara dengan tujuan
meningkatkan kandungan oksigen dalam air tersebut. Dengan meningkatnya
oksigen zat-zat mudah menguap seperti hiddrogen sulfide dan metana yang
mempengaruhi rasa dan bau dapat dihilangkan. Kandungan karbondioksida dalam
air akan berkurang. Mineral yang larut seprti besi dan mangan akan teroksidasi
mementuk endapan yang dapat dihilangkan dengan sedimentasi dan filtrasi.
Proses aerasi merupakan peristiwa terlarutnya oksigen di dalam air.
Efektifitas dari aerasi tergantung dari seberapa luas dari permukaan air yang
bersinggungan langsung dengan udara. Fungsi utama aerasi adalah melarutkan
oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air dan
melepaskan kandunngan gas-gas yang terlarut dalam air, serta membantu
pengadukan air. Aerasi dapat dipergunakan untuk menghilangkan kandungan gas
terlarut, oksidasi besi dan mangan dalam air, mereduksi ammonia dalam air
melalui proses nitrifikasi.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses
pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah
kelompok bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses
metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses
biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan
bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain
diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga
bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah
serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi,
maupun mekanik.
1. Aerasi alami
Aerasi Alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena
pergerakan air secara alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan
untuk
meningkatkan
aerasi
alami
antara
lain
menggunakan cascade
proses
pengadukan
dengan
suatu
alat
sehingga
2.2 Air
Air merupakan salah satu unsur ekosistem yang sangat diperlukan untuk
kelangsungan hidup manusia, hewan dan tumbuhan serta makhluk hidup lain yang
ada di alam ini. Siklus hidrologi air bergantung pada proses evaporasi dan
prespitasi. Air yang terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap air pada
lapisan atmosfer melalui proses evaporasi (penguapan) air sungai, danau, dan laut;
serta proses evapotranspirasi atau penguapan air oleh tanaman. Air yang memiliki
karakteristik yang khas, tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik
tersebut adalah air memiliki kisaran suhu, yakni 0 oC-100oC air berwujud cair,
penyimpanan panas yang sangat baik, memerlukan panas yang tinggi dalam
proses penguapan, pelarut yang baik (Effendi, 2003).
4
2.2 Besi
Kehadiran besi pada air tanah yang bersama-sama dengan mangan (Mn),
ditandai oleh larutan yang berasal dari batuan dan mineral, oksida-oksida, sulfide,
karbonat dan silikat yang mengandung logam-logam ini. Sumber besi yang ada di
alam adalah pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4), limonite
(FeO(OH)), goethite (HFeO2), ochre (Fe(OH)3) dan siderite (FeCO3) yang mudah
larut dalam air (Razif dalam Siswoyo, 1998).
Besi yang berada di dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe 2+) atau ferri
(Fe3+). Pada umumnya besi membentuk senyawa dalam bentuk ferri daripada
dalam bentuk ferro, dan membentuk kompleks yang stabil dengan senyawasenyawa tertentu. Dalam kondisi sedikit basa, ion ferro akan dioksidasi menjadi
ion ferri dan akan berikatan dengan hidroksida membentuk Fe(OH) 3 yang bersifat
tidak larut dan mengendap di dasar perairan berwarna kuning-kemerahan.
Sementara dalam kondisi asam dan banyak mengandung karbondioksida akan
membuat FeCO3 larut dan meningkatkan kadar Fe2+ di perairan (Effendi, 2003).
Besi diperlukan oleh tubuh manusia dalam jumlah tertentu, apabila
kelebihan besi juga dapat menimbulkan efek yang buruk yaitu melemahnya
kondisi badan, kerusakan hati, jantung, pankreas dan organ-organ tubuh manusia
yang lain (Istikasari, 2001). Beberapa masalah terkait adanya besi di dalam air
selain menurut Effendi (2003) yaitu prespitasi dari logam besi dapat merubah air
menjadi keruh berwarna kuning kecoklatan, menyebabkan mikroorganisme
berkembang yang dapat mencemari air dan mengganggu dalam sistem distribusi
air dalam pipa, keberadaan besi dengan konsentrasi beberapa mg/L saja akan
menyebabkan air berasa logam, akibat prespitasi dapat menimbulkan kesukaran
pada proses pengolahan air, misalnya dengan metoda penukaran ion atau destilasi,
karena endapan yang terbentuk akan menutupi pertukaran ion atau menimbulkan
kerak pada pipa (Siswoyo,1998).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Proses Penurunan Besi (Fe) Dalam Air
Menurut Said (1999:103-106), penurunan besi dalam air terjadi sebagai berikut:
3.1.1. Penurunan dengan filtrasi.
Media filter yang mengandung MnO2 air baku yang mengandung Fe dialirkan ke
suatu filter yang medianya mengandung MnO2nH2O. Selama mengalir melalui
media tersebut Fe dan Mn yang terdapat dalam air baku akan teroksidasi menjadi
bentuk Fe(OH)3 dan Mn2O3 oksigen terlarut dalam air, dengan oksigen sebagai
oksidator, reaksinya adalah sebagai berikut : 4 Fe2+ + O2 + 10 H2 O 4 Fe (OH)3
+ 8 H+ Reaksi penghilangan besi tersebut adalah merupakan reaksi katalik dengan
MnO2 sebagai katalis, sedangkan untuk reaksi penghilangan Mn adalah
merupakan reaksi antara Mn 2+ dengan hidrat mangandioksida. Jika kandungan
mangan dalam air baku besar maka hidrat mangan dioksida yang ada dalam media
filter akan habis dan terbentuk senyawa MnO2.nH2O sehingga kemampuan
penghilangan Fe dan Mn makin lama makin berkurang. Memperbarui daya reaksi
dari media filternya dapat dilakukan dengan memberikan khlorine ke dalam filter
yang jenuh tersebut.
3.1.2. Penurunan dengan zeolit.
Air baku yang mengandung besi dialirkan melalui suatu filter bed yang media
filternya terdiri dari mangan zeolit. Mangan zeolit berfungsi sebagai katalis dan
pada waktu yang bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air teroksidasi
menjadi bentuk ferri-oksida dan mangan dioksida yang tidak larut dalam air.
Reaksi penghilangan besi dan mangan dengan mangan zeolit tidak sama dengan
proses pertukaran ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe 2+ dan Mn 2+ dengan
oksida mangan tinggi. Filtrat yang terjadi mengandung ferri-oksida dan mangandioksida yang tidak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan pengendapan dan
penyaringan. Selama proses berlangsung kemampuan reaksinya makin lama
makin berkurang dan akhirnya jenuh. Untuk regenarasinya dapat dilakukan
dengan menambahkan larutan kalium permanganat ke dalam zeolit yang telah
jenuh tersebut sehingga terbentuk mangan zeolit (K2Z.MnO.Mn2O7).
perkembangbiakannya. Dengan
didapatkannya energi tersebut maka jumlah seluruh bakteri juga akan bertambah.
Dengan bertambahnya jumlah sel bakteri besi maka kemampuan untuk
mengoksidasi juga akan meningkat.
BAB IV
PEMBAHASAN
Aerasi
(penambahan
oksigen)merupakan
salah
satu
usaha
dari
dengan
baku
mutu
menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
10
12
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
1. Metode cascade aerator dapat menurunkan kandungan zat besi (Fe)
sebesar 3,83 mg/l yaitu dari 4,41 mg/l menjadi 0,58 mg/l dan efektifitas
proses 87,30%.
2. Metode bubble aerator dapat menurunkan kandungan zat besi (Fe) sebesar
3,67 mg/ l yaitu dari 4,41 mg/l menjadi 0,74 mg/l dan efektifitas proses
83,18%.
3. Metode cascade aerator dan bubble aerator dapat menurunkan kandungan
zat besi (Fe) dalam air sumur gali sesuai dengan PERMENKES
No.416/Menkes/Per/IX/ 1990. 4. Tidak ada perbedaan efektifitas yang
13
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan.Yogyakarta: Kanisius.
Siswoyo. 1998. Perubahan Kondisi Fisik dan Kimiawi Air Sumur di Kotatif
Jember Akibat Musim dan kepadatan Rumah Penduduk. Tidak
Diterbitkan. Laporan Penelitian. Jember: Lembaga Penelitian Universitas
Jember.
Said, Nusa Idaman; Wahyudi, Heru Dwi. Pembuatan filter untuk menghilangkan
zat besi dan mangan di dalam Air (10 Paket Teknologi Tentang Pengelolaan
Air Bersih dan Pengolahan Limbah Cair). Penerbit Kelompok Teknologi
Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Direktorat Teknologi
Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi Material dan
Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. 1999.
Slamet, J. Soemirat. Kesehatan lingkungan. Penerbit Gajah Mada Universitiy
Press. Yogyakarta. 1994.
Yuniar, M. Penurunan kandungan besi (Fe) air sumur dengan multiple tray
aerator. (Skripsi). STTL Yogyakarta. 1997. 4. Benny Syahputra. Penurunan
kadar besi (Fe) pada air sumur secara pneumatik system.
14
36.72.219.27/km/file_ebook/48Sumur%20Bor%20OKE.pdf. Diakses
Januari 2012.
Saleh, Muh. Penurunan kadar besi (Fe) pada air sumur pompa tangan dengan
metode try aerator di Kelurahan Tamallayang Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Unhas. Makassar. 2002.
Joko Sutrisno. Removal kadar besi (Fe) dalam air bersih secara spray aerator
disertai pembubuhan kaporit. Jurnal Teknik WAKTU; Volume 08; Nomor No 02;
Juli 2010.
Agustjik, R. H. A. Diktat pengolahan air. Direktorat Jendral PPM dan PLP
Departemen Kesehatan. Jakarta. 1991.
Taufan, A. 2005. Model alat pengolahan Fe dan Mn menggunakan sistem venture
aerator dengan variabel kecepatan aliran dan jumlah pipa. Tidak Diterbitkan.
Skripsi. Surabaya: ITS.
15