KOAGULASI
OLEH :
KELOMPOK 5
Dosen Pengampu:
RAHMADINI SYAFRI, B.Sc, M.Sc
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Koagulasi”. Makalah ini kami ajukan untuk melengkapi nilai mata kuliah
Energetika dan Kesetimbangan.
Sholawat dan salam tak bosan – bosannya kita sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman
yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
membentuk flok. Semakin banyak jumlah padatan tersuspensi maka semakin besar
ukuran dan jumlah flok yang terbentuk (Gurses, 2003). Padatan tersuspensi terdiri
dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil darisedimen, seperti
bahan-bahan organik tertentu, tanah liat, lumpur dalam bentuk suspensi dan lain-
lain (Sunu, 2001).
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan koagulasi?
2. Bagaimana proses koagulasi secara mekanik, fisika dan kimia?
3. Bagaimana sifat-sifat koagulan?
4. Apa saja pemanfaatan atau aplikasi proses koagulasi?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu koagulasi.
2. Untuk mengetahui koagulasi secara mekanik, fisika dan kimia.
3. Untuk mengetahui sifat-sifat koagulan.
4. Untuk mengetahui pemanfaatan atau aplikasi proses koagulasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a) Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang
muatan ion negatifnya lebih besar. Contoh; koloid Fe(OH)3 adalah koloid
bermuatan positif, lebih mudah digumpalkan oleh H2SO4 daripada HCl.
b) Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit
yang muatan ion positifnya lebih besar. Contoh; koloid As2S3 adalah
koloid bermuatan negatif, lebih mudah digumpalkan oleh BaCl2 daripada
NaCl
2. Mencampurkan Koloid yang Berbeda Muatan Bila dua koloid yang berbeda
muatan dicampurkan, maka kedua koloid tersebut akan terkoagulasi. Hal itu
disebabkan kedua koloid saling menetralkan sehingga terjadi gumpalan.
Contoh, campuran koloid Fe(OH)3dengan koloid As2S3. Selain koagulasi yang
disebabkan adanya pelucutan muatan koloid, seperti di atas, ada lagi proses
koagulasi dengan cara mekanik, yaitu melakukan pemanasan dan pengadukan
terhadap suatu koloid. Contohnya, pembuatan lem kanji, sol kanji dipanaskan
sampai membentuk gumpalan yang disebut lem kanji.
4
dan adsorbsi counter ion di mana koagulasi terjadi melalui pengurangan gaya
sebagaimana halnya beda potensial. Partikel koloid menyerap ion-ion positif, ion-
ion ini kemudian menyerap ion negatif tetapi jumlahnya yang diserap lebih sedikit
dari ion positif yang ada sehingga terjadi lapisan listrik ganda. Antara permukaan
partikel koloid dan larutan terjadi beda potensial elektrokinetik sedangkan ion-ion
positif dan negatif di luar lapisan listrik ganda dapat bergerak bebas di dalam larutan
(Manurung, 2012).
Dalam proses koagulasi,stabilitas koloid sangat berpengaruh. Beberapa
gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu :
− Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak yang tejadi jika partikel-
partikel mempunyai muatan yang sejenis.
− Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi).
− Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yangdiadsorpsi pada
permukaan.
Pada proses koagulasi, koagulan dan air limbah yang akan dicampurkan
dalam suatu wadah atau tempat kemudian dilakukan pengadukan secara cepat
dalam beberapa saat agar diperoleh campuran yang merata distribusi koagulannya
sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata pula.
Pengadukan merupakan suatu proses yang terangkai menjadi kesatuan
dalam proses koagulasi dan flokulasi. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi
koloid dan partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan
pembubuhan bahan kimia (koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel
yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang
bermuatan positif dan negatif.
Pembentukan ion positif dan negatif juga dihasilkan dari proses penguraian
koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion positif dari
koagulan (misal ) dengan ion negatif dari partikel (misal ) dan antara ion positif dari
partikel (misal ) dengan ion negatif dari koagulan (misal ) yang menyebabkan
pembentukan inti flok (presipitat).
Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi yaitu
penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan
partikel dapat mengendap. Penggabungan flok kecil menjadi flok besar terjadi
5
karena adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi akibat adanya
pengadukan lambat.
2.3. Sifat-sifat koagulan
Bahan kimia yang dapat mengendapkan disebut koagulan. Bahan ini dapat
mengendapkan partikel-partikel koloid. Dengan penambahan koagulan, partikel-
partikel koloid yang sebelumnya melayang-layang dalam air akan diikat menjadi
partikel besar yang disebut flok. Dengan ukuran partikelnya yang besar, flok dapat
mengendap karena gaya gravitasi. Dalam pemakaian bahan kimia koagulan disebut
juga flokulan. Beberapa koagulan anorganik yang banyak digunakan dalam
pengolahan air atau limbah cair di antaranya alumunium sulfat (alum),
polialumunium klorida (PAC), besi sulfat (II), besi klorida (II), dan lain-lain. Selain
koagulan anorganik, tersedia pula alternatif lokal sebagai koagulan organik alami
dari tanaman yang mudah diperoleh. Koagulan alami ini biodegradable dan aman
bagi kesehatan manusia.
Adapun koagulan yang baik untuk dipilih adalah
a. Memiliki sifat adsobsi yang kuat
b. Mempunyai kekuatan lekat
c. Pembentukan flok-flok yang tinggi atau sediment yang cepat dengan dosis
kecil
d. Tidak mempengaruhi nilai PH air limbah
e. Tidak besifat toksik
6
Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal.
Biasanya digunakan sebagai koagulan sekunder untuk menghilangkan warna dan
dalam proses pelunakan air dengan lime soda ash.
c. Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )
Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferrous
Sulfate dan lime sangat efektif untuk proses penjernihan air dengan pH tinggi (pH
> 10).
d. Chlorinated copperas
Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate.
Keuntungan penggunaan koagulan ini adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8
hingga 11.
e. Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)
Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat
menghilangkan Fe dan Mn.
f. Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)
Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan
tidak tahan untuk penyimpanan yang terlalu lama.
Kesulitan pada saat proses koagulasi kadang-kadang terjadi karena lamanya
waktu pengendapan dan flok yang terbentuk lunak sehingga akan mempersulit
proses pemisahan. Koagulan Aid menguntungkan proses koagulasi dengan
mempersingkat waktu pengendapan dan memperkeras flok yang terbentuk. Jadi
difinisi koagulan aids adalah koagulan sekunder yang ditambahkan setelah
koagulan primer atau utama bertujuan untuk mempercepat pengendapan,
pembentukan dan pengerasan flok. Jenis koagulan aid diantaranya:
a. PAC ( poly alumunium chloride )
Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan
pengembangan teknologi air sebagai dasarnya adalah alumunium yang
berhubungan dengan unsur lain membentuk unit berulang dalam suatu ikatan rantai
molekul yang cukup panjang, pada PAC unit berulangnya adalah Al-OH.
Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan
menjembatani partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien.
7
Namun terdapat kendala dalam menggunakan PAC sebagai koagulan aids yaitu
perlu pengarahan dalam pemakaiannya karena bersifat higroskopis.
b. Karbon aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang
dengan membuka pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas
adsorbsi. Pori-pori arang biasanya diisi oleh hidrokarbon dan zat-zat organik
lainnya yang terdiri dari persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap
dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen
kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar.
Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik
antara arang dengan zat atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif
akan diserap lebih efektif oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat basa. Jumlah
karbon aktif yang digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah
warna yang diserap.
c. Activated silica
Merupakan sodium silicate yang telah direaksikan dengan sulfuric acid,
alumunium sulfate, carbon dioxide, atau klorida. Sebagai koagulan aid, activated
silica memberikan keuntungan antara lain meningkatkan laju reaksi kimia,
menurunkan dosis koagulan, memperluas jangkauan pH optimum dan
mempercepat serta memperkeras flok yang terbentuk. Umumnya digunakan dengan
koagulan alumunium dengan dosis 7 – 11% dari dosis alum.
d. Bentonic clay
Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi,
kekeruhan rendah dan mineral yang rendah.
8
a. Pembentukan delta di muara sungai. Hal ini terjadi karena koloid tanah liat
akan terkoagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
b. Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat
ke dalam lateks.
c. Sol tanah liat (berbentuk lumpur) dalam air, yang membuat air menjadi
keruh, akan menggumpal jika ditambahkan tawas. Ion Al3+ akan
menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :
10
DAFTAR PUSTAKA
Manurung, Tambak, dkk. 2012. Efektivitas Biji Kelor (Moringa oleifera) Pada
Pengolahan Air Sumur Tercemar Limbah Domestik. Dalam Jurnal Ilmiah
Fakultas Teknik LIMIT’s. Vol 8, No.1: 37-41.
Roni, K.A dan Netty Herawati. 2020. Kimia Fisika II. Palembang. Rafah Press.
11