Oleh:
Identifikasi bahaya dan risiko merupakan langkah awal dan penting dalam
penerapan K3. Dengan melakukan identifikasi bahaya dan risiko ditempat kerja
1. Jenis pekerjaan
4. Jumlah pekerja
paling buruk atau bahaya kerja yang paling sering terjadi, tahap evaluasi bahaya
yang ringan, biasanya mengakibatkan pekerja tidak dapat masuk kerja untuk
Banyak teknik identifikasi yang salah satunya dapat dipilih sebagai yang
paling efektif di organisasi tertentu atau yang dapat menyediakan informasi yang
5. Pemeriksaan Lingkungan
kerja
c. Mencatat pembacaan secara berturut-turut dapat menunjukkan peningkatan
atau kebalikannya
d. Pemeriksaan dengan ‘sampel kasar’ sangat tidak akurat dan bisa sangat mahal
panjang
6. Laporan Kecelakaan
b. Kecelakaan kecil perlu dicatat dan juga kerugian berupa kehilangan waktu
dilakukan
menyebabkan kecelakaan
c. Para pekerja sering lebih mengetahui dan dapat menyampaikan apa yang perlu
dilakukan
d. Perlu umpan balik ke pekerja dalam bentuk tindakan untuk mempertahankan
redibilitas manajemen
memerlukan metode yang berbeda. Untuk mengetahui besaran bahaya dan risiko
3) Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang diajukan perawat.
4) Risiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan
fisik.
5) Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya.
Dalam mengkaji pasien, perawat harus menyadari akan adanya risiko dan
hazard yang mungkin mereka dapatkan. Berbagai macam upaya perlu dilakukan
sebagai tindakan pencegahan. Upaya – upaya tersebut dapat dilakukan baik dari
pihak manajemen rumah sakit. Berikut beberapa upaya yang perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya kekerasan fisik dan verbal pada perawat saat
melakukan pengkajian :
pendengar yang baik. Salah satu teknik pengumpulan data pada pengkajian
e) Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk
dahulu.
ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif untuk
3) SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup
APD.
melepas APD.
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
konseling
penyuluhan
Memberikan asuhan keperawatan langsung.
prosedur.
Evaluasi risiko dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses analisis risiko
dapat berupa:
Nilai risiko yang diperoleh dari hasil analisis dibandingkan dengan kriteria
Untuk mengetahui level dan prioritas bahaya dan risiko di tempat kerja
risk analysis, about which risks need treatment and treatment priorities.
untuk menentukan prioritas tingkat risiko yang bisa di terima (tolerable risk)
merupakan salah satu kriteria yang umum digunakan dalam mengevaluasi bahaya
dan risiko.
Evaluasi bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk dapat
menetapkan seberapa besar risiko bahaya kerja yang ditemukan di tempat kerja.
Pengukuran objektif dosis bahaya kerja yang diterima oleh pekerja merupakan
komponan penting pada manajemen evaluasi bahaya kerja. Akan tetapi sebaiknya
pada awal tahap ini, tindakan pengendalian pada bahaya kerja serius , yang
ditemukan pada tahap identifikasi bahaya kerja, sudah harus dilaksanakan tanpa
Evaluasi dan pengelolaan risiko adalah langkah lebih lanjut dari proses
mendeskripsikan risiko.
berikutnya dapat diperkirakan akibat yang ditimbulkan oleh bahaya kerja yang
risiko, yaitu mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi bila risiko terjadi
terhadap risiko yang telah diestimasi dengan toleransi skor risiko yang disarankan
oleh NHS adalah 6. Bila skornya lebih besar dari 6 mitigation cukup dimasukkan
kedalam daftar risiko saja. Namun bila skor risiko kurang dari 6 selain
Dengan cara memilih dan menerapkan kegiatan yang sesuai lalu mengontrol atau
mentransfer risiko kepada pihak ketiga seperti asuransi atau yang terakhir bisa
kedalam register membuat terjadinya perubahan level risiko. Hal ini akan
diantaranya; menerima risiko apa adanya, merubah atau memodifikasi risiko atau
hari dirumah sakit adalah adverse event dan risiko klinis. Adverse incident adalah
kejadian atau kondisi yang dapat membawa kerugian yang tidak disengaja dan
tidak diharapkan pada orang, property atau organisasi. Risiko klinis adalah
kejadian yang tidak pasti atau sekelompok kejadian yang bila itu terjadi akan
semua faktor yang mengakibatkan bahaya kerja pada manusia. Penilaian ini akan
2) Risiko sedang: kemungkinannya kecil untuk terjadi akan tetapi akibat yang
3) Risiko berat: sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk, maka
E. Contoh Kasus
a. Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, diketahui positif difteri
perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan tindakan awal
pada pasien positif difteri tersebut, perawat yang terkena difteri berinisial Ru dan
bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Gunung Jati. Ru diketahui
merupakan perawat pertama yang menangani pasien pertama difteri yang masuk
Hazard Biologis yaitu perawat tertular penyakit Difteri dari pasien pasca
gunakansebagaipelindungdiri.
Dengankasusdiatasdapatdihindarijikaperawatmenggunakan APD
lengkapmengingatcarapenularanDifterimelaluiterpaparnyacairankepasien.
perawat.
Alasan:
Cucitanganmerupakancarapenangananawaljikakitasudahterlanjurterpaparcairanpa
sienbaikpasienberesikomenularkanatautidakmenularkan.
Cucitanganmerupakantindakan aseptic
awalsebelumkepasienmaupunsetelahkepasien.
Alasan: Bila sampah medis dan non medis tercampur dan tidak dikelola
petugas/perawat atau tim dalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan (check
list) dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, supervisor dan lain-
lain dan SOP merupakan salah satu cara atau parameter dalam meningkatkan
mutu pelayanan.
d. Upaya pencegahan pada Perawat:
keadaan steril.
Alasan: Agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani
meskipun pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS
Alasan :Meskipun pasien di Ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat
kerja supaya dalam tindakan perawat terhindar dari tertularnya penyakit dari
suntik, dan hanya 2.200 yang terinfeksi dari populasi. Hal ini menunjukkan
jika tenaga kesehatan menjadi profesi yang paling rawan tertular hepatitis B.
Penularan virus hepatitis B terjadi dalam insiden ‘kecelakaan’. Kecelakaan
berupa tertusuk jarum terjadi saat Nakes mencoba menutup jarum suntik
yang salah dan kurang hati-hati, banyak Nakes yang akhirnya tertusuk jarum.
Rata-rata empat dari tindakan menutup jarum suntik bekas pakai, satu
Indonesia bagian barat tercatat 9,4 persen atau 1 dari 10 penduduk Indonesia
mengidap hepatitis B.
diobati, maka dalam 10 tahun ke depan akan berubah menjadi sirosis hati yang
b. Hazard :
Terinfeksihepatitis B
akibattertusukjarumsuntiksaatmenutupjarumsuntiksetelahdigunakandaripasien.
kesehatan bebas tertular penyakit akibat kerja seperti tertular virus hepatitis B,
tentang cara menutup jarum suntik yang benar , tidak membahayakan, dan
perawat mengetahui cara yang benar akan menjauhkan diri dari kecelakaan
jarum.
5) Menyediakan semua alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan yang sesuai
Alasan: apabila tersedia semua alat pelindung diri secara lengkap dapat
meningkatkan kinerja baik bagi tenaga kesehatan, serta tenaga kesehatan bisa
Fabre, June. 2009. Smart Nursing: Nurse Retention & Patient Safety Improvement
DenganPengkajianpadaMahasiswaKeperawatanUniversitasMuhammadiy
danrisiko.http://staff.ui.ac.id/internal/132255817 material/Sesi5Identifikasi
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/manajemen-resiko-definisi-
Indonesia