Konsep Dasar
1. Definisi
Periode baru lahir atau neonatal adalah bulan pertama kehidupan (Maryunani &
Nurhayati, 2008).
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42
minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Asuhan bayi baru lahir adalah
asuhan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. (Saifuddin, 2006).
Bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku dan kesiapan interaksi sosial. Periode
neonatal yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya 28 hari, merupakan waktu
berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru lahir (Bobak dkk, 2005).
Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan di luar
kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan selanjutnya (Maryunani & Nurhayati,
2008).
2. Penyebab/Faktor Predisposisi
a. His (Kontraksi otot rahim)
b. Kontraksi otot dinding perut
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
3. Pohon Masalah
(Prawirohardjo, 2007., Saifudin, 2007.,
Sylviati, 2008) Bayi baru lahir
Perubahan fisiologis
1. Pencegahan infeksi
a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi
atau steril.
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi,
sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur,
termometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas.
3. Pencegahan kehilangan panas
a. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, seperti meja, tempat tidur, timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
bila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin, seperti ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
d. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda –
benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung)
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:
a. Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan
taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut
atau kain yang baru (hangat, bersih, dan kering).
c. Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relatif luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu
(1) jam pertama kelahiran
- Letakkan bayi pada posisi telentangdi tempat yang keras dan hangat.
- Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah
ke belakang.
- Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kasa steril.
- Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi akan
segera menangis (Saifudin, 2007).
Oksigenasi yang adekuat adalah factor yang sangat penting dalam mempertahankan
pertukaran udara yang adekuat. Delam keadaan hipoksia, system pembuluh darah
paru vasokontriksi sehingga udara tidak dapat diangkut ke pembuluh darah untuk
oksigenasi area tubuh lainnya (Varney,2007).
5. Perawatan Mata
Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi
selesai dengan perawatan tali pusat, dan harus dicatat dalam status termasuk obat
apa yang digunakan. Yang lazim dipakai adalah larutan Perak Nitrat atau Neosporin
dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir (Saifudin, 2007).
6. Perawatan Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan
(Saifudin, 2007).
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai stabil maka lakukan pengikatan
puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastic tali pusat.
8. Komplikasi
David dan Derek (2008) dan Prawirohardjo (2007) menyebutkan bahwa komlikasi
yang dialami bayi baru lahir diantaranya:
1) Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur. Asfiksia pada bayi di klasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu:
a) Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Penatalaksanaan pada kasus asfiksia ini yaitu dengan memperbaiki ventilasi
paru yaitu dengan melakukan ventilasi tekanan positif.
b) Asfiksia ringan (nilai APGAR 4-6)
Penatalaksanaan untuk asfiksia pada tingkat ini yaitu dengan memberikan
rangsangan untuk menimbulkan reflek pernafasan dengan cara menghisap
lendir bayi dan memberikan aliran oksigen pada bayi.
2) Ikterus
Ikterus dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a) Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah kuning pada bayi yang timbul pada hari kedua dan
ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar
yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya akan menghilang
pada akhir minggu pertama atau 10 hari pertama.
b) Ikterus patologis
Yaitu ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar billirubinnya
mencapai suatu nilai yang di sebut hiperbillirubinemia.
Penentuan kadar bilirubin atau penghitungan nilai ikterik dapat dilakukan
dengan metode Kramer. Kramer menyebutkan timbulnya ikterus ialah menurut
aturan tertentu yaitu sefalokaudal.
Interpretasi kadar bilirubin menurut Kramer:
(1) Daerah 1 ikterus pada kepala dan leher = 5 mg%.
(2) Daerah 2 ikterus pada daerah 1 + badan bagian atas = 9 mg%.
(3) Daerah 3 ikterus pada daerah 1 + 2 + badan bagian bawah dan tungkai
= 11 mg%.
(4) Daerah 4 ikterus pada daerah 1 + 2 + 3 + lengan dan kaki bawah lutut.
(5) Daerah 5 ikterus pada daerah 1 + 2 + 3 + 4 + tangan dan kaki = 16
mg%.
Penangan ikterus menurut kadar billirubinnya:
(1) Bilirubin <5 mg%: pemberian ASI sesering mungkin.
(2) Bilirubin 5 – 9 mg%: terapi sinar <24 jam dan pemberian kalori yang cukup.
(3) Bilirubin 10 – 14 mg%: transfusi tukar (sebelum dan sesudahnya diberi
terapi sinar) <24 jam selanjutnya terapi sinar 24-48 jam.
3) Hipotermi.
Bayi hipotermi adalah bayi yang mempunyai suhu tubuh di bawah 36 0C. Ada dua
macam hipotermi, yaitu hipotermi sedang (32-36 0C) dan hipotermi kuat (< 32 0C).
Tanda dan gejala hipotermi yaitu bayi tidak mau minum/ menetek, bayi tampak
lesu/ mengantuk/ letargie, tubuh bayi teraba dingin, denyut jantung bayi menurun
dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema). Penanganan hipotermi adalah perawatan
di dalam incubator/penyinaran lampu, metode kanguru, pemberian selimut hangat,
pemberian ASI sedikit-sedikit tapi sesering mungkin untuk mencegah
hipoglikemia, dan jika bayi tidak mau menyusu, beri infus glukosa 10% sebanyak
60-80 ml/kg per hari.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua data data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian
harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan asfek biologis, psikologis, sosial,
maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan
membuat data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008).
Pengkajian keperawatan pada bayi baru lahir meliputi: Identitas pasien, riwayat
kelahiran, riwayat persalinan, keadaan bayi saat lahir, pengkajian fisik, pengkajian status
neurologi, pengkajian nutrisi, dan pengkajian eliminasi.
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Risiko hipotermia dibuktikan dengan bayi baru lahir
b. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketuban pecah sebelum waktunya
c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi
1 Risiko hipotermia Setelah dilakukan asuhan SIKI:
Manajemen Hipotermia
dibuktikan dengan keperawatan selama 1 x 2
Monitor suhu tubuh
bayi baru lahir jam diharapkan risiko
Monitor tanda dan gejala
hipotermia pada pasien
akibat hipotermia
berkurang/hilang dengan Sediakan lingkungan yang
kriteria hasil: hangat (atur suhu ruangan)
SLKI: Lakukan penghangatan pasif
Termoregulasi Neonatus (selimut, menutup kepala,
Piloereksi berkurang pakaian tebal)
Konsumsi oksigen
meningkat
Tidak ada kutis
marmorata
Frekuensi nadi
membaik
2 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan SIKI:
Pencegahan Infeksi
dibuktikan dengan keperawatan selama 1 X 2
Monitor tanda dan gejala
ketuban pecah jam diharapkan risiko
infeksi local dan sistemik
sebelum waktunya infeksi pada pasien
Batasi jumlah pengunjung
berkurang/hilang dengan
Cuci tangan sebelum dan
kriteria hasil:
sesudah kontak dengan
SLKI:
pasien dan lingkungan
Kontrol Risiko
pasien
Pemantauan perubahan
Pertahankan teknik aseptic
status kesehatan
pada pasien berisiko tinggi
Imunisasi meningkat
Jelaskan pada keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan keluarga mencuci
tangan dengan benar
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Bulechek, Gloria M., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Ed. 6. United
Kingdom: Elsevier.
David, H dan Derek I.J. 2008. Dasar – dasar Pediatrik. Ed. 3. Jakarta: EGC.
Dwiendra R, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Balita dan Anak
Maryunani, A. Nurhayati. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta: Trans Info Media.
Moorhead, Sue., dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed. 5. United Kingdom:
Elsevier.
Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Ed.
Saifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sylviati, M. 2008. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.