Anda di halaman 1dari 9

JurnalJurnalKeperawatan Jiwa,Keperawatan VolumeVolume5 No51N, Halo 1 Hal1 - 91, Mei- 9, Mei 20172017ISSN 2338-2090

(Cetak)
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

HUBUNGAN KEMAMPUAN KARU DAN KATIM DALAM PENERAPAN MPKP JIWA


DENGAN HASIL ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI
Prastiwi Puji Rahayu1, Budi Anna Keliat2, Yossie Susanti Eka Putri2
1
RSJ Grhasia Yogyakarta
1
Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
prastiwipujirahayu@yahoo.com

ABSTRAK
Karu dan katim, di MPKP adalah manajer lini pertama yang secara langsung menangani pasien. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara kemampuan karu dan katim dalam menerapkan
MPKP dengan asuhan keperawatan pasien halusinasi. Desain penelitian menggunakan cross-sectional.
Pengumpulan data dengan kuesioner dan wawancara. Data dianalisis menggunakan korelasi Pearson.
Responden terdiri dari 18 karu dan katim, 35 pasien dengan halusinasi dan 15 keluarga. Hasil penelitian
menunjukkan kemampuan karu dan katim dalam pendekatan manajemen dan pemberian layanan rawat inap
mempunyai hubungan yang signifikan dengan pengurangan tanda dan gejala pasien (nilai p <0,05).
Kemampuan karu dan katim dalam asuhan keperawatan pasien mempunyai hubungan yang signifikan
dengan peningkatan kemampuan pasien (nilai p <0,05). Hasil studi ini direkomendasikan sebagai dasar untuk
meningkatkan MPKP.

Kata kunci: MPKP, karu, katim, halusinasi

CORRELATION BETWEEN NURSE UNIT MANAGER AND TEAM LEADER CAPABILITY


IN IMPLEMENTING PNPM WITH NURSING CARE OUTCOMES OF PATIENT WITH
HALLUCINATION

ABSTRACT
Nurse unit managerand team leader, in PNP Mare thefirstline managerswhodeal directlywith patients.
Theaim of the study was todetermine the relationof theabilityof the nurse unit manager and team leader in
implementing PNPMwithnursing careoutcomes of patient withhallucinations. Design of the research was
usedcross-sectional. The collection of data by questionnaires and interviews. Data were
analyzedusingPearson’s correlation. Respondents consisted of 18 nurse unit manager and team leader, 35
patients with hallucinations and 15 families. The result showedthe abilityof the nurse unit manager and team
leader in management approachandpatient care delivery significant relationship with reduction signs and
symptoms ofthe patients(p value<0.05). The abilityof the nurse unit manager and team leader in patient care
delivery significant relationship with increase in the ability ofpatients(p value<0.05). Results ofthe studyis
recommendedas a basisforimprovingthePNPM.

Keywords: PNPM, nurse lead manager, team leader, hallucination

PENDAHULUAN mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan


Kepala ruang (karu) merupakan jabatan yang yang menjadi tanggung jawabnya.
cukup penting dan strategis karena kemampuan
karu secara manajerial ikut menentukan Ketua tim (katim) berada di bawah karu, di mana
keberhasilan pelayanan keperawatan (Potter & fungsi katim juga sangat penting dalam pelayanan
Perry, 2010). Karu adalah manajer operasional, langsung terhadap asuhan keperawatan. Katim
merupakan pimpinan yang secara langsung adalah perawat profesional yang bertanggung
jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan

1
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 1, Hal 1 - 9, Mei 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
dalam pengambian keputusan tentang prioritas Setelah dilakukan self evaluasi yang pertama
perencanaan, supervisi dan evaluasi asuhan belum diketahui kemampuan karu dan katim
keperawatan (Sitorus & Panjaitan, 2011). dalam penerapan 4 pilar MPKP Jiwa. Oleh karena
Keberhasilan karu dan katim sangat tergantung itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
pada bagaimana kemampuannya dalam kemampuan karu dan katim dalam penerapan
mempengaruhi stafnya dalam pengelolaan MPKP.
kebutuhan keperawatan pada unit yang
dikelolanya. Seorang perawat pemimpin Keberlangsungan suatu program menjadi sangat
harusmenjadi agenperubahan, mampu mengenali penting ketika program tersebut dijalankan untuk
kebutuhan akan perubahan, mampu menciptakan memastikan bahwa pelayanan yang diberikan
lingkungan kerja yang positif dan menjadi peserta disediakan secara efektif dan seefisien mungkin
aktif dalam perubahan dan pelaksanaan perubahan (Martin, Currie, Finn, & McDonald, 2011).
(Hibberd & Smith, 2006 dalam Thiele, 2013). Hal Sustainability model adalah alat diagnostik untuk
ini menunjukkan bahwa peran karu dan katim mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu
menentukan keberhasilan dalam peningkatan perencanaan, implementasi, dan memprediksi
mutu pelayanan keperawatan profesional. kemungkinan keberlanjutan suatu program untuk
mempertahankan inisiatif perbaikanyang efektif
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan yang mengarah ke peningkatan kualitas di institusi
profesional telah dilakukan melalui kesehatan (Maher, Gustafson & Evans, 2007).
pengembangan model keperawatan profesional Keberlangsungan suatu program dapat dinilai
yaitu dalam bentuk Model Praktik Keperawatan berdasarkan tiga komponen yaitu proses, staf dan
Profesional (MPKP). MPKP Jiwa terdiri dari organisasi (Maher, Gustafson & Evans, 2007).
empat pilar nilai profesional yaitumanagement Konsep ini akan digunakan untuk melihat
approach, compensatoryreward, professional keberlangsungan MPKP.
relationship, dan patient care delivery (Keliat &
Akemat,2009). Dalam pelaksanaannya dibutuhkan METODE
peran kepala ruang dan ketua tim sebagai Metode penelitian ini adalah kuantitatif desain
pengelola ruang rawat namun juga berhubungan deskriptif korelasional pendekatan cross
langsung dengan pasien. sectional. Kemampuan karu dan katim dalam
Sistem pemberian asuhan keperawatan (patient penerapan MPKP Jiwa sebagai variabel
care delivery) merupakan pilar keempat MPKP. independen, sedangkan hasil asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan diberikan kepada pasien pada pasien dengan halusinasi sebagai variabel
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien dependen. Selanjutnya dilakukan wawancara
dan menyelesaikan masalah pasien (Keliat & untuk mendapatkan data triangulasi tentang
Akemat, 2009). Hasil penelitian Wardani, Keliat persepsi karu dan katim terhadap faktor
dan Mustikasari (2003) di RS Dr. H. Marzoeki keberlangsungan penerapan MPKP Jiwa dengan
Mahdi Bogor menunjukkan bahwa masalah menggunakan panduan NHS sustainability model
keperawatan terbanyak adalah halusinasi yang meliputi tiga faktor utama yaitu bagaimana
(26,37%). RSJ Grhasia pada bulan Januari-Juli proses, keterlibatan staf dan dukungan organisasi.
2012 terdapat 832 pasien dengan diagnosa Subjek penelitian adalah karu dan katim ruang
skizofrenia atau 91,12% (RM RI, 2012). Pasien rawat inap MPKP. Metode pengambilan sampel
skizofrenia yang dirawat inap merupakan pasien dengan total sampling yang memenuhi kriteria
lama (kambuhan) sebanyak 81,8% dan dengan inklusi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 18
gejala halusinasi. Berdasarkan data tersebut orang. Sumber data lain adalah pasien halusinasi
disimpulkan bahwa halusinasi merupakan masalah dan keluarga. Metode pengambilan sampel untuk
terbanyak dan dengan tingkat kekambuhannya pasien dengan menggunakan purposive sampling
juga tinggi sehingga memerlukan penanganan dan didapatkan sampel sebanyak 35 orang, dan
yang professional. untuk keluarga dengan accidental sampling dan
didapatkan keluarga sebanyak 15 orang dan telah
RSJ di Yogyakarta telah mengembangkan dan memenuhi kriteria inklusi. Wawancara dilakukan
menjalankan MPKP Jiwa sejak tahun 2005 secara terhadap karu dan katim untuk mendapatkan data
bertahap. Implementasi MPKP sudah berjalan 9 triangulasi tentang faktor keberlangsungan MPKP
tahun dan telah sekali melakukan self evaluasi yaitu sebanyak 8 partisipan dan telah memenuhi
dengan hasil kinerja karu dan katim dalam kriteria inklusi. Kuesioner yang digunakan ada 3
menerapkan MPKP dalam kategori kurang. yaitu kuesioner kemampuan karu katim dalam

2
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 1 Hal 1- 9, Mei 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
penerapan MPKP, kuesioner hasil asuhan pada saat pengambilan data adalah 26,37 hari (SD
pasien, dan kuesioner kemampuan keluarga 10,34).
merawat pasien halusinasi. Kuesioner telah Faktor predisposisi terbanyak adalah mengalami
dilakukan uji validitas menggunakan Pearson gangguan jiwa dimasa lalu (82,9%), penyebab
Product Moment dan uji reliabilitas menggunakan sakit pertama kali stress psikososial (48,6%), ada
Cronbach Alpha dengan hasil nilai reliabilitas anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
untuk kuesioner karu dan katim 0,982, kuesioner (42,9%), dan hampir semua pasien pertama kali
pasien 0,904, dan kuesioner keluarga 0,904. sakit berobat ke pelayanan kesehatan 94,2%.
Sedangkan untuk pengambilan data triangulasi Faktor presipitasi terbanyak dengan riwayat
dilakukan dengan menggunakan pedoman kurang berhasil dalam pengobatan sebelumnya
wawancara yang disusun meliputi proses sebanyak 62,9%, dan putus obat yaitu 54,3%.
pelaksanaan, staf, dan organisasi. Tanda dan gejala yang masih dialami
pasien halusinasi setelah dirawat selama
Analisis deskriptif untuk data kategorik dengan rata-rata 26,37 hari adalah 18,92% dan
distribusi frekuensi dan data numerik dengan kemampuan mengontrol halusinasi
central tendency. Analisis korelasional dengan mencapai 51,24%.
menggunakan pearson correlation, yaitu untuk Karakteristik keluarga yang merawat
mengetahui hubungan kemampuan karu dan katim pasien halusinas terbanyak adalah laki-
dalam penerapan MPKP dengan hasil asuhan laki (60%), pendidikan SLTA (66,67%),
keperawatan pasien halusinasi. menikah (80%), hubungan dengan pasien,
ada dua kategori yang sama banyak yaitu
HASIL orang tua dan saudara (46,7%). Keluarga
Kemampuan Karu dan Katim yang merawat rata-rata berumur 45,87
dalam tahun (SD 9,471). Kemampuan keluarga
Penerapan MPKP di RSJ Grhasia merawat anggota keluarga dengan
Karakteristik karu dan katim terbanyak adalah halusinasi mencapai 62,78%.
perempuan (66,67%), pendidikan D4
Keperawatan (72,2%), dengan rerata umur Hubungan Kemampuan Karu dan
41,11tahun (SD 4,837), dan rerata lama bekerja Katim dalam Penerapan MPKP Jiwa
16,44 tahun (SD 4,462). dengan Tanda dan Gejala,
Kemampuan karu dan katim dalam penerapan Kemampuan Pasien, serta Kemampuan
MPKP rata-rata secara keseluruhan adalah Keluarga
72,30%, dengan rata-rata pada pendekatan Hubungan kemampuan karu dan katim
manajemen adalah 72,42%, kompensasi dan dalam penerapan MPKP jiwa pada
penghargaan 59,38%, hubungan profesional pendekatan manajemen dan asuhan
75,29%, dan asuhan keperawatan pada pasien keperawatan berhubungan signifikan
halusinasi 82,07%. dengan tanda dan gejala halusinasi
(p<0,05). Kemampuan karu dan katim
Hasil Asuhan Keperawatan pada Pasien dalam memberikan asuhan keperawatan
Halusinasi dan Keluarga berhubungan signifikan dengan
Karakteristik pasien halusinasi terbanyak adalah peningkatan kemampuan pasien
perempuan (51,4%), pendidikan SLTA (57,1%), halusinasi (r=0,583, p<0,05) (tabel 1).
tidak bekerja (71,4%), tidak menikah (57,1%).
Rerata umur pasien halusinasi adalah 35,83 tahun
dan rerata lama pasien dirawat dari masuk sampai
Tabel 1

Hubungan Kemampuan Karu dan Katim dalam Penerapan MPKP Jiwa dengan Hasil Asuhan Keperawatan
pada Pasien Halusinasi

Penerapan MPKP Hasil Asuhan Keperawatan Nilai r p value*


**
Tanda dan gejala halusinasi 0,446
0,007
Pendekatan manajemen
Kemampuan pasien 0,047 0,790

3
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 1, Hal 1 - 9, Mei 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Tanda dan gejala halusinasi 0,215 0,215
Hubungan profesional
Kemampuan pasien 0,035 0,842
Tanda dan gejala halusinasi 0,015 0,932
Kompensasi penghargaan
Kemampuan pasien 0,050 0,775
**
Tanda dan gejala halusinasi 0,485
Asuhan keperawatan pasien 0,006
halusinasi Kemampuan pasien 0,583 **
0,011
Hubungan kemampuan karu katim dalam dengan kemampuan keluarga merawat anggota penerapan MPKP
Jiwa pada semua pilar keluarga dengan halusinasi (p>0,05) (tabel 2).
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan
Tabel 2
Hubungan Kemampuan Karu dan Katim dalam Penerapan MPKP Jiwa dengan Kemampuan Keluarga
Merawat Halusinasi
Penerapan MPKP Kemampuan Keluarga Nilai r p value*
Pendekatan manajemen Merawat keluarga dengan halusinasi 0,397 0,143
Hubungan profesional Merawat keluarga dengan halusinasi 0,295 0,285
Kompensasi penghargaan Merawat keluarga dengan halusinasi 0,125 0,656
Asuhan keperawatan
Merawat keluarga dengan halusinasi 0,343 0,210
pasien halusinasi
Hubungan kemampuan keluarga dengan tanda signifikan dengan tanda dan gejala halusinasi
dan gejala serta kemampuan pasien dan kemampuan pasien mengontrol halusinasi
mengontrol halusinasi (p>0,05) (tabel 3).
Hubungan kemampuan keluargamerawat anggota
keluarga menunjukkan tidak ada hubungan yang
Tabel 3
Hubungan Kemampuan Keluarga dengan Tanda dan Gejala Halusinasi Serta Kemampuan Pasien di RSJ di
DIY
Kemampuan Keluarga Pasien Halusinasi Nilai r p value*
Merawat keluarga dengan Tanda dan gejala halusinasi 0,163 0,562
halusinasi Mengontrol halusinasi -0,160 0,570
Hasil wawancara dengan karu dan katim tentang terstruktur. Berdasarkan keterlibatan staf
keberlangsungan penerapan MPKP berdasarkan partisipan menilai bahwa dengan MPKP sudah
faktor proses, staf dan organisasi, peneliti banyak pelatihan yang diselenggarakan oleh
menyimpulkan ada dua isu penting yang diangkat rumah sakit yang diikuti oleh staf sesuai
oleh partisipan yaitu adanya persepsi positif karu kompetensi sehingga staf mempunyai kesempatan
dan katim terhadap MPKP dan adanya kelemahan untuk mengembangkan diri sesuai kemampuan
dalam penerapan MPKP. Persepsi positif karu dan dan kompetensi yang dimiliki. Berdasarkan
katim terhadap MPKP yaitu secara proses organisasi yaitu bahwa infrastruktur berupa sarana
partisipan mengungkapkan bahwa MPKP dan prasarana serta infrastruktur nonfisik berupa
bermanfaat untuk perawat, pasien, keluarga, ketersediaan tenga dirasakan telah mencukupi
diantaranya perawat mempunyai perencanaan serta MPKP sejalan dengan visi RS.
yang jelas apa yang akan dilakukan, kompetensi
perawat meningkat, pasien menjadi lebih cepat Karu dan katim dalam penerapan MPKP
mengenali dan mampu mengatasi masalahnya. menyatakan bahwa ada hal yang melemahkan
Secara proses dikatakan juga bahwa kegiatan yang dalam penerapan MPKP Jiwa yaitu kurangnya
ada di MPKP dapat diterima/diadapatasi dan supervisi, monitoring dan evaluasi seperti yang
dilaksakan oleh semua staf perawat (adaptability), diungkapkan oleh partisipan bahwa pelaksanaan
dan MPKP ini akan berjalan dengan baik bila MPKP seperti hanya dibiarkan berjalan tanpa
dilakukan supervisi, monitoring dan evaluasi yang adanya evaluasi sampai sejauh mana

4
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 1 Hal 1- 9, Mei 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
pelaksanaannya, apa yang sudah dilakukan, apa tindakan keperawatan CBT. Hal ini didukung oleh
hambatannya dan sebagainya. Selain itu partisipan penelitian Wahyuni, Keliat, dan Nasution (2010)
juga menilai kurangnya kesinambungan asuhan didapatkan bahwa halusinasi menurun secara
keperawatan karena belum adanya pembagian bermakna pada kelompok yang mendapat CBT.
pengelolaan pasien, serta beban kerja perawat Penelitian lain oleh Sudiatmika, Keliat, dan
yang tinggi seperti diantaranya beberapa Wardani (2011) didapatkan bahwa pada klien
partisipan yang harus terlibat dalam kegiatan yang mendapatkan terapi CBT dan REBT
rumah sakit diluar keperawatan. Kelemahan yang mengalami penurunan gejala perilaku kekerasan
berkaitan dengan keterlibatan staf yaitu sudah dan halusinasi lebih besar dan kemampuan afektif
banyak perawat yang terlatih namun dalam dan perilaku meningkat secara bermakna.
pelaksanaannya kurang optimal. Partisipan
menilai kurang optimal diantaranya karena Kemampuan keluarga Merawat Pasien
kurangnya penghargaan terhadap keberhasilan Halusinasi
yang telah dicapai dan dukungan dari bidang Hasil penelitian menunjukkan dengan kemampuan
perawatan juga masih kurang. yang dimiliki karu dan katim dalam penerapan
MPKP kemampuan keluarga merawat pasien
PEMBAHASAN dengan halusinasidan dengan jumlah kunjungan
Kemampuan Karu dan Katim dalam yang cukup rendah (diketahui dari selama peneliti
Penerapan MPKP Jiwa melakukan pengambilan data hanya menemukan
Kemampuan karu dan katim setelah 9 tahun 10 keluarga yang berkunjung) mencapai 62,78%.
menerapkan MPKP belum optimal dilakukan, Penelitian Utami, Keliat, dan Gayatri (2008)
ditunjukkan dari hasil secara keseluruhan adalah tentang pembentukan kelompok swabantu
72,30%, dimana pada pilar pendekatan berdampak secara bermakna pada peningkatan
manajemen adalah 72,43%, kompensasi kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga
penghargaan 59,38%, hubungan profesional dalam merawat pasien gangguan jiwa. Penelitian
adalah 75,29%, dan asuhan keperawatan adalah lain yang dilakukan oleh Hernawaty, Keliat, dan
82,07%. Penelitian yang dilakukan Setiawan, Kuntarti (2009) menunjukkan bahwa
Keliat, Rustina, dan Prasetyo (2014) didapatkan pembentukan kelompok suportif keluarga
bahwa dengan pemberian model supervisi meningkatkan kemampuan keluarga secara
educative, supportive, dan administrative cycle bermakna dalam merawat klien di rumah. Selain
(ESA-C) mampu meningkatkan kinerja perawat itu untuk meningkatkan kemampuan keluarga
seara signifikan yaitu pada ketrampilan teknis dapat dilakukan juga dengan pemberian
sebesar 2%, pemberian edukasi 9%, pemberian pendidikan kesehatan. Hal ini sesuai dengan
dukungan emosional kepada pasien 14%, penelitian Jalil, Keliat, dan Pujasari (2013) bahwa
pemberian bantuan bagi pasien dan keluarga 21%. intervensi TPK dan PEP dapat meningkatkan
insight sebesar 8,741 poin dan efikasi diri
Tanda dan Gejala serta Kemampuan Pasien 11,522%.
Halusinasi
Penelitian ini menemukan bahwa dengan Hubungan Kemampuan Karu dan Katim
kemampuan yang dimiliki karu dan katim dalam dalam Penerapan MPKP Jiwa dengan Tanda
menerapkan MPKP didapatkan bahwa tanda dan dan Gejala Pasien Halusinasi serta
gejala pasien halusinasi setelah dirawat rata-rata Kemampuan Pasien
26,37 hari masih 18,92% dan kemampuan Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kemampuan
mengontrol adalah 51,24%. Hal ini didukung oleh karu dan katim dalam penerapan pendekatan
penelitian yang dilakukan Carolina, Keliat, dan manajemen berhubungan secara signifikan dengan
Sabri (2008) tentang pengaruh penerapan SAK tanda dan gejala pasien halusinasi dan tidak ada
halusinasi didapatkan bahwa ada peningkatan hubungan yang signifikan antara kemampuan karu
kemampuan kognitif dan psikomotor yang dan katim dalam hubungan profesional dengan
bermakna terhadap kemampuan mengontrol tanda dan gejala pasien. Hal ini didukung juga
halusinasi dan penurunan intensitas tanda dan dari hasil wawancara didapatkan bahwa
gejala halusinasi secara bermakna setelah pasien masingmasing karu dan katim telah menjalankan
dirawat oleh perawat yang telah dilatih. tugasnya sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya namun untuk kegiatan perencanaan,
Penelitian lain juga membuktikan bahwa tanda pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
dan gejala dapat diturunkan dengan memberikan dirasakan masih belum optimal,

5
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 1, Hal 1 - 9, Mei 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
sepertiperencanaan tahunan yang lebih fokus psikomotor yang bermakna terhadap kemampuan
terhadap perencanaan kebutuhan barang, sarana mengontrol halusinasi dan penurunan intensitas
prasarana dan fasilitas, sedangkan rencana harian tanda dan gejala halusinasi secara bermakna
yang memuat tentang asuhan keperawatan belum setelah pasien dirawat oleh perawat yang telah
semuanya membuat. dilatih.Penelitian serupa dilakukan oleh Syafrini,
Keliat, dan Putri (2014) kepada pasien isolasi
Kegiatan lain yang belum dilakukan adalah pre sosial, didapatkan bahwa ada hubungan yang
dan post conference, ronde keperawatan, dan signifikan antara implementasi asuhan
sebagian besar ruangan melaksanakan case keperawatan isolasi sosial dengan tanda dan gejala
conference masih bersifat insidentil. Berdasarkan pasien isolasi sosial.
hasil penelitian Sirait, Allenidekania, dan
Nasution (2012) ditemukan bahwa terdapat Hubungan Kemampuan Karu dan Katim
hubungan yang bermakna antara penerapan dalam Penerapan MPKP Jiwa dengan
MPKP Pemula dengan kepuasan kerja perawat Kemampuan Keluarga Merawat Pasien
dengan subvariabel pendekatan manajemen dan Halusinasi
hubungan profesional merupakan faktor yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
paling dominan dalam penerapan MPKP Pemula hubungan yang signifikan antara kemampuan karu
terhadap tingkat kepuasan kerja perawat. dan katim dalam penerapan MPKP Jiwa dengan
kemampuan keluarga.Kemampuan karu dan katim
Perencanaan mempunyai peranan penting dalam dalam penerapan MPKP Jiwa belum dapt
keseluruhan proses manajemen (Gillies, 1994). membantu peningkatan kemampuan keluarga
Perencanaan sebagai fungsi pertama dari diantaranya dapat dilihat bahwa selama peneliti
manajemen yang juga merupakan kegiatan berada di rumah sakit dalam waktu 10 hari
pertama dari pilar pendekatan manajemen. ratarata pasien mendapat kunjungan satu kali dari
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan bergantung pihak keluarga, bahkan terkadang yang datang
dari rencana yang telah dibuat dan disusun dengan adalah bukan caregivernya namun tetangganya
baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian atau saudara jauh.. Hal ini tentu berdampak juga
Syaifudin, hariyati, dan Handiyani (2012) tentang terhadap tindakan pendidikan kesehatan yang
efektifitas rencana harian terhadap kinerja kepala akan diberikan kepada keluarga. Perawat tidak
ruang didapatkan terdapat pengaruh yang dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada
sempurna perencanaan harian terhadapkinerja keluarga karena jarangnya berkunjung. Hal ini
harian kepala ruang (r=1,00, α=0,05). bertentangan dengan pernyataan beberapa katim
bahwa selama proses pemberian asuhan
Penelitian ini juga didapatkan terdapat hubungan keperawatan pelibatan keluarga sangat
yang signifikan antara asuhan keperawatan diperhatikan karena keluarga merupakan sistem
dengan tanda dan gejala pasien halusinasi dan pendukung pasien. Penelitian yang dilakukan oleh
kemampuan pasien. Hal ini didukung dari hasil Fajarwati, Ilyas, dan Anggaraini (2013)
wawancara menyatakan bahwa sebagian besar didapatkan terdapat hubungan yang bermakna
karu dan katim telah melaksanakan tahap-tahap antara kunjungan keluarga terhadap kekambuhan
proses keperawatan dari mulai pengkajian sampai klien gangguan jiwa. Oleh karena itu untuk
evaluasi dengan tetap memperhatikan kemampuan meningkatkan kemampuan keluarga merawat
pasien dan 5 orang katim menyatakan asuhan pasien diantaranya dengan meningkatkan jumlah
keperawatan yang diberikan kepada pasien secara kunjungan keluarga.
intensif mulai dari pengkajian sampai evaluasi
dapat mempercepat kesembuhan pasien, pasien Hubungan Kemampuan Keluarga dengan
lebih cepat mengenali masalahnya dan dapat Tanda dan Gejala Pasien Halusinasi dan
meningkatkan kemampuan pasien dalam Kemampuan Pasien Halusinasi
mengontrol halusinasinya. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada
hubungan antara kemampuan keluarga dengan
Tindakan keperawatan pada pasien halusinasi tanda dan gejala pasien halusinasi dan
dilakukan dengan menggunakan standar asuhan kemampuan pasien mengontrol halusinasi. Stuart
keperawatan sesuai yang telah ditetapkan. (2013) bahwa salah satu faktor predisposisi
penerapan standar asuhan keperawatan. Penelitian terjadinya skizofrenia dari psikologis yaitu
Carolina, Keliat, dan Sabri (2008) didapatkan keluarga, pengasuh dan lingkungan pasien sangat
bahwa ada peningkatan kemampuan kognitif dan mempengaruhi respon dan kondisi psikologis

6
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 1 Hal 1- 9, Mei 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
pasien. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan Hal ini juga tampak dari karakteristik pasien
keluarga adalah sebagai sumber penyebab berdasarkan faktor presipitasididapatkan bahwa
maupun pencetus untuk terjadinya gangguan jiwa, putus obat merupakan faktor paling dominan.
seperti adanya konflik yang berkepanjangan Ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan
dalam keluarga, pola asuh yang diterapkan di masalah yang banyak dialami oleh pasien
keluarga. Sebagaimana hasil penelitian Anwar dan skizofrenia. Berbagai alasan dikemukakan oleh
Amelia (2013) bahwa terdapat beberapa hal yang pasien diantaranya bosan minum obat, sudah
menjadi peyebab relaps pada pasien skizofrenia merasa sembuh sehingga tidak perlu obat lagi,
yaitu faktor ekonomi, ketidakpatuhan pasien pada malu karena harus minum obat terus menerus,
pengobatan, mendapat perlakuan kasar dan takut efek samping minum obat yaitu mengantuk
pertengkaran yang terus menerus dengan saudara sehingga tidak bisa beraktifitas. Keluarga sebagai
kandung, konflik yang berkepanjangan dengan caregiver di rumah menghadapi berbagai
istri, dan emosi (marah) yang diekspresikan secara hambatan dan menanggung beban dalam merawat
berlebihan oleh keluarga. pasien yang tidak patuh.

Salah satu teori yang menyebabkan gejala SIMPULAN DAN SARAN


halusinasi adalah kelainan dari regulasi dopamine,
sehingga pengobatan yang bersifat antagonis Simpulan
dopamine akan menurunkan gejala pasien Penelitian ini telah mengidentifikasi kemampuan
(Sadock & Sadock, 2010). Pengobatan berfokus karu dan katim dalam penerapan MPKP jiwa
pada mengurangi gejala psikosis dengan cepat dalam kategori cukup. Hasil penelitian ini
pada fase akut dan memperpanjang masa relaps menemukan terdapat hubungan yang signifikan
dan mencegah pengulangan gejala yang lebih antara kemampuan karu dan katim dalam
buruk. Pengobatan antipsikotik ini harus pelaksanaan MPKP Jiwa pada pendekatan
dilakukan minimal dalam waktu 1 tahun untuk manajemen dan asuhan keperawatan dengan tanda
mencegah terulangnya gejala psikosis (halusinasi, dan gejala pasien, serta ada hubungan yang
ilusi dan delusi) (Fenton, Blyler, & Heinsenn, signifikan antara kemampuan karu dan katim
1997). Keluarga dalam hal ini mempunyai fungsi dalam pelaksanaan MPKP Jiwa pada pilar asuhan
dalam pengawasan dalam minum obat, namun keperawatan dengan kemampuan pasien. Selain
yang terjadi kebanyakan keluarga mengeluhkan itu diketahui juga dengan kemampuan yang
sulitnya memotivasi pasien untuk rutin minum dimiliki karu dan katim tersebut ternyata masih
obat. belum optimal berpengaruh terhadap tanda dan
gejala, kemampuan pasien, dan kemampuan
Keluarga adalah sistem pendukung bagi pasien. keluarga pasien halusinasi.
Adanya anggota keluarga yang mengalami
halusinasi dapat menjadi stresor bagi keluarga. Hubungan kemampuan keluarga dengan tanda dan
gejala pasien serta dengan kemampuan pasien
Penelitian yang dilakukan Mamnu’ah, Hamid, dan tidak berhubungan secara signifikan hal ini
Wiarsih (2008) menggambarkan bahwa banyak disebabkan oleh berbagai faktor
pengalaman stress beragam dan pilihan diantaranya pengetahuan keluarga, ketidakpatuhan
penggunaan strategi koping yang digunakan pasien itu sendiri terhadap pengobatan sehingga
keluarga selama merawat pasien halusinasi juga mengakibatkan tingginya kejadian relaps. Untuk
sangat bervariasi, diantaranya tidak mengajak meningkatkan kemampuan keluarga dalam
berbicara, menyembunyikan pasien bila ada merawat pasien diantaranya dengan meningkatkan
keluarga datang, tidak ada komunikasi, takut kunjungan keluarga sehingga pendidikan
karena kalau diajak bicara marah. kesehatan yang diberikan oleh perawat dapat lebih
intensif.
Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara kemampuan Saran
keluarga dengan kemampuan pasien. Penelitian Untuk meningkatkan kemampuan karu dan katim
Wardani, Hamid, dan Wiarsih (2009) didapatkan dan meningkatkan hasil asuhan keperawatan perlu
gambaran fenomena ketidakpatuhan merupakan dilakukan diantaranya pengoptimalan kegiatan
cerminan terputusnya continuity of care akibat supervisi, diperlukan tindakan keperawatan
ketidakmampuan pasien dan keluarga spesialis, meningkatkan jumlah kunjungan
mempertahankan kepatuhan terhadap pengobatan. keluarga. Oleh karena itu untuk penelitian

7
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 1, Hal 1 - 9, Mei 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
lanjutan yang dapat dilakukan dengan metodologi EGC
kuantitatif untuk penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh supervisi terhadap kemampuan karu dan Maher, L,. Gustafson, D,. Evans, A. (2007).
katim dalam penerapan MPKP Jiwa dalam asuhan Sustainability Model and Guide. NHS
keperawatan pada pasien halusinasi. Institute for Innovation and Improvement.
URL www.institute.nhs.uk/sustainability
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, DZ,. Anwar,Z. (2013). Relaps Pada Mamnu’ah. Hamid, AY,. Wiarsih, W,. (2008).
Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Psikologi Pengalaman Stres dan Strategi Koping
Terapan Fakultas Psikologi Universitas Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang
Muhammadiyah Malang, ISSN: 2301-8267 Mengalami Halusinasi di Yogyakarta:
Vol 01, No. 01, Januari 2013 Studi fenomenologi. FIK UI. Tesis.

Carolina. Keliat, B,A,. Sabri, L,. (2008). Martin, G,P,. Currie, G,. Finn, R,. McDonald, R,.
Pengaruh Penerapan Standar Asuhan (2011). The Medium-Term Sustainability
Keperawatan Halusinasi terhadap Of Organizational Innovations In The
Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi National Health Service. Implementation
di RS Jiwa Dr. Soeharoto Herdjan Jakarta. Science.
FIK UI. Tesis. Tidak dipublikasikan 6:19
http://www.implementationscience.com/co
Fajarwati,K,. Ilyas,M,. Anggriani,S,. (2013). ntent/6/1/19. BioMed Central Ltd. Open
Hubungan Kunjungan Keluarga terhadap Access
Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di
Ruang Intermediate Rumah Sakit Khusus Potter, P.A,. Perry, A.G,. (2010). Fundamental of
Provinsi Sulawesi Selatan. Volume 3 Nursing. 7th ed. St. Louis : Mosby Year
Nomor 1 Tahun 2013 ISSN 2302-1721 Book

Fenton, W. S., Blyler, C. R., & Heinssen, R. K. Sadock, B. S., & Sadock, V. A. (2010). Kaplan
(1997). Determinants of and Sadock's Pocket Handbook of Clinical
Medication Psychiatry. Philadelphia: Lippincott
Compliance in Schizophrenia: Emirical Williams and Wilkins
and Clinical Findings Schizophrenia.
Bulletin Setiawan, A,. Keliat, BA,. Rustina, Y,. Prasetyo,
S,. Efektifitas Model Supervisi Klinik Siklus
Gillies, D.,A. (1994). Nursing Management A Edukatif, Supportif dan Administratif
System Approach, Third Edition. W.B (ESAC) dalam Meningkatkan Kinerja
Saunders Company Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum
Tipe B Jawa Barat. FIK UI.Disertasi
Hernawaty, T,. Keliat, BA,. Kuntarti. (2009).
Pengaruh Terapi Supportif Keluarga Sirait, Y. Allenidekania. Nasution, Y. (2012)
terhadap Kemampuan Keluarga Merawat tentang Hubungan Penerapan MPKP
Klien Gangguan Jiwa di Kelurahan Pemula dengan Tingkat Kepuasan Kerja
Bubulak Bogor Barat. Jakarta UI. Tesis. Perawat dan Dokter Pada Ruangan MPKP
Tidak dipublikasikan Pemula di RS PGI Cikini Jakarta. Tesis.
Tidak dipublikasikan
Jalil, A,. Keliat, BA,. Puasari, H,. (2013).
Pengaruh Terapi Penerimaan dan Sitorus, R., Panjaitan, R. (2011). Manajemen
Komitmen (TPK) dan Program Edukasi Kerawatan: Manajemen Keperawatan di
Keluarga (PEP) terhadap Insight dan Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto
Efikasi Diri Klien Skizofrenia di Ruang
Rawat Inap RSJ Prof. Dr. Soeroyo Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of
Magelang. Jakarta UI. Tesis. Tidak Psychiatric Nursing. 9th edition. St. Louis:
dipublikasikan Mosby

Keliat, BA,. Akemat,. (2009). Model Praktik


Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
8
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 1 Hal 1- 9, Mei 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Sudiatmika, IK,. Keliat, BA,. Wardani, IY,. Faktor Penyebab Ketidakpatuhan
(2011). Efektifitas CBT dan REBT terhadap Pasien Skizofrenia dalam Mengikuti
klien dengan perilaku social dan halusinasi Regimen Terapeutik Pengobatan. Jurnal
di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Keperawatan Indonesia, Vol. 15, No. 1
Bogor. Jakarta. UI. Tesis. Tidak (2012)
dipublikasikan

Syafrini, Keliat, B.A,. Putri, Y,S,E,. (2014).


Sustainability Implementasi Asuhan
Keperawatan pada Pasien Isolasi Sosial di
Ruang MPKP di RSJ Jambi. Jakarta:
Universitas Indonesia. Tesis. Tidak
dipublikasikan

Syaifudin, A,. Hariyati, T.S,. Handiyani, H,.


(2012). Efektifitas Perencanaan Harian
terhadap Kinerja Harian Kepala Ruang di
Ruang Rawat Inap RS Tugu Ibu Depok.
Jakarta : Universias Indonesia. Tesis. Tidak
dipublikasikan

Thiele, T,. (2013). The Role of Nurse Leaders in


the SSustainability of Change. Thesis.
Faculty of Nursing : University of Manitoba

Utami, TW,. Keliat, BA,. Gayatri, D,. (2008).


Pengaruh Self Help Group terhadap
Kemampuan Keluarga dalam Merawat
Klien Gangguan Jiwa di Kelurahan
Sindangbarang Bogor. Jakarta. UI. Tesis.
Tidak dipublikasikan Tidak dipublikasikan

Wahyuni, SE,. Keliat, BA,. Nasution, Y,. (2010).


Pengaruh CBT terhadap Halusinasi di
Rumah Sakit Jiwa Pempropsu Medan.
Jakarta. UI. Tesis. Tidak dipublikasikan

Wahyuni, S,.(2007). Analisis Kompetensi Kepala


Ruang Dalam Pelaksanaan Standar
Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perawat
Dalam Mengimplementasikan Model
Praktik Keperawatan Profesional Di
Instalasi Rawat Inap BRSUD
Banjarnegara. UNDIP Semarang. Tesis.
Tidak dipublikasikan

Wardani, I.,Y. Keliat, B.,A. Mustikasari. (2001)


Karakteristik Pasien yang Dirawat di Ruang
MPKP Rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor. FIK UI. Tidak
Dipublikasikan

Wardani, I.Y,. Hamid, A.Y,. Wiarsih, W,. Susanti,


H,.(2009). Dukungan Keluarga:

Anda mungkin juga menyukai