Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya, sehingga tugas pembuatan makalah mata kuliah konsep dasar keperawatan
tentang “Evidence Based Practice Dalam Penatalaksanaan Masalah Pada Kasus Kritis
Berbagai Sistem” dapat terselesaikan sesuai batas waktu yang telah ditetapkan.
Pembuatan makalah ini disusun sebagai salah satu wujud tugas kami dalam menempuh
pembelajaran di semester ganjil ini. Didalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan
banyak terimakasih atas dukungan moral maupun materi kepada pihak-pihak yang terlibat
terutama kepada semua pihak yang berperan aktif dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena dalam penyusunan kami
masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk bisa
memperbaiki kekurangan di makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
A. Kesimpulan......................................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane menegaskan
perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah (scientific
evidence). Sejak itu berbagai istilah digunakan terkait dengan evidence base,
diantaranya evidence base medicine (EBM), evidence base nursing (EBN), dan
evidence base practice (EBP). Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya
untuk mengambil keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid.
Oleh karena itu EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil penelitian ke
dalam praktek sehingga perawat dapat meningkatkan “quality of care” terhadap
pasien. Selain itu implementasi EBP juga akan menurunkan biaya perawatan yang
memberi dampak positif tidak hanya bagi pasien, perawat, tapi juga bagi institusi
pelayanan kesehatan. Sayangnya penggunaan bukti-bukti riset sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan klinis seperti seorang bayi yang masih berada dalam tahap
pertumbuhan.
Evidence-Based Practice (EBP), merupakan pendekatan yang dapat digunakan
dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence atau fakta. Selama ini,
khususnya dalam keperawatan, seringkali ditemui praktik-praktik atau intervensi yang
berdasarkan “biasanya juga begitu”. Sebagai contoh, penerapan kompres dingin dan
alkohol bath masih sering digunakan tidak hanya oleh masyarakat awam tetapi juga
oleh petugas kesehatan, dengan asumsi dapat menurunkan suhu tubuh lebih cepat,
sedangkan penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penggunaan kompres hangat dan
teknik tepid sponge meningkatkan efektifitas penggunaan kompres dalam
menurunkan suhu tubuh.
Jantung adalah organ muskular (berotot) pada rongga toraks yang memompa
darah melalui pembuluh darah pada tubuh. Organ ini terdiri dari 4 ruang, yaitu: 2
atrium dan 2 ventrikel. Jantung juga terbagi menjadi 2 bagian, jantung kanan dan kiri.
Masing-masing bagian memiliki 1 atrium dan 1 ventrikel.
Septum interventricularis adalah sekat antara ventrikel kanan dan kiri. Septum
interatrialis adalah sekat antara atrium kanan dan kiri. Jantung dan pembuluh
darah membentuk sistem organ yaitu: sistem kardiovaskular.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian atau Evidence Based Practice?
2. Bagaimana tingkat dan hierarki dalam penerapan?
3. Bagaimana evidence based practice dengan decision making?
4. Bagaimana Model Implmentasi Evidence Based Practice?
5. Bagaimana Pengkajian dan Alat dalam EBP?
6. Bagaimana Langkah-langkah dalam EBP?
7. Bagaimana Pelaksanaan EBP Pada Keperawatan?
8. Bagaimana Hambatan Pelaksanaan EBP Pada Keperawatan?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menjelaskan dan menelaah situasi tentang
Evidence Based Practice di tatanan klinis keperawatan.
1. Memahami pengertian atau Evidence Based Practice?
2. Memahami tingkat dan hierarki dalam penerapan?
3. Memahami evidence based practice dengan decision making?
4. Memahami Model Implmentasi Evidence Based Practice?
5. Memahami Pengkajian dan Alat dalam EBP?
6. Memahami Langkah-langkah dalam EBP?
7. Memahami Pelaksanaan EBP Pada Keperawatan?
8. Memahami Hambatan Pelaksanaan EBP Pada Keperawatan?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada dekade ini untuk
membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi,
public health, konseling dan profesi kesehatan dan sosial lainnya (Briggs &
Rzepnicki, 2004; Brownson et al., 2002; Sackett et al., 2000).
Menurut (Goode & Piedalue, 1999) : Praktik klinis berdasarkan bukti
melibatkan temuan pengetahuan dari penelitian, review atau tinjauan kritis. EBP
didefinisikan sebagai intervensi dalam perawatan kesehatan yang berdasarkan pada
fakta terbaik yang didapatkan. EBP merupakan proses yang panjang, adanya fakta dan
produk hasil yang membutuhkan evaluasi berdasarkan hasil penerapan pada praktek
lapangan.
EBP merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk pengambilan
keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di dalamnya adalah
ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan bukti-bukti nyata yang
baik (pasien dan praktisi). EBP dapat dipengaruh oleh faktor internal dan external
serta memaksa untuk berpikir kritis dalam penerapan pelayanan secara bijaksana
terhadadap pelayanan pasien individu, kelompok atau system (newhouse, dearholt,
poe, pough, & white, 2005).
Clinical Based Evidence atau Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan
yang teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti (berbasis bukti) yang
berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun
pengambilan keputusan dalam proses perawatan (Titler, 2008). EBP merupakan salah
satu perkembangan yang penting pada dekade ini untuk membantu sebuah profesi,
termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi, public health, konseling dan
profesi kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki, 2004; Brownson et al.,
2002; Sackett et al., 2000).
EBP menyebabkan terjadinya perubahan besar pada literatur, merupakan proses
yang panjang dan merupakan aplikasi berdasarkan fakta terbaik untuk pengembangan
dan peningkatan pada praktek lapangan. Pencetus dalam penggunaan fakta menjadi
pedoman pelaksanaan praktek dalam memutuskan untuk mengintegrasikan keahlian
klinikal individu dengan fakta yang terbaik berdasarkan penelitian sistematik.
Beberapa ahli telah mendefinisikan EBP dalam keperawatan sebagai :
1. Penggabungan bukti yang diperoleh dari hasil penelitian dan praktek klinis
ditambah dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan klinis (Mulhall, 1998).
2. Penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian secara
teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang pemberian asuhan
keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut (Ingersoll G,
2000).
PENYAKIT KRITIS
A. Definisi
Sakit kritis merupakan suatu kondisi atau suatu penyakit dimana kematian
adalah sangat mungkin (possible) atau mengancam jiwa (impending).Pasien sakit
kritis adalah pasien yang mengalami disfungsi atau kegagalan dari satu atau lebih
organ/sistem organ yang kelangsungan hidupnya bergantung pada perawatan dan
pemantauan dengan peralatan canggih. Unit rawat intensif (ICU) adalah bagian
khusus di rumah sakit yang menyediakan perawatan dan pengawasan yang intensif,
komprehensif dan berkesinambungan untuk pasien sakit kritis.
B. Congestive Heart Failure (CHF)
1. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh jaringan dan keadaan
patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan
darah untuk metabolisme jaringan (Ardiansyah, M, 2017).
CHF adalah sindrom yang ditandai oleh disfungsi salah satu atau kedua paru
dan vena sistemik sehingga asupan oksigen ke jaringan perifer kurang baik pada saat
relaks atau selama stressor berlangsung, yang disebabkan oleh ketidakmampuan
jantung menjalankan fungsinya (HFSA, 2020)
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan
ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke
seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya
mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang
melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering
merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan
cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya
sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2018).
2. Anatomi Fisiologi
Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi jantung
secara umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini adalah kaitannya
dengan sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung bekerja untuk dan dalam
rangka memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh kita. Jantung adalah sebuah
pompa yang memiliki empat bilik. Dua bilik yang terletak di atas disebut Atrium,
dan dua yang di bawah disebut Ventrikel (Tortora, 2012).
Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan yang
bertugas memompa darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas memompa
darah ke seluruh tubuh manusia (Tortora, 2012).
1) Ukuran, Posisi atau letak Jantung Ukuran jantung manusia mendekati ukuran
kepalan tangannya atau deng an ukuran panjang kira-kira 5″ (12 cm) dan lebar sekitar
3,5″ (9 cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang
mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma.
Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung
berada disebelah kanan dari midline sternum, 2/3 nya disebelah kiri dari
midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau
tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.
5) Ruang Jantung Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan
ventrikel yang masing-masing dari ruang jantung 13 tersebut dibagi menjadi
dua yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kiri dan kanan.
a) Atrium Berikut fungsi dari masing-masing atrium jantung yaitu:
(1) Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava
superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung
sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke
paru. Atrium kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui vena kava
superior (kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada
lebih rendah). Simpul sinoatrial mengirimkan impuls yang menyebabkan
jaringan otot jantung dari atrium berkontraksi dengan cara yang terkoordinasi
seperti gelombang. Katup trikuspid yang memisahkan atrium kanan dari
ventrikel kanan, akan terbuka untuk membiarkan darah deoksigen
dikumpulkan di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan
(2) Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4
buah vena pulmonalis. 14 Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan
selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Atrium kiri menerima darah
beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-paru. Sebagai kontraksi dipicu
oleh node sinoatrial kemajuan melalui atrium, darah melewati katup mitral ke
ventrikel kiri
b) Ventrikel Berikut adalah fungsi ventrikel yaitu :
(1) Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke
paru-paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kanan menerima darah
deoksigen sebagai kontrak atrium kanan. Katup paru menuju ke arteri paru
tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah
ventrikel penuh, mereka kontrak. Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup
katup trikuspid dan katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah
darah dari dukungan ke atrium kanan dan pembukaan katup paru
memungkinkan darah mengalir ke arteri pulmonalis menuju paru-paru.
(2) Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh
tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung oksigen
sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati katup 15 mitral ke ventrikel kiri.
Katup aorta menuju aorta tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel
dengan darah. Setelah ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak
ventrikel kiri, menutup katup mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup
mitral mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri dan pembukaan katup
aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh
6) Pembuluh darah besar jantung Ada beberapa pembuluh besar yang perlu
anda ketahui, yaitu:
a) Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
b) Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
c) Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah
kotor dari jantung sendiri.
d) Pulmonary Trunk, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah
kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis 16
e) Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
f) Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
g) Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah
bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung
jawab dengan organ tubuh bagian atas.
h) Desending Aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
7) Arteri Koroner Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab dengan
jantung sendiri, karena darah bersih yang kaya akan oksigen dan elektrolit
sangat penting sekali agar jantung bisa bekerja sebagaimana fungsinya.
Apabila arteri koroner mengalami pengurangan suplainya ke jantung atau
yang di sebut dengan ischemia, ini akan menyebabkan terganggunya fungsi
jantung sebagaimana mestinya. Apalagi arteri koroner mengalami sumbatan
total atau yang disebut dengan serangan jantung mendadak atau miokardiac
infarction dan bisa menyebabkan kematian. Begitupun 17 apabila otot jantung
dibiarkan dalam keadaan iskemia, ini juga akan berujung dengan serangan
jantung juga atau miokardiac infarction. Arteri koroner adalah cabang pertama
dari sirkulasi sistemik, dimana muara arteri koroner berada dekat dengan
katup aorta atau tepatnya di sinus valsava. Arteri koroner dibagi dua, yaitu: a)
Arteri koroner kanan Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai
darah ke atrium kanan, ventrikel kanan, permukaan bawah dan belakang
ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node, dan 55% mensuplai SA Node. b)
Arteri koroner kiri Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left
Anterior Desenden) dan arteri sirkumflek. Kedua arteri ini melingkari jantung
dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus
atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, yang
kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel.
Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan posterior jantung yang
merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu kruks jantung.
Nodus AV node berada pada titik ini.
8) Siklus Jantung dan sistem peredaran darah jantung Secara umum, siklus
jantung dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
a) Sistole atau kontraksi jantung
b) Diastole atau relaksasi atau ekspansi jantung Secara spesific, siklus jantung
dibagi menjadi 5 fase yaitu :
a) Fase Ventrikel Filling Sesaat setelah kedua atrium menerima darah dari
masing-masing cabangnya, dengan demikian akan menyebabkan tekanan di
kedua atrium naik melebihi tekanan di kedua ventrikel. Keadaan ini akan
menyebabkan terbukanya katup atrioventrikular, sehingga darah secara pasif
mengalir ke kedua ventrikel secara cepat karena pada saat ini kedua ventrikel
dalam keadaan relaksasi/diastolic sampai dengan aliran darah pelan seiring
dengan bertambahnya tekanan di kedua ventrikel. Proses ini dinamakan
dengan pengisian ventrikel atau ventrikel filling. Perlu anda ketahui bahwa
60% sampai 90 % total volume darah di kedua ventrikel berasal dari pengisian
ventrikel secara pasif. Dan 10% sampai 40% berasal dari kontraksi kedua
atrium. 19
b) Fase Atrial Contraction Seiring dengan aktifitas listrik jantung yang
menyebabkan kontraksi kedua atrium, dimana setelah terjadi pengisian
ventrikel secara pasif, disusul pengisian ventrikel secara aktif yaitu dengan
adanya kontraksi atrium yang memompakan darah ke ventrikel atau yang kita
kenal dengan “atrial kick”. Dalam grafik elektrokardiogram (EKG) akan
terekam gelombang P. Proses pengisian ventrikel secara keseluruhan tidak
mengeluarkan suara, kecuali terjadi patologi pada jantung yaitu bunyi jantung
3 atau cardiac murmur.
c) Fase Isovolumetric Contraction Pada fase ini, tekanan di kedua ventrikel
berada pada puncak tertinggi tekanan yang melebihi tekanan di kedua atrium
dan sirkulasi sistemik maupun sirkulasi pulmonal. Bersamaan dengan kejadian
ini, terjadi aktivitas listrik jantung di ventrikel yang terekam pada EKG yaitu
komplek QRS atau depolarisasi ventrikel. Keadaan kedua ventrikel ini akan
menyebabkan darah mengalir balik ke atrium yang menyebabkan penutupan
katup atrioventrikuler untuk mencegah aliran balik darah tersebut. Penutupan
katup atrioventrikuler akan mengeluarkan bunyi jantung satu (S1) atau sistolic.
20 Periode waktu antara penutupan katup AV sampai sebelum pembukaan
katup semilunar dimana volume darah di kedua ventrikel tidak berubah dan
semua katup dalam keadaan tertutup, proses ini dinamakan dengan fase
isovolumetrik contraction. c) Fase Ejection Seiring dengan besarnya tekanan
di ventrikel dan proses depolarisasi ventrikel akan menyebabkan kontraksi
kedua ventrikel membuka katup semilunar dan memompa darah dengan cepat
melalui cabangnya masing-masing. Pembukaan katup semilunar tidak
mengeluarkan bunyi. Bersamaan dengan kontraksi ventrikel, kedua atrium
akan di isi oleh masing-masing cabangnya. d) Fase Isovolumetric Relaxation
Setelah kedua ventrikel memompakan darah, maka tekanan di kedua ventrikel
menurun atau relaksasi sementara tekanan di sirkulasi sistemik dan sirkulasi
pulmonal meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan aliran darah balik ke
kedua ventrikel, untuk itu katup semilunar akan menutup untuk mencegah
aliran darah balik ke ventrikel. Penutupan katup semilunar akan mengeluarkan
bunyi jantung dua (S2) atau diastolic. 21 Proses relaksasi ventrikel akan
terekam dalam EKG dengan gelombang T, pada saat ini juga aliran darah ke
arteri koroner terjadi. Aliran balik dari sirkulasi sistemik dan pulmonal ke
ventrikel juga di tandai dengan adanya “dicrotic notch”.
(1) Total volume darah yang terisi setelah fase pengisian ventrikel secara pasip
maupun aktif (fase ventrikel filling dan fase atrial contraction) disebut dengan
End Diastolic Volume (EDV)
(2) Total Left ventrikel end diastolic volume (LVEDV) sekitar 120 ml.
(3) Total sisa volume darah di ventrikel kiri setelah kontraksi/sistolic disebut
End SystolicVolume (ESV) sekitar 50 ml.
(4) Perbedaan volume darah di ventrikel kiri antara EDV dengan ESV adalah
70 ml atau yang dikenal dengan stroke volume.
c. Manifestasi Klinis Menurut Wijaya (2013), manifestasi klinis Congestive
Heart Failure (CHF), yaitu :
1) Gagal jantung kiri
a) Sesak Napas atau Dispnue, akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas. 22
b) Batuk, berhubungan dengan gagal ventrikel kiri. Tersering adalah batuk
basah.
c) Mudah lelah. Akibat curah jatung yang kurang sehingga darah tidak sampai
kejaringan dan organ.
d) Kegelisahan dan kecemasan, akibat gangguan oksigenasi, kesakitan saat
bernapas, dan pengetahuan yang kurang tentang penyakit.
e) Orthopnea
f) Paroxismal nocturnal dyspnea
g) Ronchi
2) Gagal jantung kanan
a) Edema, biasa pada kaki dan tumit dan secara bertahap bertambah keatas
tungkai dan paha.
b) Hepatomegali dan nyeri pada kuadran kanan, akibat pembesaran vena di
hepar. Jika tekanan dalam pembuluh portal meningkat dapat menyebabkan
asites.
c) Anoreksia dan mual, akibat pembesaran vena dan stasis vena didalam
rongga abdomen.
d) Nokturia, dieresis sering terjadi pada malam hari karena curah jantung akan
membaik dengan istirahat.
e) Lemah, karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan
pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.
f) Distensi vena junglaris
g) Peningkatan BB
h) Asites
d. Etiologi
(5) Penyakit jantung yang lain Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat
penyakit jantung yang sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi organ
jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat mencangkup gangguan aliran
darah melalui jantung (misalnya stenosis katup semiluner) serta
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (misalnya tamponade
perikardium, perikarditas, konstriktif, atau stenosis katup siensi katup AV).
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1) Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/berat. 2) Faktor interna (dari dalam jantung) 25
e. Klasifikasi
Pada Guidelines Heart Failure yang dikeluarkan oleh Heart Failure Society of
America tahun 2010 maka klasifikasi CHF dari New York Heart Association (NYHA) masih
tetap digunakan dengan ditambahkan beberapa kelas baru , yaitu :
Gagal jantung secara umum juga dapat diklasifikasikan menjadi gagal jantung akut
dan gagal jantung kronik.
1) Gagal jantung akut, didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala atau tanda
akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau tanpa adanya 31
penyakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung dapat berupa disfungsi sistolik atau
disfungsi diastolik. Irama jantung yang abnormal, atau ketidakseimbangan preload
dan afterload dan memerlukan pengobatan segera. Gagal jantung akut dapat berupa
serangan baru tanpa ada kelainan jantung sebelumnya atau dekompensasi akut dari
gagal jantung kronis.
2) Gagal jantung kronik, didefinisikan sebagai sindrom klinik yang kompleks yang
disertai keluhan gagal jantung berupa sesak nafas, lelah, baik dalam keadaan istirahat
atau aktivitas, edema serta tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan
istirahat.
f. Patofisiologi
2) Penurunan kontraktilitas (inotropi) terjadi akibat fungsi miokard yang tidak adekuat
atau tidak terkoordinasi sehingga ventrikel kiri tidak dapat melakukan ejeksi lebih
dari 60% dari volume akhir diastoliknya (LVEDV). lni menyebabkan peningkatan
bertahap LVEDV ( Left Ventricular End-Diastolic Volume) (juga dinamakan preload)
mengakibatkan peningkatan LVEDP dan kongesti vena pulmonalis. Penyebab
penurunan kontraktilitas yang tersering adalah penyakit jantung iskemik, yang tidak
hanya mengakibatkan nekrosis jaringan miokard sesungguhnya, tetapi juga
menyebabkan remodeling ventrikel iskemik. Remodeling iskemik adalah sebuah
proses yang sebagian dimediasi oleh angiotensin II (ANG II) yang menyebabkan
jaringan parut dan disfungsi sarkomer di jantung sekitar daerah cedera iskemik.
Aritmia jantung dan kardiomiopati primer seperti yang disebabkan oleh alkohol,
infeksi, hemakromatosis, hipertiroidisme, toksisitas obat dan amiloidosis juga
menyebabkan penurunan kontraktilitas. Penurunan curah 34 jantung mengakibatkan
kekurangan perfusi pada sirkulasi sistemik dan aktivasi sistem saraf simpatis dan
sistem RAA, menyebabkan peningkatan tahanan perifer dan peningkatan afterload.
8) Didefinisikan sebagai kondisi dengan temuan klasik gagal kongestif dengan fungsi
diastolik abnormal tetapi fungsi sistolik normal; disfungsi diastolik mumi akan 36
dicirikan dengan tahanan terhadap pengisian ventrikel dengan peningkatan LVEDP
tanpa peningkatan LVEDV atau penurunan curah jantung. 9) Tahanan terhadap
pengisian ventrikel kiri terjadi akibat relaksasi abnormal (lusitropik) ventrikel kiri dan
dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang membuat kaku miokard ventrikel seperti
penyakit jantung iskemik yang menyebabkan jaringan parut, hipertensi yang
mengakibatkan kardiomiopati hipertrofi, kardiomiopati restriktif, penyakit katup atau
penyakit perikardium.
g. Penatalaksanaan Medis
2) Diberikan diuretik untuk menurunkan volume plasma sehingga aliran balik vena
dan peregangan serabut otot jantung berkurang.
2) Non Farmakologis
a) CHF Kronik
b) CHF Akut
a) First line drugs ; diuretic Mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan
mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic, seperti :.thiazide
diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, metolazon (kombinasi dari loop
diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic
b) Second Line drugs; ACE inhibitor Membantu meningkatkan COP dan
menurunkan kerja jantung., seperti :
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan konsep Evidence Based Practice di atas, dapat
disimpulkan bahwa ada 3 faktor yang seacara garis besar menenentukan tercapainya
pelaksanaan praktek keperawatan yang lebih baik yaitu, penelitian yang dilakukan
berdasarkan fenomena yang terjadi di kaitkan dengan teori yang telah ada,
pengalaman klinis terhadap sustu kasus, dan pengalaman pribadi yang bersumber dari
pasien. Dengan memperhatikan factor-faktor tersebut, maka di harapkan pelaksanaan
pemeberian pelayanan kesehatan khususnya pemberian asuhan keperawatan dapat di
tingkatkan terutama dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan atau keperawatan,
pengurangan biaya (cost effective) dan peningkatan kepuasan pasien atas pelayanan
yang diberikan. Namun dalam pelaksanaan penerapan Evidence Based Practice ini
sendiri tidaklah mudah, hambatan utama dalam pelaksanaannya yaitu kurangnya
pemahaman dan kurangnya referensi yang dapat digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan penerapan EBP itu sendiri.
B. Saran
Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang
baik, serta mengambil keputusan yang bersifat klinis hendaknya mengacu pada SPO
yang dibuat berdasarkan teori-teori dan penelitian terkini. Evidence Based Practice
dapat menjadi panduan dalam menentukan atau membuat SPO yang memiliki
landasan berdasarkan teori, penelitian, serta pengalaman klinis baik oleh petugas
kesehatan maupun pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Lavin MA, Krieger MM, Meyer GA, et al. Development and evaluation of evidence-based
nursing (EBN) filters and related databases. J Med Libr Assoc 93(1) January 2005.
MacGuire JM. Putting nursing research findings into practice: research utilization as an
aspect of the management of change. Journal of Advanced Nursing 1990:15, 614-
620.
Cullum N. Users’ guides to the nursing literature: an introduction. Evid Based Nurs 2000
3:71-72.
Ellen Fineout-Overholt RN, PhD and Linda Johnston RN, PhD. 2011. Teaching EBP:
Implementation of Evidence: Moving from Evidence to Action
Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M. 2013. KMB 1 (Keperawatan Medikal Bedah). Nuha Medika.
Yogyakarta. Wilkinson, Judith M. & Ahern Nancy R. (2011).
Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnose NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.
Edisi 9. Alih Bahasa : Esty Wahyuningsih, Editor Bahasa Indonesia : Dwi Widiarti.
EGC, Jakarta Ziaeian, Boback and Gregg C. Fonarow. (2016).
Epidemiology and etiology of Heart Failure. Nat