Dosen Pembimbing :
Mahasiswa :
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap
dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus ( Marwali, 2011).
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini
pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi
dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya
terbatas dan asimptomatik.
Menurut Mansjoer A (2012) Herpes zoster (dampa,cacar ular) adalah
penyakit yang disebabkan infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit
dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi
primer
Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih
ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama
antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang
laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut
turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi
herpes zoster. ( Marwali, 2011).
Bagaimana cara mencegah herpes zoster?
Terdapat dua vaksin yang dapat membantu mencegah terjadinya herpes
zoster, yaitu:
Obat antiviral
Obat untuk pereda nyeri
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Tumor Otak?
2. Apa saja etiologi dari Tumor Otak?
3. Apa saja manifestasi Kliniks Tumor Otak?
4. Bagaimana Patofisiologi Tumor Otak?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Tumor Otak?
6. Apa saja komplikasi dari Tumor Otak?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam penyakit Tumor
Otak?
8. Contoh Asuhan Keperawatan Klien Tumor Otak?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan konsep
dasar dari penyakit Tumor Otak.
2. Tujuan khusus
a Dapat menjelaskan definisi dari tumor otak
b Dapat menjelaskan etiologi dari tumor otak
c Dapat mengetahui manifestasi kliniks dari tumor otak
d Dapat menjelaskan bagaimana Patofisiologi tumor otak
e Dapat mengetahui atau menjelaksan penatalaksanaan penyakit tumor
otak
f Dapat mengetahui komplikasi dari penyakit tumor otak
g Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan
pada tumor otak
h. Dapat menjelaskan atau menegakkan diagnosa Asuhan Keperawatan
pada Klien tumor otak
D. Manfaat
1)Sebagai bahan kajian pustaka untuk penelitian selanjutnya mengenai
herpes zoster
2)Sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai penyakit herpes
zoster
3)Sebagai referensi ilmu bagi praktisi medis untuk menanggulangi penyakit
herpes zoster
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyebab dari Herpes Zoster ini secara umum adalah Virus Varicella
zoster. Varicella zoster adalah agens virus penyebab dari cacar air dan
herpes zoster. Setelah sembuh dari cacar air, virus Varicella tetap ada dalam
tubuh dalam tahap laten seumur hidup. Sebagai virus laten, Varicella tidak
akan menunjukkan gejala apapun, tetapi potensial untuk aktif kembali. Pada
tahap reaktivitas, Varicella muncul sebagai Herpes zoster yang sering disebut
sebagai shingles. Virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk
ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit
protein-virion yang lengkap dengan diameternya 150-200 nm, dan hanya
virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan
cepat dihancurkan oleh bahan organik, deterjen, enzim proteolitik, panas dan
suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14-21 hari.
C. Phatway Harpes Zoster
E. Klasifikasi
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi (Dumasari 2017) :
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah
disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal
berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak
kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit.
3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
5. Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
6. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit
F. Manifestasi Klinik
Penyakit ini dapat dideteksi dari gejala-gejala yang terjadi diantaranya :
1. Terasa demam, pilek, cepat merasa lelah, dan lemah
2. Terasa nyeri sendi, sakit kepala, dan pusing
3. Rasa sakit seperti terbakar
4. Kulit menjadi sensitive selama beberapa hari hingga satu minggu
5. Timbul bitnik kecil kemerahan pada kulit
Bintik-bintik kecil yang tumbuh ini lalu berubah menjadi gelembung-
gelembung transparan berisi cairan, persis seperti pada cacar air namun hanya
bergerombol di sepanjang kulit yang di lalui oleh syaraf yang terkena. Bintik-
bintik baru dapat terus bermunculan dan membesar sampai seminggu
kemudian. Jaringan lunak di bawah dan di sekitar lepuhan dapat membengkak
untuk sementara karena peradangan yang di sebabkan oleh virus.
Gelembung kulit ini mungkin terasa agak gatal sehingga dapat tergaruk tanpa
sengaja. Jika dibiarkan, gelembung akan segera mongering membentuk
keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak
berwarna gelap di kulit (hiperpigmentasi). Bercak ini lama kelamaan akan pudar
tanpa meninggalkan berkas. Namun, jika gelembung tersebut pecah oleh
garukan, keropeng akan meninggalkan bekas yang dalam dan dapat membuat
parut permanen.
Virus varisela-zoster umumnya hanya mempengaruhi satu saraf saja, pada satu
sisi tubuh. Sesekali, dua atau tiga syaraf bersebelahan dapat terpengaruh. Saraf
di kulit dada atau perut dan wajah bagian atas (termasuk mata) adalah yang
paling sering terkena. Herpes zoster di wajah sering kali menimbulkan sakit
kepala yang parah. Otot-otot wajah untuk sementara tidak dapat digerakkan.
(Ayu, 2015).
1. Gejala prodomal
a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung
selama 1 – 4 hari.
b. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise,
nusea,
c. Rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa
terbakar atau
d. Tertusuk), gatal dan kesemutan, nyeri bersifat segmental dan dapat
berlangsung
e. Terus menerus atau hilang timbul nyeri juga bisa terjadi selama erupsi
kulit.
f. Gejala yang mempengaruhi mata berupa kemerahan, sensitive terhadap
cahaya, pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata, pandangan
kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain.
2. Timbul erupsi kulit
a. Kadang terjadi limfadenopati regional
b. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di
seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
c. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–
papul dan dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel.
Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi
krusta dalam 7–10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2–3 minggu
kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang
d. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang–kadang
sampai hari ke7
e. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar)
f. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih
sensitive terhadap nyeri yang dialami.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk
membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps Zooster :
1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus
3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
4. Pemeriksaan histopatologik
5. Pemerikasaan mikroskop electron
6. Kultur virus
7. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
8. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
a. Virologi:
1) Mikroskop cahaya.
2) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
3) PCR
4) Kultur Virus
b. Serologi
1) ELISA
2) Western Blot Test
3) Biokit HSV-II
H. Komplikasi
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila timbul
komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:
1. Neuralgia pasca herpes
Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf (neuralgia) akibat
herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit menghilang.
2. Infeksi kulit
Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit sekitarnya
menjadi merah meradang, Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin perlu
antibiotik.
3. Masalah mata
Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau
seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
4. Kelemahan/layuh otot
Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf motorik dan saraf
sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan (palsy) pada
otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
5. Komplikasi lain
Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau penyebaran virus ke
seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi jarang terjadi.
I. Penatalaksanaan
2)NSAIDs
3)Opioid Analgesic
2)Pesien imunocompressive
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Ibu A berumur 29 tahun, mengalami plenting-plenting di dahi dan kelopak
mata kiri sejak 4 hari yang lalu. Mulanya muncul merah dan plenting sedikit di
dahi kiri lalu bertambah banyak sampai ke kelopak mata kiri. Kelopak mata
terasa nyeri dan berat jika digerakkan. Penderita juga merasakankan nyeri
dikulit daerah muncul plenting. Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak
enak badan dan demam ringan. Belum pernah berobat untuk keluhan ini.
B. Pengkajian Data
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. A
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 33 tahun
d. Status Perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Jawa
g. PendidikanTerakhir : SMK
h. Pekerjaan : Wiraswasta
i. Alamat : Jl. Sukarno Hatta No.02 Malang
j. Golongan darah :A
k. No Register : 764538
l. Tanggal MRS : 16 Agustus 2020
m. Tanggal Pengkajian : 16 Agustus 2020
2. Keluhan Utama : Ny. A mengeluh mata sebelah kiri terasa nyeri saat di
gerakan
P : Tidak diketahui
Q : Tidak diketahui
R : Muncul Plenting plenting menjalar sampai dahi
S : Skala nyeri 3 – 5
T : Muncul Hampir setiap saat
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Riwayat yang sama dengan pasien : Klien mengatakan bahwa
tidak ada keluarga yang punya riwayat penyakit yang sama
2. Riwayat penyakit menular : Klien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang tertular penyakit yang sama
3. Riwayat keturunan : Klien mengatakan di keluarga tidak ada yang
terkena penyakit yang serius dan tidak ada juga keluarga yang
pernah masuk rumah sakit
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit yang serius,klien
juga mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa di keluarga pasien tidak ada yang terkena
penyakit yang serius dan juga tidak pernah ada yang di rawat di
rumah sakit
d. Riwayat Keadaan Psikososial
1. Sebelum MRS : Klien mengatakan mengalami plenting-plenting di
dahi dan kelopak mata kiri sejak 4 hari yang lalu. Mulanya muncul
merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu bertambah banyak
sampai ke kelopak mata kiri. Kelopak mata terasa nyeri dan berat
jika digerakkan. Penderita juga merasakankan nyeri dikulit daerah
muncul plenting. Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak
enak badan dan demam ringan. Belum pernah berobat untuk
keluhan ini.
2. Saat MRS : Klien mengatakan bahwa dirinya merasakan nyeri dan
tubuhnya merasakan panas serta nyeri di bagian wajah
4. Pola Fungsional
a. Pola Tidur / Istirahat
1) Waktu Tidur : Pasien mengatakan sebelum sakit waktu tidur
teratur dan biasanya pasien tidursekitar 7 jam. Pada saat sakit
pasien mengatakan bahwa waktu tidurnya tidak menentu dan
biasanya hanya tidur beberapa jam saja.
2) Waktu Bangun : Sebelum sakit, pasien mengatakan bahwa dirinya
bangun tidur pada Pukul 06.00 WIB. Saat sakit, pasien
mengatakan bahwa dirinya sering terbangun ketika dia baru
beberapa menit tidur, diakibatkan adanya rasa nyeri di matayang
timbul.
3) Masalah Tidur : Pasien mengatakan bahwa dirinya mengalami
gangguan sulit tidur (Insomnia) diakibatkan adanya nyeri di mata
4) Hal yang mempermudahkan klien bangun :
Sebelum sakit : Suara bising
Saat sakit : Nyeri yang di rasakan di mata
b. Pola Eliminasi
1) BAB : Pasien mengatakan pada saat sakit bab pasien tidak
terganggu, dengan 1x/ hari serta konsistensi lunak, bau khas, dan
warna normal.
2) BAK : Pasien mengatakan bahwa dirinya bak 3-4x/hari dan
urin bewarna jernih.
c. Pola Makan Dan Minum
1) Jumlah dan Jenis Makanan : Pasien sebelum sakit makan 1 porsi
makanan yang selalu habis dengan jenis makanan seperti sayur,
lauk pauk. Ketika sakit pasien hanya memakan ½ porsi makanan
yang sudah disediakan oleh rumah sakit, hal tersebut dikarena
pasien kehilangan nafsu makan. Jenis makanan yang dimakan
pasien seperti nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk
2) Waktu Pemberian Makan : Waktu pemberian makan pasien
mengatakan tidak menentu atau pasien dapat melakukan makan
sewaktu-waktu jika nafsu makan saja.
3) Jumlah dan Jenis Cairan : Jumlah cairan yang dikonsumsi
kurang lebih 4-5 gelas perhari. Jenis cairan yang dikunsumsi
seperti air mineral dan teh anget.
4) Waktu Pemberian Cairan : Waktu pemberian cairan tidak
menentu
5) Pantangan : Pasien mengatakan bahwa dirinya
tidak memiliki Pantangan atau alergi terhadap berbagai makanan
atau minuman.
6) Masalah Makan Dan Minum :
a) Kesulitan menguyah dan menelan : Pasien mengatakan
bahwa tidak ada masalah dalam hal mengunyah dan menelan.
b) Mual dan Muntah : Terkadang sering merasa
mual dan muntah setelah makan.
c) Tidak dapat makan sendiri : Pasien mengatakan masih
bisa makan sendiri.
d. Kebersihan Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya mandi 1x sehari, menggosok gigi
setelah makan serta semua kegiatan tersebut dibantu oleh keluarga
atau perawat. Serta penampilan pasien kurang rapi.
e. Pola Kegiatan / Aktivitas
Sebelum sakit, pasien mengatakan bahwa dirinya selalu melakukan
aktivitas seperti menyapu, mencuci dan memasak . Saat sakit, pasien
mengatakan bahwa dirinya hanya melakukan aktivitas yang ringan
f. Data Psikososial : Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa gelisah
dan cemas hal tersebut terjadi akibat timbulnya rasa nyeri
g. Pemeriksaan Fisik
a. Kesan Umum : Keadaan klien compos mentis, posisi klien lebih
sering tiduran
b. Tanda – Tanda Vital
1) Suhu tubuh : 36 °C
2) Tekanan darah : 125/80 mmHg
3) Nadi : 71x/menit
4) Pernafasan : 24x/menit
5) TB : 159 cm
6) BB : 48 kg
d. Pemeriksaan Intregumen
1) Kebersihan : Kulit pasien tampak bersih
2) Warn : Kulit klien berwarna coklat sawo
matang
3) Turgor : Turgor kulit <3 detik
4) Kelembaban : Kulit lembab
5) Warna luka :Tidak ada luka
6) Kelainan pada kulit : Tidak ditemukan adanya kelainan
seperti kemerahan atau bercak-bercak merah
2) Pemeriksaan Paru
a) Palpasi getaran suara : Suara paru terdengar dan teratur
b) Perkusi : Bunyi resonan
c) Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan
3) Pemeriksaan Jantung
a) Inspeksi dan palpasi : Ictus cordis tampak teraba
midclavikula intercosta 4-5 m
b) Perkus : Suara peka
Batas – batas Jantung : Batas Atas ( sela iga II garis
parasternal sinistra ), Batas Kanan (garis Parastenal dextra),
Batas Kiri (garis midclavikula).
c) Auskultasi
1. Bunyi Jantung I : Bunyi jantung normal
2. Bunyi Jantung II : Bunyi jantung normal
3. Bisising atau murmur : Tidak ada
g. Pemeriksaan Muskouloskletal/Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas : Simetris kiri dan kanan kekuatan otot 5,
tidak ada edema
2) Ekstremitas Bawah : Simetris Kiri dan kanan kekuatan
otot 5, tidak ada edema
h. Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi : Tidak ada lesi atau jeas.
b) Perkusi : Suara thympani
c) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,dan hepar membesar
d) Auskultasi : Peristaltik usus 16x/menit
i. Pemeriksaan Neurologi
1) Tingkat kesadaran : Compost Mentis
2) ungsi Motorik : Pasien mengalami penurunan
fungsi
h. Pemeriksaan Penunjang
1. Tzanck Smear : Mengidentifikasi virus herpes tetapi tidakdapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: Digunakan untuk
membedakan diagnostic herpes virus.
3. Immunoflourorescent : Mengidentifikasi varicella di sel kulit.
4. Pemeriksaan histopatologik
5. Kultur virus
6. Identifikasi Antigen / asam nukleat VVZ
C. Analisa Data
Gangguan
citra tubuh
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi virus
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan vesikel yang mudah pecah
3. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan
E. Intervensi Keperawatan
b. Pemberian Analgesik
1. Mengcek adaya
riwayat alergi obat
2. Menentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
3. Mengcek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan.
4. Memonitor tanda
vital sebelum dan
setelah pemberian
analgesik
5. Mendokumentasika
n respon terhadap
analgesik dan
adanya efek
samping
F. Implementasi
No. Hari /
Diagnos tanggal / Implementsai Paraf
a jam
1. 17/07/2020 c. Manajemen Nyeri
6. Menggali pengetahuan dan
kepercayaan pasien mengenai
nyeri
7. mengajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
8. Mendorong pasien untuk
memonitor nyeridan menangani
nyerinya dengan tepat
9. Mengajarkan metode farmakologi
untuk menurunkan nyeri
10. Melibatkan keluarga dalam
modalitas penurun nyeri
d. Pemberian Analgesik
6. Mengcek adaya riwayat alergi
obat
7. Menentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien
8. Mengcek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik yang
diresepkan.
9. Memonitor tanda vital sebelum
dan setelah pemberian analgesik
10. Mendokumentasikan respon
terhadap analgesik dan adanya
efek samping
G. Evaluasi
No Hari / Tgl /
Diagnos Jam Evaluasi Paraf
a
1. 17/07/2020 S : Klien mengatakan nyeri di area
kelopak mata sudah berkurang
P : Kelopak mata pasien tidak lagi
terasa nyeri
Q : Nyeri berdenyut
R : Nyeri di area kelopak mata
segian kiri
S : Skala nyeri dengan skala
outcame 2
T : Hilang timbul
O : Pasien nampak tidak lagi merintis
karena nyeri
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjut intervensi bagian 3, 6, 7
2. 17/07/2020 S : Klien mengatakan sudah tidak ada
kemerah serta gatal gatal di area
kelopak mata
O : Mata pasien sudah tidak terasa
nyeri
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat dijadikan salah satu bahan
pembelajaran bagi pembaca. Serta untuk selanjutnya makalah yang kami
susun, diharapkan adanya saran-saran yang membangun. Dikarenakan
penyususn menyadari masih banyak kekurangan dalam penyususunan
laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan Kulit
Finn, Adam 2005. Hot Topics In Infection And Immunity In Children II. New
York: Spinger
Hadinegoro , dkk. 2010. Terapi Asiklovir Pada Anak Dengan Varisela Tanpa
Penyulit
(NIC).
Elsevier. Mosby
Spinger
Kurniawan, dkk. 2009. Varicela Zoster Pada Anak. Medicinus · Vol. 3 No. 1
Februari 2009 –
Mei 2009
Mansjoer Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aescula
plus. Jakarta.
Experimental
edition.
Wiley Blackwell
Indian Journal
EGC.