Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

INTERGUMEN : HERPES ZOSTER

Dosen Pembimbing :

Sena Wahyu Purwanza, S.Kep., Ners., M.Kep

Mahasiswa :

Ikfi Amelinda. H NIM : 172121009

Khoirotul Ummah NIM :182102108

Gigih Adi Dharmana NIM : 182102112

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA CIPTA HUSADA

MALANG
2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap
dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus ( Marwali, 2011).
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini
pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi
dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya
terbatas dan asimptomatik.
Menurut Mansjoer A (2012) Herpes zoster (dampa,cacar ular) adalah
penyakit yang disebabkan infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit
dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi
primer
Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih
ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama
antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang
laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut
turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi
herpes zoster. ( Marwali, 2011).
Bagaimana cara mencegah herpes zoster?
Terdapat dua vaksin yang dapat membantu mencegah terjadinya herpes
zoster, yaitu:

Vaksin cacar air


Vaksin varicella sudah merupakan vaksin rutin yang dapat membantu
mencegah cacar air. Vaksin ini juga dapat digunakan untuk orang dewasa
yang tidak pernah menderita cacar air. Vaksin ini tidak dapat menjamin
seseorang untuk tidak terkena cacar air, namun dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi dan mengurangi keparahan penyakit.
Vaksin herpes zoster
Vaksin herpes zoster terdapat dua macam yaitu Zostavax dan Shingrix.
Zostavax telah disetujui oleh FDA pada tahun 2006 dan telah terbukti dapat
memberikan perlindungan terhadap herpes zoster selama sekitar lima tahun.
Zostavax hanya dapat diberikan pada orang dengan usia dibawah 60 tahun.
Shingrix disetujui oleh FDA pada tahun 2017 dan merupakan alternative
pilihan lain dari zostavax. Penelitian menunjukkan bahwa Shingrix dapat
memberikan perlindungan terhadap herpes zoster lebih dari lima tahun.
Shingrix dapat diberikan untuk orang dengan usia lebih dari 50 tahun.

Vaksin ini kemungkinan dapat mengurangi lama periode penyakit, tingkat


keparahan penyakit, serta mengurangi resiko neuralgia postherpetic.

Bagaimana cara mengatasi herpes zoster?


Tidak ada obat untuk mengatasi herpes zoster. Pengobatan yang dilakukan
bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi resiko
terjadinya komplikasi. Obat-obatan yang dapat digunakan adalah:

Obat antiviral
Obat untuk pereda nyeri

Berkonsultasilah kepada dokter sebelum mengkonsumsi obat agar terapi


pengobatan yang dilakukan tepat Medscape. (2018, 06 Maret). Herpes
Zoster. Diperoleh 12 Maret 2018

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Tumor Otak?
2. Apa saja etiologi dari Tumor Otak?
3. Apa saja manifestasi Kliniks Tumor Otak?
4. Bagaimana Patofisiologi Tumor Otak?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Tumor Otak?
6. Apa saja komplikasi dari Tumor Otak?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam penyakit Tumor
Otak?
8. Contoh Asuhan Keperawatan Klien Tumor Otak?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan konsep
dasar dari penyakit Tumor Otak.
2. Tujuan khusus
a Dapat menjelaskan definisi dari tumor otak
b Dapat menjelaskan etiologi dari tumor otak
c Dapat mengetahui manifestasi kliniks dari tumor otak
d Dapat menjelaskan bagaimana Patofisiologi tumor otak
e Dapat mengetahui atau menjelaksan penatalaksanaan penyakit tumor
otak
f Dapat mengetahui komplikasi dari penyakit tumor otak
g Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan
pada tumor otak
h. Dapat menjelaskan atau menegakkan diagnosa Asuhan Keperawatan
pada Klien tumor otak

D. Manfaat
1)Sebagai bahan kajian pustaka untuk penelitian selanjutnya mengenai
herpes zoster
2)Sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai penyakit herpes
zoster
3)Sebagai referensi ilmu bagi praktisi medis untuk menanggulangi penyakit
herpes zoster
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Herpes Zooster


Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam
bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus ( Marwali, 2000). Sedangkan
menurut Sjaiful (2012), merupakan penyakit neurodermal ditandai dengan nyeri
radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso
pada daerah ulit yang dipersarafi oleh saraf kranialis atau spinalis.
Herpes zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi endogen yang
telah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi varisela yang telah ada
sebelumnya. Hubungan varisela dan herpes zoster pertama kali ditemukan oleh
Von Golay pada tahun 2015. ia menemukan penderita anak -anak yang dapat
terkena varisela setelah mengalami kontak dengan individu yang mengalami
infeksi herpes zoster. Implikasi neurologik dari distribusi lesi semental herpes
zoster diperkenalkanoleh Richard Bright tahun 2014 dan adanya peradangan
ganglion sensoris dan saraf spinal pertama kali diuraikan oleh Von Bareusprung
pada tahun 1862. Dan tatalaksana dalam menghadapi komplikasi klinis serta
gejala sisa merupakan ranah dokter spesialis Kulit dan Kelamin serta dokter
spesialis terkait lain.
Menurut Mansjoer A (2017) Herpes zoster (dampa,cacar ular) adalah penyakit
yang disebabkan infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa.
Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Dari tiga
pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan, herpes zooster adalah radang kulit
akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus variselo-zaster yang
menyerang kulit dan mukosa ditandai dengan nyeri radikular unilateral serta
erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso.
Herpes zoster atau cacar ular (cacar api) adalah penyakit yang ditandai dengan
timbulnya bintil kulit berisi air pada salah satu sisi tubuh dan terasa nyeri.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Varicella Zoster, yang juga menjadi
penyebab cacar air.
B. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster. Infeksiositas
virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim
proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.
Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus Varicella Zoster menjadi tidak
aktif, namun bertahan dalam saraf selama bertahun-tahun. Virus selanjutnya
dapat aktif kembali dan menimbulkan herpes zoster atau cacar api.
1. Faktor Resiko Herpes zoster.
a. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya
tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin
tinggi pula resiko terserang nyeri.
b. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi
pertama dari immunocompromised.
c. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
d. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum
tulang.

Penyebab dari Herpes Zoster ini secara umum adalah Virus Varicella
zoster. Varicella zoster adalah agens virus penyebab dari cacar air dan
herpes zoster. Setelah sembuh dari cacar air, virus Varicella tetap ada dalam
tubuh dalam tahap laten seumur hidup. Sebagai virus laten, Varicella tidak
akan menunjukkan gejala apapun, tetapi potensial untuk aktif kembali. Pada
tahap reaktivitas, Varicella muncul sebagai Herpes zoster yang sering disebut
sebagai shingles. Virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk
ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit
protein-virion yang lengkap dengan diameternya 150-200 nm, dan hanya
virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan
cepat dihancurkan oleh bahan organik, deterjen, enzim proteolitik, panas dan
suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14-21 hari.
C. Phatway Harpes Zoster

Organ Telah Terkena Infeksi Varisela

Virus Demam Di Jaringan Saraf Sensori Hypertermi

Virus Aktif ( Reaktivasi Virus )

Kerusakan integritas kulit Herpes Zooster

Varicela Zoster Virus

Virus aktif ikut serabut


Inflamasi dan neuralgia
Meninggalkan lesi di kulit
Permukaan mukosa ke
Ujung serabut saraf
Saraf Sensorik

Berat Varicela Zoster Virus

Pelepasan Mediator Gangguan Citra


Nyeri
Tubuh
Kerusakan integritas kulit
D. Patofisiologi
Nyeri Kronis
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini
pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan
dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan
asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya
lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa.
Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih
ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi
yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini
dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun
dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes
zoster (Mehta..2016)

E. Klasifikasi
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi (Dumasari 2017) :
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah
disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal
berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak
kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit.
3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
5. Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
6. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit
F. Manifestasi Klinik
Penyakit ini dapat dideteksi dari gejala-gejala yang terjadi diantaranya :
1. Terasa demam, pilek, cepat merasa lelah, dan lemah
2. Terasa nyeri sendi, sakit kepala, dan pusing
3. Rasa sakit seperti terbakar
4. Kulit menjadi sensitive selama beberapa hari hingga satu minggu
5. Timbul bitnik kecil kemerahan pada kulit
Bintik-bintik kecil yang tumbuh ini lalu berubah menjadi gelembung-
gelembung transparan berisi cairan, persis seperti pada cacar air namun hanya
bergerombol di sepanjang kulit yang di lalui oleh syaraf yang terkena. Bintik-
bintik baru dapat terus bermunculan dan membesar sampai seminggu
kemudian. Jaringan lunak di bawah dan di sekitar lepuhan dapat membengkak
untuk sementara karena peradangan yang di sebabkan oleh virus.
Gelembung kulit ini mungkin terasa agak gatal sehingga dapat tergaruk tanpa
sengaja. Jika dibiarkan, gelembung akan segera mongering membentuk
keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak
berwarna gelap di kulit (hiperpigmentasi). Bercak ini lama kelamaan akan pudar
tanpa meninggalkan berkas. Namun, jika gelembung tersebut pecah oleh
garukan, keropeng akan meninggalkan bekas yang dalam dan dapat membuat
parut permanen.
Virus varisela-zoster umumnya hanya mempengaruhi satu saraf saja, pada satu
sisi tubuh. Sesekali, dua atau tiga syaraf bersebelahan dapat terpengaruh. Saraf
di kulit dada atau perut dan wajah bagian atas (termasuk mata) adalah yang
paling sering terkena. Herpes zoster di wajah sering kali menimbulkan sakit
kepala yang parah. Otot-otot wajah untuk sementara tidak dapat digerakkan.
(Ayu, 2015).
1. Gejala prodomal
a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung
selama 1 – 4 hari.
b. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise,
nusea,
c. Rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa
terbakar atau
d. Tertusuk), gatal dan kesemutan, nyeri bersifat segmental dan dapat
berlangsung
e. Terus menerus atau hilang timbul nyeri juga bisa terjadi selama erupsi
kulit.
f. Gejala yang mempengaruhi mata berupa kemerahan, sensitive terhadap
cahaya, pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata, pandangan
kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain.
2. Timbul erupsi kulit
a. Kadang terjadi limfadenopati regional
b. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di
seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
c. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–
papul dan dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel.
Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi
krusta dalam 7–10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2–3 minggu
kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang
d. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang–kadang
sampai hari ke7
e. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar)
f. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih
sensitive terhadap nyeri yang dialami.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk
membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps Zooster :
1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus
3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
4. Pemeriksaan histopatologik
5. Pemerikasaan mikroskop electron
6. Kultur virus
7. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
8. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
a. Virologi:
1) Mikroskop cahaya.
2) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
3) PCR
4) Kultur Virus
b. Serologi
1) ELISA
2) Western Blot Test
3) Biokit HSV-II

H. Komplikasi
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila timbul
komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:
1. Neuralgia pasca herpes
Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf (neuralgia) akibat
herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit menghilang.
2. Infeksi kulit
Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit sekitarnya
menjadi merah meradang, Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin perlu
antibiotik.
3. Masalah mata
Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau
seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
4. Kelemahan/layuh otot
Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf motorik dan saraf
sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan (palsy) pada
otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
5. Komplikasi lain
Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau penyebaran virus ke
seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi jarang terjadi.

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Herpes zosterEpisode herpes zostersebagian besar adalah self-


limited dan dapat sembuh tanpa intervensi. Namun penyakit ini menyebabkan
kesakitan yang cukup tinggi dan dapat menyebabkan komplikasi, oleh karena itu
diperlukan penanganan yang tepat. Penyakit ini cenderung memberikan gejala yang
lebih ringan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa (Camila, 2010).

Terapi antiviral untuk herpes zosterdapat mengurangi waktu pembentukan vesikel


baru, jumlah hari yang diperlukan untuk menjadi krusta, dan perasaan tidak nyaman
atau nyeri akut. Semakin awal antiviral diberikan, semakin efektif untuk mencegah
postherpetic neuralgia. Idealnya, terapi dimulai dalam jangka waktu 72 jam setelah
onset, selama 7-10 hari. Antiviral oral berikut direkomendasikan (Elston
dkk.,2010).:

1) Acyclovir800 mg PO 5 kali sehari selama 7-10 hari

2) Famciclovir500 mg PO 3 kali sehari selama 7 hari

3) Valacyclovir1000 mg PO 3 kali sehari selama 7 hari

Penelitian non randomised placebo controlled triali untuk pengobatan nyeri


akut herpes zostermenunjukan adanya pengaruh signifikan pemberian kombinasi
antiviral dananalgesik dalam jangka waktu 2-3 minggu onset untuk mencegah

komplikasi postherpetic neuralgia. Pengobatan primer untuk nyeri akut herpes


zosteradalah (Elston dkk.,2010).:1)Neuroaktif agen (contoh : antidepresan tricyclic
[TCAs] Amytriptiline)

2)NSAIDs

3)Opioid Analgesic

4)AntikonvulsanDiantara analgesik tersebut, antikonvulsan memiliki efikasi


yang terendah sedangkan Amytriptilinmemiliki efikasi yang tertinggi(Elston dkk.,
2010).Masuk Rumah Sakit (MRS) direkomendasikan untuk pasien dengan
keadaan berikut (Elston dkk., 2010). :

1)Gejala berat (nyeri berat dan lesi yangblister)

2)Pesien imunocompressive

3)Presentasi atipikal (contoh : myelitis)

4)Keterlibatan 2 atau lebih dermatum

5)Superinfeksi bakteri khususnya pada wajah6)Herpes zosterdesiminata (mengenai


organ lain selain kulit)7)Keterlibatan optalmikus8)Keterlibatan meningoensepalitis
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Ibu A berumur 29 tahun, mengalami plenting-plenting di dahi dan kelopak
mata kiri sejak 4 hari yang lalu. Mulanya muncul merah dan plenting sedikit di
dahi kiri lalu bertambah banyak sampai ke kelopak mata kiri. Kelopak mata
terasa nyeri dan berat jika digerakkan. Penderita juga merasakankan nyeri
dikulit daerah muncul plenting. Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak
enak badan dan demam ringan. Belum pernah berobat untuk keluhan ini.

B. Pengkajian Data
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. A
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 33 tahun
d. Status Perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Jawa
g. PendidikanTerakhir : SMK
h. Pekerjaan : Wiraswasta
i. Alamat : Jl. Sukarno Hatta No.02 Malang
j. Golongan darah :A
k. No Register : 764538
l. Tanggal MRS : 16 Agustus 2020
m. Tanggal Pengkajian : 16 Agustus 2020
2. Keluhan Utama : Ny. A mengeluh mata sebelah kiri terasa nyeri saat di
gerakan
P : Tidak diketahui
Q : Tidak diketahui
R : Muncul Plenting plenting menjalar sampai dahi
S : Skala nyeri 3 – 5
T : Muncul Hampir setiap saat
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Riwayat yang sama dengan pasien : Klien mengatakan bahwa
tidak ada keluarga yang punya riwayat penyakit yang sama
2. Riwayat penyakit menular : Klien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang tertular penyakit yang sama
3. Riwayat keturunan : Klien mengatakan di keluarga tidak ada yang
terkena penyakit yang serius dan tidak ada juga keluarga yang
pernah masuk rumah sakit
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit yang serius,klien
juga mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa di keluarga pasien tidak ada yang terkena
penyakit yang serius dan juga tidak pernah ada yang di rawat di
rumah sakit
d. Riwayat Keadaan Psikososial
1. Sebelum MRS : Klien mengatakan mengalami plenting-plenting di
dahi dan kelopak mata kiri sejak 4 hari yang lalu. Mulanya muncul
merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu bertambah banyak
sampai ke kelopak mata kiri. Kelopak mata terasa nyeri dan berat
jika digerakkan. Penderita juga merasakankan nyeri dikulit daerah
muncul plenting. Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak
enak badan dan demam ringan. Belum pernah berobat untuk
keluhan ini.
2. Saat MRS : Klien mengatakan bahwa dirinya merasakan nyeri dan
tubuhnya merasakan panas serta nyeri di bagian wajah
4. Pola Fungsional
a. Pola Tidur / Istirahat
1) Waktu Tidur : Pasien mengatakan sebelum sakit waktu tidur
teratur dan biasanya pasien tidursekitar 7 jam. Pada saat sakit
pasien mengatakan bahwa waktu tidurnya tidak menentu dan
biasanya hanya tidur beberapa jam saja.
2) Waktu Bangun : Sebelum sakit, pasien mengatakan bahwa dirinya
bangun tidur pada Pukul 06.00 WIB. Saat sakit, pasien
mengatakan bahwa dirinya sering terbangun ketika dia baru
beberapa menit tidur, diakibatkan adanya rasa nyeri di matayang
timbul.
3) Masalah Tidur : Pasien mengatakan bahwa dirinya mengalami
gangguan sulit tidur (Insomnia) diakibatkan adanya nyeri di mata
4) Hal yang mempermudahkan klien bangun :
Sebelum sakit : Suara bising
Saat sakit : Nyeri yang di rasakan di mata
b. Pola Eliminasi
1) BAB : Pasien mengatakan pada saat sakit bab pasien tidak
terganggu, dengan 1x/ hari serta konsistensi lunak, bau khas, dan
warna normal.
2) BAK : Pasien mengatakan bahwa dirinya bak 3-4x/hari dan
urin bewarna jernih.
c. Pola Makan Dan Minum
1) Jumlah dan Jenis Makanan : Pasien sebelum sakit makan 1 porsi
makanan yang selalu habis dengan jenis makanan seperti sayur,
lauk pauk. Ketika sakit pasien hanya memakan ½ porsi makanan
yang sudah disediakan oleh rumah sakit, hal tersebut dikarena
pasien kehilangan nafsu makan. Jenis makanan yang dimakan
pasien seperti nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk
2) Waktu Pemberian Makan : Waktu pemberian makan pasien
mengatakan tidak menentu atau pasien dapat melakukan makan
sewaktu-waktu jika nafsu makan saja.
3) Jumlah dan Jenis Cairan : Jumlah cairan yang dikonsumsi
kurang lebih 4-5 gelas perhari. Jenis cairan yang dikunsumsi
seperti air mineral dan teh anget.
4) Waktu Pemberian Cairan : Waktu pemberian cairan tidak
menentu
5) Pantangan : Pasien mengatakan bahwa dirinya
tidak memiliki Pantangan atau alergi terhadap berbagai makanan
atau minuman.
6) Masalah Makan Dan Minum :
a) Kesulitan menguyah dan menelan : Pasien mengatakan
bahwa tidak ada masalah dalam hal mengunyah dan menelan.
b) Mual dan Muntah : Terkadang sering merasa
mual dan muntah setelah makan.
c) Tidak dapat makan sendiri : Pasien mengatakan masih
bisa makan sendiri.
d. Kebersihan Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya mandi 1x sehari, menggosok gigi
setelah makan serta semua kegiatan tersebut dibantu oleh keluarga
atau perawat. Serta penampilan pasien kurang rapi.
e. Pola Kegiatan / Aktivitas
Sebelum sakit, pasien mengatakan bahwa dirinya selalu melakukan
aktivitas seperti menyapu, mencuci dan memasak . Saat sakit, pasien
mengatakan bahwa dirinya hanya melakukan aktivitas yang ringan
f. Data Psikososial : Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa gelisah
dan cemas hal tersebut terjadi akibat timbulnya rasa nyeri
g. Pemeriksaan Fisik
a. Kesan Umum : Keadaan klien compos mentis, posisi klien lebih
sering tiduran
b. Tanda – Tanda Vital
1) Suhu tubuh : 36 °C
2) Tekanan darah : 125/80 mmHg
3) Nadi : 71x/menit
4) Pernafasan : 24x/menit
5) TB : 159 cm
6) BB : 48 kg

c. Pemeriksaan Kepala dan Leher


1) Kepala dan Rambut
a) Bentuk kepala : Oval, ada benjolan dan pembengkakan di
area mata sebelah
kiri.
b) Kulit Kepala : Berminyak, tidak ada iritasi
c) Rambut : Penyebaran rambut tidak merata,
rambutnya berwarna hitam tidak ada uban (rambut putih),
bentuk rambut nya lurus pendek
d) Wajah : Warna kulit kuning langsat dan struktur
wajah bulat.
2) Mata : Keadaan mata pasien tidak simetris
kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, tidak
ikterik, reflek cahaya positif, pupil isokor
3) Hidung : Hidung bersih, tidak ada
sumbatan/penumpukan secret
4) Telinga : Telinga bersih, tidak ada penumpukan
serumen serta fungsi pendengarannya masih normal.
5) Mulut dan Faring : mulut bersih tidak ada stomatis, mukosa
bibir kering
6) Leher : Pasien mengatakan tidak ada nyeri telan,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

d. Pemeriksaan Intregumen
1) Kebersihan : Kulit pasien tampak bersih
2) Warn : Kulit klien berwarna coklat sawo
matang
3) Turgor : Turgor kulit <3 detik
4) Kelembaban : Kulit lembab
5) Warna luka :Tidak ada luka
6) Kelainan pada kulit : Tidak ditemukan adanya kelainan
seperti kemerahan atau bercak-bercak merah

e. Pemeriksaan payudara dan ketiak


Klien tidak bersedia diperiksa karena merasa malu

f. Pemeriksaan Thorak atau Dada


1) Inspeksi Thorak
a) Bentuk thorak : Simetris (besar antara kiri
dan kanan sama dan tidak ada benjolan)
b) Pernafasan : Normal 24x/menit
c) Tanda – tanda kesulitan nafas : Tidak ada tanda tanda
kesulitan bernafas.

2) Pemeriksaan Paru
a) Palpasi getaran suara : Suara paru terdengar dan teratur
b) Perkusi : Bunyi resonan
c) Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan

3) Pemeriksaan Jantung
a) Inspeksi dan palpasi : Ictus cordis tampak teraba
midclavikula intercosta 4-5 m
b) Perkus : Suara peka
Batas – batas Jantung : Batas Atas ( sela iga II garis
parasternal sinistra ), Batas Kanan (garis Parastenal dextra),
Batas Kiri (garis midclavikula).
c) Auskultasi
1. Bunyi Jantung I : Bunyi jantung normal
2. Bunyi Jantung II : Bunyi jantung normal
3. Bisising atau murmur : Tidak ada

g. Pemeriksaan Muskouloskletal/Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas : Simetris kiri dan kanan kekuatan otot 5,
tidak ada edema
2) Ekstremitas Bawah : Simetris Kiri dan kanan kekuatan
otot 5, tidak ada edema

h. Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi : Tidak ada lesi atau jeas.
b) Perkusi : Suara thympani
c) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,dan hepar membesar
d) Auskultasi : Peristaltik usus 16x/menit

i. Pemeriksaan Neurologi
1) Tingkat kesadaran : Compost Mentis
2) ungsi Motorik : Pasien mengalami penurunan
fungsi

h. Pemeriksaan Penunjang
1. Tzanck Smear : Mengidentifikasi virus herpes tetapi tidakdapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: Digunakan untuk
membedakan diagnostic herpes virus.
3. Immunoflourorescent : Mengidentifikasi varicella di sel kulit.
4. Pemeriksaan histopatologik
5. Kultur virus
6. Identifikasi Antigen / asam nukleat VVZ

C. Analisa Data

No. Data Etiologi problem


1. Data Subjektif : Varicela Zoster Nyeri Akut
a. Pasien mengatakan kelopak mata Virus
terasa nyeri dan berat jika
digerakkan. Inflamasi dan
b. Pasien juga mengatakan neuralgia
merasakan kan nyeri dikulit daerah Berat
muncul plenting
Virus aktif ikut
Data Objektif : serabut
a. Ada Vesikel bergerombol di sekitar saraf sensorik
kelopak mata kiri, berwarna merah,
suhu : 37° C
b. P : Penyebab nyeri klien Neuritis
dikarenakan infeksi pada saraf dan
kulit sekitarnya
c. Q : Nyeri klien terasa seperti Pelepasan
berdeyut dan panas mediator nyeri
d. R : Nyeri klien terjadi diarea kelopak
mata yang membengkak
e. S : skala nyeri klien 4 Nyeri
f. T : nyeri klien hilang timbul

2. Data Subjektif : Varicela Zoster Kerusakan


a. Pasien mengatakan sejak 3 hari Virus integritas
yang lalu, muncul plentingplenting di kulit
dahi dan kelopak mata kiri.
b. Klien mengatakan gatal-gatal diarea
kelopak mata sebelah kiri Meninggalkan
lesi di kulit dan
Data Objektif : permukaan
a. Ada Vesikel bergerombol di sekitar mukosa ke
kelopak mata kiri, berwarna merah ujung serabut
b. Paralitas otot muka saraf
Kerusakan
integritas kulit
3. Data Subjektif : Varicela Zoster Gangguan
a. Klien mengatakan takut wajahnya Virus citra tubuh
cacat
b. Klien mengatakan perasaan tidak
ada harapan dan tidak berdaya Meninggalkan
lesi di kulit dan
Data Objektif : permukaan
a. Klien tampak khawatir lesi pada mukosa ke
wajahnya ujung serabut
b. Klien tampak cemas dan takut saraf
c. Kulit eritem vesikel

Gangguan
citra tubuh

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi virus
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan vesikel yang mudah pecah
3. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan

E. Intervensi Keperawatan

No Hari/ Implementasi Respon Paraf


Diagnosa Tanggal
/Jam
1. 17/07/2020 a. Manajemen Nyeri N:
S:
1. Menggali
TD:
09.00 pengetahuan dan RR :
SPO2 :
kepercayaan pasien
mengenai nyeri
2. mengajarkan
prinsip-prinsip
manajemen nyeri
3. Mendorong pasien
untuk memonitor
nyeridan menangani
nyerinya dengan
tepat
4. Mengajarkan
metode farmakologi
untuk menurunkan
nyeri
5. Melibatkan keluarga
dalam modalitas
penurun nyeri

b. Pemberian Analgesik
1. Mengcek adaya
riwayat alergi obat
2. Menentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
3. Mengcek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan.
4. Memonitor tanda
vital sebelum dan
setelah pemberian
analgesik
5. Mendokumentasika
n respon terhadap
analgesik dan
adanya efek
samping

2. 18/07/2020 a. Manajemen Tekanan N:


S:
1. Memonitor mobilitas
TD:
09.00 dan aktivitas pasien RR :
SPO2 :
2. Memonitor sumber
tekanan dan
gesekan
3. Memberikan pakaian
yang tidak ketak
kepada klien
4. Meletakan matras
atau kasur terapeutik
dengan cara yang
tepat dan benar
5. Memonitor area kulit
dari adanya
kemerahan dan
adanya pecah-pecah
pada bagian kelopak
mata

3. 19/07/2020 a. Peningkatan Citra N:


S:
Tubuh
TD:
09.00 1. Membantu klien RR :
SPO2 :
memisahkan
penampilan fisik dari
perasaan berharga
secara pribadi
dengan cara yang
tepat
2. Menentukan
harapan citra diri
klien didasarkan
pada tahap
perkembangan
3. Menggunakan
bimbingan antisipasi
menyiapkan klien
terkait dengan
perubahan-
perubahan citra
tubuh yang telah
diprediksikan
4. Menentukan
perubahan fisik saat
ini saat ini apakah
berkontribusi pada
citra diri terhadap
klien

F. Implementasi

No. Hari /
Diagnos tanggal / Implementsai Paraf
a jam
1. 17/07/2020 c. Manajemen Nyeri
6. Menggali pengetahuan dan
kepercayaan pasien mengenai
nyeri
7. mengajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
8. Mendorong pasien untuk
memonitor nyeridan menangani
nyerinya dengan tepat
9. Mengajarkan metode farmakologi
untuk menurunkan nyeri
10. Melibatkan keluarga dalam
modalitas penurun nyeri

d. Pemberian Analgesik
6. Mengcek adaya riwayat alergi
obat
7. Menentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien
8. Mengcek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik yang
diresepkan.
9. Memonitor tanda vital sebelum
dan setelah pemberian analgesik
10. Mendokumentasikan respon
terhadap analgesik dan adanya
efek samping

2. 17/07/2020 a. Manajemen Tekanan


6. Memonitor mobilitas dan aktivitas
pasien
7. Memonitor sumber tekanan dan
gesekan
8. Memberikan pakaian yang tidak
ketak kepada klien
9. Meletakan matras atau kasur
terapeutik dengan cara yang tepat
dan benar
10. Memonitor area kulit dari adanya
kemerahan dan adanya pecah-
pecah pada bagian kelopak mata

3. 17/07/2020 a. Peningkatan Citra Tubuh


5. Membantu klien memisahkan
penampilan fisik dari perasaan
berharga secara pribadi dengan
cara yang tepat
6. Menentukan harapan citra diri
klien didasarkan pada tahap
perkembangan
7. Menggunakan bimbingan
antisipasi menyiapkan klien terkait
dengan perubahan-perubahan
citra tubuh yang telah
diprediksikan
8. Menentukan perubahan fisik saat
ini saat ini apakah berkontribusi
pada citra diri terhadap klien

G. Evaluasi

No Hari / Tgl /
Diagnos Jam Evaluasi Paraf
a
1. 17/07/2020 S : Klien mengatakan nyeri di area
kelopak mata sudah berkurang
P : Kelopak mata pasien tidak lagi
terasa nyeri
Q : Nyeri berdenyut
R : Nyeri di area kelopak mata
segian kiri
S : Skala nyeri dengan skala
outcame 2
T : Hilang timbul
O : Pasien nampak tidak lagi merintis
karena nyeri
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjut intervensi bagian 3, 6, 7
2. 17/07/2020 S : Klien mengatakan sudah tidak ada
kemerah serta gatal gatal di area
kelopak mata
O : Mata pasien sudah tidak terasa
nyeri
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

3. 17/07/2020 S : Klien mengatakan tidak masalah jika


ada perubahan di area wajahnya
O : Pasien sudah percaya diri dengan
bentuk wajah nya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster yang menyerang kulit dan mukosa ditandai
dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok
dengan dasar eritematoso.
Herpes Zoster Adalah radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu
vesikel –vesikel yang tersusun bekelompok sepajang persarafan sensorik
kulit sesuai dermato. (Siregar, 2005). Penyebab dari Herpes Zoster ini
secara umum adalah Virus Varicella zoster. Varicella zoster adalah agens
virus penyebab dari cacar air dan herpes zoster. Setelah sembuh dari
cacar air, virus Varicella tetap ada dalam tubuh dalam tahap laten seumur
hidup. Penyakit ini dapat dideteksi dari gejala-gejala yang terjadi
diantaranya :Terasa demam, pilek, cepat merasa lelah, dan lemah, Terasa
nyeri sendi, sakit kepala, dan pusing,  Rasa sakit seperti terbakar, Kulit
menjadi sensitive selama beberapa hari hingga satu minggu, Timbul bitnik
kecil kemerahan pada kulit. Faktor Resiko : Usia lebih dari 50 tahun,
infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya lemah.
Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang
nyeri.
Metode pencegahan dapat berupa : Dengan cara pemakaian asiklovir
jangka panjang dengan dosis supresi, Pemberian vaksinasi dengan vaksin
VZV hidup yang dilemahkan, sering diberikan pada orang lanjut usia untuk
mencegah terjadinya penyakit, meringankan beban penyakit, serta
menurunkan terjadinya komplikasi NPH. Serta asuhan keperawatan.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat dijadikan salah satu bahan
pembelajaran bagi pembaca. Serta untuk selanjutnya makalah yang kami
susun, diharapkan adanya saran-saran yang membangun. Dikarenakan
penyususn menyadari masih banyak kekurangan dalam penyususunan
laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dumasari, Ramona.2008. Varicella Dan Herpes Zozter. Departemen Ilmu

Kesehatan Kulit

Dan Kelamin. Universitas Sumatra Utara.

Finn, Adam 2005. Hot Topics In Infection And Immunity In Children II. New

York: Spinger
Hadinegoro , dkk. 2010. Terapi Asiklovir Pada Anak Dengan Varisela Tanpa

Penyulit

Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Sari Pediatri, Vol.

11, No. 6, April 2010

Joanne M. McCloskey Dochterman. 2013. Nursing Interventions Classification

(NIC).

Elsevier. Mosby

Katsambas, Andreas. 2015. European Handbook of Dermatological

Treatments. New York:

Spinger

Kurniawan, dkk. 2009. Varicela Zoster Pada Anak. Medicinus · Vol. 3 No. 1

Februari 2009 –

Mei 2009

Mansjoer Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aescula

plus. Jakarta.

Mehta. 2006. Pyoderma gangrenosum on varicella lesions. Clinical and

Experimental

Dermatology.Volume 32, pages 215–217, 27 November 2006

NANDA.2014. Nursing Diagnoses definitions and clasification 2015-2017 10th

edition.

Wiley Blackwell

Prabhu, Smitha. 2009. Chilhood Herpes Zoster : A Clustering Of Ten Cases.

Indian Journal

Of Dermatology.Vol : 54 Page 62-64


Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2, jakarta:

EGC.

Anda mungkin juga menyukai