Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HERPES ZOSTER

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster adalah infeksi
virus pada kulit. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus
varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya
lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun
ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat
menyebabkan penyakit herpes pada manusia yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV),
Cytomegalovirus (CMV), Epstein Barr (EBV) dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7
(HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan
semuanya melakukan replikasi pada inti sel. (Bruner dan Suddart. 2002)
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka
kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia.
Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di
atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun. (Bruner dan Suddart.
2002)
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus
varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik
dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris.
Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi,
tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada
umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang terpadat. Aktivasi
virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan
imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu
terhadap infeksi endogen.
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang terbanyak
adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah krusta terlepas.
Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada
usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran
darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek
imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.
1
Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing
dan kekuningan pada kulit (jaudince) dan kesulitan bernafas atau kejang. Lesi biasanya hilang
dalam dua minggu. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan
daya tahan tubuh, stress, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital,
menstruasi, kurang tidur dan sinar ultraviolet. (Bruner dan Suddart. 2002)
Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu dengan
mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster
dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
Dari Latar belakang diatas maka penulis dapat meyimpulkan bahwa herpes zoster
adalah penyakit kulit disebabkan karena virus varisela zoster yang ditandai dengan adanya
nyeri hebat dan lesi pada kulit.

1.2. Rumusan Masalah.


1.2.1. Apa definisi dari herpes zoster?
1.2.2. Bagaimana klasifikasi dari herpes zoster?
1.2.3. Bagaimana etiologi dari herpes zoster?
1.2.4. Bagaimana manifestasi klinis dari herpes zoster?
1.2.5. Bagaimana patofisiologi dari herpes zoster?
1.2.6. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada herpes zoster?
1.2.7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari herpes zoster?
1.2.8. Apa komplikasi dari herpes zoster?
1.2.9. Bagaimana prognosis dari herpes zoster?
1.2.10. Bagaimana asuhan keperawatan dari herpes zoster?

1.3. Tujuan.
1.3.1. Untuk memahami definisi dari herpes zoster.
1.3.2. Untuk memahami klasifikasi dari herpes zoster.
1.3.3. Untuk memahami etiologi dari herpes zoster.
1.3.4. Untuk memahami manifestasi klinis dari herpes zoster
1.3.5. Untuk memahami patofisiologi dari herpes zoster.
1.3.6. Untuk memahami pemeriksaan penunjang dari herpes zoster.
1.3.7. Untuk memahami penatalaksanaan dari herpes zoster.
1.3.8. Untuk memahami komplikasi dari herpes zoster.
1.3.9. Untuk memahami prognosis dari herpes zoster.
1.3.10. Untuk memahami asuhan keperawatan dari herpes zoster.
1.4. Manfaat
1.4.1. Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi dari herpes zoster.
1.4.2. Agar mahasiswa dapat mengetahuiklasifikasi dari herpes zoster.
1.4.3. Agar mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari herpes zoster.
1.4.4. Agar mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari herpes zoster.
1.4.5. Agar mahasiswa dapat mengetahuipatofisiologi dari herpes zoster.
1.4.6. Agar mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari herpes zoster.
1.4.7. Agar mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan dari herpes zoster.
1.4.8. Agar mahasiswa dapat mengetahuikomplikasi dari herpes zoster.
1.4.9. Agar mahasiswa dapat mengetahuiprognosis dari herpes zoster.
1.4.10. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan dari herpes zoster
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi

Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela yg
menyerang kulit dan mukosa, infeksi, ini merupakan keaktifan virus yang terjadi setelah
infeksi primer (ilmu penyakit kulit dan kelamin). Herpes zoster adalah radang kulit akut yang
bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya
(persyarafannya). Infeksi ini dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan
terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam
bentuk cacar air). (Smeitzer, Suzanne C.2001)
Menurut Purrawan Juradi, dkk (1982) herpes zoster adalah radang kulit dengan sifat
khasnya yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik
sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.
Menurut Arif Mansyur, herpes zoster (campak, cacar ular) adalah penyakit yang
disebabkan infeksi virus varicella. Zoster yang menyerang kulit dan mukosa infeksi ini
merupakan reaktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer kadang-kadang infeksi
berlangsung sub kronis.
Menurut Jewerz .E. dkk (1984) herpes zoster adalah suatu penyakit sporadik yang
melemahkan pada orang dewasa yang ditandai oleh reaksi peradangan radiks posterior syaraf
dan ganglia. Diikuti oleh kelompok vesikel di atas kulit yang dipersyarafi oleh syaraf sensorik
yang terkena.
Menurut Peruus herpes zoster adalah radang kulit akut yang disebabkan oleh virus
Varisella zoster dengan sifat khas yaitu tersusun sepanjang persyarafan sensorik.
Kesimpulan dari penulis tentang Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga shingles.
Dikalangan awam popular atau lebih dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”.

2.2 Klasifikasi
Klasifikasi herpes zoster menurut Harahap,Marwali. 2000 adalah sebagai berikut:
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf
trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan
nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu,
demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit
timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra


2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit.

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.


3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra
4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra

5. Herpes zoster lumbalis


Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 5. Herpes zoster lumbalis

6. Herpes zoster sakralis


Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 6. Herpes zoster sakralis dekstra.


2.3 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus
berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.
Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat
hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam
subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang
menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa
biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada
saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa
mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta
mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan
virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.
(Harahap,Marwali. 2000)

2.4 Manifestasi klinis


1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal lokal
(nyeri otot tulang, gatal, pegal).
2. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang
berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh (berwarna
abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda, 199:107).
3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir
selalu unilateral
Menurut daerah penyerangnya dikenal :
a) Herpes zosrter of oftalmikus : menyerang dahi dan sekitar mata
b) Herpes zosrter servikalis : menyerang pundak dan lengan
c) Herpes zosrter torakalis : menyerang dada dan perut
d) Herpes zosrter lumbalis : menyerang bokong dan paha.
e) Herpes zosrter sakralis : menyerang sekitar anus dan getalia
f) Herpes zosrter atikum : menyerang telinga.
(Prof.dr.Adhi Juwanda, 199:107)
2.5 Patofisiologi
Menurut (Price, Sylvia Anderson. 2005 )

VIRUS VARISELA ZOESTER

Infeksi primer ,infeksi virus alfa menetap


dalam bentuk laten neuron dari ganglion

Presdisposisi pada klien pernah menderita cacar air,


sistem imun yang lemah dan yang menderita kelainan maglinitas

Reaksi virus varisela zoester

Vesikula tersebar

Respon inflamasi respon inflamasi kondisi kerusakan Ganggilion posterior , ganggilion


anterior
lokal sistemik integritas kulit susunan saraf tepi dan bagian motorik
ganggion kranilas kranialis

kerusakan saraf perifer gangguan respon psikologis gejala prodomal


gastroinstestinal sistemik
nyeri terjadi lesi pada kulit nyeri otot

Mk : gangguan demam,
Mk: gangguan kerusakan integritas mual,anoreksia pusing
istirahat dan tidur kulit dan malesie kepercayaan diri
Mk :Gangguan

Mk : gangguan rasa
Mk reaksi inflamasi
gambar diri :keseimbangan
MK ketidaknyamana
nutrisi kurang dari
kebutuhan Mk:hipertermi

Kurangnya pengetahuan

Terjadinya garukan pada lesi

Port de entree kuman

Mk : resiko infeksi
2.6 Pemeriksaan penunjang
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :

1. Tzanck Smear

- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai
dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue
ataupun Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai
multinucleated giant cells
- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes
simpleks virus

2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: Pemeriksaan digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus
3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
4. Pemerikasaan mikroskop electron
5. Kultur virus
6. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ
7. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
8. Biopsi kulit, pemeriksaan histopatologis tampak vesikel intraepidermal dengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai adanya
lymphocytic infiltrate. (Price, Sylvia Anderson. 2005 )

2.7 Penatalaksanaan medis


Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik,
jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.Pada herpes zoster oftalmikus
mengingat komplikasinya diberikan obat antiviral atau imunostimulator. Obat-obat ini
juga dapat diberikan pada penderita dengan defisiensi imunitas.Indikasi pemberian
kortikosteroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini-dininya untuk
mencegah terjadinya parasialis. ( Judith M. Wilkinson. 2006)
Terapi serng digabungkan dengan obat antiviral untuk mencegah fibrosis
ganglion.Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel
diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak
terjadi infeksi sekunder bila erosit diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat
diberikan salep antibiotik.( Judith M. Wilkinson. 2006)
Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi ditujukan untuk
mengendalikan gejala dan menurunkan pengeluaran virus. Obat antivirus
analognukleosida merupakan terapi yang dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja dengan
menyebabkan deaktivasi atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV yang pada
gilirannya menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus.( Judith M. Wilkinson.
2006)
Tiga obat antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir,
famsiklovir, dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda
kekambuhan untuk mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda
sampai lesi kulit muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang
mengalami kekambuhan 6 kali atau lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif
setiap hari yang dapat mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi
topical dengan krim atau salep antivirus tidak terbukti efektif. Terapi supresif atau
profilaksis dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi perinatal dan keharusan
melakukan seksioses area pada wanita yang positif HSV. Vaksin untuk mencegah
infeksi HSV-2 sekarang sedang diteliti.

2.8 Komplikasi
Komplikasi herpes zoster menurut Bricker dkk, 2002 adalah sebagai berikut:
1) Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur
penderita maka semakin tinggi persentasenya.
2) Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau
berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan
jaringan nekrotik.
3) Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik,
keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
4) Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,
sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang
sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus,
nausea, dan gangguan pengecapan.
5) Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus
secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis
ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat
terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan
anus. Umumnya akan sembuh spontan.

2.9 Prognosis
Herpes zoster merupakan penyakit self limiting atau dapat sembuh sendiri dan biasanya
sembuh dalam waktu 10:15 hari. Prognosis untuk pasien usia muda dan sehat sangat baik
karena Pada orang tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya komplikasi herpes
zoster seperti neualgia pascaherpes, infeksi sekunder dan timbulnya jaringan parut.
Varicella dan herpes zoster pada anak imunokompeten tanpa disertai komplikasi
prognosis biasanya sangat baik sedangkan pada anak imunokompromais, angka morbiditas
dan mortalitasnya signifikan. (Blackwell Science, 2000)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Biodata
A. Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien, alamat pasien,
umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak sampai
dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat perkembangan
dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan
persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan
adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang terkena pada
fase-fase awal baik pada herpes zoster maupun simpleks.
B. Riwayat penyakit sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami
peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel
perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
C. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat yang
terinfeksi virus ini.
D. Riwayat penyakit dahulu
diderita kembali oleh pasien yang pernah mengalami penyakit herpes simplek atau
memiliki riwayat penyakit seperti ini
E. Riwayat psikososial.
Kaji respon pasien terhadap penyakit yang diderita serta peran dalam keluarga dan
masyarakat, respon dalam keluarga maupun masyarakat.

3. Pola Kehidupan

A. Aktivitas dan Istirahat


Pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, dan gatal.
B. Pola Nutrisi dan Metabolik
Pada Herpes Zoster oftalmik , pasien mengalami penurunanan nafsu makan ,
karena mengeluh nyeri pada daerah wajah dan pipi sehingga pasien tidak dapat
mengunyah makanan dengan baik karena disebabkan oleh rasa nyeri
C. Pola Aktifitas dan Latihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola saat
aktifitas berlebih ,sehingga pasien akan membatasi pergerakan aktivitas .
D. Pola Hubungan dan peran
Pasien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena adanya
gangguan citra tubuh.
4. Pengkajian fisik
1) Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran
b. TTV
2) Head To Toe
a. Kepala
wajah : ada lesi (ukuran > 1 , bentuk :benjolan berisi air , penyebaran : merata
dengan kulit )
b. Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata rapi.
c. Mata (Penglihatan)
Adanya Nyeri tekan, ada penurunan penglihatan.
d. Hidung (Penciuman)
septum nasi tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi, dan tidak
terdapat hiposmia.
e. Telinga (Pendengaran)
 Inspeksi
 Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid
 Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda asing.
 Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media dan
mastoidius.
f. Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak terdapat
perdarahan gusi, dan gigi bersih.
g. Abdomen
 Inspeksi
 Bentuk : normal simetris
 Benjolan : tidak terdapat lesi
 Palpasi
 Tidak terdapat nyeri tekan
 Tidak terdapat massa / benjolan
 Tidak terdapat tanda tanda asites
 Tidak terdapat pembesaran hepar
h. Integument
- Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,
- edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
- akral hangat
- turgor kulit normal/ kembali <1 detik
- terdapat lesi pada permukaan kulit wajah

3.2 Analisis Data

DATA SUBJEKTIF DAN DATA


NO MASALAH ETIOLOGI
OBJEKTIF
1 Ds : Klien mengatakan terasa nyeri yang Nyeri Proses peradangan
sangat sehingga mengganggu istirahat Virus hesper zoster
tidurnya Infeksi primer
Do : adanya lesi pada kulit Respon inflamasi
local

Kerusakan saraf
perifer

nyeri

2 Ds : Klien mengeluh demam dan nyeri Gangguan integritas Proses peradangan


Do : kulit
- Terdapat bintik merah dan vesikel Virus hesper zoster
serta bulat
- Suhu: 38,5 C Infeksi primer
- Leukosit tampak meningkat dengan
jumlah 12.000/mm3 Respon inflamasi
local

Kerusakan saraf
perifer

Terjadi lesi pada


kulit

Gangguan integritas
kulit

3.3 Diagnosa keperawatan herpes zooster.


1. Gangguan nyeri b/d proses peradangan
2. Gangguan integritas kulit b/d proses peradangan

3.4 Rencana keperawatan/intervensi.


 DATA FOKUS
- Data Subjektif : Klien mengatakan terasa nyeri yang sangat sehingga
mengganggu istirahat tidurnya
- Data Objektif :Terdapat bintik merah dan vesikel serta bulat

DATA SUBJEKTIF DAN DATA


NO INTERVENSI RASIONAL
OBJEKTIF
1 Nyeri b/d proses peradangan yang di  Kaji tingkat nyeri , untuk mengetahui
tandai dengan : frekuensi, dan berapa berat nyeri
Ds : Klien mengatakan terasa nyeri reaksi nyeri yang yang dialami
yang sangat sehingga mengganggu dialami pasien pasien.
istirahat tidurnya  Ajarkan tekhnik untuk mengajarkan
Do : Adanya lesi pada kulit relaksasi kepada pasien apa bila
Tujuan : Setelah di lakukan pasien nyeri timbul
tindakan keperawatan selama 2X 24  Berikan analgetik  untuk mengurangi
jam,diharapkan nyeri akan sesuai indikasi rasa nyeri
berkurang bahkan hilang dengan medis
skala 10 – 0 dan kebutuhan tidur  Observasi TTV untuk mengetahui
pasien tercukupi keadaan umum
kriteria hasil : pasien.
- Nyeri berkurang dan
 Ajarkan pola
meningkatnya kenyamanan perasaan untuk mengurangi
istirahat/tidur yang
senang secara fisik dan psikologis rasa nyeri secara
adekuat
- kebutuhan tidur pasien tercukupi adekuat
 Kaji pola tidur
dan pasien dapat tidur degan untuk mengetahui
pasien
nyenyak. kebutuhan tidur
 Ciptakan
pasien setiap hari
lingkungan nyaman
agar pasien lebih
dan tenang
nyaman dan dapat
 Batasi pengunjung
tidur dengan
nyenyak
Agar pasien dapat
istirahat dengan
nyaman.

2 Gangguan integritas kulit b/d proses  Observasi TTV untuk mengetahui


peradangan yang di tandai dengan : keadaan umum
Ds :Klien mengeluh demam dan  Observasi Leukosit pasien.
setiap hari
nyeri Untuk mengetahui
Do :  Monitor kulit akan perkembangan
- Terdapat bintik merah dan vesikel adanya kemerahan peradangan
serta bulat  Anjurkan pasien Menurunkan resiko
- Suhu: 38,5 C untuk menjaga infeksi
kebersihan kulit
- Leukosit tampak meningkat untuk mengetahui
dengan jumlah 12.000/mm3 agar tetap bersih
berapa berat nyeri
Tujuan : Setelah di lakukan dan kering
yang dialami
tindakan keperawatan selama 2X 24 pasien.
 Kaji tingkat nyeri ,
jam,diharapkan integritas kulit  Memberi
frekuensi, dan
berkurang bahkan hilang. informasi dasar
reaksi nyeri yang
kriteria hasil : dialami pasien tentang kondisi
-nyeri berkurang  Ajarkan pada luka dan cara
- suhu tubuh kembali normal ( dari keluarga tentang perawatan
38,5 menjadi 36-37,5c) luka dan perawatan  Pengubahan posisi
- leukosit kembali normal dari luka menurunkan
12.000 menjadi 4.000-10.000)  Mobilisasi pasien tekanan pada
(ubah posisi pasien) jaringan edema
setiap dua jam untuk
sekali memperbaiki
sirkulasi
BAB IV

4.1 Kesimpulan
Herpes Zoster merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
varisela yang berada laten di jaras saraf sensorik yang bersifat khas seperti
gerombolan vesitel unilateral dan radang ini dialami oleh seseorang yang tidak
mempuyai kekebalan terhadap varisela.

4.2 Saran
Berdasarkan uraian yang ada serta kesimpulan diatas , maka penulis
mencoba mengajukan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan :
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan perlu adanya kerja sama
tim baik dokter , perawat sebagai pelaksana , klien maupun
keluarga klien untuk mendapatkan kemudahan didalam pelaksanaan
asuhan keperawatan demi terwujudnya mutu asuhan keperawatan
yang lebih baik
2. Untuk masyarakat bisa lebih memahami dan mencegah terjadinya
infeksi virus Herpes Zoster.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner dan Suddart. 2002. Edisi 8, Vol 2. Jakarta: EGC


Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC
Judith M. Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi Nic dan
Noc. Jakarta : EGC
Djuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke Dua. Jakarta : FKUI
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.
Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth.
EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai