Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan
hidayahnya penulis  bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di
yaumul qiamah nanti.
Maksud dan tujuan penulis menyelesaikan tugas makalah ini adalah tidak lain
untuk memenuhi salah satu dari tugas kelompok  yang di berikan pada mata kuliah Al-
islam  serta merupakan tanggung jawab penyusun pada tugas yang diberikan.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penyusun sadar
bahwasanya penyusun pun hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah ‘Azza Wa Jalla hingga
dalam pembuatannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam evaluasi diri.
  Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik
ketidaksempurnaan pembuatan tugas makalah ini ditemukan sesuatu yang dapat
memberikan manfaat bahkan hikmah bagi penyusun, pembaca dan bagi seluruh
mahasiswa Universitas Muhammadiyah.

                                                                                              Jakarta, September 2018

                                                                                                       Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Harta
2.2 Pandangan Islam Terhadap Harta
2.3 Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah
2.4 Sikap terhadap Harta dan Jabatan
2.5 Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Adalah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara lahiriyah
maupun batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk senantiasa berupaya memperoleh
segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan lahiriyah identik
dengan terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs) berupa sandang, pangan dan papan.
Tapi manusia tidak berhenti sampai disitu, bahkan cenderung terus berkembang
kebutuhan-kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah bisa
terselesaikan dengan dikumpulkannya Harta sebanyak-banyaknya.
Istilah Harta, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang
lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang.
Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai
ekonomis.Kedua,  unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.
Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf
(kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa istilah
Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan
dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau melenyapkannya.
Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pada nilai ekonomis (al-
qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta tergantung
pada besar ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi patokan dalam
menetapkan nilai ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari
semua jenis harta.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apakah pengertian harta?
b.      Bagimanakah pandangan islam terhadap harta?
c.       Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah?
d.      Bagaimanakah sikap terhadap Harta dan Jabatan?
e.       Bagaimanakah pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah?
1.3  Tujuan
a.       Memahami pengertian harta
b.      Memahami pandangan islam terhadap harta
c.       Memahami harta dan jabatan sebagai amanah dan karunia dari allah
d.      Memahami sikap terhadap harta dan jabatan
e.       Memahami pendayagunaan hata dan jabatan dijalan allah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Harta
Istilah harta, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang
lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang.
Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai
ekonomis.Kedua,  unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.
Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf
(kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa istilah
Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan
dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau melenyapkannya.
Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pada nilai ekonomis (al-
qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta tergantung pada
besar ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai
ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.

2.2. Pandangan Islam Mengenai Harta


Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah Allah
SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah
mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya (QS al_Hadiid: 7). Dalam
sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:
‘Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya untuk apa
dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk
apa dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dipergunakan’’.

Kedua, status harta yang dimiliki manusia adlah sebagai berikut :


1. harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah
karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan
baik dan tidak berlebih-lebihan ( Ali Imran: 14). Sebagai perhiasan hidup harta sering
menyebabkan keangkuhan, kesombongan serta kebanggaan diri.  (Al-Alaq: 6-7).
3. Harta sebgai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal cara mendapatkan dan
memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak (al-Anfal: 28)
4. harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksankan perintahNyadan melaksanakan
muamalah si antara sesama manusia, melalui zakat, infak, dan sedekah.(at-Taubah :41,60;
Ali Imran:133-134).

Ketiga, Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal) ataua mata pencaharian
(Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-Baqarah:267)
‘’Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bekerja. Barangsiapa yang bekerja keras
mencari nafkah yang halal untk keluarganya maka sama dengan mujahid di jalan Allah’’
(HR Ahmad).
‘’Mencari rezki yang halal adalah wajib setelah kewajiban yang lain’’(HR Thabrani)
‘’jika telah melakukan sholat subuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan sempat
mencari rezki’’ (HR Thabrani).

Keempat, dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-
Takatsur:1-2), melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9), melupakan
sholat dan zakat (an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang
kaya saja (al-Hasyr: 7)

Kelima: dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-Baqarah:
273-281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91), mencuri merampok
(al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin: 1-6), melalui cara-
cara yang batil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui suap menyuap (HR Imam
Ahmad).
2.3 Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah

Harta atau al maal menurut Wahbah Zuhaili, didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
dapat mendatangkan ketenangan dan dapat dimiliki manusia dengan sebuah upaya baik
itu berupa zat maupun manfaat. Menurut Hanafiyah, al maaladalah sesuatu yang mungkin
dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan. Pendapat Mayoritas Ulama, al maaladalah segala
sesuatu yang memilki nilai dimana bagi orang yang merusaknya, berkewajiban untuk
menanggung atau menggantinya.

Dalam Al-Qur’an bahwa harta adalah perluasan hidup. Pada Al-Qur’an surat AL Kahfi:
46 dan surat An-Nisa: 14 dijelaskan bahwa kebutuhan manusia terhadap harta sama
dengan kebutuhan manusia terhadap anak atau keturunan, maka kebutuhan manusia
terhadap harta adalah kebutuhan yang mendasar.

Manusia bukan pemilik mutlak terhadap harta, kepemilikan manusia terhadap harta
dibatasi oleh hak-hak Allah, ini terlihat dari kewjiban manusia mengeluarkan sebagian
kecil hartanya untuk berzakat dan ibadahlainnya. Cara-cara pengambilan manfaat harta
mengarah kepada kemakmuran bersama, pelaksanannya dapat diatur oleh masyarakat
melalui wakil-wakilnya. Harta perorangan boleh digunakan untuk umum, dengan syarat
pemiliknya mendapat imbalan yang wajar, masyarakat tidak boleh mengganggu dan
melanggar kepentingan pribadi, selama tidak merugikan orang lain dan mayarakat,
karena pemilikan manfaat berhubungan serta dengan hartanya, maka pemilik boleh untuk
memindahkan hak miliknya kepada orang lain, misalnya dengan cara menjualnya,
menghibahkannya dan sebagainya.

Menurut bahasa, jabatan artinya  sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas yang diemban.
Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu  atau terhormat dalam setiap
lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya jabatan.

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan, baik yang
menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf maupun yang menunjukkan
keburukan seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan sebagainya. Dalam surat Al-
Haqqah Allah SWT menyatakan bahwa pejabat  yang tidak beriman itu di akhirat kelak
akan mengatakan bahwa lepas sudah jabatannya (yang sewaktu di dunia ia miliki).
Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah. Disebut
sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan semata-mata
karena kehebatan seseorang, tetapi karena berkah dan karunia dari Allah, juga  sejatinya
bukan dimaksud untuk kesenangan pribadi pemiliknya, tetapi juga buat kemaslahatan
orang lain. Karena harta dan jabatan adalah amanah, maka harus dijaga dan dijalankan
atau dipelihara dan dilaksanakan dengan benar, sebab satu saat akan dipertanggung-
jawabkan di hadapan Allah SWT.

Itu sebabnya maka Al-Qur’an dan hadis selalu mengingatkan bahwa harta itu juga
merupakan cobaan atau fitnah, seperti Firman Allah pada Surat Al-Anfal ayat 28:

‫َوا ْعلَ ُموا أَنَّ َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَوْ اَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ َوأَ َّن هَّللا َ ِع ْن َدهُ أَجْ ٌر َع ِظي ٌم‬

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan, dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. 

Juga Firman Allah pada Surat At-Taghabun ayat 15:

ِ ‫إِن َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَوْ اَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ أَجْ ٌر ع‬


‫َظي ٌم‬

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah


pahala yang besar.

Sehubungan dengan hal itu, maka harta dan jabatan adalah  karunia Allah yang sangat
baik buat manusia, tetapi manakala tidak dapat dijaga dan dipelihara dengan baik, maka
ia akan menjadi fitnah dan bencana.

Harta dan jabatan yang halal serta digunakan dengan baik akan membawa manfaat dan
barokah, sedangkan harta dan jabatan yang disalahgunakan atau diperoleh dengan tidak
halal akan menjadi fitnah bahkan musibah. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah SAW
bersabda:

‫ال‬xx‫) من حديث عمرو بن العاص رفعه "نعم الم‬17763( " ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فيما رواه اإلمام أحمد في "مسنده‬
َ ‫فقد قال‬ 
.‫الصالح للرجل الصالح" وإسناده صحيح‬
Rasul bersabda :Sebaik-baik harta yang soleh adalah yang dimiliki oleh orang yang
soleh. HR Ahmad dan IbnuHibban. (Musnah Ahmad 29/16 hadits 17763 dan
sohihIbnuHibban 8/6) Dijelaskan bahwa

2.4 Sikap terhadap Harta dan Jabatan

Disebabkan harta dan jabatan itu adalah merupakan Amanah dari allah SWT, maka kita
harus bersikap hati-hati terhadapnya. Bila terhadap harta kita wajib berupaya dan
berusaha mencarinya karena harta merupakan kebutuhan kita sebagai bahagian dari
modal hidup, namun bukan demikian halnya tentang jabatan. Jabatan itu merupakan
amanah, oleh karena itu kita tidak harus ambisus untuk memperolehnya.

Bagi yang mempunyai kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi misi yang maslahat
kelak dalam jabatannya, maka boleh meminta jabatan, dengan ketentuan bahwa ia juga
tidak boleh terlalu percaya akan keahliannya, sebaliknya jabatan atau menjaga amanah
bagi yabg tidak punya kompetensi atau keahlian, oleh Allah disebut sebagai perilaku
zhalim dan bodoh, sebagaimana Firman allah pada Surat Yusuf ayat 54 dan 55 serta Surat
Al-Ahzab ayat 72 :

Artinya:

54. dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai orang
yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia berkata:
"Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan Tinggi lagi
dipercayai pada sisi kami".

55. berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".

Artinya:

72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
SesungguhnyamanusiaituAmatzalim dan Amatbodoh.
2.5 Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah

Sehubungan dengan itu, maka harta dan jabatan hendaklah digunakan bahkan
didayagunakan di Jalan alah, yakni dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab dan
sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya. Harta misalnya hendaklah digunakan
selain untuk kemaslahatan kehidupan duniawi, juga harus digunakan sebagai infak atau
belanja untuk akhirat.

Sebagaimana Firman Allah pada Surat Al-Munafiqun ayat 10 :

10. dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?"

Apabila harta telahd ibelanjakan di jalan Allah, maka kebaikan/pahalanya akan mengalir
terus sehingga dapat dikatakan sebagai aset yang permanen, terutamabila yang
dibelanjakanitubertahan lama zatnyaatau yang disebutsebagaiwakaf, ini
sesuaidengansabdaNabiSAW yang berbunyi:

ٍ ‫هُ إِاَّل ِم ْن ثَاَل‬xُ‫ َع َع َمل‬xَ‫ ا ْنقَط‬، ُ‫ان‬x‫اتَ اإْل ِ ْن َس‬xx‫ " إِ َذا َم‬:‫ا َل‬xxَ‫لَّ َم ق‬x‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس‬
 :‫ث‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
‫"[تعليق المحقق] إسناده صحيح‬ ُ‫ح يَ ْدعُو َله‬ ٍ ِ‫صال‬ َ ‫ أَوْ َولَ ٍد‬،ُ‫ص َدقَ ٍة تَجْ ِري لَه‬ َ ْ‫ أَو‬،‫ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬

Artinya:

Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia telah meninggal
dunia maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal, yaitu: Ilmu yang
dimanfaatkan, sodakoh yang mengalir untuknya atau anak soleh yang mendoakan untuk
kebaikannya. HR Ad-Darimi dan tirmidzi.   (SunanDarimi 1/462 dan sunan tirmidzi
3/53..Sanadnya sohih.)

Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di hari akhirat kelak
jabatan itu akan dipertanggung-jawabkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat
Al-Israk ayat 13 dan 34 yang berbunyi:
13. dan tiap-tiap manusia itutelah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah
kitab yang dijumpainya terbuka.

34. Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa harta dan jabatan adalah hal
yang menjadi prioritas manusia disunia, namun kembali pada sebuah hadis yang
menjelaskan bahwa dunia adalah ladang akhirat. Bekerjalah untuk tetap dapat hidup
didunia menambah amalan diakhirat kelak. Karena harta dan jabatan adalah amanah dari
yang maha kuasa.
 
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai