Disusun Oleh :
Kelompok 1 / D2ESR
1. Luqman Abdurrohman (1950110121)
2. M. Maulana Rohman (1950110122)
3. Naila Alfia Ulfa (19501101258)
4. Eko Cahyono Putro (1950110159)
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an dan Hadis merupakan sumber hukum Islam yang utama, tentu
saja di dalamnya terdapat aturan-aturan, baik aturan hubungan mahluk dengan
Allah Swt. (khablum minallah) Maupun hubungan antara makhluk satu dengan
lainnya (khablum minannas). Sebagai umat Islam tentu saja sangatlah penting
memahami makna Al-Qur’an, dengan mengetahui dan memahami kandungan
ayat,maka akan dapat menerapkan Al-Qur’an maupun hadis sebagai pedoman
untuk menjalankan kehidupan sehari-hari.
Dalam kaitannya dengan harta, tentu saja Al-Qur’an dan pada beberapa
hadis nabi membahas mengenai hal itu, karena harta benda merupakan saran
mendekatkan diri kepada Allah Swt. meskipun tak jarang juga disalah gunakan
untuk bermaksiat kepada-Nya, Naudzubillah.
Maka dari itu penting bagi kita sebagai umat Islam adalah mengetahui
bagaimana cara memperoleh harta dengan benar, menggunakan dalam kebaikan,
dan menjadikannya sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt.
B. Rumusan Masalah
Harta dalam bahasa arab disebut “al-mal” menurut imam Hanafi harta
adalah sesuatu yang di gandrungi tabiat manusia dan memungkinkan untuk
disimpan hingga dibutuhkan. harta merupakan kebutuhan inti dalam kehidupan
manusia. Secara umum harta merupakan sesuatu yang disukai oleh manusia,
banyak orang yang melakukan segala cara untuk mendapatkan harta yang tanpa
disadari bahwa sebenarnya harta itu mutlak milik Allah SWT.
Manusia termotivasi untuk mencari harta demi menjaga eksistensinya dan
demi menambah kenikmatan materi dan religi. Namun motivasi ini dibatasi tiga
syarat yaitu harta ini dikumpulkan dengan cara yang halal, dipergunakan untuk
hal-hal yang halal, dan dari harta ini harus dikeluarkan haknya Allah SWT.
dalam hal ibadah pun kita memerlukan yang namanya harta seperti ibadah naik
haji kita memerlukan harta atau biaya yang banyak oleh karena itu sebaiknya kita
mengetahui bagaimana cara mencari harta yang baik dan halal.
Imam Hanafi membedakan harta dengan kepemilikan, menurutnya
kepemilikan adalah sesuatu yang dapat digunakan secara khusus dan tidak
dicampuri penggunaannya oleh orang lain, sedang harta adalah sesuatu yang
dapat disimpan untuk digunakan ketika dibutuhkan. harta yang dimiliki setiap
individu selain didapatkan dan digunakan juga harus dijaga.
Harta dalam pandangan islam pada hakikatnya adalah milik Allah SWT.
Kemudian Allah menyerahkannya kepada manusia untuk menguasai harta
tersebut melalui izinnya sehingga orang tersebut sah memiliki harta tersebut.
Seorang muslim yang sudah sah memiliki harta tertentu maka ia berhak
memanfaatkan dan mengembangkan hartanya hanya saja ia harus tetap wajib
terkait tentang ketentuan-ketentuan hokum islam yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan pengembangan harta.
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqh persoalan harta
dimasukkan ke dalam salah satu al-dharuriyyat al-khamsah (lima keperluan
pokok), yang terdiri atas: agama, jiwa, akal keturunan dan harta.
Selain merupakan salah satu keperluan hidup yang pokok bagi manusia,
harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia, sebagai cobaan (fitnah), sarana
untuk memenuhi kesenangan dan sarana untuk menghimpun bekal bagi
kehidupan akhirat. Allah berfirman: Surat At-Taghaabun: 15, yang artinya :
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)” arti dari
kata ini adalah yang melalaikan kamu dari akhirat sedangkan “di sisi Allah-lah
pahala yang besar.” oleh karena itu, janganlah kamu luputkan pahalamu karena
disibukkan oleh harta dan anak.
Harta sebagai sarana untuk memenuhi kesenangan, Allah berfirman:
Surat Ali-Imran: 14
Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah
untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di
antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya.
Dari firman Allah di atas yakni, semua kota yang telah ditaklukkan
secara demikian, maka hukumnya disamakan dengan hokum-hukum harta
rampasan perang Bani an-Nadhir. Oleh karena itu Allah Ta-ala berfirman,
“Adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang (sedang) dalam perjalanan,” dan seterusnya dan
ayat setelahnya. Demikianlah pihak-pihak yang berhak menerima harta fai’.
Imam Ahmad meriwayatkan, sufyan bin ‘Amr dan Ma’mar
memberitahu kami dari az-Zuhri, dari Malik bin Aus bin al-Hadatsan, dari ‘Umar
ia berkata, “Harta Bani an-Nadhir termasuk harta yang telah Allah berikan
kepada Rasul-Nya, dengan tidak ada usaha terlebih dahulu dari kaum muslimin
untuk mengerahkan kuda dan untanya. Oleh karena itu harta rampasan itu
hanya khusus untuk Rasullah, beliau menafkahkan untuk keluarganya sebagai
nafkah untuk satu tahun. dan sisanya beliau manfaatkan untuk kuda-kuda perang
dan persenjataan di jalan-Nya.” Demikianlah hadist yang diriwayatkan oleh
Ahmad disini secara ringkas. Diriwayatkan juga oleh sekelompok ahli hadist
dalam kitab-kitab mereka kecuali Ibnu majah dari hadist sufyan, dari ‘Amr bin
Dinar, dari az-Zuhri.
Firman Allah “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang kaya saja di antara kamu.” Yakni kami jadikan pihak-pihak yang
memperoleh bagian harta fai’ ini agar tidak hanya dimonopoli oleh orang-orang
kaya saja, lalu mereka pergunakan sesuai kehendak dan hawa nafsu mereka, serta
tidak mendermakan harta tersebut kepada fakir miskin sedikitpun. dan firman
Allah “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” Yakni apa pun yang beliau
perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah, dan apa yang dilarangnya maka
tinggalkanlah. Karena beliau hanyalah memerintahkan kepada kebaikan dan
melarang keburukan.
Artinya : Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha
Perkasa atas segala sesuatu. Sedangkan kepemilikan manusia bersifat relatif ,
dijelaskan dalam (Q.S. al-Nisâ‟ [4]: 7).
Artinya : Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-
bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari
harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan.
Artinya : Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan
benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah",
dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia
mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana
lagi Maha Mengetahui.
Ayat di atas dengan jelas menyatakan bahwa Allah sebagai pencipta
alam raya ini. Ayat ini memiliki korelasi (munâsabat ayat) yang kuat dengan
dua ayat sebelumnya yang menyatakan bahwa, petunjuk-Nya adalah petunjuk
yang sempurna, yaitu Islam, yakni penyerahan diri kepada-Nya, yang
tercermin antara lain dalam shalat serta amalan-amalan takwa lainnya.
Dapat dipahami bahwa penciptaan bumi ini untuk dikelola dan
dimanfaatkan manusia guna memenuhi kelangsungan dan perkembangan
hidupnya. Dengan demikian bumi dan seluruh isinya tidak dimaksudkan untuk
dimiliki suatu kaum atau bangsa tertentu, melainkan untuk semua jenis
manusia. Oleh karena itu adalah hak setiap individu untuk berusaha
mendapatkan rezkinya di muka bumi ini dengan cara yang baik,tidak
memonopoli kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi setiap barang
ekonomi. Dengan demikian, setiap orang menikmati hak yang sama dalam
usaha masing-masing untuk mendapatkan rezki dan bebas bekerja selama
kegiatan-kegiatan itu tidak melawan hukum.
BAB III
KESIMPULAN
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, berasal dari kata yang menurut
bahasa berarti condong, cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala
sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi,
maupun manfaat. Menurut bahasa umum, arti mal ialah uang atau harta. Adapun
menurut istilah, ialah “segala benda yang berharga dan bersifat materi serta beredar di
antara manusia”
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan
ke dalam salah satu al-dharuriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri
atas: agama, jiwa, akal keturunan dan harta. Selain merupakan salah satu keperluan
hidup yang pokok bagi manusia, harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia,
sebagai cobaan (fitnah), sarana untuk memenuhi kesenangan dan sarana untuk
menghimpun bekal bagi kehidupan akhirat.
Kata hak berasal dari bahasa Arab al-haqq, yang secara etimologi mempunyai
beberapa pengertian yang berbeda, di antaranya berarti: milik, ketetapan dan
kepastian, menetapkan dan mejelaskan, bagian (kewajiban), dan kebenaran. Kata
milik berasal dari bahasa Arab al-milk, yang secara etimologi berarti penguasaan
terhadap sesuatu. Al Milk juga berarti sesuatu yang dimilki (harta). Milk juga
merupakan hubungan seseorang dengan suatu harta yang diakui oleh syara’, yang
menjadikannya mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta itu, sehingga ia dapat
melakukan tindakan hukum terhadap harta tersebut, kecuali adanya kalangan syara’.
Kata milik dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari kata al-milk dalam
bahasa Arab.
DAFTAR PUSTAKA