Anda di halaman 1dari 15

ESENSI HARTA DALAM ISLAM

Disusun Oleh:

IQLIMA (21160067)

NURMAHYANI (21160065)

RAHMATUL ULYA (21160064)

RUHUL FALAH (21160066)

FIRA RAMAZANI (21160063)

SEMESETER/ UNIT : II/ 4

Dosen : Dr. Tgk. Mustafa Kamal, MA

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-AZIZIYAH

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Esensi Harta
Dalam Islam” dan dapat kami kumpulkan kepada dosen pengampu Nurul
Mahmudah, SHI, M. H.tanpa halangan apapun.
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap hal ini dapat membantu dan
menambah pemahaman kita semua tentang fiqh mu’amalah terkhusus pada hal
harta. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagi penulis dan pembaca.

Sigli, 10 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Pengertian Harta .................................................................................3
B. Unsur-unsur Harta ..............................................................................3
C. Kedudukan dan Anjuran Untuk Memiliki Harta ...............................3
D. Cara Memperoleh Harta .....................................................................6
E. Pembagian Harta ................................................................................8
F. Fungsi Harta .......................................................................................9

BAB III PENUTUP.........................................................................................10


A. Kesimpulan.......................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesempurnaan agama islam dapat dilihat dimana syariat islam
diturunkan dalam bentuk yang umum dan mengglobal permasalahannya.
Segala bentuk peraturan aqidah, hukum, dan syariah tentunya sudah
dituangkan kedalam kitab al-Qur’an sebagai tuntunan umat islam dalam
menjalani kehidupan. Kesempurnaan ajaran islam telah Allah tuangkan
kedalam firman-Nya:

‫ضيتُلَ ُك ُماإلسْال َم ِدينًا‬ َ ِ‫ْليَوْ َمَأ ْك َم ْلتُلَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوَأ ْت َم ْمتُ َعلَ ْي ُك ْمنِ ْع َمت‬
ِ ‫يو َر‬

Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi
agama bagimu.”

Dalam masalah muamalah, al-Qur’an memberikan Qawa’id


Al-‘Ammah (kaidah-kaidah umum) agar manusia dapat mengembangkan
berbagai transaksi yang terjadi diantara mereka. Diantara pokok
pembahasan bidang muammalah yang sangat urgen adalah mengenai harta.
Harta menjadi masalah sentral dalam kehidupan manusia.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Harta?
2. Sebutkan unsur-unsur Harta?
3. Bagaimana kedudukan dan Anjuran Untuk Memiliki Harta?
4. Bagaimana usaha manusia dalam mendapatkan harta?
5. Sebutkan pembagian-pembagian Harta?
6. Apa fungsi Harta?
C. Tujuan Penulisan
1
Hendi suhendi,fiqh muamalah, (Jakarta: PT. Raja grafindo persada 2002), 58.

1
1. Dapat mengetahui Pengertian Harta,
2. Dapat mengetahui Unsur-unsur Harta,
3. Dapat mengetahui Kedudukan dan Anjuran Untuk Memiliki Harta,
4. Dapat megetahui usaha manusia untuk mendapatkan harta,
5. Dapat mengetahui Pembagian Harta,
6. Dapat mengetahui Fungsi Harta.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta
Istilah mal atau harta digunakan oleh para fuqaha salaf dalam
pengertian yang sempit. Istilah harta hanya diterapkan pada objek yang
tampak, yaitu barang yang memenuhi kebutuhan jasmani dan nyata.
Sedangkan menurut istilah syar’i harta diartikan sebagai segala
sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum syara’
(hukum islam), seperti jual-beli (al-bay), pinjam-meminjam (‘ariyah),
konsumsi dan hibah atau pemberian. Beradasarkan pengertian tersebut.
maka, segala sesuatu yang digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari disebut dengan harta. Seperti uang, tanah, rumah,
kendaraan, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil peternakan,
perkebunan, dan juga pakaian semuanya termasuk dalam kategori al-amwal.

Adapun secara istilah ahli fiqih, harta yaitu:

1. Menurut Ulama Hanafiyah, Segala sesuatu yang mempunyai nilai dan


dapat dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusak dan
melenyapkannya.
2. Menurut Ulama Madzhab Maliki, Harta adalah hak yang melekat pada
seseorang yang menghalangi orang lain untuk menguasainya dan
sesuatu yang diakui sebagai hak milik secara ‘uruf (adat).
3. Menurut Ulama Madzhab Syafi’i, Harta adalah sesuatu yang
bermanfaat bagi pemiliknya dan bernilai.
4. Menurut Ulama Madzhab Hambali, Harta adalah sesuatu yang
mempunyai nilai ekonomi dan dilindungi undang-undang.2

Dari definisi diatas dapat kami simpulkan bahwa harta, yaitu


sesuatau yang mempunyai arti (al-qimah), sesuatu yang mempunyai
manfaat dan sesuatu yang diperoleh dengan usaha tertentu.

2
H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta:Amzah, 2010), 173-174.

3
B. Unsur-Unsur Harta
Menurut fuqaha, harta bersendi kepada dua unsur yaitu :
1. Unsur ‘Aniyah, ialah harta dalam wujud nyata,
2. Unsur ‘Urf, ialah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh
manusia atau sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu
kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat madiyah maupun
manfaat ma’nawiyah.

C. Kedudukan dan Anjuran Untuk Memiliki Harta


Disebutkan harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia
dalam menjalani kehidupan didunia ini, sehingga oleh para ulama ‘ushul
fiqh persoalan harta dimasukkan kedalam salah satu ad-dharuriyat al-
khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas : Agama, Jiwa, Akal,
keturunan, dan harta.3 Oleh karena itu banyak manusia yang
mempertahankan harta dengan segala upaya yang dilakukan, sehingga
dalam Al-Qur’an dan Hadits banyak membicarakan harta serta
kedudukannya.
1. Kedudukan harta didalam Al-Qur’an ialah sebagai berikut:
a. Harta adalah milik Allah, Manusia bukanlah pemilik mutlak, tetapi
dibatasi oleh hak-hak Allah sehingga wajib dikeluarkan zakatnya
dan peruntukan ibadah lain dari harta tersebut. Allah berfirman
didalam Al-Qur’an:

َ ‫آ ِمنُوابِاللَّ ِه َو َرسُولِ ِه َوَأ ْنفِقُوا ِم َّم‬


‫اج َعلَ ُك ْم ُم ْست َْخلَفِينَفِي ِه‬

Artinya :”Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan


nafkahkanlah sebagian dari harta mu yang telah Allah pinjamkan
kepada mu. (QS. Al-Hadid:7)

b. Harta sebagai sarana untuk memperoleh bekal menuju kehidupan


akhirat. Allah berfirman:

3
Abdul Rahman, Fiqh Muamalat,(Jakarta; kencana prenada media group,2010), 78.

4
ْ‫اَلَّ ِذ ْينَيُ ْنفِقُوْ نَا َ ْم َوالَهُ ْمفِى َسبِ ْياِل لل ِهثُ َّماَل يُ ْتبِعُوْ نَ َمااَ ْنفَقُوْ ا َواَل اَ ًذالَهُ ْماَجْ ُرهُ ْم ِع ْند ََربِّ ِه ْم َواَل َخوْ فٌ َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْميَح‬
َ‫ َزنُوْ ن‬.

Artinya:“orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah,


kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkanya itu
dengan menyebut-nyebut pemberianya dan dengan tidak
menyakiti(perasaan sang penerima), mereka memperoleh pahala di
sisi tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak(pula) mereka bersedih hati”.(Q.S Al-Baqarah:262)

c. Harta merupakan sarana untuk memenuhi kesenangan.


Didalam al-Qur’an Allah berfirman:

‫ض ِة َو ْال َخ ْياِل ْل ُم َس َّو َم ِة َواَأْل ْن َعا ِم َو‬


َّ ِ‫ير ْال ُمقَ ْنطَ َر ِة ِمنَال َّذهَبِ َو ْالف‬
ِ ‫ُزيِّنَلِلنَّا ِس ُحبُّال َّشهَ َواتِ ِمنَالنِّ َسا ِء َو ْالبَنِينَ َو ْالقَنَا ِط‬
‫ب‬ِ ‫اواللَّهُ ِع ْن َدهُ ُح ْسنُ ْال َمآ‬َ َ‫ال َحرْ ثِ َذلِ َك َمتَاع ُْال َحيَا ِةال ُّد ْني‬.
ْ

Artinya:”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan


kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
didunia dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
(Q.S. Al-Imran:14)

d. Harta sebagai ujian, pada Q.S.Ath-Taghaabun : 15

‫ِإنَّ َماَأ ْم َوالُ ُك ْم َوَأوْ اَل ُد ُك ْمفِ ْتنَةٌ َواللَّه ُِع ْن َدهَُأجْ ٌر َع ِظيم‬.

Artinya :”Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian hanyalah


cobaan (bagi kalian) disisi Allah-lah pahala yang besar.

e. Harta sebagai perhiasan, Harta merupakan perhiasan dunia yang


hanya bersifat sementara dan untuk itulah maka sebagai seorang
muslim hendaknya dapat memanfaatkan harta dengan sebaik-
baiknya untuk beribadah kepada Allah. Didalam Q.S. Al-Kahfi:46,
Allah berfirman:

َ ُ‫اَ ْل َمالُ َو ْالبَنُوْ ن َِز ْينَة‬...


‫الحيَو ِةال ُّد ْنيَا‬

5
Artinya : “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan
didunia".[6]

2. Kedudukan Harta didalam as-Sunnah


a. Harta adalah penyebab fitnah :

ْ ِ‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َميَقُوِإُل نَّلِ ُكُأِّل َّم ٍةفِ ْتنَةً َوفِ ْتنَةُُأ َّمت‬
•ٌ‫يال َمالُقَاَأَلبُو ِعي َسىهَ َذا َح ِديث‬ ٍ ‫َع ْن َك ْعبِ ْبنِ ِعيَا‬
َ َّ‫ضقَالَ َس ِم ْعتُالنَّبِي‬
ٌ‫َريب‬ َ ٌ‫ َح َسن‬.
ِ ‫ص ِحي ٌحغ‬

Artinya:“Dari Ka’ab bin “Iyyadh telah berkata, aku mendengar


nabi bersabda,” sesungguhnya bagi setiap umatku adanya fitnah
(ujian) nya dan fitnah bagi umatku adalah masalah harta”.

b. Harta sebuah nikmat ketika dimanfaatkan oleh orang-orang yang


shalih.

‫ رواهأحمد‬. ‫نعمالمااللصالحللمرءالصالح‬

Artinya : ”Sebaik-sebaik harta adalah yang ada pada seorang


yang shalih”. (HR. Ahmad)4

D. Cara memperoleh harta


Harta merupakan sebuah kebutuhan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan didunia ini. Oleh karena itu, Allah memerintahkan manusia untuk
berusaha mencari harta dan memilikinya. Tentu saja dengan memakai cara
yang halal dan tidak melanggar norma-norma agama.

Allah berfirman:

ِ ْ‫صاَل ةُفَا ْنتَ ِشرُوْ افِيااْل َر‬


ِ‫ض َوا ْبتَ ُغوْ ا ِم ْنفَضْ اِل هلل‬ ِ ُ‫فَا ِ َذاق‬...
َّ ‫ضيَتِال‬

Artinya : “apabila telah diturunkan sembahyang maka bertebaranlah kamu


dimuka bumi dan carilah karunia Allah”.(Q.S.Al-Jumu’ah:10).

4
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah,(Jakarta; PT.Raja grapindo persada,2002), 42-43.

6
seseorang melakukan usaha dalam mencari karunia Allah dengan
bersungguh-sungguh, Allah menyuruh kepada seseorang itu untuk memohon
kepada Allah agar dilimpahkan karunia tersebut itu dalam bentuk rezeki. Hal
ini tertulis pada surah An-Nisa’:32

‫ َوا ْساَلُوْ االلهَ ِم ْنفَضْ لِ ِهاِنَّاللهَ َكانَبِ ُكلِّ َش ْيٍئ َعلِ ْي ًما‬.

Artinya : “dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.


sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu”.(Q.S.An-Nisa’:32).

Bila seseorang tersebut telah berusaha dan telah meminta pula


perkenan dari Allah, maka Allah akan memberikan karunianya kepada
siapaun yang ia kehendaki. Sebagaimana firmanya:

‫وااللفَضْ اِل ْل َع ِظي ِْم‬


ْ ‫ َذالِ َكفَضْ اُل لل ِهيُْؤ تِ ْي ِه َم ْنيَ َشآ ُء َواللهُ ُذ‬.

Artinya: “demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang


dikehendaki-Nya, dan Alllah mempunyai karunia yang besar”.(Q.S.Al-
Jumu’ah:4).

Islam tidak melarang kehendak seseorang untuk memperoleh harta


selagi dengan cara yang halal dan baik. Namun hal tersebut bukan berarti
islam tidak membatasi seseorang dalam mencari harta. Bagaimanapun juga
yang menentukan kekayaan dan rezeki adalah Allah swt. Disamping itu,
dalam pandangan islam harta itu bukanlah sebuah tujuan, tetapi merupakan
alat untuk menyempurnakan kehidupan dan untuk mencapai keridhoan Allah.

Jika harta tersebut dicari dengan ketentuan Allah yaitu dengan cara
yang halal dan toyib, maka pemanfaatanya pun harus sesuai dengan panduan
Allah:

1. Digunakan untuk kepentingan kebutuhan hidup,


2. Digunakan untuk memenuhi kewajibanya kepada Allah yaitu dengan
zakat,nazar, kewajiban yang harus ditunaikan untuk keluarga, yaitu istri,
anak, dan kerabat.

7
3. Dimanfaatkan untuk kebutuhan sosial.5

E. Pembagian harta
Menurut para fukaha, harta ditinjau dari beberapa segi. Harta terdiri
dari beberapa bagian, dan tiap-tiap bagian mempunyai ciri dan hukum
sendiri. Pembagian tersebut sebagai berikut:
1. Mutaqawwim dan gair mutaqawwim
Mutaqawwim ialah sesuatu yang boleh diambil manfaatnya
menurut syara. Harta yang termasuk mutaqawwim ialah segala harta
yang baik jenisnya, baik pula cara memperolehnya, dan diperbolehkan
oleh syara’. Misalkan seperti makanan, pakaian,dll.
Sedangkan harta ghair mutaqawwim, ialah harta yang belum
dicapai oleh suatu usaha atau belum sepenuhnya berada dalam
genggaman kepemilikan manusia, misalkan mutiara didasar laut,
minyak diperut bumi,dll.
Atau pun harta tersebut tidak diperbolehkan secara syara’ untuk
dimanfaatkan kecuali dalam keadaan darurat, seperti minuman keras.
Bagi orang muslim, harta ghair mutaqawwim tidak boleh dikonsumsi,
kecuali dalam keadaan darurat saja.
2. ‘iqar dan manqul
Menurut Hanafiah, manqul adalah jenis harta yang dapat
dipindah, ditransfer dari satu tempat ke tempat yang lainya baik bentuk
fisik dan zatnya berubah ataupun tidak pada saat terjadi perpindahan.
Misalkan uang, harta dagang,hewan ataupun harta yang dapat
ditimbang dan diukur.
Sedangkan ‘iqar, adalah harta yang tidak dapat dipindah dari
tempat satu ke tempat yang lainya seperti tanah, rumah, taman,gedung,
dll.
3. Mitsli dan qimi

5
Dimyauddin djuawaini, Pengantar Fiqh Muamalah,(Yogyakarta; Pustaka
pelajar,2008), 40-41.

8
Al-mal al-mitsli ialah harta yang memiliki persamaan,
kesetaraan atau kesamaan dipasar, tidak ada perbedaan pada bagian-
bagianya dan kesatuanya. Yaitu perbedaan atau kekurangan yang bisa
terjadi dalam aktifitas ekonomi. Harta mitsli terbagi atas empat bagian.
Yaitu harta yang ditakar(al-makilaat), harta yang ditimbang(al-
mauzunaat), harta yang dihitung(al-‘adadiyaat), dan harta yang dijual
permeter(adz-dzira’iyaat).
Al-mal al-qimi adalah jenis harta yang tidak memiliki padanan,
dan jika terdapat persamaan antara satu dengan yang lain maka nilai
jual nya berbeda. Misalkan antara telur yang berkualitas baik dan yang
berkualitas buruk.

4. Istihlaki dan isti’mali


Al-mal al-istihlaki adalah jenis harta yang tidak bisa
dimanfaatkan kecuali dengan merusak atau merubah bentuk dari barang
tersebut. Misalkan seperti makanan dan minuman. Artinya barang
tersebut tidak mendatangkan manfat kecuali dengan merusaknya.
Adapun untuk uang, apabila dalam hal jual beli telah
dilaksanakan akad pembelian dan uang telah berpindah tangan, maka
kepemilikanya telah hangus walaupun bentuknya secara fisik masih
sama. Intinya, harta istihlaki adalah harta yang hanya digunakan untuk
sekali pakai.
Al-mal al-isti’mali adalah harta yang dapat digunakan tanpa
harus merusak bentuk fisiknya. Seperti rumah,kontrakan,dll. Harta
isti’mali dapat digunakan beberapa kali dan bisa digunakan sebagai
objek ijarah(sewa).6

F. Fungsi harta
Adapun dari sekian banyak fungsi harta antara lain sebagai berikut:
1. Berfungsi sebagai penyempurna pelaksanaan ibadah.
2. Untuk meneruskan kehidupan dari periode ke periode selanjutnya.
6
H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta:Amzah, 2010), 175-176.

9
3. Untuk memutar peranan kehidupan antara tuan dan pembantu.
4. Untuk menumbuhkan silahturahim.
5. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu
6. Keharmonisasn hidup bernegara dan bermasyarakat.7

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Harta adalah segala sesuatu yang digunakan dan dimanfaatkan oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan harta. Seperti uang,

7
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung:PustakaSetia,2001),31-32.

10
tanah, rumah, kendaraan, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil
peternakan, perkebunan, dan juga pakaian semuanya termasuk dalam
kategori al-amwal.
2. Unsur ‘Aniyah, ialah harta dalam wujud nyata. Unsur ‘Urf, ialah segala
sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh manusia atau sebagian manusia,
tidaklah manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya,
baik manfaat madiyah maupun manfaat ma’nawiyah.
3. Disebutkan harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam
menjalani kehidupan didunia ini, sehingga oleh para ulama ‘ushul fiqh
persoalan harta dimasukkan kedalam salah satu ad-dharuriyat al-khamsah
(lima keperluan pokok), yang terdiri atas : Agama, Jiwa, Akal, keturunan,
dan harta.
4. Harta merupakan sebuah kebutuhan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan didunia ini. Oleh karena itu, Allah memerintahkan manusia
untuk berusaha mencari harta dan memilikinya. Tentu saja dengan
memakai cara yang halal dan tidak melanggar norma-norma agama.
5. Mutaqawwim ialah sesuatu yang boleh diambil manfaatnya menurut
syara, ‘iqar, adalah harta yang tidak dapat dipindah dari tempat satu ke
tempat yang lainya seperti tanah, rumah, taman,gedung.
6. Harta berfungsi sebagai penyempurna pelaksanaan ibadah, untuk
meneruskan kehidupan dari periode ke periode selanjutnya, untuk
memutar peranan kehidupan antara tuan dan pembantu, untuk
menumbuhkan silahturahim.

DAFTAR PUSTAKA

Hendi suhendi,Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja grafindo persada 2002.

H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta:Amzah, 2010

Abdul Rahman, Fiqh Muamalat,Jakarta; kencana prenada media group,2010.

11
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah,Jakarta; PT.Raja grapindo persada,2002.

Dimyauddin djuawaini, Pengantar Fiqh Muamalah,Yogyakarta; Pustaka


pelajar,2008.

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung:PustakaSetia,2001.

12

Anda mungkin juga menyukai