Di Susun oleh:
Devi Natania (2022050102063)
Indah (2020050102128)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Sitti Nur Annisa Amalia S.HI,. ME
sebagai dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................2
BAB II................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Definisi Harta Menurut Al-Quran........................................................3
B. Harta Sebagai Perhiasan Dunia............................................................6
C. Transformasi Harta Menjadi Al-Baqiyat Shalihat..............................7
D. Kedudukan dan Fungsi Harta..............................................................8
E. Cara Pengelolaan Harta Dalam Islam..................................................9
F. Tafsir Ayat-Ayat yang Berkaitan dengan Harta................................12
BAB III................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harta adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam hidup, terutama
dalam kehidupan ekonomi. Karena itu Al-Qur’an pun memberikan perhatian
dan mendorong umat Islam untuk mencari harta. Perhatian dan dorongan ini,
antara lain dibuktikan dengan pengulangan kata maal (harta) dalam al-
Qur’an sebanyak 85 kali, bahkan lebih banyak daripada pengulangan kata-
kata nabi yang terulang sebanyak 80 kali.
1
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang :Karya Abadi Jaya, 2015. Hal 17-
2
M. Ali Hasan, Zakat dan Infaq; Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2008), h. 5-6.
1
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka
bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung”.
3
Muhammad Djakfar, Agama, Etika Dan Ekonomi; Wacana Menuju Pengembangan Ekonomi
Rabbaniyah, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 18.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sebagainya. Hal itu tidak disebut harta sebab terlalu sedikit hingga
zatnya tidak bisa dimanfaatkan jika disatukan dengan hal lain7.
7
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 22.
8
Abdul Rahman Ghazaly.,at all, Fiqh Muamalat, h. 45.
9
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat, h. 66.
4
semua klaim hukum. Setelah memilikinnya maka klaim itu dilindungi oleh
hukum. Dan hak milik pribadi ialah hak seseorang untuk memperoleh manfaat
dari hartabenda secara langsung atau tidak langsung, misalnya melalui
pemakaian sewa-menyewa dan sebagainya10.
Kata milik berasal dari bahasa Arab al-milk, yang secara etimologi berarti
penguasaan terhadap sesuatu. Al-milk juga berarti sesuatu yang dimiliki (harta).
Milk juga berarti hubungan seseorang dengan suatu harta yang diakui oleh syara’,
yang menjadikannya mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta itu, sehingga
ia dapat melakukan tindakan hukum terhadap harta tersebut kecuali adanya
larangan syara’. Kata milik dalam Bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari
kata al-milk dalam bahasa Arab.
Adapun yang dimaksud dengan kepemilikan menurut Islam adalah
pemberian hak milik dari suatu pihak kepada pihak yang lainnya sesuai
dengan ketentuan syariat untuk dikuasai, yang pada hakikatnya hak itu adalah
milik Allah swt. Hal ini berarti bahwa kepemilikan harta adalah yang
didasarkan pada agama. Yang artinya, kendati manusia sebagai pemilik
eksklusif, namun kepemilikan itu hanya sebatas amanah dari pemilik yang
10
Julian Ifnul Mubaroh, Kamus Istilah Ekonomi, (Bandung: Yrama Widya, 2012), h. 78-79.
11
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis; Menangkap Spirit Ajaran Lngit dan Pesan Moral Ajaran Bumi (Jakarta:
Penebar Plus, 2012), h. 105.
5
“Dijadikan terasa indah pada (pandangan) manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang bertumpuk dalam
bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)”.
Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di menyatakan bahwa Allah
mengkabarkan kepada kita bahwa Dia telah menghiasi bagi manusia kecintaan
kepada dunia, khususnya pada harta benda yang telah disebutkan dalam ayat ini,
karena semua itu adalah sebesar-besar syahwat (keinginan) sedangkan yang
lainnya hanya mengikutinya.
Ibn Katsir menyatakan bahwa Allah telah mengkabarkan kepada kita
bahwa kehidupan dunia ini adalah salah satu kenikmatan (kelezatan) dan di antara
kenikmatan yang ada di dunia ini adalah wanita, anak-anak dan harta benda.
Imam ath-Thabari menyatakan bahwa manusia berbecla penclapat
mengenai siapakah yang menjadikan tampak indah perhiasan dunia ini, sebagian
golongan berpenclapat bahwa Allahlah yang menjadikan hal itu, dan ini adalah
zhtihir dari ucapan 'Umar bin Khattab seperti yang disebutkan oleh Imam Bukhari
dalam ayat lain yang disebutkan:
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai
perhiasan baginya (Q.S. al-Kahfi: 7).
Allah Ta’ala memberitahukan bahwa kekayaan dan anak-anak adalah
perhiasan kehidupan dunia, hanya saja sesuatu yang lebih bermanfaat dan
membahagiakannya adalah amalan-amalan yang kekal lagi ṣālih. Ini mencakup
seluruh jenis ketaatan yang wajib atau sunnah, yang bertalian dengan hak-hak
Allah dan hak-hak sesama manusia berupa ṣalāt, zakāt, sedekah, haji, umrah,
bertasbih (mengucapkan) tahmīd, tahlīl dan takbīr, membaca (Al-Qur’ān),
mencari ilmu yang bermanfaat, melakukan amar ma’ruf nahi munkar, menjalin
tali silaturahmi, berbakti kepada kedua orang tua, melaksanakan hak-hak istri,
6
budak-budak dan hewan-hewan serta seluruh jenis perbuatan baik yang ditujukan
kepada sesama manusia. Ini semua termasuk baqiyyatuṣṣalihat (amalan-amalan
yang kekal lagi shalih).
C. Transformasi Harta Menjadi Al-Baqiyat Shalihat
Ketika membaca Surat Al-Kahfi ayat ke-46, kita menemukan di sana
disebutkan suatu amalan yang ganjarannya lebih utama dibanding perhiasan dunia
yang berupa anak dan harta. Ya, amalan itu adalah al-bâqiyat ash-shâlihât, adapun
ayatnya adalah:
اْلَم اُل َو اْلَبُنوَن ِز يَنُة اْلَحَياِة الُّد ْنَيا َو اْلَباِقَياُت الَّصاِلَح اُت َخْيٌر ِع ْنَد َر ِّبَك َثَو اًبا َو َخْيٌر َأَم اًل
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-bâqiyat ash-shâlihât) adalah lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Apa sebenarnya makna dimaksud al-bâqiyat ash-shâlihât dalam ayat ini?
Jika menelaah dalam kitab tafsir Jalalain, di sana disebutkan:
همssبر زاد بعضssبحان هللا والحمد هلل وال إله إال هللا وهللا أكssَو الَباِقَياُت الَّصاِلَح اُت (هي س
وه عند هللاssوال حول وال قوة إال باهلل) َخْيٌر ِع ْنَد َر ِّبَك َثَو اًبا َو َخْيٌر َأَم اًل (أي ما يأمله اإلنسان ويرج
تعالى
Artinya: “Dan al-bâqiyat ash-shâlihât—yaitu subhânallâh, wal
hamdulillâh, wa lâ Ilâha illallâh, wa Allâhu akbar, sebagian ulama menambahkan:
wa lâ hawla walâ quwwata illâ billâh—adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan—tegasnya: sesuatu yang mana
manusia mencita-citakan dan mengharapkannya di sisi Allah ta’ala.
Sumber: https://nu.or.id/tafsir/makna-al-baqiyat-ash-shalihat-dalam-al-quran-dan-
keutamaannya-QdGai
7
keturunan adalah untuk mengingatkan hamba Allah Swt. agar harta dan keturunan
tidak membuat mereka lalai.
D. Kedudukan dan Fungsi Harta
Harta termaksud salah satu kebutuhan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini, sehingga oleh ulama Ushul Fiqhi persoalan harta
dimasukkan di dalam salah satu al-dhoruriyat al-khamsah (lima keperluan
pokok), yang terdiri dari: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Selain sebagai
kebutuhan, harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia, sarana memenuhu
kesenangan, dan sarana untuk menghimpun bekal bagi kehidupan akhirat.12
Adapun fungsi harta bagi kehidupan manusia sangatlah banyak adanya.
Harta dapat menunjang kegiatan manusia baik dalam kebaikan atau keburukan.
Oleh karena itu manusia selalu berusaha untuk memiliki dan menguasainnya.
13
Biasannya cara memperoleh harta, akan berpengaruh terhadap fungsi harta.
Namun dalam pembahasan ini, fungsi harta yang akan dikemukakan terkait
dengan aturan syara’, antara lain untuk:
1) Kesempurnaan ibadah. Sebab dalam beribadah dibutuhkan alat-alat,
seperti shalat memerlukan kain untuk menutup aurat, serta bekal untuk
ibadah haji, zakat sedekah dan sebagainya.
2) Memelihara dan meningkatkan keimanan serta ketaqwaan kepada Allah,
sebagaimana kefakiran dekat dengan kekufuran.
3) Meneruskan estafet kehidupan agar tiadak meninggalkan generasi yang
lemah. Sebagaimana firman Allah QS An-Nisa 5:9, yang artinya:
12
Abdul Rahman Ghazaly.,at all, Fiqh Muamalat, h. 20.
13
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, h. 31.
8
bersabda, yang artinya:
Sebenarnya bias saja diperluas fungsi harta, akan tetapi tidak boleh dalam
penggunaannya bertentangan dengan syariat Islam, karena harta akan
dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.16
E. Cara Pengelolaan Harta Dalam Islam
Dalam menyikapi harta yang ada dalam genggaman, yang perlu dipikirkan
oleh seorang muslim bukanlah segera membelanjakannya. Namun perhatian
utama bagi seorang muslim adalah keadaan saudara seimannya sebagai bentuk
kepedulian sosial. Dalam hal ini, pengelolaan harta secara Islami dapat melalui
cara-cara berikut, yaitu :
1. Charity (Berbagi)
Berbagi baik dilakukan sendiri maupun berdonasi melalui lembaga
merupakan anjuran dalam agama Islam. Saat seseorang berbagi maka
dirinya telah taat pada Allah. Ketika berbagi dengan sendirinya akan
14
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, h. 31-32.
15
Abdul Rahman Ghazaly.,at all, Fiqh Muamalat, h. 23.
16
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat, h. 65.
9
mengundang keberkahan hidup di dunia dan membuka jalan datangnya
rezeki. Dalam surat Az-Zariyat ayat 19 Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman yang artinya,
“Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta.”
Saat harta telah sampai pada nisab dan haul maka seorang muslim wajib
mengeluarkan zakat mal. Mekanisme zakat merupakan cara Islam untuk
meredam ketamakan dan meratakan kesejahteraan.
Tetapi jika belum sampai pada batas tersebut, ada mekanisme lain yang
bisa dilakukan dalam berbagi untuk mengundang keberkahan dari Allah.
Cara itu adalah dengan sedekah, infak maupun wakaf. Semuanya
merupakan cara berbagi yang masing-masingnya memiliki keutamaan.
2. Hutang (Debt)
Bisa dikatakan hampir mayoritas manusia di bumi memiliki hutang.
Meskipun diperbolehkan, sebaiknya berhati-hati dengan hutang. Surga
sangat sensitif dengan seseorang yang masih memiliki hutang dan belum
sempat terbayarkan saat hidup. Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda yang artinya,
“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia
terbebas dari tiga hal yaitu sombong, khianat dan hutang maka dia akan
masuk surga.” (HR Ibnu Majah).
Saat memiliki harta seorang muslim sebaiknya segera melunasi hutangnya.
Terlebih kematian tidak diketahui kapan datangnya. Terkait hal ini
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menegaskan dalam hadits lain
yang artinya,
“Semua dosa orang yang mati syahid diampuni, kecuali
hutang.” (HR Muslim).
Tidak sungguh-sungguh melunasi hutang sama halnya dengan menunda
hak sesama. Dengan demikian imbasnya bisa jadi Allah akan menunda hak
kita utamanya dalam harta. Bersegera melunasi hutang akan
mendatangkan berbagai rezeki yang lain.
10
3. Investasi (Investment)
Sebagaimana disinggung di atas, harta kekayaan dalam Islam merupakan
sarana untuk mengembangkan diri serta pengembangan usaha. Maka
adanya harta yang dimiliki akan lebih baik jika segera diinvestasikan
dalam sebuah usaha atau kerjasama.
Hal ini merupakan kebiasaan para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam pada masa silam. Sahabat seperti Utsman bin Affan,
Abdurrahman bin Auf, Umar bin Khattab dan lain sebagainya merupakan
pebisnis ulung. Diketahui ketika memiliki harta mereka tidaklah
menyimpan dengan niat menimbun. Pilihan yang mereka ambil hanya dua,
untuk melakukan bisnis atau biaya jihad di jalan Allah. Terkait hal ini
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Hasyr ayat 18 yang
artinya,
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha
Teliti pada apa yang kamu kerjakan.”
Dengan berinvestasi juga akan mencegah seorang muslim dari maksiat.
4. Konsumsi
Konsumsi atau berbelanja kebutuhan sebaiknya ditempatkan dalam urutan
terakhir. Terlebih jika itu hanya untuk makan dan fashion. Berbeda dengan
urusan pendidikan yang memang perlu dialokasikan khusus. Jika menuruti
keinginan perut, diberikan sebanyak dan senikmat apapun manusia tidak
akan cukup. Hal tersebut merupakan dorongan dari nafsu. Padahal ketika
merujuk dalam agama Islam, seorang muslim tidak boleh berlebihan
dalam urusan perut.
11
“Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang bagus pada
setiap (masuk) masjid, makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan.
Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
F. Tafsir Ayat-Ayat yang Berkaitan dengan Harta
Karena banyaknya ayat tentang harta maka tulisan ini hanya mengambil
dua interpretasi dari dua ayat berikut ini:
Dimana Allah Swt. 2berfirman:
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep harta dan kepemilikan dalam ajaran Islam,pada intinya adalah
menyadari sepenuhnya bahwa pemilik hakiki dari segala sesuatu adalah Allah
swt, manusia yang berlaku sebagai khalifah, hanya merupakan pemilik
sementara dari apa yang dimilikinya. Oleh karena itu dalam segala tindakan
ekonomi atau dalam usaha memperoleh harta kekayaan, manusia harus melalui
jalan yang diridhoi oleh syariat baik dalam perolehan sumber, prosesnya ataupun
pemanfaatan hasil kekayaan tersebut. Karena pada intinnya segala sesuatu yang
dimiliki oleh manusia akan dimintai pertanggung jawabannya diakhirat kelah
oleh Allah swt.
B. Saran
Tentunya kami menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun para pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
Badroen, Faisal. at all. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2007.
Dimyati, Ahmad. Teori Keuangan Islam,(Yogyakarta: UII Press, 2008.
Al-Asror, M. K. (2022). Konsepsi Al-Quran Tentang Harta (Studi Tafsir Ayat
Iqtishad). Jurnal Riset Ekonomi Islam, 51-63.
14
Syafei, Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.
15