Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEORI TENTANG HARTA DAN PERMASALAHANNYA

DOSEN PENGAMPU : EKA NURAINI RAHMAWATI, DR.,DRA.,M.Si.

KELOMPOK 6

AL FAHRA NAZLA AQILA 215210601

AMNA FADHILAH AZZATI 215210273

FERLYANA DERIL 215210596

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat,
karunia serta hidayahnya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah
untuk memenuhi studi mata kuliah ekonomi islam ini. Serta tak lupa shalawat dan salam kita
sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW, dimana berkat perjuangan dan keberanian
beliau, kita dapat merasakan hidup di zaman yang serba canggih yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta menjadikan dunia yang tidak terbatas seperti saat ini.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah ekonomi islam,
IBUK EKA NURAINI RAHMAWATI, DR.,DRA.,M.Si. atas tugas pembuatan makalah ini
yang berjudul “Teori Tentang Harta dan Permasalahannya”.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam pengantar ini, semoga makalah yang kami
sajikan ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Permohonan maaf kami
ucapkan kiranya dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan yang berasal dari
kurangnya ilmu pengetahuan pada kami sendiri. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar kedepan kami dapat memperbaikinya.

Pekanbaru, 5 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................................................................
4
Rumusan Masalah...................................................................................................................................
4

BAB II PEMBAHASAN PRODUK


A. Teori harta menurut islam .................................................................................................................
5
B. Pengertian kepemilikan .....................................................................................................................
6
C. Hubungan manusia dengan harta.......................................................................................................
7
D. Cara memperoleh harta..........................................................................................................
9
E.Fungsi harta..............................................................................................................................................
11
F. Pengaruh kepemilikan harta benda terhadap jiwa manusia....................................................................
12
G. Tiga bentuk harta yang bisa dimiliki oleh seseorang.............................................................................
13
H. Macam macam kepemilikan...................................................................................................................
13
I. Cara memanfaatkan harta .......................................................................................................................
15
J.Harta milik sejati manusia........................................................................................................................
16
K.Hak milik sebagai alat untuk ibadah.......................................................................................................
16

3
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................................................................
18
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................
19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harta atau mal jamaknya amwal, secara etimologis mempunyai beberapa arti yaitu condong,
cenderung, dan mining. Karena memang manusia condong dan cenderung untuk memiliki
harta. Ada juga mengartikan al-mal dengan sesuatu yang menyenangkan manusia dan
mereka menjaganya, baik dalam bentuk materi maupun manfaat. Ada juga yang
mengartikan dengan sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh manusia baik berupa benda
tampak seperti emas. perak, binatang, tumbuhan, maupun yang tidak tampak, yakni manfaat
seperti kendaraan, pakaian, dan tempat tinggal. Oleh karena itu menurut etimologis,sesuatu
yang tidak dikuasai manusia tidak bisa dinamakan harta, seperti burung di udara, ikan di
dalam air, pohon di hutan, dan barang tambang yang ada di bumi.

Adapun pengertian harta secara terminologis, yaitu sesuatu yang diinginkan manusia
berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu akan memberikannya atau menyimpannya. Sesuatu
yang tidak dapat disimpan tidak bisa disebut harta. Karena itu, menurut Hanafiah manfaat
dan milik tidak disebut harta. atau harta adalah sesuatu zat ('ain), yang berharga bersifat
materi yang berputar di antara manusia. Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah pasal 1
ayat (9) amwal (harta) adalah benda yang dapat dimiliki, dikuasai, diusahakan, dan

4
dialihkan, baik benda berwujud maupun tidak berwujud, baik benda terdaftar maupun tidak
terdaftar, baik benda yang bergerak maupun tidak bergerak dan hak yang mempunyai nilai
ekonomis. Pengertian harta dalam kompilasi hukum ekonomi syariah lebih lengkap dan
lebih luas.

1.2 Rumusan Masalah


 Mengetahui teori harta menurut islam
 Mengetahui hubungan manusia dengan harta
 Mengetahui cara memperoleh harta
 Mengetahui fungsi harta
 Mengetahui pengaruh kepemilikan harta benda terhadap jiwa manusia
 Mengetahui bentuk harta yang bisa dimiliki oleh seseorang
 Mengetahui cara memanfaatkan harta

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Harta Menurut Islam


Seperti yang telah kita ketahui bahwasanya di dunia ini ada dua macam sistem
ekonomi yang telah kita kenal, yaitu sistem ekonomi liberal dan sosialis.
Dalam sistem ekonomi liberal, manusia dibebaskan untuk memperoleh harta
benda/kekayaan sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara walaupun dengan cara
mengeksploitasi orang lain. Sistem ini akan menimbulkan jurang yang sangat dalam antara
orang kaya dengan orang miskin. Kebalikan dengan ekonomi liberal, sistem ekonomi
sosialis menganut adanya keterbatasan akan kepemilikan harta benda/ kekayaan. Untuk
mewujudkan sistem ini, peran negara sebagai alat kontrol sangat penting. Hasil dari sistem
ekonomi ini adalah pemerataan akan kepemilikan kekayaan di antar warga negara.
Kedua sistem ekonomi tersebut tentu tidaklah adil, karena d satu pihak ada yang
memiliki harta/kekayaan yang berlimpah tetap di lain pihak ada yang sangat kekurangan.
Begitu juga dalam sistem ekonomi sosialis yang menganut pemerataan dalam kepemilikan,

5
sebab hal ini tidaklah mungkin karena setiap orang mempunya potensi untuk memperoleh
kekayaan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Di dalam sistem ekonomi Islam, kepemilikan sudah diatur di dalam Al-Qur'an dan
hadits. Alam semesta beserta isinya adalah mutlak milik Allah Swt. Manusia sebagai
khalifah di muka bumi diberikan hak oleh Allah atas segala benda yang ada di sekitarnya,
namun bukan hak untuk memilikinya secara mutlak, melainkan hak untuk mengelolanya dan
mengambil manfaat dalam batas- batas tertentu. Pemberian hak oleh Allah atas benda
tersebut harus diimbangi dengan kewajiban untuk mewujudkan kebaikan dan kemakmuran
bersama.
Di dalam Al-Qur'an dan hadits terdapat penjelasan mengenal kepemilikan akan
benda sehingga kita mengetahui betapa Islam sangat memperhatikan kepemilikan ini kerena
sangat berhubungan dengan kesejahteraan umat.

B. Pengertian Kepemilikan
Kepemilikan dapat diartikan juga dengan hak milik, dan dalam bahasa Arab disebut
sebagai haqq mali, yaitu hak-hak yang terkait dengan dengan kehartabendaan dan manfaat,
atau penguasaan terhadap sesuatu yang dimiliki (harta) Hubungan seseorang dengan suatu
harta yang diakui oleh syariah menjadikannya mecopunya kekuasaan khusus terhadap harta
tersebut, sehingga sa dapar melakukan tindakan hukum terhadap harta itu, kecuali ada
halangan syarah Dalam hubungan ini manusia berhak mengurus dan memanfaatkan milik
mutlak Allah itu dengan cara-cara yang benar dan halal serta berhak memperolah bagian dan
hasil usahanya. Pada prinsipnya hukum Islam tidak mengakui hak milik seseorang atas
sesuatu benda secara mutlak, karena hak mutlak atas sesuatu benda hanya pada Allah.
Terapi karena untuk kepastian hukum di dalam masyarakat agar menjamin kedamaian dalam
kehidupan bersama, maka kepemilikan atau hak milik seseorang atas suatu benda diakui
dengan pengertian bahwa hak milik itu harus diperoleh secara halal dan harus berfungsi
sosial (Anwar Harjono, 1968: 140, 149)
Banyak sekali ayat dan hadits yang membicarakan tentang kepemilikan. Namun yang
dijadikan ayat utama untuk membahas masalah kepemilikan ini antara lain:
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya, dan dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. al- Maa idah: 120)
"Dan janganlah kamu iri bati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian
kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian
daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pan) ada bagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonla kepada Allah sebagian dari karunia Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. an-Nisaa: 32)
“Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usabakan.
Sesungguhnya Allah Maha Cepat hisab-Nya." (QS. Ibrahim: 51)

6
Alam semesta ini harus dikelola dengan baik demi kesejahteraan manusia dan
lingkungan sekitarnya. Kaitan harta milik pribadi dengan kepentingan umum yaitu bahwa
Islam sangat menghormati kemerdekaan seseorang untuk memiliki sesuatu selama itu
sejalan dengan cara yang digariskan syariah. Manusa bebas mengembangkan hartanya
tersebut dan mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan cara yang jujur. Namun pemilik
harta secara hakiki adalah Allah Swt. Seseorang dikatakan memilik harta secara majasi dan
harta itu merupakan amanah yang harus dipergunakan untuk kemaslahatan dirinya dan orang
lain. Hal ini sebagaimana firman Allah,
"Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya den nafkahkanlah sebagian dari hartamu
yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di
antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pabala yang besar
(QS, al-Hadud: 7)
Yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara
mutlak. Hak milik pada hakikatnya adalah pada Allah Manusia harus menafkahkan hartanya
sesuai dengan hukum Allah
Manusia berhak memperoleh bagian dari hasil usahanya, dan banyaknya hasil
usaha atau harta benda yang dimiliki oleh tiap- tiap manusia tidaklah bisa sama rata. Karena
Manusiadiberi oleh Allah Swt kemampuan akal dan potensi yang berbeda-beda di antara tiap
makhluk-Nya. Dia telah menunjukkan adanya perbedaan kepemilikan dalam harta ini.
Allah Swt berfirman,
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu
lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada
apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mobonlab kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. an-Nisaa: 32)
"Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan.
Sesungguhnya Allah Maba Cepat bisab-Nya." (QS. Ibrahim: 51)
Agar pembalasan diberikan, lafaz ini ber ta'alluq kepada lagar barazua (oleh Allah kepada
tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan); baik berupa kebaikan ataupun keburukan.
Sesungguhnya Allah Maha Cepat hisab-Nya, Dia menghisab semua makhluk selama
setengah hari menurut ukuran hari dunia, demikianlah menurut penjelasan hadits.Pada setiap
harta yang dimiliki orang seseorang pasti ada hak untuk orang lain. Rasulullah Saw
bersabda,
"Sesungguhnya dalam setiap barta itu ada hak-hak orang lain selain zakat." (HR. at-
Tirmidzi) Dalam hadits lain, beliau bersabda,
"Bumi ini adalah bumi Allah, dan siapa yang menggarapnya ia lebih berhak atas
garapannya itu." (HR. al-Bukhari)

7
C. Hubungan Manusia Dengan Harta
Harta yang dimiliki secara pribadi mempunyai batasan-batasan, yaitu:
 Tidak memberi mudharat kepada orang lain atau sebaliknya, dan orang lain
dapat menikmati manfaatnya.
 Harta tersebut dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat dan
pemerintah, seperti zakat, pajak dan biaya lainnya yang dibutuhkan oleh
negara dalam situasi tertentu seperti perang dan untuk kebutuhan fakir
miskin.
1. Harta adalah Pemberian Allah Swt (Allah Maha Pemberi Rezeki)
Allah Swt berfirman,

ِ ْ‫َو َما ِمن دَابَّ ٍة فِي اَأْلر‬


ٍ َ‫ض ِإاَّل َعلَى هَّللا ِ ِر ْزقُهَا َويَ ْعلَ ُم ُم ْستَفَرهَا ومستودعها كل في ِكت‬
‫ب ُّمبِين‬
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melala pan di bumi melainkan Allah-lah yang
membin rezekinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya semuanya tertulis dalam kitab yang mata (laub mabfuh)" (QS. Huud: 6)
Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang
bernyawa.
Menurut sebagian ahli tafsir, yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah
dunia, dan tempat penyimpanan ialah akhirat. Dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain
maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi, dan tempat penyimpanan ialah rahim
2. Kepemilikan Mutlak hanyalah Milik Allah Swt
Allah Swt berfirman,

ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
‫ض َو َما فِي ِه َّن َوه َُو َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِديرًا‬ ُ ‫هَّلِل ِ ُم ْل‬
ِ ‫ك ال َّس َم َوا‬
"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya, dan dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. al-Maa idah: 120)
3. Manusia sebagai Khalifah hanyalah Berhak Mengurus dan Memanfaatkan Hak Milik
dengan Cara-cara yang Sesuai dengan Keinginan Allah Swt
Allah Swt berfirman,

ِ ‫صيبٌ ِم َّما َأ ْكتَ َسبُوا َولِلنِّ َسا ِء ن‬


‫َصيبٌ ِّم َّما ا ْكتَ َسبَ َّن َو ْستَلُوا هَّللا َ ِمن‬ َ ‫ض َل هَّللا ُ بِ ِه بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُك ْم َعلَى بَع‬
ِ َ‫ْض لِل ِّر َجا ِل ن‬ َ َ‫َواَل تَتَ َمنَّوْ ا َما ف‬
‫فَضْ لِ ِه ۚ ِإ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِي ًما‬

8
"Dan janganlah kamu ini bati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian
kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian
daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. an-Nisaa: 32)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya hukum Islam
tidak mengakui hak milik seseorang atas sesuatu benda secara mutlak, karena hak mutlak
pemilikan atas sesuatu benda hanya pada Allah Swt. Namun karena diperlukan adanya
kepastian hukum dalam masyarakat, untuk menjamin kedamaian dalam kehidupan bersama,
maka "hak milik" seseorang atas suatu benda diakui dengan batasan, yaitu hak untuk
mengurus dan memanfaatkan benda yang diberikan oleh Allah itu diimbang dengan
kewajiban untuk mewujudkan kebaikan dan kemakmuran bersama. Dan sebagai pengurus
milik Allah, manusia haru menyesuaikan penggunaan harta sesuai dengan kehendak Allah
Dalam konsep ekonomi Islam, Tidak ada sedikit pun di antara yang kami punyai
(yakni barta dan penghasilan) benar-benar jadi milikm kecuali yang kamu makan dan
gunakan habis, yang kamu pakai dan kamu tanggalkan, dan yang kamu belanjakan untuk
kepentingan bersedekah, yang imbalan pahalanya kamu simpan untukmu." (Dituturkan oleh
Muslim dan Ahmad)
Islam menganggap harta sebagai anugerah dari Allah. As-Siba berpendapat bahwa
Islam udak membenarkan adanya kemiskinan dengan mengacu kepada sabda Rasulullah
Saw,

"Kemiskinan hampir-hampir mendekatkan orang kepada pengingkaran terhadap Islam


(kekufuran)."
Semangat Islam dalam kaitannya dengan harta dan pembelanjaannya dirangkum
dalam sabda Rasulullah Saw berikut,
Suatu ketika, Rasulullah Saw bertanya kepada para sahabatnya, "Siapakah di
antara kalian yang barta milik ahli warisnya lebih berharga daripada miliknya sendiri?"
Mereka menjawab, "Setiap orang menganggap harta miliknya sendiri lebih berharga
daripada milik ahli warisnya." Kemudian beliau bersabda, "Hartamu adalah apa yang kamu
pergunakan dan harta abli warismu adalab yang tidak kamu pergunakan."

D. CARA MEMPEROLEH HARTA


Dalam syariat Islam terdapat empat cara pemilikan harta,yaitu:
Ibraz al-mubabat, yaitu cara kepemilikan melalui terhadap harta yang penguasaan
belum dimiliki seseorang atau badan hukum lainnya, yang dalam Islam disebut sebagai harta
mubah. Contohnya kayu di hutan belantara yang belum dimiliki seseorang atau badan

9
hukum, dan ikan di laut lepas. Kayu atau ikan yang diambil seseorang akan menjadi
miliknya dan orang lain udak boleh mengambil kayu dan ikan yang telah dikuasai tersebut.
Kayu dan ikan yang diperolehnya boleh diperjualbelikan, disedekahkan kepada orang lain
atau dipergunakan sendiri, karena kayu dan ikan tersebut telah menjadi miliknya.
Penguasaan terhadap harta yang mubah dalam 6qih Islam mempunyai arti yang
khusus, yaitu merupakan suatu asal dari suatu pemilikan tanpa adanya ganti rugi, artinya
penguasaan seseorang terhadap harta mubah merupakan milik awal tanpa didahului oleh
pemilikan sebelumnya.
1. Melalui pewarisan

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur an surat an-Nisaa ayat 7,

"Bagi orang laki-laki ada bak bagian dari barta peninggalan ibu bapak dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada bak bagian (pula) dari barta peninggalan ibu
bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah
ditetapkan. "

2. Melalui akad

Yaitu kepemilikan yang dilakukan melalui akad (transaksi) yang


dilakukannya dengan orang lain atau suatu badan hukum, sepers jual beli, hibah dan
wakaf.
Dengan hibah, Allah Swt berfirman,
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sabaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa." (QS. al-Baqarah: 177)
3. Melalui penggantian (khalafiyah)

Yaitu kepemilikan yang diperoleh melalui penggantian dari seseorang


kepada orang lain (waris) seperti yang tercantum pada Al- Qur an surah an-Nisaa
ayat 7,
"Bagi orang laki-laki ada bak bagian dan harta peninggalan ibu bapak dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada bak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu
bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan

10
(maupun penggantian sesuatu dari suatu benda yang disebut tadhmin atau ta'wid
(ganti rugi)."

4. Melalui fawallud bin mamluk

Yaitu kepemilikan dari hasil harta yang telah dimiliki seseorang, baik hasil
itu datang secara alami (seperti buah di kebun, anak kambing lahir, dan bulu domba)
atau melalui usaha pemiliknya seperti hasil usaha sebagai pekerja atau keuntungan
yang diperoleh sebagai pedagang dengan usaha yang halal, artinya sah menurut
hukum dan benar menurut ukuran moral.
Allah Swt berfirman,
"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) barta itu
kepada bakım, iupaya kamu dapat memakan sebagian daripada barta benda orang
lain itu dengan jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. al-Baqarah:
188)

E. Fungsi Harta

1. Harta tidak boleh ditimbun tanpa ada manfaat bagi orang la Allah Swt berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-


orang alim Yabudi dan Rabib-rahib Nasrani benar-benar memakan barta orang
dengan jalan batil dan mereka menghalang-balangi (manusia) dari jalan Allah Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkabkannya pada jalan
Allah, maka beritahukanlab kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih ." (QS. at-Taubah: 34)

Penjelasan dari ayat tersebut adalah siapa yang menyimpan uang dan perak, baik
dalam peti atau disimpan di bank dan tidak dibelanjakan di jalan Allah (tidak dikeluarkan
zakatnya), maka berilah kabar baginya akan siksaan pedih yang akan menimpanya
di han Kiamat Ayat ini melarang seseorang menyimpan uang emas dan perak lebih dari
keperluan makan yang mesu dan wajib membelanjakan semua harta benda pada jalan Allah,
termasuk nafkah untuk anak, istri dan sebagainya.

Dalam sebuah hadits dikisahkan seorang Arab Badui datang bertanya kepada
Rasulullah Saw, "Apakah kewajibanku selain dari rakat Beliau menjawab, "Tidak ada,
kecuali sedekah sunah.

2. Harta tidak boleh beredar di golongan orang-orang kaya saja Allah Swt berfirman,

11
"Apa saja barta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dan
harta benda) yang berasal dari penduduk Kota-kota Makkah adalah untuk Allah,
untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang orang
yang dalam perjalanan, supaya barta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakuslab kepada Allah
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya (QS. al-Hasyr: 7)

3. Di antara harta orang kaya terdapat harta orang miskin. Allah Swt berfirman,
"Dan pada barta-barta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian." (QS. adz-Dzaariyaat: 19)
Orang miskin yang tidak mendapat bagian maksudnya ialah orang miskin yang tidak
meminta-minta.
4.Harta peninggalan seseorang harus segera dibagi kepada yang berhak menerimanya
menurut ketentuan yang berlaku.
Allah Swt berfirman,
"Bagi orang laki-laki ada bak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada bak bagian (pula) dari barta peninggalan ibu
bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan."
(QS. an-Nisaa: 7)

F. Pengaruh Kepemilikan Harta Benda Terhadap Jiwa Manusia


1. Harta kekayaan merupakan cobaan bagi yang memilikinya. Allah Swt berfirman,

"Adapun manusia apabila Tubannya mengujinya lalu dia dimulakan Nya dan diben Nya
kesenangan, maka dia akan berkata, Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila
Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, dia berkata, Tuhanku menghinakanku.”
(QS. al-Fair: 15-16)
Dalam firman-Nya yang lain,
"Dan Ketahuilah, bahwa bartamu dan anak-anakmu itu banyalah sebagai cobaan, dan
sesungguhnya di sisi Allab-lab pahala yang besar." (QS. al-Anfaal: 28)
2. Harta kekayaan yang dimiliki oleh seseorang tidak dengan sendirinya akan
menyelamatkan orang tersebut. Allah Swt berfirman,

"Dan (ingatlab) bari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka
dikatakan), Kamu telab menghabiskan rezekimu yang baik dalam kebidupan duniawimu
(saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya, maka pada hari in kamu dibalas

12
dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bum
tanpa bak dan karena kamu telah fasik" (QS. al-Ahqaaf: 20)

3. Harta kekayaan adalah kekuasaan, karena harta itu dapat membuat manusia berbuat baik
atau berbuat kejahatan. Allah Swt berfirman,

Maka Firaun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh
kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik." (QS. az-Zukhruf: 54)

Al-Qur'an memerintahkan manusia agar memanfaatkan harta untuk kepentingan pribadi,


keluarga, masyarakat dan untuk menafkahkan orang yang tidak mampu.

"Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai
kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri.
Sesungguhnya Tubanmu benar-benar Maba Pengasih lagi Maha Penyayang." (QS. an-
Nahl: 7)

G. Tiga Bentuk Harta yang Bisa Dimiliki oleh Seseorang

1. Harta yang bisa dimiliki dan dijadikan dalam penguasaan seseorang secara khusus,
misalnya milik yang dihasilkan melalui sebab-sebab kepemilikan di atas.

2. Harta yang sama sekali tidak bisa dijadikan milik pribadi, yaitu harta yang ditetapkan
untuk kepentingan umum, sepert jembatan, taman kota, jalan umum dan lain sebagainya.
3. Harta yang hanya bisa dimiliki apabila ada dasar hukum yang membolehkannya seperti
harta wakaf yang biaya pemeliharaannya melebihi nilai harta itu sendiri.

H. Macam-macam Kepemilikan

1. Milik Sempurna (al-Milk at-Tam)


Yaitu jika materi dan manfaat harta itu dimiliki sepenuhnya oleh seseorang
sehingga seluruh hak yang terkait dengan harta berada di bawah penguasaannya.
Kepemilikan seperti ini bersifat mutlak, tidak dibatasi masa dan tidak bisa digugurkan
oleh orang lain. Contoh kepemilikan seseorang atas sebuah rumah membuat orang
tersebut berkuasa terhadap rumah itu dan bisa memanfaatkannya secara bebas.
Ciri kepemilikan harta jenis ini adalah:
a. Sejak awal pemilikan terhadap materi dan manfaat harta itu bersifat sempurna

b. Kepemilikannya tidak didahului oleh sesuatu yang dimiliki sebelumnya, artinya


materi dan manfaat harta tersebut sudah ada sejak pemilikan benda itu.

13
c. Kepemilikannya tidak dibatasi oleh waktu.

d. Kepemilikannya tidak bisa digugurkan

e. Apabila hak milik tersebut adalah milik bersama, maka masing-masing orang bisa
mempergunakan miliknya tersebut sebagaimana milik mereka masing-masing

Al-milk at-tam berakhir apabila:

a. Pemiliknya wafat, sehingga seluruh miliknya berpindah kepada ahli warisnya.

b. Harta yang dimiliki tersebut rusak atau hilang.

2. Milik Tidak Sempurna (al-Milk an-Naqish)

Yaitu apabila seseorang hanya menguasai materi harta tersebut tetapi manfaatnya
dikuasai oleh orang lain. Kepemilikan jenis in dapat melalui lima cara, yaitu:

a.l'arab (pinjam-meminjam). Yaitu akad terhadap kepemilikanmanfaat tanpa ganti rugi.

b. Ijarah.(sewa-menyewa). Yaitu pemilikan manfaat dengan kewajiban membayar ganti


rugi/sewa.

c. Wakaf. Yaitu akad pemilikan manfaat untuk kepentingan orang yang diberi wakaf
sehingga ia memanfaatkannya dan orang lain hanya boleh memanfaatkan melalui izinnya.

d. Wasiat. Yaitu akad yang bersifat pemberian sukarela dari pemilik harta kepada orang lain
tanpa ganti rugi yang berlaku setelah si pemberi wasiat wafat.

e. Ibahah. Yaitu penyerahan manfaat milik seseorang kepada orang lain, seperti mengizinkan
seseorang untuk menimba air dan sumurnya dan menyediakan harta untuk kepentingan
umum). Perbedaan al-milk at-tam dengan al-ihabab adalah dalam ak affa seseorang
bertindak terhadap miliknya tanpa harus minta izin kepada siapa pun, sedangkan dalam
alihahab harta seseorang hanya dapat dimanfaatkan dengan izin umum yang ditentukan
terhadap harta itu jika harta itu merupakan milik bersama.

Ciri khusus al-milk an-naqish adalah

1. Bisa dibatasi waktu, tempat dan sifatnya.

2.Tidak bisa wariskan. Dalam hal ini ada perbedaan pendapat


di antara para ulama, yaitu ada yang membolehkan dan tidak membolehkan. Contohnya
pewarisan pemanfaatan rumah kepada seseorang

14
3 Orang yang akan memanfaatkan harta itu dapat menuntut harta tersebut dari pemiliknya.
Dan apabila harta tersebut telah diserahkan oleh pemiliknya kepada orang yang akan
memanfaatkannya, maka harta itu menjadi amanah ditangannya, dan dia akan dikenakan
ganti rugi apabila bertindak sewenang- wenang terhadap harta tersebut.

4. Orang yang memanfaatkan harta tersebut berkewajiban mengeluarkan biaya


pemeliharaannya.

5. Orang yang memanfaatkan harta tersebut wajib mengembalikannya jika sang pemilik
memintanya kembali, kecuali jika orang yang memanfaatkan harta tersebut mendapatkan
mudharat dengan pengembalian tersebut.

Adapun sebab-sebab berakhirnya kepemilikan terhadap harta al-milk an-naqish, antara lain:

1. Habisnya masa berlaku pemanfaatan itu, misalnya pemanfaatan sawah berakhir setelah
padi dipanen.

2 Harta yang dimanfaatkan itu rusak atau hilang.

3. Orang yang memanfaatkannya wafat.

4. Wafatnya pemilik harta apabila pemilikan manfaat dilakukan melalui al-'arab (pinjam-
meminjam) dan ijarah (sewa menyewa).

Dalam hal ini juga banyak terjadi perbedaan pendapat, ada yang membolehkan dan
ada yang tidak membolehkan untuk dilakukan.

I. Cara Memanfaatkan Harta

1. Tidak boros dan tidak kikir

2. Harus hati-hati dan bijaksana, serta menggunakan akal sehat dalam memanfaatkan harta

3. Disalurkan melalui instrumen yang diatur dalam lslam seperti sedekah, infaq, hibah,
kurban, zakat, dan wakaf.

Menurut ulama fiqih, hak memanfaatkan harta benda adalah sebagai berikut:

1. Haqq al-jiwar

Yaitu hak bertetangga yang terdiri atas tetangga di samping rumah dan tetangga di
tingkat atas pada rumah bertingkat. Dalam hal ini tetangga yang mendiami tingkat atas

15
mempunyai hak untuk mendiami tingkat atas sampai seluruh bangunan yang ditempatinya
itu runtuh. Pemilik rumah di tingkat bawah tidak boleh melakukan undakan hukum yang
dapat merugikan tetangga di tingkat atas. Sebaliknya tetangga di tingkat atas tidak boleh
melakukan tindakan hukum terhadap tetangga di tingkat bawah. Hal ini juga berlaku untuk
tetangga di samping rumah.

2 Haqq al-murur

Yaitu hak lalu lalang di tanah milik seseorang bagi orang yang rumahnya terletak di
belakang rumah pemilik tanah; baik tanah itu milik pribadi maupun jalan yang disediakan
untuk kepentingan umum. Pemilik tanah tidak boleh melarang penghuni rumah di belakang
untuk melewati tanah tersebut.

3. Haqq ay-yurb

Yaitu hak memanfaatkan aliran air (sungai, bendungan atau danau) untuk mengairi
sawah atau kebun; baik aliran itu milik pribadi maupun milik umum dengan syarat
pemanfaatannya tidak merusak sumber air tersebut.

4. Hagg al-majari

Yaitu hak pemilik lahan yang jauh dari aliran air untuk mengalirkan air di atas
tanah tetangganya dengan tujuan untuk mengairi sawah atau ladangnya.

5. Haqq al-masil

Yaitu hak untuk mengalirkan limbah rumah tangga melalui sebidang tanah milik
pribadi ke tempat pembuangan urnum.

J. HARTA MILIK SEJATI MANUSIA

Naluri harta benda ini pada kenyataannya seringkali tumbuh dan berkembang
sedemikian rupa dengan tidak terkendali, sehingg menimbulkan berbagai akibat buruk yang
merugikan kehidupan manusia sendiri.

Kecintaan manusia terhadap harta kekayaan ini pada akhirnya membuat manusia
menjadi kikir dan pelit, dan ini merupakan akibat buruk dan berkembangnya naluri harta
benda yang berlebihan tersebut.

Akibat lain dan naluri harta yang berlebihan ini membuat orang menjadi tamak atau
rakus terhadap harta benda. Dengan mempunyai sifat seperti ini, manusia tidak akan

16
mempunyai sifat qana'ab, yaitu sifat menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup
dengan apa yang dimiliki.

Harta milik sejati manusia dijelaskan dalam Hadits Nabi Saw yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim sebagai berikut,

"Seseorang berkata, "Oh hartaku, ob hartaku! Padahal yang benar-benar merupakan


barta miliknya yang sejati hanyalah sekadar apa yang ia makan kemudian babis, sekadar apa
yang ia kenakan untuk pakaian kemudian

K. Hak Milik sebagai Alat untuk Ibadah

Tugas manusia hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Hal ini
sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an,

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-
Ku."

Hubungan ayat tersebut dengan kepemililkan harta benda adalah apa pun yang kita
miliki termasuk harta kekayaan harus dimanfaatkan untuk beribadah kepada Allah Swt.
Harta kekayaan bukanlah alat untuk pelampiasan hawa nafsu atau alat kemaksiatan. Namun
harta kekayaan ialah alat untuk beribadah dan alat untuk mencapai kebaikan. Artinya dengan
harta kekayaan yang ada, kita tidak boleh berbuat keburukan, tetapi harus berbuat kebaikan.
Ini adalah sebagai bagian dari fungsi harta kekayaan menurut ajaran Islam. Rasullullah Saw
telah memperingatkan manusia bahwa di antara perkara-perkara yang akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah di hari Kiamat ialah harta kekayaan; dari mana harta
kekayaan itu kita peroleh, dan untuk apa harta kekayaan itu kita belanjakan atau pergunakan,
apakah untuk kebaikan atau keburukan.

17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta
ini adalah mutlak milik Allah Swt. Manusia diberi hak untuk memiliki harta benda, tetapi
juga diberi kewajiban agar harta benda yang dimiliki tersebut dapat bermanfaat bagi orang
banyak, karena ada sebagian dari harta yang kita miliki adalah milik orang lain (kaum fakir
miskin).
Agama Islam sangat memperhatikan masalah kepemilikan harta benda dan dibuktikan
dengan adanya ayat-ayat di dalam Al- Qur'an dan hadits yang menjelaskan dan membimbing
manusia untuk mengolah harta kekayaan dengan cara sesuai dengan syariah. Sehingga
diharapkan harta yang dimiliki manusia dapat diolah dan dikelola untuk kesejahteraan diri
dan lingkungan sekitarnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Buku The Sharia Economic Pengantar Ekonomi Syariah

19

Anda mungkin juga menyukai