Anda di halaman 1dari 14

KONSEP HAK MILIK DAN KEPEMILIKAN

DALAM EKONOMI ISLAM

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam

Oleh Dosen :

H. Moch. Machrus. Lc, M.Si

Disusun Oleh:

Arfiyan Annabil (0118071281)

Inda Khoirun Najib Ashobir (0118071321)

Muhammad Rinaldi Haybani (0118071331)

Rifan Refiandana (0118071501)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr.wb

Segala puja dan puji semoga tetap senantiasa dipanjatkan kepada kehadirat Allah swt
Atas rahmat dan hidayah-Nya, Shalawat serta salam semoga senantiasa dihaturkan kepada
baginda Rasulullah saw, para sahabat dan keluarga serta para pengikutnya sampai di hari
kiamat. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Hak
Milik dan Kepemilikan Dalam Ekonomi Islam" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Islam. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang konsep hak milik dan kepemilikan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Machrus selaku
Dosen pengampu Mata Kuliah Ekonomi Islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Pekalongan, 19 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Sejarah dan Paham Kepemilikan......................................................................................2
2.2 Unsur dan Sebab Kepemilikan dalam Islam....................................................................2
2.2.1 Unsur Hak Kepemilikan dalam Islam........................................................................2
2.2.2 Sebab Kepemilikan dalam Islam...............................................................................3
2.3 Bentuk – bentuk Hak Milik dalam Islam.........................................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................9
3.2 Saran.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
LAMPIRAN BIODATA KELOMPOK 10..............................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Secara etimologi, Kepemilikan (al-milk) berasal dari bahasa Arab dari akar
kata "malaka" yang artinya penguasaan terhadap sesuatu. Kepemilikan atau al-milk
biasa juga disebut dengan hak milik atau milik saja. Para ahli fiqh mendefinisikan hak
milik (al-milk) sebagai ”kekhususan seseorang terhadap harta yang diakui syari’ah,
sehingga menjadikannya mempunyai kekuasaan khusus terhadap suatu harta tersebut,
baik memanfaatkan dan atau mentasharrufkannya”.
Konsep Islam adalah membahas tentang kepemilikan mengenai barang
konsumsi dan alat-alat produksi. Hubungan hal tersebut di gambarkan dalam Al-
Qur’an. Menurut beberapa ayat tersebut di atas, menunjukkan bahwa manusia adalah
wakil Allah di muka bumi dan dianjurkan untuk menguasai sumber-sumber ekonomi
sebagai suatu kepercayaan sebagai kasih sayang Allah.
Kepemilikan adalah suatu ikatan seseorang dengan hak miliknya yang di
sahkan syari’ah. Kepemilikan berate pula hak khusus yang didapatkan si pemilik
sehingga ia mempunyai hal sejauh tidak melakukan pelanggaran dalam syari’ah.
Menurut hukum dasar, yang namanya harta, sah dimiliki, kecuali harta-harta yang
telah di siapkan untuk kepentingan umum, misalnya wakaf dan fasilitas umum.
Menurut modelnya kepemilikan meliputi : pertama, kepemilikan penuh, yakni
kepemilikan pada pada benda terkait sekaligus hak memamfaatkannya. Kedua, hak
memiliki saja tanpa memamfaatkannya. Ketiga, hak menggunakan saja atau disebut
kepemilikan hak guna.

I.2 Rumusan Masalah


Berkaitan dengan ulasan tersebut maka, ada beberapa pokok rumusan masalah yang
berkaitan dengan judul konsep hak milik dan kepemilikan dalam ekonomi islam yaitu:
1. Bagaimana sejarah dan paham kepemilikan
2. Apa saja unsur dan sebab kepemilikan dalam islam
3. Apa saja bentuk – bentuk hak milik dalam islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Sejarah dan Paham Kepemilikan


Al-Qur’an telah memberikan gambaran tentang asal usul harta atau hak milik,
yang pertama kali diberikan Allah kepada Manusia dan kemudian turun temurun
kepada generasi berikutnya. Dengan denikian, awal sejarah kepemilikan sama dengan
awal manusia itu sendiri. Akhirnya banyak berkembang teori-teori untuk memahami
asal mula terjadinya kepemilikan.
Praktek kehidupan manusia di awal fase sejarah bersifat kelompok dalam
mencari kehidupan, manusia yang satu dan yang lain tidak dapat lepas. Pada fase ini,
kepemilikan berate juga milik keluarganya. Bahkan seorang manusia tidak pernah
lepas dari masalah kepemilikan. Dengan demikian manusia dapat menyambung
kelangsungan hidupnya.
Pada awalnya kepemilikan menyangkut milik pribadi, namun berubah menjadi
kepemilikan kolektif. Masyarakat yang mulai peradaban ini adalah : masyarakat
Yunani dan Romawi yang sangat menghargai hak miliknya dengan sepenuh jiwa
sebagai pelambang kebesaran warisan leluhur nenek moyangnya. Berawal dari sinilah
maka muncul pemikiran filsafat, falsafah Yunani menegaskan kebutuhan manusia
akan merasa memiliki. Kepemilikan harus ada, baik individu maupun secara kolektif.

II.2 Unsur dan Sebab Kepemilikan dalam Islam


II.2.1 Unsur Hak Kepemilikan dalam Islam
Kita dapat membedakan antara tiga kategori umum dan kategori hak milik
yaitu :
Hak Milik Pribadi ( Private Propety)
Kepemilikan pribadi merupakan aspek kepemilikan prasyarat yang
penting. Pelanggaran atas hak milik pribadi, secara tidak langsung dapat
mengelimitasi kebebasan. Kebebasan tidak akan muncul dalam masyarakat di
mana tidak ada institusi kepemilikan pribadi, hak milik pribadi memiliki peran
yang sangat penting dibandingkan dangan episiensi ekonomi. Kehidupan

2
dalam islam merupakan hidup yang penuh makna ketika kehidupan itu sebagai
suatu kehidupan yang bebas.
Hak milik pribadi merupaka gejala yang permanen, penting, melekat dan tidak
bersifat transtori. Hal ini merupakan bagian penting dariaturan masyarakat
islami.
Menurut islam, alat-alat bisnis akan selalu berjalan secara fair dan legal
(shahih). Masalah penggajian harus dilakukan secara adil dan benar. Al-
Qur’an mengatakan kepada kita bahwa kita harus mendapatkan kekayaan
(harta) dengan cara yang halal dan kita akan mempertanggung atas
pengeluaran uang yang kita miliki.
Hak Milik Umum dan Sektor Pemrintah (Public Property and the
Government Sektor)
Dalam hal ini kita harus membedakan antara kepemilikikan public
dengan milik pemerintah, sejak duhulu para Fukaha mengatakan mengenai
jalan, sengai dan sebagainya adalah milik masyarakat dan dipelihara oleh
masyarakat bukan oleh pemerintah.
Wakaf (Waqf/Voluntary Sector)
Wakaf adalah milik langsung masyarakat dan bebasa dari pengawasan
baik sector swasta maupun pemerintah.Wakaf dapat disebut sector sukarela.
Maslah waqaf tidak jelas secara eksplisit di dalam al-qur’an, akan tetapi di
jelaska secara implicit di dalam ajaran Al-qur’an dan sunnah, serta pernah di
jalankan oleh Rasulullah SAW.
Kelembagaan wakaf ini sangatlah besar perannya dan penting dalam sejarah
kaum muslimin dan memberikan jawaban yang benar terhadap permasalahan.

II.2.2 Sebab Kepemilikan dalam Islam


Kepemilikan yang sah dalam islam adalah kepemillikan yang terlahir
dari proses yang di sahkan islam. Kepemilikan menurut pandangan ulama
Fikih terjadi karena :
1. Menjaga hak umum
2. Transaksi pemundahan hak
3. Penggantian posisi pemilikan

3
Menurut Taqyudin an-Nabani, dikatan ada lima sebab orang dapat memiliki
barang antara lain :
1. Bekerja
Kata bekerja sangat luas maknanya, beraneka ragam jenisnya,
bermacam-macam bentuknya. Allah telah menentukan bentuk-bentuk
kerja dan jenisnya yang layak untuk di kerjakan sebagai sebab
kepemilikan. Dalam hukum-hukum syariat sudah sangat jelas
ketentuan-ketentuan akan hal ini. Bentuk-bentuk bekerja yang
dijadikan sebagai sebab kepemilikan adalah sebagai berikut:
a. Berburu
Yang juga termasuk kedalam kategori bekerja adalah berburu.
Yang termasuk kedalam berburu yang diperbolehkan dalam
Islam adalah berburu seluruh jenis Ikan, mutiara, permata dan
hasil buruan laut lainnya. Begitu juga dengan buruan hewan-
hewan darat dan udara, seperti berburu burung,rusa dan lain-
lain. Ketentuanya binatang buruan adalah binatang bebas,
artinya binatang atau harta tersebut tidak dimiliki oleh orang
lain, dan merupakan kepemilikan umum. Sebagaimana Allah
berfirman akan kebolehan dalam berburu:
“Dihalalkan bagi kalian binatang buruan laut dan makanan
(yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagi kalian
dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan. Diharamkan atas
kalian (menangkap) binatang buruan darat selama sedang
ihram.” (Q.S al Maidah : 96)
“Apabila kalian telah menyelesaikan ibadah haji maka bolehlah
kalian berburu” (Q.S Al Maidah : 2)
“Mereka bertanya kepada mu, “Apakah yang dihalalkan bagi
mereka?” Katakanlah: “Dihalalkan bagi kalian yang baik-baik
dan buruan yang ditangkap oleh binatang buruan yang telah
kalian latih untuk berburu menurut apa yang telah Allah
ajarkan kepada kalian. Karena itu, makanlah dari apa yang
ditangkapnya untuk kalian dan sebutlah nama Allah atas
binatang buruan itu (waktu melepasnya).” (Q.S Al Maidah:4)

4
Abu Tsa’labah al Khasyani juga pernah berkata : “Aku pernah
mendatangi Rasulullah saw, lalu bertanya “Rasulullah kami
bisa berburu didarat. Aku berburu dengan busurku, dan kadang
berburu dengan dengan anjingku yang terlatih maupun
anjingku yang tidak terlatih.katakanlah kepadaku, apa yang
selayaknya aku lakukan ? Beliau menjawab, “tentang apa yang
aku ingat, bahwa kalian berburu di darat, maka engkau berburu
dengan busurmu, kemudian sebutlah asma Allah setiap
(melepas busur) pada buruanmu, lalu makanlah. Hewn yang
engkau buru dengan anjingmu yang terlatih dan engkau sebut
asma Allah (ketika melepas anjing)kepada buruanmu,
makanlah. Adapun hewan yang engkau buru denagn anjing
yang tidak terlatih , sembelihlah kemudian makanlah. “ (HR An
nasai dan Ibnu Majah)

b. Makelar (Samsara) dan Pemandu (Dalalah)


Samsar adalah sebutan bagi orang yang bekerja untuk orang
lain dengan mendapatkan upah. Sebutan ini juga bisa
digunakan bagi orang yang memandu orang lain (dalal). Dari
Qais bin Abi Gharzat al kinani yang mengatakan :
“kami pada masa Rasulullah saw biasa disebut samasirah.
Kemudian suatu ketika kami bertemu dengan Rasulullah, lalu
menyebut kami dengan sebutan yang lebih pantas dari sebutan
itu. Beliu bersabda, “ wahai para pedagang, sesungguhnya jual-
beli itu bisa mendatangkan omongan yang bukan-bukan dan
sumpah palsu. Karena itu, kalian harus memperbaikinya
dengan kejujuran” (HR. Abu Daud)

c. Mudharabah
Mudharabah adalah kerjasama antar dua orang atau lebih dalam
suatu perdagangan. Modal dari satu pihak sedang pihak lain
memberikan tenaga. Hasil dari keuntungan akan di bagi sesuai
kesepakatan. Hasil inilah yang sah untuk dimiliki. Oleh karena
itu mudharabah termasuk dari bekerja. Rasulullah bersabda :

5
“Perlindungan Allah SWT diatas dua orang yang melakuakan
kerjasama selama mereka tidak saling mengkhianati. Jika salah
seorang dari mereka saling mengkhianati mitranya, maka Allah
akan mencabut perlindungan Nya terhadap keduanya.” (HR.
DaruQutni)

d. Musaqat
Musaqat adalah seseoarang menyerahkan kebunnya untuk
dikelola oleh orang lain merawat dan mengurus kebun tersebut,
yang darinya akan mendapa bagi hasil dari hasil panennya.
Dengan demikian musaqat merupakan termasuk dalam kategori
bekerja yang dibolehkan oleh syariat. Sebagimana Abdullah bin
Umar mengatakan :
“sesungguhnya Rasulullah pernah memperkerjakan penduduk
Khaibar dengan upah berupa buah atau tanaman dari hasil yang
diperoleh.” (HR. Muslim)

e. Ijarah
Yang termasuk kedalam kategori bekerja adalah Ijarah, yaitu
kontrak kerja. Artinya mengontrak tenaga para pekerja atau
buruh yang bekerja untuk dirinya. Allah berfirman:
“Apakah mereka membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah
yang menentukan diantara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, serta meninggikan sebagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka
memperkerjakan sebagian yang lain.” (QS. Az Zukhruf: 32)

2. Warisan
Sifatnya yaitu kepemilikan akan harta secara turunan kepemilikan dari
orang tua. Akan hal ini Allah telah jelaskan dalam hukum-hukum yang
sudah sangat jelas. Allah berfirman:
“Allah mensyariatkan kepada kalian tentang (pembagian harta pusaka
untuk0 anak-anak kalian, yaitu: bagian seorang anak laki-laki sama
dengan bagian dua orang anak perempuan; jika anak itu semuanya

6
wanita lebih dari dua orang maka bagi mereka dua pertiga dari harta
yang ditinggalkan.” (QS. An Nisa : 11)

3. Kebutuhan harta untuk memenuhi kebutuhan hidup


Diantara sebab-sebab kepemilikan adalah adanya kebutuhan akan harta
untuk menyambung hidup. Sebab, kehidupan adalah hak bagi setiap
orang. Sesorang wajib untuk mendapatkan kehidupan sebagi haknya.
Salh satu hal yang dapat menjamin seseorang untuk hidup adalah
denga bekerja, untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Namun
jika ia tidak dapat bekerja, maka Negara bertanggung jawab untuk
mengusahakan ia dapat bekerja. Jika ia tidak dapat bekerja karena
terlampau tua, maka orang-orang kaya atau Negara wajib untuk
memenuhi kebutuhannya. Namun jika hal itu tidak terpenuhi, hingga ia
kelaparan, maka dibolehkan baginya untuk mengambil apa saja yang
dapat digunakan untuk menyambung hidupnya. Jika hidup menjadi
sebab untuk mendapatkan harta, maka syariat tidak akan menganggap
itu sebagi tindakan mencuri. Abu Umamah menuturkan bahwa
Rasulullah bersabda:
“Tidak ada hukum potong tangan pada masa-masa kelaparan.” (HR. al
Khatib Al Bagdad)

4. Harta pemberian negara kepada rakyat


Yang juga termasuk kedalam sebab kepemilikan adalah pemberian
Negara kepada rakyat yang diambil dari baitulmal, baik dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan mereka atau memanfaatkan kepemilikan
mereka. Dapat berupa pemberian tanah untuk digarap, atau melunasi
utang-utang mereka. Pada masa Khalifah Umar bin Khatab pernah
memberikan para petani di Irak harta dari Baitul Mal, yang bisa
membantu mereka untuk menggarap tanah pertanian mereka, serta
memenuhi hajat hidup mereka, tanpa meminta imbalan dari mereka.

5. Harta yang di peroleh tanpa mengeluarkan apapun seperti :


a. Hubungan pribadi, , baik ketika masih hidup seperti Hibah dan
Hadiah, atau pun ketika sepeninggal mereka, seperti wasiat.

7
b. Ganti rugi, seperti Diyat (denda) atas oaring yang terbunuh atau
terluka.
c. Mendapat mahar yang diperoleh melalui akad nikah
d. Laqathan (barang temuan)

II.3 Bentuk – bentuk Hak Milik dalam Islam


Hak kepemilikan pribadi menurut pandangan {fiqh} islam adalah berbeda
dengan sistim kapitalis maupun sosialis. Salah satu pembeda yang pokok adalah
karakteristik peduli sosial dalam system kepemilikan sosial.
Ada tiga pilar pemilik pribadi menurut islam :
 Pengendalian terhadap perilaku pemilik
 Kewajiban sumbangan sosial yang dibebankan pemilik
 Mencabut hak milik pribadi saat darurat.

8
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Menurut Islam harta pada hakikatnya adalah milik Allah. Namun karena Allah
telah menyerahkan kekuasaannya atas harta tersebut kepada manusia, maka perolehan
seseorang untuk memamfaatkan serta mengmbangkan harta yang ia miliki. Sebab,
ketika orang memiliki harta, maka esensinya harta tersebut hanya untuk
dimamfaatkan.
Dengan demikian, pengelolan harta dalam islam adalah sama dengan mengelola
dan memamfaatkan zat benda. Hal demikian inilah yang disebut dengan pemilikan

III.2 Saran
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekeliruan
karena minimnya referensi yang kami dapatkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

M. Farud an-Nabawah, al-iqtishad al-islam, Darul Fikri, h. 37.


M. Farud an-Nabawah, Sistem Ekonomi Islam,Pilihan Setelah Kegagalan Sistem Kapitalis
dan Sosialis, Alih Bahasa: Muhadi Zainuddin, Yokyakarta: UII Press, 2000.
M. Muhammad Zarqa, Al-Fiqhu al-‘am, Jilid I, h. 26-27
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Persfektif Islam, Yogyakarta, BPFE-YOYAKARTA,
2004
An Nabhani,Taqyudin, Sistem Ekonomi Alternatif Persfektif Islam, Surabaya, Risalah Gusti.
2009
Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah. Jakarta, Gaya Media Pratama. 2000

http://fadly-vousaime.blogspot.com/2011/10/sejarah-dan-paham-kepemilikan.html
https://www.gustani.id/2011/07/konsep-kepemilikan-dalam-islam.html

10
LAMPIRAN BIODATA KELOMPOK 10

No Nama TTL No. Telp Alamat


1. Arfiyan Annabil Pekalongan, 30 Maret 2000 085892158404 Jetak lengkong, Gg
Joyonegoro,
Wonopringgo,
Kabupaten Pekalongan
2. Muhammad Rinaldi Haybani Pekalongan, 6 Februari 2000 089513652137 Desa Kwayangan,
Dukuh Pasangan,
Kedungwuni, Kabupaten
Pekalongan
3. Inda Khoirun Najib Ashobir Pekalongan, 31 Maret 1999 085800011671 Gembong, Gg Beringin
3, Kedungwuni,
Kabupaten Pekalongan
4. Rifan Refiandana Pekalongan, 23 Januari 1999 082329689944 Desa Tambor Dukuh
Nyamuk, Kajen,
Pekalongan

11

Anda mungkin juga menyukai