Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

AKHLAK DALAM BIDANG EKONOMI

DISUSUN OLEH :

1. AKHMAD TAUFIK
2. FERDY DARKAY
3. FITRIA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

Halaman judul ............................................................................................................................i


Kata Pengantar ..........................................................................................................................ii
Daftar isi ...................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1


A. Latar Belakang .............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................2


A. Konsep ekonomi (usaha) dalam islam ...............................................................................2
B. Akhlak dalam kegiatan ekonomi (usaha) ..........................................................................6
C. Fungsi dan makna penting kekayaan dalam islam .........................................................7
D. Akhlak orang kaya dan miskin dalam islam .....................................................................8

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................12


A. Kesimpulan .................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................13
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, menurut pendekatan etimologi, perkataan


“Akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk “Khuluqun” yang menurut logat
diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kaliomat tersebut mengandung
segi-segi persesuaian dengan perkataan “Khalkun” yang berarti kejadian , serta erat hubungan
“Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berati diciptakan. Pengertian Akhlak
adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu di sebut
akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan
perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-
Nya. Oleh karena itu seseorang seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam
bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan
kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian.

Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah ang
dapat menerangkan bahwa oran itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak
dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni perbuatan itu selalu di ulang-ulang
dengan kecenderungan hati- hati. Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat didalam diri
manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang jahat, mana yang bertmanfaat dan mana yang tidak berguna,mana cantik dan
mana yang buruk.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian ekonomi islam?
b. Bagaimana akhlak dalam bidang ekonomi?
c. Bagaimana fungsi dan makna pentingnya kekayaan dalam islam?
d. Bagaimana akhlak orang kaya dan miskin dalam islam?

C. Tujuan penulisan
a. Mengetahui pengertian ekonomi islam
b. Mengetahui bagaimana akhlak dalam bidang ekonomi
c. Mengetahui fungsi dan makna pentingnya kekayaan dalam islam
d. Mengetahui bagaimana akhlak orang kaya dan miskin dalam islam
BAB II

PEMBAHASAN
AKHLAK DALAM KEGIATAN EKONOMI (IQTISHADIYYAH)

A. Konsep ekonomi (usaha) dalam islam


Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia
yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Bekerja merupakan suatu
kewajiban karenaAllah swt memerintahkannya.
Sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 105 yang artinya:

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan.
Permasalahan ekonomi umat manusia yang fundamentalis bersumber dari
kenyataan bahwa kita mempunyai kebutuhan dan kebutuhan ini pada umumnya tidak
dapat dipenuhi tanpa mengeluarkan sumber daya, energi manusia dan peralatan
materiil yang terbatas. Bila kita memiliki sarana yang tidak terbatas untuk memenuhi
semua jenis kebutuhan, maka masalah ekonomi tidak akan timbul. Sejauh mengenai
masalah pokok kekurangan, hampir tidak terdapat perbedaan apapun antara ilmu
ekonomi islam dengan ilmu ekonomi modern. Andaikata ada perbedaan, hal itu terletak
pada sifat dan volumenya. Itulah sebabnya mengapa perbedaan antara kedua sistem
ekonomi ini dapat ditemukan dengan memperhatikan penanganan masalah pilihan.
Persoalan pilihan timbul dari kenyataan bahwa sumber daya kita begitu terbatas
sehingga dipenuhinya suatu jenis keinginan berarti mengorbankan suatu kebutuhan
lain yang tidak harus dipenuhi. Dalam ekonomi modern masalah pilihan tergantung
pada bermacam-macam tingkah masing-masing individu, mereka mungkin atau
mungkan juga tidak memperhitungkan persyaratan-persyaratan masyarakat. Namun
dalam ekonomi islam. Kita tidaklah berada dalam kedudukan untuk mendistribusikan
sumber-sumber daya kita semua, dalam hal ini ada suatu pembatasan moral yang serius
berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah. [1]
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal
ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di
akhirat.
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar antara lain :
1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah SWT
kepada manusia.
Allah memberikan kekayaan kepada manusia untk digunakan sebagaimana
mestinya, namun Dia adalah pemilik sebenarnya segala sesuatu. Sebagaimana
firmannya dalam surat Taha ayat 6 :

Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara
keduanya dan semua yang di bawah tanah.
2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
Sesungguhnya Islam sangat menghormati milik pribadi, baik itu barang- barang
konsumsi ataupun barang- barang modal. Namun pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan orang lain. Jadi, kepemilikan dalam Islam tidak
mutlak, karena pemilik sesungguhnya adalah Allah SWT.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
Sistem ekonomi yang berteraskan kepada kerjasama dan keseksamaan akan
mewujudkan rasa kasih sayang, sifat tanggungjawab dan tolong-menolong di antara
satu sama lain.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasaioleh
segelintir orang saja.
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya
direncanakanuntuk kepentingan banyak orang.
Dalam sistem ekonomi Islam kepentingan individu dan kepentingan masyarakat
adalah sehaluan dan selari, bukannya bertentangan di antara satu sama lain
sebagaimana yang dirumuskan oleh sistem-sistem lain. Untuk mewujudkan
keseimbangan ini, sistem ekonomi Islam memberi kebebasan bagi anggota masyarakat
untuk terlibat dengan berbagai-bagai jenis kegiatan ekonomi yang halal di samping
menyelaraskan beberapa bidang kegiatan tersebut menerusi kuasa undang-undang dan
pemerintahan.
6. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
Manusia tidak boleh mengabaikan bahagiannya di dunia ini. Manusia hendaklah
bekerja sekuat-kuatnya untuk mendapatkan kebaikan di dunia dengan cara yang paling
adil dan dibenarkan oleh undang-undang. Sebagaiman Firmannya dalam surat Al-
Maidah ayat 87 - 88 yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal
lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah
yang kamu beriman kepada-Nya.
8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.
Kegiatan ekonomi yang berteraskan kepada kesaksamaan serta menghapuskan
penindasan dan penipuan adalah satu sistem yang benar-benar dapat menegakkan
keadilan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Di atas dasar inilah Islam
membenarkan jual beli dan mengharamkan riba dan segala jenis penipuan.[2]
Sistem ekonomi Islam tidak boleh dipisahkan dari dasar-dasar aqidah dan nilai-
nilai syariat Islam. Dari segi aqidah, sistem ekonomi Islam dilandaskan kepada hakikat
bahwa Allah adalah Pencipta dan Pemilik alam semesta seperti firman Allah dalam surat
Luqman ayat 20 :

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)


mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya
lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah
tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
B. Akhlak dalam kegiatan ekonomi (usaha)
1) Niat yang Benar.
Niat yang benar dalam hal ini adalah menginginkan kebaikan untuk diri sendiri
dan orang lain. Niat baik untuk diri sendiri berupa menjaga diri dari kengkomsumsi
harta yang haram, menjaga kehormatan sehingga tidak meminta- minta,
menguatkan diri sehingga bisa melakukan ketaatan kepada Allah, menjaga
jalinan silaturahmi, berbuat baik dengan kerabat dan niat-niat baik yang lain.
2) Akhlak yang luhur.
Di antara akhlak luhur yang sangat diperlukan dalam dunia bisnis adalah jujur,
amanah, qana’ah, memenuhi janji, menagih hutang dengan bijak, memberi tempo
untuk orang yang kesulitan melunasi hutangnya, memaafkan kesalahan orang lain,
menunaikan kewajiban, tidak menipu dan tidak menunda-nunda pelunasan hutang.
3) Bisnis dalam hal-hal yang baik saja
Allah telah menghalalkan yang baik-baik saja dan mengharamkan yang
buruk- buruk bagi hamba-hambaNya. Seorang businessman muslim tidak akan
keluar dari bingkai ini meski ada tawaran yang menggiurkan dalam bisnis yang
haram.
4) Menunaikan kewajiban
Kewajiban yang paling penting adalah kewajiban terhadap Allah dalam harta para orang
kaya. Itulah zakat, setelah itu adalah sedekah dan berbagai sumbangan sosial.
5) Menjauhi riba dan berbagai transaksi terlarang yang mengantarkan kepada riba
6) Tidak memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar
7) Komitmen dengan berbagai peraturan yang ada
Meski ada beberapa peraturan yang tidak sejalan dengan syariat Islam,
businessman muslim akan semaksimal mungkin menghindari berbagai tindakan
yang akan menyebabkannya mendapatkan hukuman, bukan karena meyakini bahwa
makhluk memiliki kewenangan untuk menetapkan aturan. Akan tetapi bertitik tolak
dari kewajiban yang Allah tetapkan yaitu mencegah mafsadah (kerusakan) dan tidak
mencampakkan diri ke dalam kebinasaan.
8) Tidak merugikan pihak lain
Bisnisman muslim adalah seorang yang ksatria dalam persaingan bisnis. Dia
memiliki prinsip tidak merugikan pihak lain. Dia tidak akan mempermainkan harta
untuk merugikan pihak-pihak lain. Dia tidak akan mematok harga yang tinggi karena
memanfaatkan kebutuhan orang lain terhadap barang yang dia jual atau karena
mengingat dia adalah produsen satu-satunya.
9) Loyal dengan orang-orang yang beriman
Oleh karena itu, businessman muslim tidak akan mengadakan hubungan dagang
dengan pihak-pihak yang secara terang-terangan menyatakan permusuhan dengan
Islam dan kaum muslimin.
10)Mempelajari hukum-hukum syar’i seputar muamalah.
Di antara keyakinan setiap muslim adalah hukum-hukum syar’i itu mencakup
semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, khalifah Umar mengusir pedagang yang
tidak menguasai hukum jual beli dari pasar kaum muslimin.
C. Fungsi dan makna penting kekayaan dalam islam
Kekayaan bukanlah tujuan pokok atau sasaran utama manusia di muka bumi,
melainkan sarana bagi seorang muslim dalam menjalankan perannya sebagai khalifah,
di mana ia wajib memanfaatkan kekayaan tersebut demi pengembangan segenap
potensi manusia dan meningkatkan kemanusiaan manusia di segala bidang, baik moral
maupun material. Jadi, peningkatan kekayaan demi realisasi tujuan utama manusia
sebagai khalifah di muka bumi, adalah sarana terbaik bagi akhirat. Tiada kebaikan bagi
seseorang yang tidak berjuang mendapatkannya. Dalam hal ini, orang yang
mengabaikan dan meninggalkan dunia tidak masuk dalam naungan Islam. Sedangkan
orang yang berjuang meningkatkan kekayaan demi kekayaan itu sendiri, dan
menjadikannya sebagai tujuan utama hidupnya sehingga ia begitu disibukkan dengan
hal itu, dalam kasus ini kekayaan menjadi puncak dan sumber utama dari setiap
kesalahan dan perbuatan dosa. Keadaan inilah yang menjauhkan manusia dari
Tuhannya Yang Maha Memberi rezeki, dan hal ini mesti dijauhi.
Islam ingin agar seorang muslim berjuang meningkatkan kekayaan, menjadi tuan
bagi kekayaannya itu, dan beroleh manfaat darinya. Islam tidak ingin seorang muslim
menjadi budak hartanya dan melupakan tujuannya.
Islam tidak mengakui kekayaan dan cara-cara peningkatannya yang menjadi
hijab (pemisah) antara seorang muslim dan Tuhannya Yang Maha Mencukupi
kebutuhan-kekayaan yang membuatnya melupakan hasrat spiritualnya, melupakan
misi besarnya untuk mewujudkan serta memelihara keadilan di muka bumi, dan
mengikatnya dengan dunia. Sedangkan kekayaan dan cara-cara peningkatannya yang
menghubungkan seorang muslim dengan Tuhannya Yang Maha Memberi karunia,
membuatnya bisa beribadah dengan tenang dan nyaman; membuatnya bisa
memanfaatkan, mengembangkan, serta menyempurnakan segala bakat dan potensinya;
juga membantunya dalam mewujudkan cita-cita keadilan, persaudaraan, dan
kehormatan. Inilah tujuan yang Islam bebankan kepada setiap muslim.
Namun kekayaan yang bersifat kebendaan itu sejatinya semu jika tanpa di dasari
dengan kekayaan hati. Kekayaan materi bukanlah faktor utama menjadikan seseorang
bisa menuai kebahagiaan, akan tetapi kekayaan jiwalah yang sesungguhnya menjadi
modal penting. Sebab, materi jika tidak dikelola dengan baik bisa menjadi malapetaka.
Seorang muslim semestinya menyadari bahwa kekayaan hakiki itu letaknya ada
pada keikhlasan jiwa dan kerelaan hati menerima karunia Illahi seberapapun besarnya.
Selain itu,harta yang di berikan selama di dunia adalah amanah yang harus
dimanfaatkan demi jalan Allah SWT. Dengan begitu,Ia akan di jauhkan dari memandang
materi secara membabi buta, Itulah hakekat kekayaan yang sebenarnya.
Dengan hati yang ikhlas, ia tidak akan tergiur untuk melirik kekayaan materi dan
segenap kenikmatan duniawi. Sebab segala kenikmatan itu justru bisa
menjerumuskannya kedalam perbuatan yang tidak terpuji. Rasa sesal, menderita, dan
mungkin perseteruan adalah sejumlah akibat yang mungkin di timbulkan oleh
melimpahnya materi tanpa berkah.
Perlu di dasari, kekayaan duniawi dengan gemerlapnya yang sering melenakan
hati, sesunggguhnya tidak berharga sedikitpun di sisi Allah. Jadi, mengapa mesti
menghinakan diri dengan menghambakan kepadanya, dan kenapa pula manusia
seringkali mengeluh dan menyesal hanya lantaran ada sedikit harta yang hilang.
D. Akhlak orang kaya dan miskin dalam islam
 Akhlak Orang Kaya
Islam mengajarkan umatnya untuk memberi, sesuai dengan hadits yang artinya “
tangan di atas lebih baik dari tangan yang dibawah” ini menunjukan himbauan untuk
memberi, artinya orang yang memberi itu lebih mulia daripada orang yang meminta –
minta.
Beberapa akhlak yang harus dimiliki oleh orang kaya adalah sebagai berikut :
1. Dermawan
Kedermawanan dalam bahasa Arab disebut Al-Sakhawah. Lawannya adalah
kebakhilan (bukhl). Orang yang dermawan dinamakan sakhy atau karim. Salah satu
nama Allah adalah Al-Karim, karena Allah adalah yang paling suka memberi. Kata
dermawan dalam kata bahasa Indonesia menunjuk pada seseorang yang sukaberderma,
atau yang senang memberikan sebagian hartanya kepada orang lain baik dalam
keadaan sempit maupun luas. Dermawan termasuk akhlak yang terpuji yang dicintai
oleh Allah dan Rasul-Nya.
Imam al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin berkata “ apabila harta tidak
dimiliki, maka manusia harus bersifat Qana’ah. Jika memiliki harta, maka ia harus
mengutamakan orang lain dan bersifat dermawan serta menjauhi sifat kikir.[4]
Dalam ajaran agama Islam, kedermawanan merupakan salah satu kunci
kebaikan dan mulianya agama. Sesuai sabda Nabi Muhammad SAW :
“Sesungguhnya inilah agama ( Islam ) yang Aku ridhai untuk diri-Ku. Dan tidak akan
memperbaiki agama ini kecuali dengan kedermawanan dan akhlak yang baik, karena itu
muliakan agama ini dengan kedua hal itu”( Thabrani ).
keutamaan orang yang memiliki kekayaan dan mempunyai sifat dermawan
diantaranya :
 menjadi orang yang dicintai oleh Allah SWT. Rasulullah SAW. bersabda :
Sesungguhnya Allah itu dermawan yang menyukai kedermawanan, menyukai akhlak –
akhlak mulia, dan membenci akhlak yang buruk . “ ( Mutafaqun ‘alaih ).
 dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Dalam riwayat Abu
Hurairah RA., Nabi SAW. diriwayatkan bersabda,
“ Orang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusian, dan jauh dari
neraka. Orang yang bakhil jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga”
 Allah akan memberikan pahala dan mengganti harta yang ia dermakan dengan yang lebih
baik dan lebih banyak. Allah SWT. berfirman,

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.(QS. Al-
Baqarah: 261)
 menjadikannya sehat lahir dan batin. Rasululllah SAW. bersabda,
“ Obatilah orang – orang sakit diantara kalian dengan sedekah .” (HR. Baihaki)
Itulah keutamaan sifat deramawan, alangkah indahnya dunia ini jika banyak
orang – orang kaya yang memiliki sifat dermawan.
2. Menjauhi sifat kikir
Sifat kikir itu disebabkan oleh cinta harta, sedangkan cinta harta itu mempunyai
dua sebab :
Pertama : kesukaan bersenang – senang, dan ini tidak bisa tercapai kecuali
dengan harta dan disertai panjang angan – angan. Atau barangkali anaknya
menggantikan kedudukan panjang angan – angannya sehingga dapat menahan hartanya
demi mereka. Oleh karena itu , Nabi SAW bersabda : Anak itu menyebabkan sifat kikir
dan sifat pengecut serta kebodohan. Apabila disamping itu ada rasa takut miskin dan
kurang percaya akan datangnya rezeki , maka sifat kikir pun menjadi kuat.
Kedua : bila seseorang mencintai harta, sedang ia tahu bahwa ia tidak
memerlukannya di saat ia sudah tua dan tidak punya anak. Akan tetapi ia mencintai
harta itu sendiri. Ini adalah penyakit menahun di dalam hati.
Kikir merupakan sifat yang buruk, Allah SWT berfirman :
Sekali-kali janganlah orang-orang yang kikir dengan harta yang Allah berikan kepada “
mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kekikiran itu baik bagi mereka. sebenarnya
kekikiran itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka kikirkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan
(yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Q.S
Ali Imran : 180 )
Cara mengatasi sifat kikir adalah dengan mengurangi syahwat, banyak
mengingat mati, merenungkan kematian orang – orang yang telah mendahuluinya,
menziarahi kubur, merenungkan cacing – cacing yang ada di dalamnya, dan memikirkan
keadaan – keadaan itu. Perhatian terhadap anak diatasi dengan menyadari bahwa
penciptaannya menciptakan rezeki bersamanya. Banyak anak yang mewarisi, sedang itu
bukan rezekinya, dan banyak pula anak yang tidak mewarisi, padahal Allav ta’ala
mengaruniainya harta yang banyak. Jika anaknya seorang yang shaleh , maka Allah
ta’ala memimpin orang – orang yang shalih. Jika ia seorang yang fasik maka semoga
Allah tidak memperbanyak anak-anak seperti itu , karena ia menggunakan hartanya
untuk bermaksiat.
3. Menghindari Sifat Takabbur.
sifat takabur merupakan salah satu sifat yang sangat berbahaya bagi seseorang
dan juga membahayakan orang lain. Tidak sedikit perbuatan yang didasari sifat takabur
ini menjadi penyulut terjadinya permusuhan di antara manusia. Dalam hubungan
kemanusiaan sifat takabur ini akan menjauhkan seseorang dalam pergaulan hidupnya
dengan orang lain. Sifat takabur ini muncul biasanya disulut oleh adanya keberhasilan
dalam hidup seseorang. Orang yang memegang jabatan tinggi, orang kaya, dan orang
yang sukses, akan mudah terjangkit sifat takabur ini. Namun, tidak sedikit juga orang
yang tidak memiliki harta, orang kecil, dan orang-orang yang tidak berhasil memiliki
sifat tersebut. Oleh karena itu, sifat ini harus dihindari dan dihilangkan dari pribadi
muslim.
Takabbur menurut bahasa yaitu sombong. Sombong adalah sifat manusia yang
menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain. Ketika orang merasa bangga
dengan apa yang dimilikinya (ujub) dan menganggap orang lain lebih rendah dari
dirinya, maka hal itu disebut sombong atau angkuh.
Menurut imam Ghozali kesombongan adalah: sifat pada diri seseorang yang
timbul karena melihat kepada dirinya. Kesombongan yang timbul pada lahirnya adalah
seperti pengaruh dari sifat itu.[5]
Sifat ini harus dihindari oleh semua orang, khususnya orang kaya, karena
kesombongan itu tercela, Allah ta’ala berfirman :

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa
alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. ( Q.S Al-A’raf : 146 ).
Cara menghindari sifat ini yaitu :
- Mendahulukan teman – temannya sebelum dirinya dalam majelis – majelis.
- Memakai baju sederhana dihadapan orang banyak.
- Seseorang harus berpikir siapakah dia sebenarnya. Bagaimana dia dulunya, sekarang,
dan yang akan datang. Dengan menyadari bahwa dia dulunya berasal dari Allah dan
akan kembali kepada Allah, serta keberadaannya sekarang juga masih banyak memiliki
kelemahan, apakah patut dia itu takabur?
- Seseorang yang takabur harus banyak membaca ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits
Nabi yang mengutuk sifat takabur dan menjelaskan akibat buruknya bagi manusia.
 Akhlak Orang Miskin.
Miskin harta yaitu orang yang tidak punya harta yang dibutuhkan bagi
penghidupannya.
Akhlak yang harus dimiliki oleh orang miskin adalah sebagai berikut :
1. Qona’ah.
Qana’ah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang
diusahakannya serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Orang
yang memiliki sifat qana’ah memiliki pendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang ada
di dirinya adalah kehendak allah .

Kemiskinan itu terpuji, tetapi patutlah orang fakir atau miskin tidak
mengharapkan milik orang lain. Hal itu bias terwujud kecuali dengan makan, minum,
dan berpakaian, sesuai dengan kebutuhan. Maka ia pun merasa cukup dengan kadar
yang paling sedikitdan paling rendah jenisnya. Ia tunda harapannya hingga sehari atau
sebulan supaya tidak memperbanyak kesabaran atas kemiskinan yang dapat
menyebabkan tamak dan meminta – minta serta merendahkan diri kepada orang kaya.
[6]

Abu Hurairah berkata pada suatu hari Rasulullah SAW bersabda : “hai Abu
Hurairah, apabila engkau merasa lapar maka makanlah sepotong roti serta segelas air,
dan biarlah dunia hancur.

AkhlakQana’ah pun berfungsisebagai:

a. Stabilisator: seorang muslim yang memiliki sifat qana’ah akan selalu berlapang
dada, berhati tenteram, merasa kaya dan berkecukupan, dan bebas dari
keserakahan.

b. Dinamisator: kekuatan batin yang mendorong seseorang untuk meraih


kemenangan hidup berdasarkan kemandirian dengan tetap bergantung kepada
karunia Allah SWT.
2 Sabar .

Seseorang yang ditakdirkan miskin harus bersabar terhadap keadaannya.


Bahkan imam Ghazali menyebutkan bahwasannya orang miskin yang sabar itu lebih
mulia dari orang kaya yang bersyukur. Meski beliau berkata di tempat lain, “Berapa
banyak orang faqir yang bersabar lebih afdhal dibandingkan orang kaya yang
bersyukur. Dan (begitu pula sebaliknya), berapa banyak orang kaya yang bersyukur
lebih afdhal dibandingkan orang faqir yang sabar. Itulah orang kaya yang
memberlakukan dirinya seperti orang faqir. Ia tidak memegang harta untuk dirinya
kecuali sebatas kebutuhan darurat, dan selebihnya ia berikan untuk hal-hal kebaikan.
Dari Abū Hurairah, Nabi bersabda:

‫ َو ُهَو َخ ْم ُس ِم اَئة َع اٍم‬، ‫َيْد ُخ ل ُفَقَر اُء اْلمْسلِم يَن اْلجّنَة َقْبَل أْغ ِنَياِئِهم ِبِنْص ِف َيْو ٍم‬
“Orang-orang faqir kaum muslimin mendahului orang-orang kaya dalam hal
masuk surga selama setengah hari (di akhirat), yaitu lima ratus tahun.
Hadits di atas termasuk dalil yang digunakan oleh mereka yang mengatakan
bahwa orang faqir yang sabar lebih utama dibandingkan orang kaya yang bersyukur.
Oleh karena itu, alangkah mulianya orang – orang yang miskin dan tetap selalu
bersabar dengan apa yang di takdirkan Allah terhadapnya.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia


yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam

Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal
ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di
akhirat.
Kekayaan bukanlah tujuan pokok atau sasaran utama manusia di muka bumi,
melainkan sarana bagi seorang muslim dalam menjalankan perannya sebagai khalifah,
di mana ia wajib memanfaatkan kekayaan tersebut demi pengembangan segenap
potensi manusia dan meningkatkan kemanusiaan manusia di segala bidang, baik moral
maupun material. Jadi, peningkatan kekayaan demi realisasi tujuan utama manusia
sebagai khalifah di muka bumi, adalah sarana terbaik bagi akhirat. Tiada kebaikan bagi
seseorang yang tidak berjuang mendapatkannya.
Islam ingin agar seorang muslim berjuang meningkatkan kekayaan, menjadi tuan
bagi kekayaannya itu, dan beroleh manfaat darinya. Islam tidak ingin seorang muslim
menjadi budak hartanya dan melupakan tujuannya.
Perlu di dasari, kekayaan duniawi dengan gemerlapnya yang sering melenakan
hati, sesunggguhnya tidak berharga sedikitpun di sisi Allah. Jadi, mengapa mesti
menghinakan diri dengan menghambakan kepadanya, dan kenapa pula manusia
seringkali mengeluh dan menyesal hanya lantaran ada sedikit harta yang hilang.
Takabbur menurut bahasa yaitu sombong. Sombong adalah sifat manusia yang
menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain. Ketika orang merasa bangga
dengan apa yang dimilikinya (ujub) dan menganggap orang lain lebih rendah dari
dirinya, maka hal itu disebut sombong atau angkuh.
Menurut imam Ghozali kesombongan adalah: sifat pada diri seseorang yang
timbul karena melihat kepada dirinya. Kesombongan yang timbul pada lahirnya adalah
seperti pengaruh dari sifat itu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Mannan, Muhammad, (1993), Teori & Praktek Ekonomi Islam , Yogyakarta:
PT.Bhakti Dana Wakaf,
2. Al Ghazali, Imam , (1995 )Ringkasan Ihya Ulumuddin , Jakarta : Pustaka Amani
3. Umar Stanggal ,Abu Ahmadi Anshori, (1980) Sistem Ekonomi Islam Prinsip-prinsip dan
Tujuan-tujuannya, Surabaya: PT Bina Ilmu,
4. http://www.scribd.com/doc/57986470/Konsep-Ekonomi-Dalam-Islam
5. http://hadicahyono.dosen.narotama.ac.id/2011/04/14/sistem-ekonomi-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai