DISUSUN OLEH :
1. AKHMAD TAUFIK
2. FERDY DARKAY
3. FITRIA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK
TAHUN 2019
DAFTAR ISI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah ang
dapat menerangkan bahwa oran itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak
dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni perbuatan itu selalu di ulang-ulang
dengan kecenderungan hati- hati. Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat didalam diri
manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang jahat, mana yang bertmanfaat dan mana yang tidak berguna,mana cantik dan
mana yang buruk.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian ekonomi islam?
b. Bagaimana akhlak dalam bidang ekonomi?
c. Bagaimana fungsi dan makna pentingnya kekayaan dalam islam?
d. Bagaimana akhlak orang kaya dan miskin dalam islam?
C. Tujuan penulisan
a. Mengetahui pengertian ekonomi islam
b. Mengetahui bagaimana akhlak dalam bidang ekonomi
c. Mengetahui fungsi dan makna pentingnya kekayaan dalam islam
d. Mengetahui bagaimana akhlak orang kaya dan miskin dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN
AKHLAK DALAM KEGIATAN EKONOMI (IQTISHADIYYAH)
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan.
Permasalahan ekonomi umat manusia yang fundamentalis bersumber dari
kenyataan bahwa kita mempunyai kebutuhan dan kebutuhan ini pada umumnya tidak
dapat dipenuhi tanpa mengeluarkan sumber daya, energi manusia dan peralatan
materiil yang terbatas. Bila kita memiliki sarana yang tidak terbatas untuk memenuhi
semua jenis kebutuhan, maka masalah ekonomi tidak akan timbul. Sejauh mengenai
masalah pokok kekurangan, hampir tidak terdapat perbedaan apapun antara ilmu
ekonomi islam dengan ilmu ekonomi modern. Andaikata ada perbedaan, hal itu terletak
pada sifat dan volumenya. Itulah sebabnya mengapa perbedaan antara kedua sistem
ekonomi ini dapat ditemukan dengan memperhatikan penanganan masalah pilihan.
Persoalan pilihan timbul dari kenyataan bahwa sumber daya kita begitu terbatas
sehingga dipenuhinya suatu jenis keinginan berarti mengorbankan suatu kebutuhan
lain yang tidak harus dipenuhi. Dalam ekonomi modern masalah pilihan tergantung
pada bermacam-macam tingkah masing-masing individu, mereka mungkin atau
mungkan juga tidak memperhitungkan persyaratan-persyaratan masyarakat. Namun
dalam ekonomi islam. Kita tidaklah berada dalam kedudukan untuk mendistribusikan
sumber-sumber daya kita semua, dalam hal ini ada suatu pembatasan moral yang serius
berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah. [1]
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal
ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di
akhirat.
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar antara lain :
1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah SWT
kepada manusia.
Allah memberikan kekayaan kepada manusia untk digunakan sebagaimana
mestinya, namun Dia adalah pemilik sebenarnya segala sesuatu. Sebagaimana
firmannya dalam surat Taha ayat 6 :
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara
keduanya dan semua yang di bawah tanah.
2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
Sesungguhnya Islam sangat menghormati milik pribadi, baik itu barang- barang
konsumsi ataupun barang- barang modal. Namun pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan orang lain. Jadi, kepemilikan dalam Islam tidak
mutlak, karena pemilik sesungguhnya adalah Allah SWT.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
Sistem ekonomi yang berteraskan kepada kerjasama dan keseksamaan akan
mewujudkan rasa kasih sayang, sifat tanggungjawab dan tolong-menolong di antara
satu sama lain.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasaioleh
segelintir orang saja.
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya
direncanakanuntuk kepentingan banyak orang.
Dalam sistem ekonomi Islam kepentingan individu dan kepentingan masyarakat
adalah sehaluan dan selari, bukannya bertentangan di antara satu sama lain
sebagaimana yang dirumuskan oleh sistem-sistem lain. Untuk mewujudkan
keseimbangan ini, sistem ekonomi Islam memberi kebebasan bagi anggota masyarakat
untuk terlibat dengan berbagai-bagai jenis kegiatan ekonomi yang halal di samping
menyelaraskan beberapa bidang kegiatan tersebut menerusi kuasa undang-undang dan
pemerintahan.
6. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
Manusia tidak boleh mengabaikan bahagiannya di dunia ini. Manusia hendaklah
bekerja sekuat-kuatnya untuk mendapatkan kebaikan di dunia dengan cara yang paling
adil dan dibenarkan oleh undang-undang. Sebagaiman Firmannya dalam surat Al-
Maidah ayat 87 - 88 yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal
lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah
yang kamu beriman kepada-Nya.
8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.
Kegiatan ekonomi yang berteraskan kepada kesaksamaan serta menghapuskan
penindasan dan penipuan adalah satu sistem yang benar-benar dapat menegakkan
keadilan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Di atas dasar inilah Islam
membenarkan jual beli dan mengharamkan riba dan segala jenis penipuan.[2]
Sistem ekonomi Islam tidak boleh dipisahkan dari dasar-dasar aqidah dan nilai-
nilai syariat Islam. Dari segi aqidah, sistem ekonomi Islam dilandaskan kepada hakikat
bahwa Allah adalah Pencipta dan Pemilik alam semesta seperti firman Allah dalam surat
Luqman ayat 20 :
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa
alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. ( Q.S Al-A’raf : 146 ).
Cara menghindari sifat ini yaitu :
- Mendahulukan teman – temannya sebelum dirinya dalam majelis – majelis.
- Memakai baju sederhana dihadapan orang banyak.
- Seseorang harus berpikir siapakah dia sebenarnya. Bagaimana dia dulunya, sekarang,
dan yang akan datang. Dengan menyadari bahwa dia dulunya berasal dari Allah dan
akan kembali kepada Allah, serta keberadaannya sekarang juga masih banyak memiliki
kelemahan, apakah patut dia itu takabur?
- Seseorang yang takabur harus banyak membaca ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits
Nabi yang mengutuk sifat takabur dan menjelaskan akibat buruknya bagi manusia.
Akhlak Orang Miskin.
Miskin harta yaitu orang yang tidak punya harta yang dibutuhkan bagi
penghidupannya.
Akhlak yang harus dimiliki oleh orang miskin adalah sebagai berikut :
1. Qona’ah.
Qana’ah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang
diusahakannya serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Orang
yang memiliki sifat qana’ah memiliki pendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang ada
di dirinya adalah kehendak allah .
Kemiskinan itu terpuji, tetapi patutlah orang fakir atau miskin tidak
mengharapkan milik orang lain. Hal itu bias terwujud kecuali dengan makan, minum,
dan berpakaian, sesuai dengan kebutuhan. Maka ia pun merasa cukup dengan kadar
yang paling sedikitdan paling rendah jenisnya. Ia tunda harapannya hingga sehari atau
sebulan supaya tidak memperbanyak kesabaran atas kemiskinan yang dapat
menyebabkan tamak dan meminta – minta serta merendahkan diri kepada orang kaya.
[6]
Abu Hurairah berkata pada suatu hari Rasulullah SAW bersabda : “hai Abu
Hurairah, apabila engkau merasa lapar maka makanlah sepotong roti serta segelas air,
dan biarlah dunia hancur.
a. Stabilisator: seorang muslim yang memiliki sifat qana’ah akan selalu berlapang
dada, berhati tenteram, merasa kaya dan berkecukupan, dan bebas dari
keserakahan.
َو ُهَو َخ ْم ُس ِم اَئة َع اٍم، َيْد ُخ ل ُفَقَر اُء اْلمْسلِم يَن اْلجّنَة َقْبَل أْغ ِنَياِئِهم ِبِنْص ِف َيْو ٍم
“Orang-orang faqir kaum muslimin mendahului orang-orang kaya dalam hal
masuk surga selama setengah hari (di akhirat), yaitu lima ratus tahun.
Hadits di atas termasuk dalil yang digunakan oleh mereka yang mengatakan
bahwa orang faqir yang sabar lebih utama dibandingkan orang kaya yang bersyukur.
Oleh karena itu, alangkah mulianya orang – orang yang miskin dan tetap selalu
bersabar dengan apa yang di takdirkan Allah terhadapnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal
ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di
akhirat.
Kekayaan bukanlah tujuan pokok atau sasaran utama manusia di muka bumi,
melainkan sarana bagi seorang muslim dalam menjalankan perannya sebagai khalifah,
di mana ia wajib memanfaatkan kekayaan tersebut demi pengembangan segenap
potensi manusia dan meningkatkan kemanusiaan manusia di segala bidang, baik moral
maupun material. Jadi, peningkatan kekayaan demi realisasi tujuan utama manusia
sebagai khalifah di muka bumi, adalah sarana terbaik bagi akhirat. Tiada kebaikan bagi
seseorang yang tidak berjuang mendapatkannya.
Islam ingin agar seorang muslim berjuang meningkatkan kekayaan, menjadi tuan
bagi kekayaannya itu, dan beroleh manfaat darinya. Islam tidak ingin seorang muslim
menjadi budak hartanya dan melupakan tujuannya.
Perlu di dasari, kekayaan duniawi dengan gemerlapnya yang sering melenakan
hati, sesunggguhnya tidak berharga sedikitpun di sisi Allah. Jadi, mengapa mesti
menghinakan diri dengan menghambakan kepadanya, dan kenapa pula manusia
seringkali mengeluh dan menyesal hanya lantaran ada sedikit harta yang hilang.
Takabbur menurut bahasa yaitu sombong. Sombong adalah sifat manusia yang
menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain. Ketika orang merasa bangga
dengan apa yang dimilikinya (ujub) dan menganggap orang lain lebih rendah dari
dirinya, maka hal itu disebut sombong atau angkuh.
Menurut imam Ghozali kesombongan adalah: sifat pada diri seseorang yang
timbul karena melihat kepada dirinya. Kesombongan yang timbul pada lahirnya adalah
seperti pengaruh dari sifat itu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Mannan, Muhammad, (1993), Teori & Praktek Ekonomi Islam , Yogyakarta:
PT.Bhakti Dana Wakaf,
2. Al Ghazali, Imam , (1995 )Ringkasan Ihya Ulumuddin , Jakarta : Pustaka Amani
3. Umar Stanggal ,Abu Ahmadi Anshori, (1980) Sistem Ekonomi Islam Prinsip-prinsip dan
Tujuan-tujuannya, Surabaya: PT Bina Ilmu,
4. http://www.scribd.com/doc/57986470/Konsep-Ekonomi-Dalam-Islam
5. http://hadicahyono.dosen.narotama.ac.id/2011/04/14/sistem-ekonomi-dalam-islam