MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah
Pengantar Ekonomi Makro Syariah
Dosen Pengampu:
Sumarni, S.H.I, M.E
Disusun oleh :
Tsuroyya Azhari Habibah 2212000046
Resti Andriani 2212000051
Tedhy Zasir Firmansyah 2212000053
Syahlaa Nabiila Hertika 2212000061
Bismillahhirahmannirahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen pengampu pada mata kuliah
Pengantar Ekonomi Makro Syariah.
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun berkat
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Sumarni, S.H.I, M.E, selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ekonomi
Makro Syariah yang tidak pernah bosan memberikan arahannya kepada kami
semua.
2. Rekan-rekan seperjuangan yang selalu kompak dalam mengerjakan setiap tugas
yang diberikan para dosen.
3. Ayahanda serta Ibunda terkasih yang selalu memberikan motivasi, do’a, dan kasih
sayang yang tiada henti-hentinya dan juga telah memberikan bantuan baik dari
segi moril maupun materil dalam penulisan makalah ini.
Atas segala dorongan, bantuan, serta bimbingan semua pihak, penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dengan pahala yang
tiada terhitung. Aamiin
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
masyarakat modern yang mempunyai kekayaan yang melimpah namun di sisi lain
masyarakat sekitarnya masih banyak yang menderita kemiskinan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kepemilikan negara. Dalam salah satu asas ekonomi di atas dinyatakan bahwa
kepemilikan dalam ekonomi Islam adalah kepemilikan ganda (multiownership).
Distribusi pendapatan merupakan proses peredaran atau penyaluran harta dari yang
empunya kepada pihak yang berhak menerimanya baik melalui proses distribusi secara
komersial maupun melalui proses yang menekankan pada aspek keadilan sosial.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap individu muslim maupun untuk
meningkatkan kesejahteraannya, human falah. Pengertian ini berangkat dari prinsip bahwa
kebutuhan dasar setiap individu harus terpenuhi dan pada kekayaan seseorang itu
terdapat hak orang miskin, “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (tidak meminta)”. (Q.s. al-
Dzariyat [51]: 19).
Distribusi pendapatan dan kekayaan dalam ekonomi Islam berkaitan erat dengan nilai
moral Islam, sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan di dunia dan akhirat (falah). Untuk
itu merupakan kewajiban kita sebagai hamba Allah agar memprioritaskan dan menjadikan
distribusi pendapatan dan kekayaan yang bertujuan pada pemerataan menjadi sangat
urgen dalam perekonomian Islam, karena diharapkan setiap manusia dapat menjalankan
kewajibannya sebagai hamba Allah tanpa harus dihalangi oleh hambatan yang ada di luar
kemampuannya. Oleh karena itu negara bertanggung jawab terhadap mekanisme
distribusi dengan mengedepankan kepentingan umum dari pada kepentingan kelompok
atau golongan.
2.3. Zakat Sebagai Instrumen Keadilan Sosial
Selain identik dengan ibadah puasa, Bulan Suci Ramadhan juga identik dengan
kewajiban menunaikan zakat fitrah. Zakat fitrah memang menjadi zakat yang paling di
kenal oleh masyarakat kita. Padahal selain zakat fitrah, masih ada zakat lain, yaitu zakat
harta (mal), baik harta yang diperoleh dari hasil perniagaan, pertanian, peternakan,
pertambangan dan lain sebagainya.
4
Zakat merupakan ibadah yang sangat penting dalam agama Islam. Disebutkan
sebanyak tiga puluh dua kali dalam Al Quran dan juga dibahas dalam banyak hadist Nabi.
Namun diantara rukun Islam yang lima, kewajiban membayar zakat memang masih paling
rendah pemenuhannya. Hal ini ditandai dengan masih sedikitnya orang-orang kaya
(mampu) yang secara rutin mengeluarkan zakatnya. Dalam salah satu ceramahnya, KH.
Said Aqil Siraj (Ketua PBNU) pernah menyinggung fenomena ini. Kata beliau, kita bisa
melihat antrian panjang orang yang mau beribadah haji, tapi tidak pernah melihat antrian
panjang orang yang mau membayarkan zakatnya.
Zakat tidak hanya sekedar bentuk ketaatan makhluk terhadap Tuhannya, namun
didalamnya mengandung dimensi keadilan sosial. Bagi para wajib zakat (muzakki),
dengan menunaikan zakat, hakikatnya sedang melatih dirinya untuk menekan ego,
mengasah kepedulian sosial dan kesadaran diri bahwa di dalam harta yang dimilikinya
terdapat hak-hak orang lain yang harus ditunaikan. Sehingga dengan berzakat, hartanya
bisa benar-benar bersih, suci dan terbebas dari sesuatu yang bukan miliknya.
Sebagaimana tujuan zakat yang tercantum dalam QS At-Taubah ayat 103, "Ambillah zakat
dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk
mereka". Sementara itu, bagi para penerima zakat (mustahik), zakat bisa menjadi solusi
atas permasalahan sosial yang sedang dihadapi oleh mereka. Zakat menjadi jembatan
penghubung antara si kaya dan si miskin. Dengan kata lain, zakat bisa membantu
menciptakan kehidupan sosial yang lebih seimbang dan berkeadilan. Si kaya berkewajiban
untuk menolong si miskin. Si kuat diharuskan untuk membantu si lemah. Sehingga pada
akhirnya bisa meningkatkan tali persaudaraan sesama umat Islam.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam ekonomi Islam, keinginan manusia untuk mengumpulkan dan memperoleh harta
kekayaan adalah fitrah setiap manusia. Manusia diciptakan Allah meliputi jasmani dan
rohani. Oleh sebab itu, komponen yang menyusun manusia tersebut kebutuhannya
haruslah terpenuhi. Dorongan manusia untuk memperoleh harta kekayaan adalah tidak
lain di sebabkan oleh adanya keberadaan kebutuhan jasmani manusia agar tetap eksis di
dunia. Dengan demikian, selain mengandung unsur fitrah manusia, dorongan untuk
mengumpulkan harta kekayaan juga merupakan suatu keharusan.
Distribusi pendapatan merupakan proses peredaran atau penyaluran harta dari yang
empunya kepada pihak yang berhak menerimanya baik melalui proses distribusi secara
komersial maupun melalui proses yang menekankan pada aspek keadilan sosial.
Tujuannya adalah; agar harta benar-benar terdistribusi dengan adil dan merata, (Q.s. al-
Hasyr [59 ]: 7) dan untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap individu muslim maupun untuk
meningkatkan kesejahteraannya, human falah.
3.2 Saran
Dengan makalah ini semoga bisa menjadi rujukan untuk sumber pengetahuan, mohon
maaf atas segala kekurangannya, karena kami masih ditahap belajar.
6
DAFTAR PUSTAKA
Kalsum U, Distribusi Pendapatan dan Kekayaan dalam Ekonomi Islam, Jurnal studi
ekonomi dan bisnis islam, vol.3, no.1, 2018.
Sobarna Nanang, Konsep Kepemilikan Dalam Ekonomi IslamMenurut Taqiyuddin An-
Nabhani, Jurnal ilmiah ekonomi dan keuangan syariah, vol.2, no.2, 2021.
Kambali M, KONSEP KEPEMILIKAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM SISTEM
EKONOMI ISLAM, vol.9, no.2, 2021’
Kompasiana.com, (4 juni 2018). Zakat Sebagai Instrumen Keadilan Sosial. Diakses pada
26 oktober 2023.
https://www.kompasiana.com/zaelani_ma/5b1532bfdd0fa80b0b7b6712/zakat-sebagai-
instrumen-keadilan-sosial
7
8