Anda di halaman 1dari 26

FIQIH MUAMALAH DAN SISTEM

EKONOMI ISLAM
Dibuat untuk memenuhi tugas mata Kuliah Fiqih Muamalat 2
Dosen Pengampu : Bapak. Moch. Sholeh, S.PdI, M.Pd

Dibuat Oleh :
Nama : 1. Samsudin_20220003
2. Sidqon_202200007
Semester : 3 ( Tiga )

PRODI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI EKONOMI MANAJEMEN BISNIS ISLAM
(STEMBI AL-AZIZIYAH)

Randudongkal-Pemalang
TAHUN AJARAN 2021/2022
FIQIH MUAMALAH DAN DISTEM
EKONOMI ISLAM
Dibuat untuk memenuhi tugas mata Kuliah Fiqih Muamalat 2
Dosen Pengampu : Bapak. Moch. Sholeh, S.PdI, M.Pd

Dibuat Oleh :
Nama : 1. Samsudin_202200003
2. Sidqon_202200007
Semester : 3 ( Tiga )

PRODI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI EKONOMI MANAJEMEN BISNIS ISLAM
( STEMBI AL-AZIZIYAH )

Randudongkal-Pemalang
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Asalamu`allaikum wr.wb
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat Rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah
Fiqih Muamalat 2 yang berjudul “Fiqih Muamalah dan Sistem Eonomi Islam”

Pada kesempatan kali ini makalah yang disusun berhasil menguraikan tentang “Fiqih
Muamalah dan Sistem Ekonomi Islam”. Tidak lupa kami sampaikan ucapan
terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Fiqih Muamalat 2 Bapak. Moch.
Sholeh, S.PdI, M.Pd yang senantiasa membimbing dan menyumbangkan ilmunya
kepada kami, tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman dan juga
semua pihak yang telah membatu menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan pembuatan penulisan makalah ini guna memenuhi tugas dari Dosen
kami mohon ma,af apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
dan kekeliruan serta masih jauh dari kata sempurna , Oleh karena itu kami mohon
kritik dan saran yang membangun guna perbaian di masa mendatang semoga makalah
ini dapat memberikan manfa,at kepada para pembaca.

Majakerta 12 Oktober 2021


Penulis

Sidqon

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1. Latar Belakang............................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
3. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
4. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBHASAN........................................................................... 3
1. Apa itu Ekonomi Islam ?................................................................................ 3
2. Apa itu Muamallah?....................................................................................... 8
3. Apa itu Fiqih Muamallah?............................................................................. 8
4. Apa saja Ruang lingkup Ekonomi Islam?...................................................... 9
5. Apa saja Ruang lingkup Fiqih Mamallah?..................................................... 9
6. Bagimana Hubungan antara Ekonomi Islam dan Fiqih Muamallah?............ 21
BAB III PENUTUP................................................................................. 23
1. Kesimpulan.................................................................................................... 23
2. Kritik dan Saran............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 24

iii
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Muamallah adalah sebuah hubungan manusia dalam transaksi social sesuai syariat,
karena manusia merupakan mahluk social yang tidak dapat hidup sendiri dalam
hubungan dengan manusia lain-nya, manusia dibatasi oleh syariat tesebut yang terdiri
dari hak dan kewajiban, lebih jauh lagi antara interaksi manusia tersebut akan
membutuhkan kesepakatan demi kemaslahatan bersama, dalam arti luas muamalah
merupakan aturan Allah untuk manusia, bergaul dengan manusia lainnya dalam
berinteraksi, sedangkana dalam arti khusus muamalah adalah aturan Allah dengan
manusia lain dalam hal mengembangkan harta.

Harta merupakan inti dalam kehidupan dimana manusia tidak akan bisa tepisah
darinya, secara umum harta merupakan sesuatu yang disukai oleh manusia. Manusia
termotivasi untuk mencari harta demi menjaga eksistensinya dan demi menambah
kenikmatan materi dan religi, semua motivasi itu terrnyata di batasi dengan beberapa
syarat seperti halnya harta yang di kumpulkan dengan jaan halal, di pergunakan untuk
hal-hal yang halal, dan dikeluarkan Allah SWT. Secara umum AL-Qur`an telah
menggambarkan kecenderungan manusia untuk menyukai dan memiliki harta.

Harta dalam pandangan islam hakekatnya adalah milik Allah SWT. Adanya
pemilikan seseorang atas harta, kepemilikan individu tertentu juga mencakup
kegiatan pemanfaatan harta dan pengmbangan harta antara lain adanya transaksi jual
beli yang mana dalam islam hal ini di perboehkan.

2. Rumusan Masalah
 Apa itu Ekonomi Islam?
 Apa itu Muamallah?
 Apa itu Fiqih Muamallah?
 Apa saja ruang lingkup Ekonomi Islam?

1
 Apa saja ruang lingkup Fiqih Muamallah?
 Bagaimana Hubungan antar Ekonomi Islam dan Fiqih Muamalah?

3. Tujuan Penulisan
 Untuk mengetahui penjelasan Ekonmi Islam
 Untuk mengetahui penjelasan Muamalah
 Untuk mengetahui penjelasan Fiqih Muamallah
 Untuk mengetahui apa saja Ruang Lingkup Ekonomi Islam
 Untuk Mengetahui apa saja Ruang Lingkup Fiqih Muamallah
 Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan antar Ekonomi Islam dan Fiqih
Muamallah.

4. Manfaat Penulisan
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jelas mengenai apa
itu Fiqih Muamallah dan Sistem Ekonomi Islam.

2
BAB II PEMBAHASAN

1. Apa itu Ekonomi Islam


Ekonomi islam merupakan ilmu pengetahuan social yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi rakyat, yang di ilhami oleh nilai-nilai islam. Ekonomi islam atau
sistem ekonomi koprasi berbeda degan sistem ekonomi kapitalisme, sistem ekonomi
islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin, dan
melarang penumpukan kekayaan, selain itu ekonomi dalam kacamata islam
merupakan tuntutan kehidupan sekaligus ajaran yang memiliki dimensi ibadah yang
teraplikasi dalam etika syariah islam.

Perbedaan ekonomi islam dan konvensianal, krisis ekonomi yang sering terjadi di
tengarai adalah ulah sistem ekonomi konvensional, yang mengdpankan sistem bunga
sebagi instrument profitnya. Berbeda dengan apa yang di tawarkan sistem ekonomi
islam, dengan instrument profitnya yaitu bagi hasil.

Sistem ekonomi islam sangat berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis maupun
sosialis, Ekonomi Islam bukan pula berada di tengah-tengah kedua sistem ekonomi
itu, sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis
yang memberikan hampir semua tanggung jawab kepada warganya yang ekstrim,
ekonomi islam menetapkan bentuk perdagangan serta perhidmatan yang boleh dan
tidak boleh di tran saksikan, ekonomi dalam islam harus mampu memberikan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan
kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap
pelaku usaha.

Ciri khas ekonomi islam, tidak banyak di kemukakan dalam AL-Qur`an, dan hanya
prinsip-prinsip mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, AL-Qur`an
dan sunah banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum muslim ber
perilaku sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang
sistem ekonomi. Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan di atas ekonomi
dalam islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap
pelaku usaha, selain itu ekonomi islam menekankan empat sifat antara lain.
 Kesatuan (unity )
 Keseimbangan ( equilibrium )

3
 Kebebasan ( free will )
 Tanggung jawab ( responsibility )
Manusia sebagai wakil ( khalifah ) tuhan di dunia, tidak mungkin bersifat
individualistik karena semua ( kekayaan ) yang ada di bumi adalah milik Allah SWT.
Semata dan manusia adalah kepercayaan-nya di bumi, di dalam menjalankan kegiatan
ekonominya, islam sangat mengharamkan kegiatan riba, yang segi bahasa berarti
“kelebihan” Dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 275, disebutkan bahwa orang-
orang yang makan ( mengambil ) riba. Tidak dapat berdiri melainkan sperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan ) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu , adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat )
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba.

Tujuan ekonomi Islam. Memberikan keselarasan bagi kehidupan di dunia, nilai islam
bukan semata-mata hanya untuk kehidupan muslim saja, tetapi selurh mahluk hidup
di muka bumi. Esensi proses ekonomi islam adalah pemenuhan manusia yang
berlandaskan nilai-niai islam guna mencapai pada tujuan agama ( falah ). Ekonomi
islam menjadi rahmat bagi seluruh alam, yang tidak terbatas oleh ekonomi , social,
budaya, dan politik dari bangsa. Ekonomi islam mampu menangkap nilai fenomena
masyarakat sehingga dalam perjalanan-nya dapat berubah tanpa meninggalkan
sumber hukum ekonomi islam.

Manfaat Ekonomi Islam dalam Kehidupan


Tujuan pemberlakuan ekonomi syariah selaras dengan tujuan dari penegakkan syariat
itu sendiri ( maqashid asy syari`ah ) yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat
( falah ) melalui suatu kata kehidupan yang baik dan terhormat ( hayyah thayyibah ).
Karena islam sendiri hadir sebagai agama rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh
alam.
Sebagai suatu sistem yang padu, ekonomi islam harus memiliki perinsip yang
mendasarinya. Prinsip-prinsip yang mendasari ekonomi islam antara lain:
 Tidak melakukan monopoli perdagangan.
Monopoli atau mengatur peredaran perdagangan dengan tujuan menaikan
harga barang tersebut adalah hal yang di haramkan dalam islam, karena akan
merugikan berbagai pihak.
 Tidak menimbun barang dengan ( ikhtikar ).
Ikhtikar diartikan sebagai tindakan pembelian barang dagangan dalam jumlah
banyak, dengan tujuan untuk menahan atau menyimpan barang tersebut.

4
Dalam jangka waktu yang lama, sehingga apabila barang tersebut mengalami
ke langkaan, akan dapat di jual dengan harga yang mahal.
 Menghindari jual beli yang diharamkan.
Jual beli yang di haramkan termasuk di antaranya. Menjual barang atau jasa
haram, atau menjual sesuatu yang halal dengan sistem yang di haramkan,
seperti riba,karena banyak sekali bahaya riba dalam ekonomi islam.

Bahaya Riba Dalam Ekonomi Islam Dengan Dampak Nyata.


Islam adalah cara hidup ini , mengatur setiap aspek. Kehidupan seorang Muslim dari
sepiritual , budaya, social bahkan ekonomis. Prinsip ekonomi islam mengatur
kegiatan ekonoomi sesuai dengan syari`at. Riba adalah elmen yang paling menonjol
di antara berbagai larangan, di bawah hukum dagang islam. Meskipun perdagangan di
izinkan, riba di larang.

Secara konvensional, perdagangan didefinisikan sebagai pertukaran barang atau jasa.


Untuk barang dan jasa atau uang, lain Dalam islam itu tidak berbeda, Allah SWT.
Telah mengizinkan pertukaran barang dan jasa tidak hanya untuk memungkinkan
individu membuat mata pencaharian, tetapi juga karena kebutuhan manusia saling
bergantung. Riba yang umumnya di terjemahkan untuk menunjukan minat, Secara
harfiah berarti peningkatan, kelebihan, atau surplus. Secara teknis, Riba mengacu
pada kelebihan yang telah di tentukan dan diatas jumlah kredit maju ke debitur,
Dalam kaitan-nya dengan jangka waktu tertentu.
Bahaya Riba Dalam Ekonomi Islam
Banyak hal yang mungkin tersedia, tetapi uang itu langka. Itu terkonsentrasi hanya
dalam beberapa tangan saja, orangkaya dapat membeli segalanya dan mengabaikan
segalanya. Sedangkan orang miskin, yang begitu kekurangan uang, merasa mustahil
untuk membuat kedua ujungnya bertemu. Ini adalah masalah yang mempengaruhi
seluruh masyarakat dan melemahkan daya belinya, dan ketika pemasukan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu masyarakat. Sehingga masyarakat banyak di
landa problematika kehidupan antara lain.
 Usaha tidak berkembang karena lemahnya daya beli masyarakat.
 Kejahatan seperti penipuan, perampokan dan kecurangan menyebar di mana-
mana.
Ini karena Riba menghalangi aliran uang
Dengan demikian, riba secara serius mempengaruhi masalah sosial dan urusan
dengan menghambat peredaran uang, tulang punggung kehidupan dan inilah mengapa
Allah SWT. Melarang dan mengharamkan untuk berbuat riba.

5
Pengamalan sistem ekonomi islam yang baik akan membawa banyak manfa`at.
Manfa`at tersebut tidak hanya dirasakan oleh umat islam, tetapi juga seluruh warga
Negara sesuai dengan prinsip kemaslahatan dan maqashid syariah yang di ungkapkan
oleh Al-Ghazali. inilah dia berbagi manfaat ekonomi islam bagi masyarakat
Indonesia. Antara lain,
 Terjaganya Iman dan Agama
Tujuan utama dari penerapan ekonomi islam ini adalah untuk menjalankan
seesuai dengan ketentuan yang ada di Al-Qur`an dan Hadist. Dengan
mematuhi segala prinsip ekonomi syariah maka juga akan menunjukan
kepatuhan pada agama.
Dalam QS. Ath-Thalaq ayat 2-3. Allah SWT. Berfirman “Barang siapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, Niscaya Allah akan
mencukupkan ( keperluan-nya ). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang ( dikehendaki-nya ). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu”
Dalam ayat ini, sudah di tetapkan bahwa barang siapa yang mematuhi
berbagai perintah agama, maka akan datang berbagai kemudahan baginya.
Janji ini terutama berlaku bagi seluruh pelaku ekonomi, untuk menghindari
berbagi kemungkinan yang dapat merugikan orang lain dan diri sendiri di
antaranya yaitu:

 Terjaganya Jiwa.
Ekonomi Islam memiliki sistem yang sangat aman dan akan menghindarkan
pelakunya dari setiap mudharat, apabila di terapkan sesuai ketentuan-nya.
Karena itulah, ekonomi islam menjamin keamanan jiwa bagi setiap
pelakunya. Bukan hanya bagi diri sendiri, jaminan keamanan tersebut juga
berlaku pada semua orang yang menjalin bisnis syariah.

 Terjaganya Akal Pikiran.


Meskipun memiliki konsep yang sederhana, ekonomi syariah tetap menuntut
untuk dapat berpikir secara logika menggunakan akal sehat, bagaimana
caranya dapat mengambil keuntungan tanpa perlu mengambil hak orang lain.
Pada dasarnya ekonomi islam hanya sah apabila terjadi akad atau perjanjian
antara dua belah pihak pelaku ekonomi. Konsep ini adalah yang paling sesuai
dengan logika perdagangan, karena bagaimana akan terjadi jual beli yang

6
terjamin keamanan-nya dan keuntungan-nya. apa bila tidak ada perjanjian
tersurat antara kedua belah pihak.
Pada proses peminjaman pun, selain harus adanya akad, peminjam tidak boleh
mengambil keuntungan dari uang yang di pinjam-nya. Hal ini tentu saja akan
sangat memudahkan bagi orang yang membutuhkan, karena sebagai rahmat
bagi seluruh umatnya. Itulah nilai-nilai ekonomi islam yang juga merupakan
manfa`at dari ekonomi islam.

 Terjaganya Kemurnian Harta.


Dengan menerapkan proses ekonomi islam, harta akan bersih dari segala
sumber yang tidak halal, karena tidak ada hak orang lain di dalamnya. Dengan
begitu, kehidupan akan mendapatkan keberkahan dalam setiap langkah yang
di ambil.
 Terjaganya Keturunan.
Harta yang dimiliki akan di gunakan untuk menghidupi anak cucu, dan jika
harta tersebut halal sumbernya dan bersih dari hak orang lain, maka
keturunan dan siapapun yang merasakan manfa`at dari harta tersebut akan
turut merasakan berkah dari harta tersebut.

2. Apa itu Muamallah.


Istilah muamalah secara umum dapat dibagi menjadi dua pengertian, yakni dalam
arti sempit dan dalam arti luas.
1) Dalam Arti Sempit
Muamalah berasal dari istilah fiqh islam, muamalat bentuk tunggalnya
mu`amalah. Muamalat merupakan bagian dari hukum islam yang khusus
berkenaan dengan ketentuan-ketentuan tentang benda dan hak kebendaan
yang terjadi dalam hubungan manusia dengan sesamanya.
2) Dalam Arti Luas
Muamalah dalam arti luas diposisikan sebagai lawan dari ibadah sebagai
turunan dari syariah. Dengan kata lain, syariah islam merangkum aspek ritual
(ibadah) dan aspek social (muamalah) ibadah diperlukan untuk menjaga
ketaatan dan keharmonisan hubungan manusia dengan khalik-Nya.

3. Pengertian Fikih Muamalah


a. Menurut Para Ahli
1) Menurut Ad-Dimyati

7
Fikih muamalah adalah aktifitas untuk menghasilkan duniawi menyebabkan
keberhasilan masalah ukhrawi.
2) Menurut Pendapat Muhammad Yusuf Musa
Fikih muamalah yaitu ketentuan-ketentuan hukum mengenai kegiatan
perekonomian, amanah dalam bentuk titipan dan pinjaman, ikatan
kekeluargaan, proses penyelesaian perkara lewat pengadilan, bahkan soal
distribusi harta waris.
b. Dalam Arti Sempit
Fikih muamalah dalam arti sempit lebih kepada penekanan agar tunduk dan
patuh kepada aturan Allah yang telah diturunkan dan ditetapkan yang
mengatur hubungan manusia dengan harta benda seperti cara memperoleh,
mengatur, mengelola dan mengembangkan harta dengan cara yang baik dan
benar.
c. Dalam Arti Luas
Fikih muamalah dalam arti luas adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan
tatacara hubungan antar sesama manusia, baik hubungan bersifat kebendaan
maupun dalam bentuk perjanjian perikatan.

4. Ruang Lingkup Ekonomi Islam


Ruang lingkup ekonomi islam meliputi pembahasan atas berbagai perilaku manusia
yang sadar dan berusaha mencapai falah. Falah dapat diartikan sebagai suatu
kebahagiaan atau kesejahteraan didunia dan akhirat. Dalam hal ini, perilaku ekonomi
meliputi solusi yang diberikan atas tiga permasalahan dasar ekonomi, yaitu konsumsi,
produksi, dan distribusi. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan untuk
mewujudkan kemaslahatan dalam kehidupan. Kegiatan konsumsi, produksi, dan
distribusi harus menuju pada satu tujuan yang sama yaitu mencapai maslahah yang
maksimum bagi umat manusia. Konsumsi harus berorientasi pada masalah
maksimum sehingga tetap terjaga keseimbangan antar aspek kehidupan. Produksi
dilakukan secara efisien dan adil sehingga sumber daya yang tersedia dapat
mencukupi kebutuhan seluruh umat manusia. Sedangkan distribusi sumber daya dan
output harus dilakukan secara adil dan merata sehingga memungkinkan setiap
individu untuk memiliki peluang mewujudkan maslahah bagi kehidupannya. Jika
ketiga hal tersebut benar-benar diperhatikan dan selalu berusaha mewujudkan
maslahah dalam berbagai aspek, maka kehidupan manusia akan bahagia dan sejahtera
didunia dan di akhirat (falah).

5. Ruang Lingkup Fikih Muamalah

8
Ruang Lingkup Fikih Muamalah terbagi menjadi dua yaitu yang bersifat adabiyah
dan yang bersifat madiyah.
1. Yang Bersifat Adabiyah
a) Ijab dan Kabul
b) Saling meridhai
c) Tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak
d) Hak dan Kewajiban
e) Kejujuran Pedagang
f) Penipuan
g) Pemalsuan
h) Penimbunan
2. Yang Bersifat Madiyah
a) Jual beli (Al-bai`at-Tijarah)
b) Gadai (Rahn)
c) Jaminan/Tnggungan (Kafalah/dhaman)
d) Pemindahan utang (hiwalah)
e) Jatuh bangkit (taflis)
f) Batas bertindak (al-hajru)
g) Perseroan atau perkongsian (asy-syirkah)
h) Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah)
i) Sewa menyewa tanah (al-musaqah al-mukhabarah)
j) Upah (ujral al-amah)
k) Gugatan (asy-syufa`ah)
l) Sayembara (al-jialah)
m) Pembagian kekayaan bersama (al-qisamah)
n) Pemberian (al-hibbah)
o) Pembebasan (al-ibra)
p) Damai (ash-shulhu)
q) Beberapa masalah mu`ashirah (mukhadisah) seperti masalah bunga
bank, asuransi, kredit, dan masalah lainnya.

Berikut Penjabaran dari Ruang Lingkup Fikih Muamalah yang bersifat Adabiyah
yaitu :
 Ijab dan Qobul
Ijab ialah perkata`an yang diucapkan oleh penjual, atau yang mewakilinya
dalam mengutarakan kehendak hatinya yang berkaitan dengan akad yang di
jalin.

9
Sedangkan Qobul ialah perkata`an yang di ucapkan oleh pembeli atau yang
mewakilinya sebagai ekspresi dari kehendaknya berkaitan dengan akad
tersebut. Dalam dunia perniaga`an Ijab Qobul adalah bagian penting yang
harus ada di dalamnya, karena menempati posisi yang sangat penting daalam
jual beli. Bahkan menurut imam syafi`i tidak sah akad jual beli kecuali dengan
shigat, ( ijab qobul ) yang di ucapkan. Oleh karena itu kriteria ijab qobul harus
terpenuhi dalam jal beli, berikut keriteria ijab dan qobul :

 Harus jelas maksudnya yaitu ijab dan qobul, antara penjual dan
pembeli harus saling faham terhadap maksud dari pelaku yang
bertran saksi. Jadi ungkapan yang di lakukan dalam ijab qobul itu
menunjukan jenis jual beli yang di maksud.
 Kesesuaian antara ijab qobul, Maksudnya yaitu qobul
menunjukan maksud dan isi ijab, jka qobul tidak menunjukan
objek, qobul tersebut atau berbeda, Sighotnya maka menjadi
batal. Contohnya: jika seorang penjual, menjual barang
dagangan-nya dengan harga 1 juta rupiah, sedangkan pembeli
membayarnya dengan harga 900 ribu rupiah, maka ijab qobulnya
tidak bersesuaian ( Batal ).
 Dilakukan berturut-turut, karena ijab qobul harus berturut-turut
dalam arti kata ijab qobul harus Mustashil ( menyambung ) yakni
dilakukan dalam satu majelis ( tempat kontak ).
Majelis disini adalah kondisi bukan “fisik” dimana kedua belah
pihak yang berakad terfokus perhatian-nya untuk melakukan
kontrak.
 Keinginan untuk melakukan akad, maksudnya yaitu keinginan
untuk melakukan akad, pada sa`at itu bukan pada waktu yang
akan dating. Sesuai dengan pendapat para ahli fiqih bahwa janji
untuk membeli sesuatu itu bukan akad jual beli, oleh karena itu
tidak melahirkan hukumjua beli.
Adapun sarana dalam jual beli sangat beragam. Karena dalam jual beli tidak ada
ketetapan pengguna`an bentuk atau kata-kata tertentu dalam jual beli. Ijab dan Qobul
dapat di wujudkan dengan ucapan, tulian, isyarat sarana komunikasi moderen, dan
dengan perbuatan yang menunjukan kerela`an kedua belah pihak untuk melakukan
sesuatu termasuk jual beli yang di kenal dengan Al-Mu`atahah. Bahkan menurut
Imam Nawawi dalam kitab Majmu, tidak ada satupun petunjuk, Baik dalam ayat Al-
Qur`an maupun dalam Hadist yang mengharuskan pengguna`an bentuk-bentuk atau

10
kata- kata tertentu dalam kontrak. Termasuk jual beli, oleh karena itu jual beli boleh
dengan cara apapun sepanjang menurut kebiasa`an di pandang telah melakukan ijab
qobul. Pada dasarnya sighot atau ijab qobul dalam jual beli bermaksud yaitu agar
setiap pihak yang berakad ridha, dengan kesepakatan kedua belah pihak, maka sarana
ijab qobul itu beragam yaitu sebagai berikut:
 Tulisan dengan sesuai kaidah fiqih “Al-Kitabu Al-Khitabi” yang artinya:
pernyata`an tertulis sama dengan pernyata`an lisan. Maksudnya kedua belah
pihak bertransaksi dengan menggunakan kesepakatan tertulis, dan tulisan
yang dimaksud adalah ungkapan tertulis dari pihak yang bertransaksi untuk
melakukan jal beli. Seiring perkembangan tehnologi, pengguna`an ijab qobul
dalam tulisan ini semakin banyak di gunakan di masyarakat.
Contoh kecilnya yaitu: Bertransaksi jual beli di Apikasi jual beli online yang
mana penjual melakukan ijab dengan menawarkan barang kepada pembeli
dalam bentuk tulisan dan gambar, sedangkan pembeli akan dikatakan Qobul
apa bila telah menyetujui dan memesan barangnya. Contoh lain yaitu:
Transaksi pembukuan rekeening giro dan deposito di perbankan. Dimana
kesepakatan kedua belah pihak dilakukan dengan tertulis di atas from akad.

 Dengan isarat yang dimaksud ialah isarat yang dilakukan oleh orang bisu yang
ingin bertransaksi. Sebagaimana kaidah fiqih “ Al-Isyarah almahmudah
lilakharsy kalbayani billisani”. Artinya bagi orang yang bisu isyarat itu seperti
halnya lisan. Jadi tidak ada halangan bagai orang bisu untuk bertransaksi
walopun dengan isyarat.

 Dilalah, Dilalah adalah setiap perilaku yang menunjukan untuk melakukan


suatu transaksi. Baik dengan perilaku pihak yang bertransaksi menunjukan
ungkapan ingin bertransaksinya tanpa ucapan atau tertulis. ( dilalah ta`ati )
seperti halnya seseorang membeli barang di supermarket dan membawanya ke
kasir dan membayarnya tanpa adanya lafal ijab qobul atau ketika seseorang
menaiki kendara`an dan membayar ongkos pejalanan tanpa melafalkan ijab
qobul, keinginan tersebut termasuk dalam katagori ta`ati yang di perbolehkan
dan biasa di sebut sebagai “Uqudul Ijhan” dalam ilmu positif. Atau dengan
perbuatan tertentu yang menunjukan untuk bertransaksi. ( dilalah lisanul hal )
Seperti halnya tukang post yang meletakan barangnya di post, satpam
makahal tersebut menunjukan keinginan untuk menitipkan barangnya kepada
satpam tersebut.
 Saling Meridhai

11
Maksudanya dari kedua belah pihak antara penjual dan pembeli saling suka, si
pembeli suka dengan barang yang akan di beli, dan si penjual rela melepas
barang yang di jual dan keduanya sama-sama saling ridha. Transaksi jual beli
hendaknya di lakukan dengan jujur. Rasullulah SAW. Bersabda. “Barang
siapa yang berlaku curang terhadap kami. Perbuatan maker dan tipu daya
tempatnya di neraka” ( HR. Ibnu Hibban ). Salah satu Contoh; transaksi jual
beli yang jujur adalah dengan cara penjual menyempurnakan takaran.

 Tidak Ada Keterpaksa`an


Maksudnya dalam transaksi jual-beli antara kedua belah pihak tidak ada
paksa`an dan harus bener-bener saling ridha. Artinya Suka sama Suka prinsip
ini merupakan taradli ( rela sama rela ) yang di dalamnya tersirat makana
muhtar. yakni bebas melakukan transaksi jual-beli dan terbebas dari paksa`an
dan tekanan, jual beli yang dilakukan bukan atas dasar ke hendaknya sendiri
adalah tidak sah. Prinsip ini menjadi pegangan para Fuqoha dengan
mengambil sandaran firman Allah SWT. ( Q.S An-Nisa : 29 ) Yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman , janganlah kamu saling memakan harta
sesame`mu dengan jalan yang Batil, kecuali dengan jalan perniaga`an yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”. Berdasarkan isi kandungan
ayat tersebut, menjelaskan bahwa larangan memakan harta yang berbeda di
tengah mereka dengan Batil, itu mengandung makna larangan melakukan
transaksi atau perpindahan harta yang tidak mengantar masyarakat kepada
kesuksesan. Bahkan mengantarkan-nya kepada kebejatan dan kehancuran,
seperti praktik-praktik Riba, Perjudian, jual-beli yang mengandung penipuan
dan lain-lain. Penghalalan Allah SWT. Terhadap jual beli itu mengandung dua
makna, salah satunya adalah bahwa Allah SWT. Menghalalkan setiap jual-beli
yang dilakukan oleh dua orang pada barang yang di perbolehkan untuk di
perjual belikan atas dasar suka sama suka. Maka dari itu Allah SWT.
Menganjurkan kita untuk melakukan perniaga`an atas dasar suka sama suka.

 Hak dan Kewajiban


hak dan kewajiban setiap konsumen maupun pelaku usaha, berikut urain-nya
berdasarkan UU perlindungan konsumen:
Hak konsumen ( pasal 4 UU perlindungan konsumen ) yaitu:
 Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

12
 Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan
barang dan/atau tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta jaminan yang di janjikan.
 Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/jasa.
 Hak untuk didengar pendapat dan keluhan-nya atas barang
dan/atau jasa yang digunakan.
 Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
 Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
 Hak untuk di perlakukan atau dilayani secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif.
 Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lain,nya.
 Kewajiban konsumen ( pasal 5 UU Perlindungan Konsumen )
 Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakian atau peman faatan barang dan/atau jasa.
 Membayar sesuai dengan nilai tukar yang di sepakati.
 Mengikuti upaya penyelesaian hokum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
Sebagai pihak lain dalam transaksi jual beli, penjual sebagai pelaku usaha juga
mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut:
 Hak pelaku usaha ( pasal UU Perlindungan Konsumen ).
 Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang di perdagangkan.
 Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beretikad tidak baik.
 Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hokum sengketa konsumen.
 Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang di
perdagangkan.
 Hak-hak yang di atur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lain-
nya.

13
 Kewajiban pelaku usaha ( pasal 7 UU Perlindungan konsumen ).
 Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
 Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta member penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemelihara`an.
 Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
 Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang di produksi dan/atau di
perdagangkan berdasarkan ketentuan setandar mutu barang dan/atau jasa yang
berlaku.
 Memberi kesempatan pada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta member jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang di perdagangkan.
 Member kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
pengguna`an, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang di
perdagangkan.
 Member kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang di terima atau dimanfa`atkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Kejujuran Pedagang
Dalam islam sudah benar-benar ditegaskan bahwa ketika kita berdagang, maka harus
mengutamakan kejujuran. Jangankan menggunakan bahan-bahan yang mengandung
zat berbahaya yang daapat merusak kesehatan, mengurangi takaran timbangan pun
telah dilarang dalam agama islam.

Penipuan
Perbuatan menipu merupakan salah satu penyakit yang merusak hubungan antar
manusia. Perbuatan ini akan menyebabkan hilangnya rasa saling mempercayai
anatara satu sama lain. Jika hal ini terjadi kepercayaan memang sudah tidak ada lagi
diantara masyarakat karena sudah dilputi rasa egois dan dendam antar masyarakat,
bahkan rasa saling tolong menolong sudah tidak ada lagi akibat pebuatan bohong ini.

Pemalasuan
Pemalsuan merupakan perbuatan yang sangat merugikan dalam dunia perdagangan.
Yang mana tindak pemalsuan sudah diatur dalam undang-undang dan kitab undang-
undang hukum pidana yang dijeaskan dalam pasal 256 KUHP. Dalam hukum islam
suatu perbuatan yang melanggar ketentuan hukum yang berlaku dan memilik isanksi

14
dapat dikatakan sebagai jarimah. Jarimah dalam hukum pidana dibagi menjadi tiga
yaitu hudud, qitas/diyat dan takzir.

Penimbunan
Penimbunan barang dalam islam dikenaldengan sebutan ihtikar. Ihtikar adalah
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seorang pelaku ekonomi dengan menimbun
suatu barang dengan tujuan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat
kesusahan orang lain. Hukum ihtikar adalah haram jika barang yang ditimbun sangat
dibutuhkan masyarakat yang berakibat terjadinya kenaikan harga. Ketika hal
demikian terjadi, islam membolehkan adanya intervensi terhadap aktivitas ekonom
tersebut dengan mengeluarkan beberapa kebijakan dan aturan yang berdampak pada
haga yang normal.
Berikut Penjabaran dari Ruang Lingkup Fikih Muamalah Yang Bersifat Madiyah:
 Jual Beli (Al-bai` at-Tijarah)
Jual beli atau perdagangan (al-bai`) secara bahasa artinya memindahkan hak
milik terhadap benda dengan akad saling mengganti. Adapun makna ba`i
menurut istilah adalah pemilikan terhadap harta atau manfaat untuk selamanya
dengan bayaran harta.
Menurut pengertian syariat, yang dimaksud jual beli adalah pertukaran
harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat
dibenarkan yaitu berupa alat tukar yang sah. Dapat disimpulkan bahwa jual
beli dapat terjadi dengan cara prtukaran harta antara pihak atas dasar salig rela
dan memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan, yaitu berupa
alat tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.
Dalam cara pertama, yang dimaksud dengan harta adalah semua yang
dimiliki dan dapat dimanfaatkan. Dalam istilah lain dapatdisebutkan bahwa
yang dimaksud dengan harta disini sama pengertiannya dengan objek hukum,
yaitu meliputi segala benda, baik yang berwujud maupun tidak berwujud,
yang dapat dimanfaatkan atau berguna bagi subjek hukum. Pertukaran harta
atas dasar saling rela itu dapat dikemukakan bahwa jual beli yang dilakukan
adalah dalam bentuk barter atau pertukaran barang. Dapat dikatakan bahwa
jual beli ini adalah dalam bentuk pasar tradisional.
Sedangkan cara kedua, yaitu memindahkan milik dengan ganti yang dapat
dibenarkan. Adapun yang dimaksud dengan ganti yang dapat dibenarkan
disini berarti miik atau harta tersebut dipertukarkan dengan alat pembayaran
yang sah dan diakui keberadaannya, misalnya uang rupiah dan mata uang
lainnya.

15
 Gadai (rahn)
Secara Etimologi, kata ar-rahn berarti tetap, kekal, dan jaminan. Akad ar-
rahn dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan, agunan dan
rungguhan. Dalam islam ar-rahn merupakan sarana saling tolong menolong
bagi umat islam tanpa adanya imbalan jasa.
Secara Terminologi ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, dan barang
tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. Jadi ar-rahn adalah semacam jaminan utang atau lebih dikenal
dengan istilah gadai.
Berdasarkan hukum islam penggadaian merupakan suatu tanggungan atas
utang yang dilakukan apabila pengutang gagal menunaikan kewajibannya dan
semua barang yang pantas sebagai barang dagangan dapat dijadikan jaminan.
Barang jaminan itu baru boleh dijual/dihargai apabila dalam waktu yang
disetujui kedua belah pihak, utang tidak dapat dilunasi oleh pihak yang
berutang. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya terkait dengan barang
jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu melunasi utangnya, maka
orang yang pegang gadai didahulukan dari kreditor-kreditor lain.
 Jaminan/tanggungan (kafalah/dhaman)
Secara Terminologi sebagaimana yang dinyatakan para ulama fikih selain
hanafi, bahwa kafalah adalah menggabungkan dua tanggungan dalam
permintaan dan hutang. Didalam kamus istilah fikiih, kafalah diartikan
menanggung atau penanggungan terhadap sesuatu, yaitu akad yang
mengandung perjanjian dari seseorang dimana padanya ada hak yang wajib
dipenuhi terhadap orang lain dalam hal tanggung jawab terhadap hak tersebut
dalam menghadapi penagih (utang).
 Pmindahan Utang (hiwalah)
Hiwalah adalah pemindahan hak atau kewajiban yang dilakukan seseorang
(pihak pertama) kepada pihak kedua untuk menuntut pembayaran hutang
kepada pihak ketiga, karena pihak ketiga berhutang kepada pihak pertama dan
pihak pertama berhutang kepada pihak kedua.
 Jatuh Bangkit (taflis)
Secara Etimologi, Al-taflis berarti pailit, tekor atau jatuh miskin. Orang
yang pailit disebut muflis, yaitu seorang yang tekor, dimana hutangnya lebih
besar dari asetnya. Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW pernah
menggambarkan seorang yang muflis di akhirat, yaitu orang yang lebih besar

16
dosanya dibandingkan pahalanya. Orang tersebut mengalami tekor, karena
pahalanya dipindahkan kepada orang-orang yang menggunjingnya, sehingga
timbangan dosanya menjadi lebih besar dari pahalanya. Daam koteks
ekonomi, istilah taflis diartikan sebagai orang yang hutangnya lebih besar dari
hartanya.
Taflis diambil dari kata al-fals jamaknya fulus. Al-fals adalah jenis uang
yang paling sedikit (uang recehan) yang terbuat dari tembaga. Fulus biasanya
dikesankan sebagai harta seseorang yang paling buruk dan mata uang yang
paling kecil. Orang-orang miskin biasanya hanya memiliki mata uang fals
atau fulus.
Menurut Ensiklopedia Indonesia, kepailitan didefinisikan sebagai
ketidakmampuan pihak penghutang atau debitor yang terbukti berdasarkan
ketetapan pengadilan, bahwa debitor telah berhenti membayar hutangnya
(tidak mampu melunasi hutang) yang menyebabkan penyitaan umum atas
harta kekayaannya, sehingga debitor tidak berhak lagi mengurus harta
bendanya.
 Batas Bertindak (Al-Hajru)
Al-Hajr berarti larangan dn penyempitan/pembatasan. Istilah hukum perdata
berarti pengampuan. Al-Hajr dalam fikih islam ditemui dalam pembahasan
tindakan kecakapan melakukan tindakan hukum bagi seseorang. Al-Hajr
maksudnya seseorang dilarang melakukan tindakan hukum. Berkenaan
dengan Al-Hajr para ulama membuat definisi. Ulama mazhab Hanafi
membuat definisi:
 Larangan bagi seseorang untuk melaksanakan akad dan bertindak
secara hukum terhadap hartanya. Apabila seseorang yang berstatus
dibawah pengampuan melakukan tindakan hukum terhadap hartanya,
seperti jual beli atau hibah, maka tindakannya tidak sah.
 Larangan khusus yang berhubungan dengan pribadi tertentu dalam
tindakan hukum tertentu pula.
Berdasarkan definisi kedua ini, apabila orang yang berada dalam
pengampuan melakukan suatu tindakan yang bersifat ucapan atau
pernyataan, maka akad yang dilakukannya itu tidak sah, kecuali ia
mendapat izin dari walinya (pengamunya). Selama yang bersangkutan
masih berstatus pengampuan, segala kegiatan atau tindakan yang berakibat
merugikan harta benda, maka kegiatan itu harus diambil dari hartanya, dan
jika tidak punya harta, diminta kepada wali yang mengampunya. Namun,

17
walaupun bagaimana hukuman fisik tidak boleh dilakukan kepada orang
yang berada dalam pengampuan.
 Perseroan atau Perkongsian (asy-syirkah)
Secara bahasa syirkah berarti al-ikhtillah (percampuran) atau pesekutuan dua
hal atau lebih, sehingga masing-masing sulit dibedakan seperti persekutuan
hak milik atau syirkah usaha. Dalam kamus hukum musyarakah berarti serikat
dagang, kongsi, perseroan, persekutuan. Adapun syirkah menurut kompilasi
hukum ekonomi syariah pasal 20 ayat (3) adalah kerjasama antara dua orang
atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha
tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati
oleh pihak-pihak yang berserikat.
 Perseroan harta dan Tenaga (al-mudharabah)
Mudharabah dalam fikih adalah seseorang menyerahkan modal kepada
pengusaha/pekerja untuk diusahakan dengan syarat keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan yang telah ditetapkan dalam kontrak. Adapun kerugian
sepenuhnya ditanggung pemilik modal.
 Sewa Menyewa Tanah (al-musaqah al-mukhabarah)
Mukhabarah adalah sebagai bentuk kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan
pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan
tertentu dari hasil panen yang benihnya berasal dari penggarap.
 Upah (ujral al-amah)
Dalam bahasa arab upah disebut dengan Al-Ijarah, yang berasal dari kata Al-
Ajru yang berarti Al-`wadhu (ganti). Dari sebab itu Ats-Tsawab (pahala)
dinamai Ajru (upah). Menurut pengertian syara, al-ijarah adalah suatu jenis
akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian (upah).
 Gugatan (asy-syuf`ah)
Syuf`ah berasal dari kata syaf yang berarti memadukan, maksudnya adalah
memadukan kepemilikan menjadi satu melalui akad jual beli. Sedangkan
secara terminology syuf`ah adalah akad yang objeknya memindahkan hak
milik kepada rekan syirkah sesuaiharga pembelian untuk mencegah
kemudharatan.
 Sayembara (al-ji`alah)
Ji`alah adalah akad yang diperbolehkan. Jadi kedua belah pihak diperbolehkan
membatalkannya. Jika pembatalan terjadi sebelum pekerjaan dimulai, maka

18
pekerja tidak mendapatkan apa-apa. Jika pembatalan terjadi di tengah-tengah
proses pekerjaan, maka pekerja berhak mendapatkan upah atas pekerjaan.
 Pembagian kekayaan bersama (al-qismah)
Qismah adalah memisahkan sebagian dari berbagai macam bagian yang lain.
Qasim adalah seseorang yang bertindak membagi-bagikan berbagai macam
perkara diantara sekian banyak orang, dan kedudukan qasim sama seperti
hakim.
Dasar hukum pensyariatannya adalah firman Allah SWT, “Apabila sewaktu
pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang baik,” (QS. An-Nisa [4]:8), dan hadits,
“Syuf`ah hanya diberlakukan dalam perkara yang tidak dapat dibagi-bagi.”
 Pemberian (al-hibbah)
Hibbah menurut Hukum Islam dan Hukum Positif, Hibbah adalah hadiah .
Tapi menurut bahasa hibbah adalah pemberian secara sukarela kepada orang
lain. Hadiah diberikan saat pemilik masih hidup dan bukan sudah meninggal.
Sehingga prinsip hibah berbeda dengan warisan, sebab hibah merupakan
pemberian yang tidak memandang hubungan pernikahan atau pertalian darah.
Hibah dalam hukum Islam, masalah hibah hukum islam memiliki pandangan
yang sama dengan asumsi masyarakat umum seama ini, yaitu hibah atau
hadiah dapat diberikan kepada orang lain yang bukan saudara kandung atau
suami/istri. Kata hibah berasal dari bahasa arab “hibatu” yang berarti
pemberian yang dilakukan seseorang saat masih hidup kepada orang lain
secara sukarela (pemberian Cuma-Cuma), baik berupa harta atau lainnya
(bukan harta)
 Pembebasan (al-ibra)
Istilah penghapusan hutang dalam islam disebut dengan al-ibra yang artinya
melepaskan, dan menjauhkan diri dari sesuatu yakni penghapusan hutang.
Dalam fikih ibra berarti pengguguran piutang dan menjadikannya milik orang
yang berutang. Adapun rukun-rukun dari pada al-ibra menurut jumhur ulama
adalah sebagai berikut: Orang yang member piutang (kreditur), orang yang
berutang (debitur), sigah (lafal al-ibra), utang itu sendiri.
 Damai (ash-shulhu)
Ash-shulhu adalah memutuskan pertengkaran atau perselisihan. Sedang dalam
pengertian syariat, ash-shulhu adalah suatu jenis akad untuk mengakhiri
perlawanan antara dua orang yang berlawanan. Masing-masing yang
melakukan akad disebut mushalih, sedangkan persoalan yang diperselisihkan

19
disebut mushalih`anhu. Kemudian hal yang dilakukan oeh salah satu pihak
terhadap lawannya untuk memutuskan perselisihan disebut mushalih`alaihi
atau disebut juga badalush shulh. Ash-shulhu disyariatkan dalam islam
melalui Alqur`an, sunnah maupun ijma` para ulama demi tercapainya
kesepakatan sebagai pengganti dari perpecahan, agar permusuhan antara dua
pihak yang berselisih dapat dilerai.
 Beberapa masalah mu`ashirah (mukhadisah), seperti masalah bunga bank,
asuransi, kredit, dan masalah lainnya.

6. Hubungan Ekonomi Islam dengan Fikih Muamalah


Muamalah adalah medan hidup yang sudah tersentuh oleh tangan-tangan
manusia sejak zaman klasik, bahkan zaman purbakala. Setiap orang
membutuhkan harta yang ada ditangan orang lain. Hal ini membuat manusia
berusaha membuat beragam cara pertukaran, bermula dengan kebiasaan
melakukan tukar menukar barang yang disebut barter, berkembang menjadi
sebuah sistemjual beli yang kompleks dan multidimensional. Perkembangan
itu terjadi karena semua pihak yang terlibat berasal dari latar belakang yang
berbeda, dengan karakter dan pola pemikiran yang bermacam-macam, dengan
tingkat pendidikan dan pemahaman yang tidak sama, baik itu pihak pembeli
atau penyewa, penjual atau pemberi sewa, yang berutang dan berpiutang,
pemberi hadiah atau yang diberi, saksi, sekretaris atau juru tulis, hingga calo
atau broker. Semuanya menjadi majemuk dari berbagai kalangan dengan
berbagai latar belakang social dan pendidikan yang variatif. Selain itu,
transaksi muamalah juga semakin berkembang sesuai dengan tuntunan zaman.
Sarana atau media dan fasilitator dalam melakukan transaksi juga kian hari
kian canggih. Sementara komoditi yang diikat dalam satu transaksi juga
semakin bercorak ragam, mengikuti kebutuhan umat manusia yang semakin
konsumtif dan semakin terikat tuntutan zaman yang juga kian berkembang.
Oleh sebab itu, muamalah sangat erat dengan perekonomian islam ini akan
tampak bila kita melihat salah satu bagiannya, yaitu dunia bisnis perniagaan
dan khususnya level menengah ke atas. Seorang yang memasuki dunia
perbisnisan ini membutuhkan kepekaan yang tinggi, feeling yang kuat dan
keterampilan yang matang serta pengetahuan yang komplit terhadap berbagai
epistimologi terkait, seperti ilmu manajemen, akuntansi, perdagangan, bahkan
perbankan dan sejenisnya. Atau berbagai ilmu yang secara tidak langsung
juga dibutuhkan dalam dunia perniagaan modern, seperti komunikasi,
informatika, operasi computer, dan lain-lain. Itu dalam standar kebutuhan

20
businessman (orang yang berwirausaha) secara umum. Bagi seorang muslim,
dibutuhkan syarat dan prasyarat yang lebih banyak untuk menjadi
wirausahawan dan pengelola modal yang berhasil, karena seorang muslim
selalu terikat. Selain dengan kode etik ilmu perdagangan secara umum dengan
aturan dan syariat islam dengan hukum-hukumnya yang komprehensif . Oleh
sebab itu,tidak selayaknya seorang muslim memasuki dunia bisnis dengan
pengetahuan kosong terhadap ajaran syariat dalam soaljualbeli. Yang
demikian itu merupakan sasaran empuk ambisi setan pada diri manusia untuk
menjerumuskan seorang muslim dalam kehinaan.

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas dapat di simpulkan, Fiqih Muamallah yaitu
ketentuan-ketentuan hukum mengenai kegiatan perekonomian yang mana terbagi
menjadi dua yaitu bersifat Al-Adabiyah dan bersifat Al-Madiyah, Muamallah Al-
Adabiyah merupakan cara tukar-menukar benda yang bersumber dari panca indra
manusia, dari beberapa yang termasuk muamallah Al-Adabiyah yaitu Ijab, dan
Qobul, sailing meridhai, tidak ada keterpaksa`an dari salah satu pihak.

Muamallah Al-Madiyah merupakan panduan tentang benda-benda yang layak atau


tidak untuk di miliki dan dilakukan tindakan hukum atasnya beberapa yang termasuk
Muamallah Al-Madiyah adalah Jual Beli dan Gadai.

Ekonomi Islam meliputi berbagai perilaku manusia yang sadar dan berusaha
mencapai ( falah ). Falah dapat diartikan sebagai suatu kebahagia`an atau ke
sejahtera`an di dunia dan akhirat.
2. Keritik dan Saran.
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi
pembaca. Agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia
yang memiliki kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan
saran dari pembaca, penulis bisa mengoreksi diri dan menjadikan makalah ini untuk
kedepan-nya bisa menjadi lebih baik lagi, dan semoga makalah yang kami tulis ini
dapat bermanfa`at dan bisa menjadi bahan referensi bagi para pembaca makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. Yazid 2009 Fiqih Muammalah, Yogyakarta, Logung Pustaka.


Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Ahmad bin 2005 `Fatwa-fatwa jual Beli Bogor.
Pustaka Imam Syafi`i.
As-Shiddieqy, Tengku Muhammad Habsi 2009 Pengantar Fiqih Muamalah.
Semarang, PT Pustaka Rizki Putra.
Ali Hasan, M. 2004, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqih Muamalat),
Jakarta, PT. Radja Grafindo Persada, Edisi 1 Cet ke 2.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gadai (diakses pada tanggal 16-10-2021)
https://eki.feb.unsyiah.ac.id/berita/dampak-sistem-ribawi-sangat-membahayakan-
perekonomian (diakses pada tanggal 16-10-2021)
https://muamalah.iainpare.ac.id/2019/08/manfaat-dan-ruang-lingkup-muamalah-
html?m=1 (diakses pada tanggal 15-10-2021)
https://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/usas/FM/basic-html/page21.html (diakses pada
tanggal 16-10-2021)

22

Anda mungkin juga menyukai