KESALAHANBERPIKIR
Persoalan pokok yang menyebabkan munculnya kesalahan berfikir adalah tidak ditetapinya prinsip
prinsip dasar (asas-asas) berfikir,seperti asas identitas,kontradiksi,penyesihan kemungkinan ketiga,dan alasan
yang mencukupi.Di samping itu,kesalahan berfikir dapat disebabkan oleh penggunaan istilah yang sama artinya
untuk menjelaskan pengertian istilah tertentu.
1. Petitio Principii
Kesalahan ini terjadi apabila sesuatu dijadikan sebagai pangkal pikikemudian konklusi,dan
pangkal itu dianggap benar,padahal kebenarannya belom pasti. Misalnya:’’Manusia adalah ciptaan
tuhan’’,sebagai pangkal pikiran.Lalu darinya secara tergesa-gesa diambil kesimpulan bahwa tuhan
harus ada.
Kesalahan pada contoh tersebut adalah: pertama: dalam aspek formal,kesimpulan tersebut
tergesa-gesa diambil, padahal ia masih memerlukan data (premis) lain sebagai bahan pelengkap.
Kedua: dalam aspek material yang pertama kali harus diuji sebelum mencapai kesimpulan itu adalah
apakah manusia itu ciptaan tuhan.Dalam hal ini, mengenai manusia itu ada,tidak perlu
dipermasalahkan, karena secara evidensial terbukti.setelah itu, diperlukan premis bahwa ‘’yang
menciptakan manusia harus ada’’, untuk menyusun kesimpulan.
2. Circulus Vitousus
Ini adalah kesalahan karena lingkaran tak berujung pangkal dalam pembuktian dan
penyimpulan. Misalnya: ‘’Mengapa keadaan ekonomi Negara kita goncang?’’ Lalu diajukan bukti
‘’Karena banyak pejabat yang korup’’, ‘’Mengapa banyak yang korup?’’ Untuk ini diajukan penjelasan
‘’Karna ekonomi Negara kita goncang’’,
Contoh lainnya: ‘’Mengapa kuliah logika tidak efektif?’’ Kemudian diajukan jawaban ‘’Karena
pertemuan kuliah tidak aktif’’. ‘’Mengapa perkuliahan tidak aktif?’’ Kemudian diajukan jawaban
‘’karena kuliah tidak efektif’’,
Kesalahan ini disebabkan oleh penggunaan satu kata,tetapi dimaksudkan memiliki arti yang
berbeda dalam premis yang berbeda.dengan demikian terjadi pertukaran kata dan pengertian.
Misalnya: Kata ‘’Madu’’ dalam premis pertama berarti “madu-lebah’’, sedangkan dalam premis kedua
berarti ‘’isteri kedua,ketiga, dan seterusny’’. Demikian ini dapat mengacaukan penyimpulan
a. Mayoritas Wanita tidak suka dimadu.(dimisalkan bahwa ini adalah premis mayor)
b. Rasa madu adalah manis. (dimisalkan bahwa ini adalah preemis minor)
kata ‘’madu’’pada kedua premis tersebut tidak memiliki arti yang konsisten , sehingga, apabila
dipaksakan untuk diambil simpulan deduktip,maka dapat terjadi kekacauan dalam simpulan tersebut.
Simpulan yang dipaksakan itu adalah demikian: ‘’Mayoritas Wanita tidak suka dirasa manis’’
1
4. metabasis eis allo genos
Kesalahan ini terjadi apabila digunakan dua ukuran yang perbedaan untuk menilai satu
kausalitas. Misalnya;
Contoh-contoh lain kesalahan berfikir metabasis eis allo genos adalah: (1) menilai berat badan
dengan meter, (2) menilai tinggi badan atau mengukur luas dengan timbangan.
Ini adalah kesalahan dalam pemberian klaim terhadap hal-hal yang sama secara analogis
(persamaan) ke hal-hal yang dianggap memiliki kesamaan.Misalnya:
a. Dosen berkuliah
b.Mahasiswa berkuliah
kata ‘’berkuliah’’ pada kalimat tersebut tidak dapat dianggap sama.Sebab, kata ‘’berkuliah’’
Pada kalimat pertama (Dosen) berarti memberikan/memandu kuliah, sedangkan pada kalimat kedua
(mahasiswa) berarti berpartisipasi aktip dalam kuliah yang diberikan/dipandu oleh dosen. Jika arti
‘’berkuliah pada dosen dan mahasiswa dianggap sama,maka terjadilah kesalahan ‘’loncatan dari
persamaan ke samaan.’’
2
B.KERANCUAN POLA PIKIR DALAM MELIHAT ATAU MEMPERLAKUAN REALITAS
(MASALAH) SOSIAL
Terdapat lima bentuk fallacy dalam memahami dan memerlakukan realitas atau
masalah sosial1,sebagai berikut.
Kerancuan ini terjadi apabila pengamat menggunakan satu dua kasus saja,
sebagai contoh dramatis,contoh dramatis,untuk membuat generalisasi secara
simplifikasi (terlalu sederhana). Padahal sejumlah kasus itu belum cukup
komprehensif/kuat untuk melakukan generalisasi. Misalnya:
Peristiwa penjarahan dan perkosaan massal di Jakarta dan solo,di kota yang
mayoritas warganya miskin dan muslim.
Kerancuan ini disebabkan oleh sikap simplifikat,atau bahkan a priori terhadap sejumlah
peristiwa yang berurutan Misalnya:
Meskipun sebenarnya yang terjadi adalah bahwa sejumlah peristiwa beruntun itu merupakan
akibat dari masa kepimimpinan Soeharto,yang terpendam secara kursif dan otoriter.Pendaman
sejumlah masalah yang kronis justru memeroleh kesempatan untuk mengekpresikan diri secara
transparan,pada peristiwa reformasi.Peristiwa inilah yang diharapkan menjadi pintu shlving bagi
masalah-masalah tersebut.
11
Lihat Musa Kazim,ed., Memuji Indonesia Baru :Menggagas Reformasi Total (Bandung:Pustaka Hidayah,1998)h. 19-23.
3
Kesalahan ini disebabkan oleh tidak diperhitungkannya Komposisi medan. Ini dapat berakibat
munculnya over stock (kelebihan stok), lalu crisis sharing (pembagian krisi) atau proverty sharing
(pembagian kemiskinan).
Missal (1); Warga desa berbondong-bondong menjual sawahnya untuk berbisinis jangkrik,
disebabkan oleh suksesnya sesorang pengusaha jangkrik. Ini dapat berakibat over stock yang dapat
mengancam kebangkrutan usaha. Di sisi lain, mereka telah terlanjur kehilangan sawahnya.
Missal (2): Keterpesonaan banyak orang yang mengejar ilmu dan keahlian teknologi non-
keagamaan. Dalam hal ini, beruntunglah para aktifis studi keagamaan.sebab, meski bagaimanapun,
kebutuhan terhadap agama merupakan sisi penting yang bersifat esensial kehidupan manusia. Secara
praksis, mereka merupakan asset yang tidak mudah terjebak dalam crisis sharing.
Kesalahan ini terjadi apabila seseorang menggunakan kesimpulan untuk mendukung asumsi
yang digunakan dalam membuat kesimpulan yang sama.
Missal (1)
A : Agar kebijakan Presiden SBY untuk mengatasi masalah ekonomi efektif, Koruptor harus diadili.
K :Agar Koruptor dapat diadili, kebijkan Presiden SBY untuk mengatasi masalah ekonomi harus efektif.
Missal (2)
A : Agar kegiatan penelitian warga IAIN produktif, jaminan dana harus diperbesar
K : Agar jaminan dana dapat diperbesar, kegiatan penelitian warga IAIN harus produktif.
Missal (3)
A : Agar output Fakutas Dakwah aplikabel, Laboturium Dakwah (LABDA) harus berfungsi secara
optimal.
K : Agar LABDA berfungsi secara optimal, output Fakultas Dakwah harus aplikabel.
4
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Secara harfiah Maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau
pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang harus
ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat kepada Allah. Sedangkan Secara Bahasa Al
Ahwal merupakan jamak dari kata tunggal ha}l yang berarti keadaan atau sesuatu (keadaan
rohani), menurut syekh Abu Nash As-sarraj, ha}l adalah sesuatu yang terjadi yang mendadak
yang bertempat pada hati nurani dan tidak bertahan lama
b. Dari beberapa pendapat tentang Maqamat disini para sufi berbeda pedapat ada yang
mengatakan tujuh, delapa dan sempulu aka tetapi para sufi sepakat bahwa maqamat itu ada
tujuh: Taubat, Wara’, Zuhud, Faqr, Sabar, Sabar, Tawaka, karena dalam macam ada yang sudah
masuk dalam ahwal (hal), sedangkan hal sediri di bagi menajadi enam: al musyahada, Al Usn,
ath-thuma’minah, ar-raja’, al-khauf, al-muroqobah
DAFTAR PUSTAKA