Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEKELIRUAN BERPIKIR

Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Ery Sulistiyaningtyas (2110110066).
2. M. Ullil Chikam (2110110067).
3. Akmalussyihab Nashiruddin (2110110068).
Mata Kuliah: Logika
Dosen Pengampu: Drs. H. Muhammad Afif, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq
dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, tidak lupa
sholawat dan salam kami haturkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW
yang kita nantikan syafa’atnya diyaumul qiyamah nanti.

Kami menyusun makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Logika dan meningkatkan kualitas dalam memahami materi yang ada. Makalah ini berfungsi
untuk menilai kompetensi mahasiswa dan usaha dalam menjalankan tugasnya.

Demi kesempurnaan makalah ini kami sangat mengharapkan saran, dan kritik dari
pembaca agar dikemudian hari penyusunan makalah kami yang lainnya semakin lebih baik
kedepannya.

Kudus, 21 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Kekeliruan Berpikir...............................................................................3
B. Macam-Macam Kekeliruan Berpikir.......................................................................5
BAB III
PENUTUP.....................................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aturan-aturan dancara-cara
berpikir yang dapat menyampaikan manusia kepada kebenaran.1Berfikir adalah aktivitas
yang dilakukan oleh seluruh manusia. Suatu aktivitasyang berhubungan erat dengan kerja
akal. Akal manusialah yang menjadisalah satu alat menyerap pengetahuan, menemukan
dan membedakan manayang benar atau keliru.Namun,manusia yang memiliki
pengetahuan terbatas ataupun belummemaksimalkan fungsi akalnya terkadang terjebak
kepada kesalahan dalamberpikir. Hal ini wajar, karena akal bekerja berdasarkan hukum-
hukumuniversal tertentu. Ketidaktaatan terhadap hukum-hukum universal dalamberpikir,
menjadikan seseorang melakukan kekeliruan atau kesalahan. Dalamungkapan yang lebih
ekstrem, seseorang yang tidak menaati hukum berpikirdapatlah dikatakan sebagai
seseorang yang tidak rasional.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi tentang kekeliruan berpikir?


2. Apa saja jenis-jenis kekeliruan berpikir?
Tujuan Pembahasan

1. Dapat mengetahui tentang apa itu kekeliruan berpikir.


2. Dapat mengetahui jenis-jenis kekeliruan berpikir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kekeliruan Berpikir

Definisi Kesalahan Berpikir merupakan berbagai kegiatan yang menggunakan konsep


dan lambang sebagai objek dan peristiwa. Untuk mempermudah suatu aktivitas
mental, yang berkaitan dengan kesadaran dan juga proses dalam memahami,
menganalisis, mengidentifikasi suatu permasalahan untuk mendapatkan suatu solusi
atau pemecahan masalah. Berpikir dapat digolongkan ke dalam dua jenis yaitu :
Pertama, Berpikir Asosiatif, yaitu suatu ide merangsang timbulnya ide-ide lain.
Dalam proses ini dinyatakan bahwa dalam alam kejiwaan yang penting ialah
terjadinya, tersimpannya, dan bekerjanya tanggapan-tanggapan. Daya jiwa yang lebih
tinggi, seperti perasaan, kemauan, keinginan, dan berpikir semua berasal/ terjadi
karena bekerjanya tanggapan-tanggapan. Keaktifan manusia itu sndiri diabaikannya.
(Purwanto : 1997) Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau
diarahkan sebelumnya. Jadi, ide-ide itu timbul atau terasosiasi (terkaitkan) dengan ide
sebelumnya secara spontan. Kedua, adalah Berpikir Terarah. Proses berpikir terarah
adalah proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu,
biasanya diarahkan pada pemecahan suatu persoalan. Jenis berpikir seperti ini disebut
juga berpikir konvergen. Misalnya, ketika ia sedang membetulkan kerusakan mesin,
ia mengerahkan semua pengetahuannya tentang mesin itu, dan kalau perlu dia akan
mencari informasi lebih lanjut di internet tentang mesin tersebut. Semua informasi itu
ditujukan pada satu titik, yaitu mencari di mana letak kesalahan mesin itu. Mengapa
mesin tiba-tiba tidak mau bekerja? Kalau sudah ditemukan, maka montir itu tidak
sulit lagi memperbaikinya. Hal itulah yang disebut berpikir konvergen (memusat).
Dalam berpikir terarah ini diperlukan penyusunan strategi untuk dapat mengarahkan
jalan pikiran pada pemecahan persoalan.
2 Ilmu pengetahuan digunakan sebagai alat untuk memperoleh kebenaran berdasarkan
teori-teori yang telah dicetuskan oleh para ilmuwan dengan menggunakan berbagai
relevansi. Hal itu dilakukan bertujuan untuk mempertahankan suatu kebenaran Ilmu
Pengetahuan. Kebenaran merupakan hasil penilaian, sehingga yang merupakan
masalah adalah apa yang menjadi dasar dari penilaian itu sendiri.

B. Macam-Macam Kekeliruan Berpikir


1. Kekeliruan Formal
a. Fallacy of Four Terms (Kekeliruan karena menggunakan Empat Terms).
Kekeliruan berpikir karena empat term dalam silogisme. Ini terjadi
karena term penengah diartikan ganda, sedangkan dalam patokan diharuskan
hanya terdiri dari tiga term. Misalnya:
Semua perbuatan menggangu orang lain diancam dengan hukuman. Menjual
barang di bawah harga tetangganya adalah mengganggu kepentingan orang
lain. Jadi, menjual barang di bawah harga tetangganya diancam hukuman.
Ket: Orang berpenyakit menular harus diasingkan.
Orang berpenyakit panu membuat penularan penyakit Jadi, dia harus
diasingkan.
b. Fallacy of Undistributes Middle (Kekeliruan Karena Kedua Term Penengah
Tidak Mencakup).
Kekeliruan berpikir karena tidak satu pun dari kedua term penengah
mencakup, misal:
Orang yang terlalu banyak belajar kurus Dia kurus sekali, karena itu tentulah
ia banyak belajar.
Semua anggota PBB adalah negara merdeka. Negara itu tentu menjadi anggota
PBB, karena memang negara merdeka.
c. Fallacy of Illicit Process (Kekeliruan Karena Proses Tidak Benar).
Kekeliruan berpikir karena term premis tidak mencakup, tetapi dalam
konklusi mencakup. Misal:
Kuda adalah binatang Sapi bukan kuda Jadi, ia bukan binatang
d. Fallacy of Two Negative (Kekeliruan Karena Menyimpulkan Dari Dua Premis
Yang Negatif).
Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis
negatif. Apabila terjadi demikian sebenarnya tidak bisa ditarik konklusi.
Misal:
Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertontonkan, Tidak satu pun drama
Shakespeare mudah dipertontonkan Maka, semua drama Shakespeare adalah
baik Tidak satu pun barang yang baik itu murah Semua barang di toko itu
tidak murah Jadi, semua di toko adalah baik
e. Fallacy of Affirming the Consequent (Kekeliruan Karena Mengakui Akibat).
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetik karena membenarkan
akibat, kemudian membenarkan pula sebabnya. Misal:
Bila kita bisa berkendaraan secepat cahaya, maka kita bisa mendarat di bulan.
Kita telah dapat mendarat di bulan Berarti kita telah dapat berkendaraan
secepat cahaya.
Bila pecah perang harga barang-barang naik. Sekarang harga barang naik Jadi,
perang telah pecah.
f. Fallacy of Denying Antecendent (Kekeliruan Karena Menolak Sebab).
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetik karena mengingkari
sebab, kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana. Misal:
Bila permintaan bertambah harga naik Nah, sekarang permintaan tidak
bertambah Jadi, harga tidak naik.
Bila datang elang maka ayam berlarian Sekarang elang tidak datang Jadi,
ayam tidak berlarian
g. Fallacy of Disjunction (Kekeliruan Karena Bentuk Disyungtif).
Kekeliruan berpikir terjadi dalam silogisme disyungtif karena
mengingkari alternative pertama, kemudian membenarkan alternative lain.
Padahal menurut patokan, pengingkaran alternatif pertama, bisa juga tidak
terlaksananya alternatif yang lain. Seperti:
Dia lari ke Jakarta atau ke Bandung Ternyata tidak di bandung Berarti, dia ada
di Jakarta (atau bisa tidak di Bandung maupun Jakarta).
Dia menulis cerita atau pergi ke Surabaya Dia tidak pergi ke Surabaya Jadi, ia
tentu menulis cerita
h. Fallacy of Incosistency (Kekeliruan Karena Tidak Konsisten).
Kekeliruan berpikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu
dengan pernyataan yang diakui sebelumnya. Misal:
Anggaran dasar organisasi kita sudah sempurna Kita perlu melengkapi
beberaapa pasal agar komplit.
Tuhan adalah Maha Kuasa Karena itu, Ia bisa menciptakan tuhan lain yang
lebih kuasa dari Dia
2. Kekeliruan Informal
a. Fallacy of Hasty Generalization (Kekeliruan Karena Membuat Generalisasi
yang Terburu-buru).
Kekeliruan berpikir karena tergesagesa membuat generalisasi, yaitu
mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit,
sehingga kesimpulan yang ditarik melampuai batas lingkungannya. Misal:
Dia orang Islam, mengapa membunuh. Kalau begitu, orang Islam memang
jahat. Panen di kabupaten gagal Kalau begitu tahun ini di Indonesia harus
mengimpor beras
b. Fallacy of Forced Hypothesis (Kekeliruan Karena Memaksakan Praduga).
Kekeliruan berpikir karena menetapkan kebenaran suatu dugaan.
Misal:
Seorang pegawai datang ke kantor dengan luka gorean di pipinya; Seorang
menyatakan bahwa isterinyalah yang melukainya dalam suatu percekcokan
karena diketahuinya selama ini orang itu kurang harmonis hubungannya
dengan isterinya; Padahal sebenarnya karena goresan besi pagar
c. Fallacy of Begging the Question (Kekeliruan Karena Mengundang
Permasalahan).
Kekeliruan berpikir karena mengambil konklusi dan premis yang
sebenarnya harus dibuktikan dahulu kebenarannya. Allah iu mesti ada karena
adanya bumi (Di sini orang akan membyuktikan bahwa Allah itu ada dengan
dasar adanya bumi, tetapi tidak dibuktikan bahwa bumi adalah ciptaan Allah)
d. Fallacy of Circular Argument (Kekeliruan Karena Menggunakan Argumen
yang Berputar).
Kekeliruan berpikir karena menarik kesimpulan dari suatu premis,
kemudian kesimpulan tersebut dijadikan sebagai premis, sedangkan premis
semula dijadikan kesimpulan pada argument berikutnya. Misal:
Sarjana-sarjana lulusan perguruan tinggi UKY kurang bermutu karena
organisasinya kurang baik. Mengapa organisasi perguruan tinggi kurang baik?
Dijawab, karena perguruan tinggi itu kurang bermutu.
e. Fallacy of Argumentative Leap (Kekeliruan Karena Berganti Dasar).
Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan yang tidak
diturunkan dari premisnya. Jadi mengambil kesimpulan melompat dari dasar
semula. Misal:
Ia kelak menjadi guru besar yang cerdas Sebab orang tuanya kaya Pantas ia
cantik karena pendidikannya tinggi
f. Fallacy of Appealing to Authority (Kekeliruan Karena Mendasarkan pada
Otoritas).
Kekeliruan berpikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau
kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas
ahli tersebut. Misal:
Pisau cukur ini sangat baik Sebab Rudi Hartono selalu menggunakannya
Bangunan ini sangat kokoh, sebab dokter Fulan mengatakan demikian.
g. Fallacy of Appealing to Force (Kekeliruan Karena Mendasarkan Diri pada
Kekuasaan).
Kekeliruan berpikir karena berargumen dengan kekuasaan yang
dimiliki, seperti menolak pendapat seseorang dengan mengatakan:
Kau masih juga membantah pendapatku. Kau baru satu tahun duduk di bangku
perguruan tinggi, aku sudah lima tahun.
h. Fallacy of Abusing (Kekeliruan Karena Menyerang Pribadi).
Kekeliruan berpikir karena menolak argument yang dikemukakan
seseorang dengan menyerang pribadinya. Seperti:
Dia adalah seorang yang brutal Jangan dengarkan pendapatnya
i. Fallacy of Ignorance (Kekeliruan Karena Kurang Tahu).
Kekeliruan berpikir karena menganggap bahwa lawan bicara tidak bisa
membuktikan kesalahan argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang
dikemukakannya benar. Misal:
Sudah berapa kali kau kemukakan alasanmu tetapi tidak terbukti gagasanku
salah. Inilah buktinya bahwa pendapatku benar.
j. Fallacy of Complex Question (Kekeliruan Karena Pertanyaan yang Ruwet).
Kekeliruan berpikir karena mengajukan pertanyaan yang bersifat
menjebak. Jam berapa kamu pulang semalam? (Sebenarnya yang ditanya tidak
pergi. Penanya hendak memaksakan pengakuan bahwa yang ditanya semalam
pergi)
k. Fallacy of Oversimplification (Kekeliruan Karena Alasan Terlalu Sederhana).
Kekeliruan berpikir krena bergargumen tasi dengan alasan yang tidak
kuat atau tidak cukup bukti. Misal:
Kendaraan buatan Honda adalah yang terbaik, karena paling banyak
peminatnya.
l. Fallacy of Accident (Kekeliruan Karena Menetapkan Sifat).
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang
ada pada suatu benda bahwa sifat itu tetap ada selamanya. Misal:
Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin.
Daging yang dibeli kemarin adalah daging mentah. Jadi, hari ini kita makan
daging mentah
m. Fallacy of Irrelevant Argument (Kekeliruan Karena Argumen yang Tidak
Relevan).
Kekeliruan berpikir karena mengajukan argument yang tidak ada
hubungannya dengan masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Misal:
Pisau silet itu berbahaya daripada peluru. Karena tangan sering teriris oleh
pisau silet dan tidak pernah oleh peluru
n. Fallacy of False Analogy (Kekeliruan Karena salah Mengambil Analogi).
Kekeliruan berpikir karena menganalogikan dua permasalahan yang
kelihatannya mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar. Misal:
Seniman patung memerlukan bahan untuk menciptakan karya-karya seni,
maka Tuhan pun memerlukan bahan dalam menciptakan alam semesta.
o. Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan Karena Mengundang Belas Kasihan).
Kekeliruan berpikir karena menggunakan uraian yang sengaja menarik
belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang diharapkan. Uraian itu sendiri
tidak salah tetapi menggunakan kalimat-kalimat yang menarik belas kasihan
agar kesimpulannya menjadi lain, padahal masalahnya berhubungan dengan
fakta, bukan dengan perasaan, inilah letak kekeliruannya. Misal:
Saya sampaikan kepada Anda (para juri), bukan untuk kepentingan Si Fulan,
tetapi menyangkut permasalahan yang panjang, ke belakang ke masa yang
sudah lampau maupun ke depan ke masa yang akan datang. Saya katakana
pada Anda, bukan untuk kepentingan Si Fulan, tetapi untuk mereka para
penerus, para generasi yang akan datang, anak-anak kita semua, dan
seterusnya…yang pada ujungnya minta ‘suatu hukuman diperberat’ atau
sebaliknya…
3. Kesalahan Berpikir Karena Pengaruh Bahasa
a. Fallacy of Composition (Kekeliruan Karena Komposisi).
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada bagian
untuk menyipati keseluruhannya. Misal:
Setiap kapal perang telah siap tempur, maka keseluruhan angkatan laut sudah
siap tempur.
Mur ini sangat ringan, karena itu, mesinnya tentu ringan juga
b. Fallacy of Division (Kekeliruan Karena dalam Pembagian).
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada
keseluruhannya, maka demikian juga setiap bagiannya. Contoh:
Kompleks ini dibangun di atas tanah yang luas, tentunya kamarkamar tidurnya
juga luas.
c. Fallacy of Accent (Kekeliruan Karena Tekanan).
Kekeliruan berpikir karena memberikan tekanan dalam pengucapan.
Misal:
Ibu, ayah pergi (yang hendak dimaksud adalah ibu dan ayah pembicara sedang
pergi. Seharusnya tidak ada penekanan pada ibu, sebab maknanya menjadi
pemberitahuan pada ibu bahwa ayah baru saja pergi).
d. Fallacy of Amphiboly (Kekeliruan Karena Amfiboli).
Kekeliruan berpikir karena kalimat yang dapat ditafsirkan berbeda-
beda. Misal:
Andika, raja Lydia tengah memikirkan untuk berperanag melawan kerajaan
Persia. Sebagai raja yang berhati-hati, ia tidak akan melaksanakan peperangan
manakala tidak ada jaminan untuk menang. Oleh karena itu, ia meminta
pertimbangan kepada pendeta Sina. Ia mendapat jawaban: ‘Apabila Andika
berangkat melawan Sina ia akan menghancurkan sebuah kerajaan besar’. Puas
dengan jawaban tersebut, Andika pun berangkat dengan ‘tafsiran’ bahwa ia
pasti menang.
e. Fallacy of Equivocation (Kekeliruan Karena Menggunakan Kata dalam
Beberapa Arti).
Kekeliruan berpikir karena menggunakan kata yang sama dengan arti
yang lebih dari satu. Misal:
Gajah adalah binatang, jadi, gajah kecil adalah binatang yang kecil. Kata
‘kecil’ dalam ‘gajah kecil’ berbeda pengertiannya dengan ‘kecil’ dalam
‘binatang kecil’.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Lanur, A. (1983). Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius.


Mundir. (2018). Logika. Depok: Rajawali Press.
Pespoprodjo, W dan Gilareso, T. 2011. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib,
Logis, Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika.

Anda mungkin juga menyukai