Anda di halaman 1dari 16

KEBENARAN & MASALAH MASALAH

KEBENARAN

Dosen Pengampu :

Sudarto Murtaufiq, S.Th.I., M.Fil.I

Disusun Oleh :

1. Dyah Aprilia (011910014)


2. Indah mufidah (011910021)
3. Ahmad Alvi Harismawan(011910035)
4. Doni rahmansyah (011910044)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah yang maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT makalah kami yang berjudul ‘’Kebenaran dan
masalah masalah kebenaran” telah kami selesaikan. Tiada harapan sedikitpun dari kami
kecuali makalah ini dapat bermanfaat memberikan sumbangan positif kepada segenap
pembaca dan menambah pengetahuan mengenai kenakalan remaja untuk pegangan dalam
menjalani kehidupan. Sejalan dengan itu semua, maka dengan seggala kemampuan yang ada
kami usahakan berbagai cara dalam menyusun makalah ini agar mudah difaham dan diterima
oleh seluruh masyarakat.

Dengan demikian para pembaca mungkin menjumpai hal hal yang dirasa kurang
berkenan dihati , Hal ini kami menyadarinya semua, tidak ada gading yang tak retak ,
sehingga jika para pembaca menjumpai kesalahan kesalahan didalam makalah ini, sudilah
kiranya memberi teguran positif, insyaallah dengan teguran dan pembetulan dari pembaca
makalah yang selanjutnya akan lebih baik, dan demikian inilah yang kami harapkan.

Semoga Allah meridhoi usaha kami dan mencacatnya sebagai amal shaleh kami dan
kepada pembaca yang telah sudi memberikan teguran dan pembetulan, Sebelumnya kami
ucapkan banyak terima kasih, semoga Allah memberi pahala kepada kita semua dan dapat
menerima ilmu dengan baik.

Lamongan 8 Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................2
A. Logika ................................................................................................................................2
1. Pengertian logika .........................................................................................................2
2. Macam macam logika ..................................................................................................2
3. Manfaat logika .............................................................................................................6
B. Kebenaran .........................................................................................................................6
1. Pengertian kebenaran ...................................................................................................6
2. Macam macam kebenaran ...........................................................................................7
3. Hakekat dan masalah kebenaran ..................................................................................8
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................12
A. Kesimpulan ....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………
13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling tinggi, dianugerahi oleh akal pikiran yang
berguna bagi manusia dalam mencari dan menemukan jawaban atas berbagai permasalahan.
Berpikir dikatakan menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dengan kata lain semua orang
sudah, sedang, dan akan melakukannya sepanjang waktu selama hidup. Dengan berpikir kita
dapat mampu menarik sebuah kesimpulan atau menemukan jawaban atas permasalahan yang
terjadi.

Sejak kecil manusia sudah mulai berpikir tetang segala sesuatu disekitarnya, sebagai
contoh: anak kecil akan selalu bertanya: apa ini? Atau apa itu? Kepada orang tuanya tentang
sesuatu yang sedang dilihat dan/atau dipikirkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga
sering mendengar ungkapan “omonganmu tidak logis” atau “kalau ngomong yang logis
dong”. Kedua ungkapan tersebut menimbulkan pertanyaan apakah tidak logis sama dengan
tidak masuk akal? Atau apakah yang tidak logis itu sama dengan tidak benar? Kalau berbeda
apakah yang dimaksud tidak logis tersebut? Apakah yang dimaksud dengan benar itu sendiri?
Apakah yang logis itu selalu benar? Bagaimana sesuatu dikatakan benar?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, seputar kelogisan dan
kebenaran sesuatu, maka makalah ini disusun untuk memaparkan dan memberikan pengertian
serta pemahaman yang jelas tentang logika dan kebenaran meliputi: pengertian logika dan
kebenaran, macam-macam logika dan kebenaran, manfaat logika dalam pengembangan ilmu,
dan cara penemuan kebenaran, serta kebenaran ilmiah dan non-ilmiah.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan pengertian logika dan kebenaran ?


2. Bagaimana macam macam logika dan kebenaran ?
3. Apa hakekat dan masalah kebenaran ?
C. Tujuan
1. Agar Mengerti arti logika dan kebenaran
2. Agar mengerti macam macam logika dan kebenaran
3. Agar mengetahui hakekat dan masalah masalah kebenaran

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. LOGIKA
1. Pengertian Logika
Dalam filsafat ilmu, logika sangat dibutuhkan untuk menjelaskan dan memahami sebuah
gejala keilmuan. Hadiatmaja dan Kuswa Endah melalui Suwardi Endraswara (2012: 174)
menyatakan bahwa logika adalah cabang filsafat umum yang membicarakan masalah berpikir
tepat, yaitu mengikuti kaidah-kaidah berpikir yang logis.

Logika berasal dari kata Yunani yaitu “logos” yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan
ilmu (Suwardi Endraswara, 2012: 173). Secara leksikal, Oxford Advanced Learner’s
Dictionary mendefinisikan logika sebagai (1) the science of thinking about or explaining the
reasons for something, (2) a particular method or system of reasoning, dan (3) a way of
thinking or explaining something, whether right or wrong. Hal senada juga ditegaskan oleh
Karomani (2009: 14) yang mendefinisikan logika sebagai suatu kajian tentang bagaimana
seseorang mampu untuk berpikir dengan lurus.

Logika adalah ilmu tentang metode dan prinsip yang memelajari segenap asas, aturan dan
tata cara mengenai penalaran yang benar untuk membedakan yang benar dan yang salah.
Logika merupakan ilmu sekaligus keterampilan berpikir guna memeroleh argumentasi yang
nalar ketika digunakan untuk memandang sebuah fenomena (Suwardi Endraswara, 2012:
175).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa logika adalah ilmu atau cara tertentu yang
digunakan seseorang dalam rangka berpikir lurus guna mencari alasan, penjelasan, dan
jawaban atas sebuah permasalahan.

2. Macam-macam Logika

Logika sebagai sarana berpikir manusia apabila dipandang dari aspek waktu, maka
logika dapat dibedakan menjadi dua, meliputi:

1. Logika tradisional atau logika naturalis atau logika kodratiah/alamiah (second


order), yaitu cara berpikir sederhana berdasarkan kodrat atau naluri fitrah manusia
yang sejak lahir sudah dilengkapi alat berpikir, sebagai contoh:
Makan tidak sama dengan minum.
Seseorang yang lapar pasti ingin makan.

2
Seseorang yang haus pasti ingin minum.

Logika tradisional ini sering disebut juga logika bahasa atau logika linguistik karena
logika jenis ini sering berfungsi untuk menganalisa bahasa (Suwardi Endraswara, 2012: 178).
Menurut Noeng Muhadjir (2011: 23-24) logika tradisional terbagi lagi menjadi dua macam,
yaitu:
a. Logika formil deduktif Aristoteles.
Disebut deduktif karena pembuktian diambil dari premis mayor yang dipandang mutlak
benar, untuk membuktikan kasus (yang disebut premis minor) dan apabila terdapat
kecocokan (dalam makna implisit) dengan premis mayor, maka kesimpulan kasus itu benar.
Sedangkan disebut formil karena kebenaran diuji berdasarkan sinkrunnya proposisi-proposisi
mayor-minor dan term tengahnya, bukan diuji berdasarkan kebenaran materiil. Contoh:
i. Semua manusia (subyek mayor) dapat mati (predikat mayor)
ii. Si Ali (term tengah) itu manusia (subyek mayor)
iii. Jadi: Si Ali (term tengah) dapat mati (predikat mayor)
b. Logika materiil axiomatik Euclides.
Logika jenis ini disebut materiil karena pembuktian kebenaran berdasarkan bukti
empiris. Kebenarannya didasarkan pada cocoknya rasio dengan bukti empiris. Logika ini juga
disebut axiomatik karena pembuktian kebenaran berdasar axioma atau kebenaran universal.
Contohnya: Matahari terbit dari dari Timur dan terbenam di Barat.
2. Logika Modern atau logika artifisialis atau logika matematika/simbolik atau logika
ilmiah (first order) yaitu jenis logika yang menerapkan prinsip-prinsip matematik
terhadap logika tradisional dengan menggunakan lambang-lambang (non-bahasa).
Dengan kata lain logika jenis ini menggunakan cara berpikir matematis. Fakta yang
dipakai adalah fakta-fakta obyektif yang andal, sehingga daya tahan logika ini agak
lama. Dengan kata lain logika jenis ini mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip,
dan bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing manusia
untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang lurus dan sah (Suwardi Endraswara:
2012: 181-186). Sebagai contoh:

A > B (A lebih besar dari B)

A = C (A sama dengan C)

C > B (C lebih besar dari B) atau B < C (B lebih kecil dari C)

3
3. Logika Linguistik atau Logika Bahasa

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa logika bahasa/linguistik (second order)


digunakan untuk mengambil kesimpulan fakta-fakta bahasa dan sastra. Terdapat dua teori
terkait pemahaman bahasa dan sastra yaitu: (1) formal thinking yaitu teori bahasa platonik,
bahwa manusia sebenarya dapat bepikir formal sehingga menghasilkan subyek, predikat, dan
objek, dan (2) subjective thinking, yaitu teori bahasa chomsky, bahwa sesuatu yg
diekspresikan berada dalam pikiran manusia (Suwardi Endraswara, 2012: 181).

Logika bahasa adalah cara berpikir menggunakan gagasan yang diawali dengan hal-
hal atau fakta yang bersifat khusus yang dituangkan dalam beberapa kalimat atau berupa
kalimat penjelasan berdasarkan penjelasan itu berakhir pada kesimpulan umum yang
dinyatakan dengan kalimat topik. Dengan kata lain logika bahasa menggunakan alur berpikir
induktif. Contohnya:

Kuda Sumba punya sebuah jantung (Penjelasan)


Kuda Australia punya sebuah jantung (Penjelasan)
Kuda Amerika punya sebuah jantung (Penjelasan)
Kuda Inggris punya sebuah jantung (Penjelasan)
Setiap kuda punya sebuah jantung (Kalimat Topik)
Bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta
apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar dari setiap orang untuk berpikir
logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis tanpa kemampuan bahasa yang baik, maka
ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran kepada orang lain.

4. Logika Matematis

Logika matematika seperti telah dibahas di atas, adalah sebuah alat berpikir yang
menggunakan pernyataan-pernyataan (statements) majemuk termasuk di dalamnya:

1. Bahasa untuk merepresentasikan pernyataan.


2. Notasi yang tepat untuk menuliskan sebuah pernyataan.
3. Metodologi untuk bernalar secara objektif untuk menentukan nilai benar-salah dari
sebuah pernyataan.
4. Dasar-dasar untuk menyatakan pembuktian formal dalam semua cabang
matematika.
5. Logika Filosofis

4
Menurut Russell melalui Suwardi Endraswara (2012: 183-185) membagi logika ke
dalam tiga tipe yaitu: logika tradisional klasik, logika evolusionisme, dan logika atomisme.

1. Logika tradisional klasik


Perhatian utama adalah para filsuf Yunani yang menekankan pasa rasio
sebagai perhatian utamanya. Dengan kata lain rasio merupakan satu-satunya
keabsahan yang sahih. Metode deduksi apriori digunakan dalam tipe ini untuk
mengkaji fenomena yang ada. Semua realitas adalah suatu kesatuan dan tidak ada
perubahan. Logika dalam bentuk ini dikonstruksikan melalui proses negasi. Dunia
dibentuk oleh logika dan disempurnakan oleh pengalaman.
2. Logika evolusionisme
Logika tipe ini menekankan dan mendasarkan pada ilmu pengetahuan.
Evolusionisme bukan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya dan juga bukan metode
untuk memecahkan masalah. Filsafat sesungguhnya adalah suatu yang lebih kuat
sekaligus lebih longgar, menguak harapan-harapan tentang keduniaan dan
membutuhkan beberapa disiplin ilmu supaya berhasil dalam mempraktikkannya.
3. Logika atomisme
Logika tipe ini mempunyai tujuan untuk mengupas habis struktur hakiki
bahasa dan dunia. Tujuan ini dicapai melalui jalan analisis. Logika tipe ini, didasarkan
pada pemikiran matematis.
4. Logika Pragmatik
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat
kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian,
bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana
kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.

Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan
pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu
sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja. Representasi
realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-
fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan
demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar
kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik.

5
3. Manfaat Logika

Jenis-jenis logika yang telah dipaparkan satu-persatu di atas, secara historis tentu ada
makna dan manfaatnya bagi manusia. Menurut Suwardi Endraswara (2012: 178)
memaprakan secara singkat manfaat logika yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang


dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan bahkan seluruh lapangan
kehidupan.
b. Logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian melatih dan
mengembangkan daya pemikiran dan menimbilkan disiplin intelektual.
c. Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan
otoritas, emosi, dan prasangka.
d. Logika membantu kita untuk mampu berpikir sendiri dan tahu membedakan yang
benar dan yang salah.
e. Logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat dan teratur karena dengan
berpikir demikian seseorang dapat memeroleh kebenaran dan menghindari kesalahan.

B. KEBENARAN

1. Pengertian Kebenaran

Maksud hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Kebenaran ini menurut kamus besar
Bahasa Indonesia adalah keadaan (hal dsb) yang cocok dengan keadaan (hal) yang
sesungguhnya. Sementara menurut Syafi’i dikutip oleh Marwar didalam
artikelnya, “Kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu” mengatakan bahwa kebenaran itu
adalah kenyataan. Kenyataan yang dimaksud itu tidak selalu yang seharusnya terjadi.
Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi, ada dua
pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata di satu pihak, dan kebenaran
dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran).

Kebenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyataan ini pasti, dan tidak
dapat dipungkiri lagi. Manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang
bias memuaskan rasa ingin tahu, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui
kebenaran.

6
Kita manusia bukan hanya sekedar ingin tahu, tetapi ingin mengetahui kebenaran. Kita
juga selalu ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran ialah persesuaian antara
pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan
obyeknya.

2. Macam-macam Kebenaran

Terdapat banyak pandangan mengenai teori kebenaran dalam kaitannya dengan


pengembangan ilmu, di antaranya adalah kebenaran empiris, kebenaran rasional, kebenaran
ilmiah, kebenaran intuitif, dan kebenaran relegius.

a. Kebenaran empiris.
Empiris adalah suatu keadaan yang bergantung bukti atau konsekuensi yang
teramati oleh indera. Data empiris yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan.
Jadi, empiris itu artinya kelihatan jelas, ada pembuktiannya, biasa kita dengar, sentuh,
berdasarkan pada hal-hal yang kelihatan dan sudah diuji kebenarannya. Merupakan hal yang
dapat di inderawi, hal yang dirasakan oleh manusia dengan inderanya.
Secara lebih jelas dengan contoh berikut ini:
1. Api itu panas.
2. Es itu dingin.
3. Daun itu hijau.
b. Kebenaran Rasional.
Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran yang
sehat; cocok dengan akal. Rasionalisme adalah pandangan bahwa kita mengetahui apa yang
kita pikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran
dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara membandingkan ide
dengan ide. Basman (2009: 30). Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir,
sehingga kemampuannya tersebut dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu yang
pada akhirnya sampai kepada kebenaran, yaitu kebenaran rasional. Sebagai contoh berikut:

Ketika TV kita tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipikir bahwa dan dipastikan
kalau ada komponen di dalam TV yang rusak atau sudah perlu diganti. Pemikiran tentang ada
sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena TV dan
dapat dipastikan pikiran rasional ini benar.

c. Kebenaran Ilmiah.

7
Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang muncul dari hasil penelitian ilmiah dengan
melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang
berupa metodologi ilmiah yang sesuai dengan sifat dasar ilmu.

Oleh karena itu, kebenaran ilmiah sering disebut sebagai kebenaran nisbi atau relatif.
Sifat kebenaran ini sesuai dengan sifat keilmuan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan
perkembangan hasil penelitian, karena suatu teori pada masa tertentu bisa jadi merupakan
kebenaran, tetapi pada masa berikutnya bisa jadi sebuah kesalahan besar. Contoh kebenaran
ilmiah:

1. Bumi itu bulat dan tidak datar.


2. Air mendidih pada 100°C
d. Kebenaran Intuitif.
Intuitif merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Unsur
utama bagi pengetahuan adalah kemukinan adanya sesuatu bentuk penghayatan langsung (int
uitif) Bergson dalam Muslih (2004: 68). Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang
diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal
dan tidak bisa diramalkan. Bahwa intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau
tidak bisa dijelaskan, dan tidak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Bahkan seseorang
yang pernah memperoleh intuisi sulit atau bahkan tidak bisa mengulang pengalaman serupa,
misalnya, seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba tiba menemukan
jalan pemecahan dari masalah yang dihadapi atau secara tiba tiba seseorang memperoleh
informasi mengenai peristiwa yang terjadi.
e. Kebenaran Religius.
Kebenaran religius ialah kebenaran Ilahi, kebenaran yang bersumber dari tuhan.
Kebenaran ini disampaikan melalui wahyu. Manusia bukan semata makhluk jasmani yang
ditentukan oleh hokum alam dan kehidupan saja, ia juga makhluk rohaniyah sekaligus,
pendukung nilai. Kebenaran tidak cukup diukur dengan interes dan rasio individu, akan tetapi
harus bisa menjawab kebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat. Karena itu
kebenaran haruslah mutlak, berlaku sepanjang sejarah ,anusia. Contoh kebenaran religious :
1. Tentang madu.
2. Alkitab atau Alquran.
3. Hakekat kebenaran dan masalah-masalah nya
Berikut 3 hakekat kebenaran beserta penjelasannya :
1. KEBENARAN ILMIAH

8
Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan
penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan
pragmatis, koresponden, koheren.
 Kebenaran Pragmatis: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila memiliki
kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, Yadi mau bekerja di sebuah perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi.
Yadi bersifat pragmatis, artinya mau bekerja di perusahaan tersebut karena ada
manfaatnya bagi dirinya, yaitu mendapatkan gaji tinggi.
 Kebenaran Koresponden: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi
pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi
dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan
logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-
fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya. Contohnya, Jurusan
teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Undip ada di Tembalang. Jadi Fakultas
Teknik Undip ada di Tembalang.
 Kebenaran Koheren: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan
memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori
koheren menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir
dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa Undip
harus mengikuti kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Undip, jadi harus mengikuti
kegiatan Ospek.
2. KEBENARAN NON-ILMIAH
Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan penalaran logika ilmiah,
ada juga kebenaran karena faktor-faktor non-ilmiah. Beberapa diantaranya adalah:
 Kebenaran Karena Kebetulan: Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak
ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan karena kadang kita sering tertipu
dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. Namun satu atau dua kebetulan bisa juga
menjadi perantara kebenaran ilmiah, misalnya penemuan kristal Urease oleh Dr. J.S.
Summers.
 Kebenaran Karena Akal Sehat (Common Sense): Akal sehat adalah serangkaian konsep
yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan bahwa
hukuman fisik merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal
sehat ini. Penelitian psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar.Â

9
 Kebenaran Agama dan Wahyu: Kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya.
Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi sebagian hal lain
tidak.
 Kebenaran Intuitif: Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan
penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa
dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah
daging di suatu bidang. Contohnya adalah kasus patung Kouros dan museum Getty
diatas.
 Kebenaran Karena Trial dan Error: Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang
pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan paramater-parameter sampai akhirnya
menemukan sesuatu. Memerlukan waktu lama dan biaya tinggi.
 Kebenaran Spekulasi: Kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang
dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh resiko, relatif lebih cepat dan biaya
lebih rendah daripada trial-error.
 Kebenaran Karena Kewibawaan: Kebenaran yang diterima karena pengaruh
kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang memiliki
kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar
darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar tapi juga bisa
salah karena tanpa prosedur ilmiah.
3. KEBENARAN FILSAFAT
Kebenaran yang diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan sesuatu
sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau mungkin ada. Kebenaran
filsafat ini memiliki proses penemuan dan pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam
beberapa kelompok (madzab). Bagi yang tidak terbiasa (termasuk saya ;)) mungkin
terminologi yang digunakan cukup membingungkan. Juga banyak yang oportunis alias
menganut madzab dualisme kelompok, misal mengakui kebenaran realisme dan naturalisme
sekaligus.
 Realisme: Mempercayai sesuatu yang ada di dalam dirinya sendiri dan sesuatu yang
pada hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
 Naturalisme: Sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti berlakunya
hukum alam dan terjadi menurut kodratnya sendiri.
 Positivisme: Menolak segala sesuatu yang di luar fakta, dan menerima sesuatu yang
dapat ditangkap oleh pancaindra. Tolok ukurnya adalah nyata, bermanfaat, pasti, tepat
dan memiliki keseimbangan logika.

10
 Materialisme Dialektik: Orientasi berpikir adalah materi, karena materi merupakan
satu-satunya hal yang nyata, yang terdalam dan berada diatas kekuatannya sendiri.
Filosofi resmi dari ajaran komunisme.
 Idealisme: Idealisme menjelaskan semua obyek dalam alam dan pengalaman sebagai
pernyataan pikiran.
 Pragmatisme: Hidup manusia adalah perjuangan hidup terus menerus, yang sarat
dengan konsekuensi praktis. Orientasi berpikir adalah sifat praktis, karena praktis
berhubungan erat dengan makna dan kebenaran.

11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa logika dan kebenaran dalam
filsafat ilmu sangat dibutuhkan dan menjadi tujuan dalam menyelesaikan permasalahan yang
sedang dihadapi. Logika, filsafat, dan ilmu saling berkaitan satu dengan yang lainnya guna
memperoleh sebuah kebenaran yang sahih. Dengan kata lain, ketiga-tiganya merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Ilmu seharusnya bermain di atas logika dan
didukung oleh data (konfirmasi). Tanpa logika ilmu kurang bermakna. Logika akan
mengarahkan seorang peneliti ketika mencari kebenaran. Logika mengutamakan kesadaran
dan dan nalar yang jernih dalam segala hal. Logika yang nalar harus didukung oleh
konfirmasi, artinya ada penjelasan dan pemahaman mendalam. Konfirmasi dapat menjadi
jalan mencapai kebenaran ketika didukung oleh strategi berpikir logis.

Kebenaran menjadi cita-cita tertinggi yang dikejar oleh filsafat ilmu. Kebenaranpun
perlu didukung oleh fakta-fakta (data). Kebenaran yang didukung oleh fakta (data), diperoleh
melalui aplikasi berpikir metodologis. Dengan kata lain, fakta (data) merupakan modal untuk
menemukan kebenaran yang logis. Kebenaran dan fakta selalu menggunakan logika.

12
DAFTAR PUSTAKA

Basman. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gusepa.


Depdiknas.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.Edisi III. Jakarta: Balai
Pustaka.
Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Ilmu, Konsep, Sejarah, dan Pengembangan Metode
Ilmiah. Yogyakarta: PT. Buku Seru.
Muhadjir, Noeng. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Axiologi First Order, Second
Order & Third Order of Logics dan Mixing Paradigms Implementasi Methodologik (Edisi
IV). Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.
Muslih, Mohammad. 2004. FilsafatIlmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar.

13

Anda mungkin juga menyukai